Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN MASALAH KATARAK PADA PASIEN “Tn.S”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK : 5

1. GUSTRIA SALSABILA
2. DHEA ANGGITA SILITONGA
3. JUN TIARA
4. TRIA ROUDHOTUL
5. SALSABILA CLARA AISYAH

DOSEN PEMBIMBING:
DESI ANGGRAINI, S.KEP., Ns., M.Kes

TINGKAT : 1B

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKPER KESDAM II/ SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Lansia
A. Defisini Lansia
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas, menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, banyak
diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai
keagamaan dan budaya bangsa (Nurkhalifah, 2016).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya mulai dari suatu keadaan tertentu, tetapi mulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. (Padila, 2013).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk melakukan fungsinya dalam memenuhi
kebutuhan dalam hidup. Menua ditandai dengan kulit mengendur, rambut yang
memutih, penurunan pendengaran, penglihatan yang menjadi semakin buruk,
sensitivitas emosi. Proses menua merupakan proses yang terus–menerus
(berlanjut) secara alamiah. (Priyoto, 2015).

B. Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut pendapat berbagai ahli dalam Effendi (2009), batasan-batasan
umur yang mencakup batasan umur lansia sebagai berikut :
1. Menurut undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2
berbunyi “ Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas”
2. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut menjadi empat kriteria
berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, Lanjut usia (erderly)
ialah 60-74 tahun, Lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very
old) ialah di atas 90 tahun.
3. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikologi UI) terdapat empat fase, yaitu pertama
(Faseinventus) ialah 25-40 tahun, kedua (Fase senium) ialah 40-55 tahun, ketiga
(Fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (Fase senium) ialah 65 hingga
tutup usia.
4. Menurut Prof. Dr. Koesoento Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age) tahun
atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga
batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), dan very old (> 80 tahun)
(Efendi, 2009). Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.
13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah bahwa
usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun
(Maryam dkk, 2008).

C. Teori-teori Proses Menua


Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses
menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat individual : dimana proses
menua pada setiap orang terjadi dengan usia yang berbeda, setiap lanjut usia
mempunyai kebiasaan atau life style yang berbeda, dan tidak ada satu faktor pun
yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
Adakalanya seseorang belum tergolong tua (masih muda) tetapi telah
menunjukkan kekurangan yang mencolok. Adapula orang yang tergolong lanju
tusia penampilannya masih sehat, bugar, badan tegap, akantetapi meskipun
demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami oleh
lanjut usia. Misalnya Hipertensi, diabetes melitus, rematik, asam urat, dimensia
senilis, sakit ginjal, dll.
Teori-teori tentang penuan sudah banyak yang dikemukakan, namun tidak
semuanya bisa diterima.Teori-teori itu dapat digolongkan dalam tiga kelompok,
yaitu termasuk kelompok teori biologi, teori psikososial dan teori sosial kultural.
a. Teori Biologis

Teori yang merupakan toeri biologis adalah sebagai berikut :

Teori Jam Genetik


Menurut Hay ick (1965), secara genetik sudah terprogram bahwa
material di dalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait
dengan frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa
spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (life spam) yang tertentu
pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110
tahun, sel-selnya diperkirakan hanya mampu membela sekitar 50 kali,
sesudah itu akan mengalami deterioriasi.
1. Teori Cross-Linkage Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang
diantarasusunan molecular, lama kelamaan akan meningkat
kekakuannya (tidak elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel-sel tua
dan reaksinya kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat.
2. Teori Radikal Bebas Radikal bebas merusak membrane sel yang
menyebabkan kerusakan dan kemunduran secara fisik.
3. Teori Genetik Menurut teori ini, menua telah terprogram secara
genetic untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat
dari perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul molekul DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi
4. Teori Imunologi Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah.
System immune menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri,
regulasi dan responsibilitas.
5. Teori Stress—Adaptasi Menua menjadi akibat hilangnya sel-sel yang
biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertehankan kestabilan linkungan internal, kelebihan usaha dan
stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6. Teori Wear And Tear (Pemakaian Dan Rusak) Kelebihan usaha dan
stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai)

b. Teori Psikososia

Teori yang merupakan teori Psikososial adalah sebagai berikut :

Teori Integritas Ego Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas


yang harus dicapai dalam tiap tahap perkembangan.Tugas perkembangan
terakhir merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapainya.Hasil akhir dari
penyelesaian konflik antara integritas ego dan keputusan adalah keterbatasan.
1. Teori Stabilitas Personal Kepribadian seseorang terbentuk pada masa
kanak-kanak dan tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada
usia tua bisa jadi mengidentifikasikan penyakit otak.

c. Teori Sosial Kultural


Teori yang merupakan teori sosikultural adalah sebagai berikut :
1. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah usia, seseorang
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi
social lanjut usia menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda
meliputi : a) Kehilangan peran b) Hambatan kontak social c)
Berkurangnya komitmen
2. Teori Aktifitas
Teori ini menyatakkan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari
bagaimana seorang usia lanjut merasakan kepuasan dalam beraktifitas
dan mempertahankan aktifitas tersebut selama mungkin. Adapun kualitas
aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas yang dilakukan.
3. Teori Konsekuensi Fungsional
Teori yang ini merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut :
a) Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia lanjut
berhubungan dengan perubahan-perubahan karena usia dan faktor resiko
tambahan b) Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional
akan negatif, dengan intervensi menjadi positif.

D. Klasifikasi Lansia
Di zaman sekarang banyak ditemukan bermacam-macam tipe lanjut usia.
(Nugroho Wahjudi,2016:21),Antara lain :
a. Tipe arif bijaksana : Lanjut usia kaya dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan
menjadi panutan.
b. Tipe mandiri : lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan,
serta memenuhi undangan.
c. Tipe Tidak Puas : Lanjut usia selalu mengalami konflik lahir batin, menetang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya
Tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, dan pengkritik.
d. Tipe Pasrah : Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (“habis gelap terang datang“), mengikuti kegiatan
beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung : lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
E. Teori-Teori Proses Menua
Menurut maryam, dkk (2008) ada beberapa teori yang berkaitan dengan
proses penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan teori
spiritual.
1. Teori biologis
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory,
teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang
a. Teori genetik dan mutase
Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul dna dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi.
b. Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan
bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat
menyebabkan kerusakan organ tubuh.
c. Teori stress
Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang
biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
d. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak
dapat melakukan regenerasi.
e. Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan hilangnya
fungsi sel.
2. Teori psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan
dan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori,
dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan
berinteraksi.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan
adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan
kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespons stimulus
sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus
yang ada.

3. Teori sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan,
yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri
(disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori
kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development
theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification theory).
a. Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Pada lansia, kekuasaan dan prestasinya berkurang sehingga
menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa
hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
b. Teori penarikan diri
Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan
menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara
perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.
c. Teori aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung
bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan
aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting
dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
d. Teori kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat
terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata
tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia.
e. Teori perkembangan
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua
merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap
berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negatif.
Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua
yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.
f. Teori stratifikasi usia
Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan yang
dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk
mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro. Setiap
kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang demografi dan
keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya. Kelemahannya adalah
teori ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara
perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis
serta terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik.
g. Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang
arti kehidupan.

F. Masalah kesehatan pada Lansia


Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa. Gangguan kesehatan yang terjadi pada lansia merupakan akibat dari
proses alami karena adanya penurunan beberapa fungsi dalam tubuh lansia itu
sendiri.
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah sebagai berikut :
a. Kurang bergerak : gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat
menyebabkan lansia kurang bergerak
b. Gangguan buang air kecil : Keluarnya air seni tanpa disadari,dalam
jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan
atau sosial yang akan memperburuk kualitas hidup lansia tersebut
c. Gangguan intelektual : Merupakan kumpulan gejala klinik yang
meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat
sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-
hari.
d. Infeksi : bebrapa faktor resiko yang menyebabkan lansia mudah
mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi.
e. Gangguan panca indera,komunikasi,penyembuhan,dan kulit : Akibat
proses menua semua pancaindera berkurang fungsinya,demikian juga
gangguan pada otak,saraf,dan otot-otot yang digunakan untuk bicara
dapat menyebabkan terganggunya komunikasi sedangkan kulit
menjadi lebih kering,rapuh,dan mudah rusak dengan trauma yang
minimal

II. Konsep penyakit


A. Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani “kataarrhakies” yang berarti air
terjun. Dalam bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapatterjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau akibat keduanya
(buku : Klien Gangguan Mata dan Penglihatan : Keperawatan Medikal-
Bedah, oleh Ns. ANAS Tamsuri, S.Kep, tahun 2012).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.
Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat
kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma
mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang,
penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama,
atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001).
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya
jernih dan bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani
cataracta yang berarti air terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak
seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun didepan
matanya (Ilyas, 2006) hal 2. Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah
kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina,
yang dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan
penglihatan.

B. Anatomi Fisiologi

Mata merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh


manusia. Mata dapat dibedakan menjadi tiga lapisan. Lapisan terluar
adalah kornea dan sklera yang masing-masing mempunyai fungsi yang
berbeda. Kornea berfungsi sebagai pelindung mata dari infeksi dan
kerusakan struktural serta membiaskan cahaya ke lensa dan retina. Sklera
merupakan mantel atau pelindung mata agar tetap mempertahankan
bentuknya saat ada tekanan dari internal maupun eksternal. Sklera tertutup
oleh selaput transparan yang disebut dengan konjungtiva. Kornea dan
sklera dihubungkan oleh limbus. (Willoughby CE, 2010).
Lapisan kedua terdiri dari iris, badan siliar dan koroid. Iris
berfungsi dalam pengaturan akomodasi pupil agar cahaya yang masuk
dapat tersampaikan ke retina dengan baik. Badan siliar berfungsi dalam
memproduksi aqueous humor dan terletak antara iris dan koroid (Borges,
AS, 2013). Koroid berfungsi dalam memasok oksigen dan nutrisi ke
bagian luar dan dalam retina. Fungsi lain dari koroid adalah menyerap
cahaya, termoregulasi dengan menghilangkan panas dari mata, dan juga
mengatur tekanan intraokuler dengan mengontrol vasomotor aliran darah
(Nickla, DL, 2010).
Lapisan terdalam dari mata adalah retina. Retina merupakan bagian mata
yang peka terhadap cahaya, mengandung sel-sel kerucut dan sel batang. Bila sel
batang dan sel kerucut terangsang, sinyal akan dijalarkan melalui sel saraf pada
retina itu sendiri, ke serabut saraf optikus dan diinterpretasikan oleh korteks
serebri (Guyton,2013).

C. Etiologi
Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau trauma.Sebuah benda
asing yang merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak.Namun, katarak paling
lazim mengenai orang-orang yang sudah berusia lanjut. Biasanya kedua mata
akan terkena dan sebelah mata lebih dulu terkena baru mata yang satunya lagi.
Katarak juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur atau baru
mendapatkannya kemudian karena warisan dari orang tuanya.Namun kembali
lagi, katarak hanya lazim terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut.Coba
perhatikan hewan yang berumur tua, terkadang bisa kita melihat pengaburan lensa
di matanya.Semua ini karena faktor degenerasi.
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain
(Corwin,2000):
1.      Usia lanjut dan proses penuaan
2.      Congenital atau bisa diturunkan.
3.      Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan   beracun lainnya.  
4.      Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes)       dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).  
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1.      Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2.      Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan  metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes
melitus.
3.      Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4.      Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5.      Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
Katarak akan berkembang secara perlahan-lahan. Orang-orang tua yang
hidup sendiri (sedikit orang-orang disekitarnya/kurang dirawat) lebih sering
terkena katarak.Karena kebanyakan dari mereka kurang minum air atau cairan
lainnya guna menjaga peredaran darahnya tetap mengalir sebagaimana mestinya.

D. Patofisiologis
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat
menyebabkanpenglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa
dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak
ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
E. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1.      Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2.      Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
1.      Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus
pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup. Pupil yang
normalnya hitamcakan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat
asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
2.      Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih.
Gejala umum gangguan katarak meliputi: 
1.      Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2.      Gangguan penglihatan bisa berupa:
a) Peka terhadap sinar atau cahaya.
b) Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
e) Kesulitan melihat pada malam hari
f) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
g)  Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

F. Komplikasi
1.      Hilangnya vitreous.
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreous dapat
masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma atau
traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument
yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa intraocular
sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2.      Prolaps iris.
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca operasi dini.
Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi.
Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.

III.Asuhan Keperawatan Teoritis


Kasus
Pasien Tn. S berusia 74 thn dirawat diruang cempaka dengan keluhan penglihatan
buram kurang lebih 2 thn.Pasien juga mengatakan aktivitas terbatas dan sering
terjatuh. Pasien tampak cemas dan gelisah tentang dirinya yang akan dilakukan
tindakan pembedahan. Tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 80/menit,
frekuensi nafas 20x/menit, suhu 36℃ dengan ukuran pupil 3mm.
A. Pengkajian keperawatan
1. Identitas
Identitas merupakan ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang: jati diri
seseorang. Identitas klien meliputi
1) Nama; sangat penting untuk menjalin sebuah hubungan komunikasi yang
baik dan mempermudah dalam hal sapa menyapa.
2) Umur; pentingnya diketahui umur pada lansia sangat berkaitan erat dengan
kemampuan aktivitas fisik seorang lansia.
3) Jenis kelamin; perlu diketahui untuk bisa membedakan mana yang perlu
ditanyakan mengenai laki-laki dan perempuan.
4)Agama; sangat diperlukan dalam hal kerohanian misalnya katolik
berhubungan dengan doa rosario dan lain-lain.
5) Suku bangsa; berhubungan denga adat istiadat dan bahasa yang digunakan
setiap hari.
6) Alamat; untuk mengetahui tempat tinggal sebelum masuk di Panti dan
apakah tempat yang dulu menyenangkan atau tidak.
7) Tanggal masuk Panti; penting untuk diketahui berapa lama berada di Panti.
8)Tanggal pengkajian; diketahui untuk dapat menentukan rencana asuhan
keperawatan berapa hari kedepannya, dan kesedian lansia untuk dikaji.
9) Diagnosa medis; untuk mengetahun penyakit apa yang diderita lansia
tersebut.
2.Keluhan Utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk Panti.
Data yang dapat ditemukan: nyeri pada pinggul, lemah, letih, kesulitan bergerak,
tidak nyaman, mata kabur, kram otot.
3.Riwayat Kesehatan Saat Ini:
Meliputi perjalanan penyakit yang dialami pasien saat ini, berapa lama
penyakit sudah dialami, gejala yang dialami selama menderita penyakit saat ini dan
perawatan yang sudah dijalani untuk mengobati penyakit saat ini. Disamping itu
apakah saat ini pasien memiliki pola hidup yang tidak sehat seperti minum kopi,
merokok, alkohol, sering konsumsi makanan manis, dan keseharian dengan beban
psikis.
4.Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi status kesehatan anggota keluarga yang lain, apakah ada keluarga
yang mengalami sakit serupa yaitu diabetes mellitus dengan pasien saat ini, atau
penyakit keturunan lainnya.
5). Riwayat Lingkungan Hidup
Pengkajian ini merupakan bentuk pengkajian yang bertujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan pasien, faktor lingkungan
yang ada keterkaitanny dengan sakit yang dialami pasien saat ini dan kemungkinan
masalah yang dapat terjadi akibat pengaruh lingkungan. Data pengkajian dapat
meliputi kebersihan dan kerapian ruangan, penerangan, sirkulasi udara, keadaan
kamar mandi dan WC, pembuangan air kotor, sumber air minum, pembuangan
sampah, sumber pencemaran, penataan halaman, privasi, resiko injury.
6.Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perjalanan penyakit yang
sebelumnya pernah dialami oleh pasien, sehingga dapat dijadikan acuan dalam
analisis sakit yang saat ini pasien alami dan dalam penentuan pengobatan
selanjutnya. Data yang dapat dikaji berupa penyakit yang pernah diderita, riwayat
alergi, riwayat kecelakaan, riwayat dirawat di Panti, riwayat pemakaian obat. Apakah
sewaktu sehat pasien memiliki kebiasaan yang buruk misalnya merokok, minum
kopi, alcohol, sering makan-makanan yang manis atau makanan dengan kolesterol
tinggi.

2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh penglihatan buram

B. Masalah keperawatan
1.Gangguan Persepsi Sensori

C. Diagnosa keperawatan yang muncul


1.Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan ditandai
dengan distorsi sensori.

D. Rencana tindakan keperawatan

No. Diagnosa Luaran Intervensi Keperawatan


Keperawatan Keperawatan
1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan Manajemen halusinasi
berhubungan dengan intervensi 1x24 Observasi
gangguan penglihatan diharapka - Monitor perilaku yang
ditandai dengan kemampuan untuk mengidikasi halusinasi
distorsi sensori merasakanstimulasi - Monitor dan sesuaikan
suara, rasa, aroma, tingkat aktofitas & stimulasi
dan gambar visual lingkungan
membaik dengan - Monitor isi halusinasi
kriteria hasil : (Mis.Kekerasan/membayan
1.Ketajaman gkan dll)
penglihatan Terapeutik
meningkat - Pertahankan lingkungan
yang aman
- Lakukan tindakan
keselamatan ketika tidak
dapat mengontrol perilaku
(Mis.limit, setting,
pembatasan wilayah,
pengekangan fisik, seklusi)
- Diskusikan perasaan &
respon terhadap halusinasi
- Hindari perdebatan tentang
validasi halusinasi

Edukasi
- Anjurkan memonitor sendiri
situasi terjadinya halusinasi
- Anjurkan bicara pada orang
yang dipercaya untuk
memberi dukungan &
umpan balik korektof
terhadap halusinasi
- Anjurkan melakukan
distraksi
(mis.mendengarkan
musik,melakukan aktoritas
& teknik rileksasi)
- Anjurkan pasien & keluarga
cara mengontrol halusinasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antipsikotik dan
antiansietas,jika perlu.
E. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan
F. Evaluasi keperawatan
Menurut budiono (2010) evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien ( hasil yang diamati ) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan

Anda mungkin juga menyukai