Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN KASUS

ATRHITIS GOUT(ASAM URAT)

OLEH

VIRDA SINTIA LAO

NH0118090

CI INSTITUSI CI LAHAN

(NS. SITTI NUR BAYA S.,KEP,M.KES) (NS. SITTI HAJRAHS.,KEP )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )
NANI HASANDDIN MAKASSAR
2022
A. Konsep Keperawatan Keluarga
1. Defenisi
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistic yang
menempatkan keluarga dan komponennya sebagai focus pelayanan dan
melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Kholifah & Widagdo, 2016)
Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan individu yang
hidup bersama dalam satu rumah yang saling berkomunikasi dengan
memainkan peran suami, istri, bapak, ibu, anak dan saudara (Kholifah &
Widagdo, 2016)
Menurut Allender dan spradley (2001), Keluarga adalah satu atau
lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional,
dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas. (Susanto, 2012)
2. Tujuan Keperawatan Keluarga
(Depkes RI, 2010) tujuan keperawatan keluarga ada dua macam, yaitu
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dari keperawatan keluarga adalah
kemandirian keluarga dalam memelihara dan meningkatkan kesehatanannya.
Tujuan khusus dari keperawatan keluarga adalah keluarga mampu
melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan keluarga dan mampu menangani
maslah kesehatannya berikut ini.
a. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.
Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan seluruh
anggota keluarga.
b. Membuat keutusan secara tepat dalam mengatasi masalah kesehatan
anggota keluarga ke pelayanan Kesehatan.
c. Memeberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan. Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit
d. Memodifikasi lingkungan yang kondusif kemampuan keluarga dalam
mengatur lingkungan, sehingga mampu mempertahankan kesehatan dan
memelihara pertumbuhan serta perkembangan setiap anggota keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan dan
perawatan anggota keluarga yang mempunyai maslaah kesehatan.
(Kholifah & Widagdo, 2016)
3. Sasaran Keperawatan Keluarga
a. Keluarga sehat Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam
kondisi tidak mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan
antisipasi terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh
kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan Keluarga risiko tinggi dapat
didefinisikan, jika satu atau lebih anggota keluarga memerlukan perhatian
khusus dan memiliki kebutuhan untuk menyesuaikan diri, terkait siklus
perkembangan anggota keluarga dan keluarga dengan faktor risiko
penurunan status kesehatan.
c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut Keluarga yang memerlukan tindak
lanjut merupakan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan
memerlukan tindak lanjut pelayanan keperawatan atau kesehatan, misalnya
klien pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif, tindakan
pembedahan, dan penyakit terminal. (Kholifah & Widagdo, 2016)

4. Peran Dan Fungsi Perawat Keluarga


Dikutip dari (Depkes RI, 2010) peran dan fungsi keperawatan keluarga yaitu :
a. Pelaksana
Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan pelayanan
keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, mulai pengkajian
sampai evaluasi. Pelayanan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan
yang dilakukan bersifat promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif.
b. Pendidik
Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi
kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan, dan
melaksanakan pendidikan kesehatan agar keluarga dapat berperilaku sehat
secara mandiri.
c. Konselor
Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan konseling
atau bimbingan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu untuk membantu
mengatasi masalah kesehatan keluarga. (Kholifah & Widagdo, 2016)

5. Ciri-Ciri Keluarga
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja di bentuk atau di pelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (nomenclature) termasuk
perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang di bentuk oleh anggota-
anggota berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, atau rumah tangga.
(Harnilawati, 2013)
6. Tipe Keluarga
a. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini.
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri
atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui,
keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai
anak, jadi ketika nanti Anda melakukan pengkajian data dan
ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda klarifikasi lagi datanya.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang
dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak
menikah atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe
keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di
daerah pedesaan. (Kholifah & Widagdo, 2016)
7. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengnan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi, fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu dalam meningkatkan penghasilkan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
e. Fungsiperawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. (Harnilawati, 2013)

8. Peranan Keluarga
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga yang menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. (Harnilawati, 2013)
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Ayah
sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom,
dan pemberi rasa aman kepada anggotaa keluarga. Selain itu, sebagai anggota
masyarakat/kelompok sosial tertentu. Ibu sebagai pengurus rumah tangga,
pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung keluarga, dan juga sebagai
tambahan keluarga. Selain itu, sebagai anggota masyarakat. Anak berperan
sebagai pelaku psikososial sesui dengan perkembangan fisik, mental, sosial,
dan spiritual. (Zaidin, H, 2010)
9. Tahap Perekembangan Keluarga
Terdapat 8 tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya yaitu ;
(Kholifah & Widagdo, 2016)
a. Keluarga baru menikah atau pemula:
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
2) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
b. Keluarga dengan anak baru lahir
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga
2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek.
c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang
bermain, privasi, dan keamanan.
2) Mensosialisasikan anak.
3) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lain.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar
keluarga.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri.
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
f. Keluarga melepas anak usia dewasa muda
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak
2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau
istri.
g. Keluarga dengan usia pertengahan
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia dan anak-anak.
3) Memperkokoh hubungan perkawinan.
h. Keluarga dengan usia lanjut
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan hidup).
(Kholifah & Widagdo, 2016)

10. Tingkat Kemandirian Keluarga


a. Kelurga mandiri tingkat I
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komuitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
b. Kelurga mandiri tingkat II
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan perawat yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c. Kelurga mandiri tingkat III
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
3) Tahu dan dapat meningkatkan masalah kesehatan secara benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
5) Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif.
d. Kelurga mandiri tingkat IV
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan perawat yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
3) Tahu dan dapat meningkatkan masalah kesehatan secara benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
5) Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif. (Andi Parellangi, 2020)

B. Konsep Penyakit/Kasus
1. Definisi
Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolism purin yang
ditandai dengan hiperurikemi dan serangan sinovitis akut berulang-ulang,
penyakit ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia lanjut
dan wanita pasca menopause (Hardi, 2015)

2. Etiologi
Gejalah arthritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasijaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Penyakit ini termasuk
dalam kelainan metabolik. Kelaian ini berhubungan dengan gangguan kinetik
asam urat yaitu hiperuresemia. (Nasrullah, 2016)

3. Patofiologi
Asam urat ditubuh terjadi pada konsentrasi 6,4-6,8 mg/dl. Pada kondisi
tertentu dengan batas maksimal kelarutan adalah7mg/dl. Sekresi asam urat
berkolerasi dengan konsentrasinya karena sedikit peningkatan pada konsen trasi
peningkatan drastis sekresi urat hiperusemia dapat timbul karena penurunan
ekskresi peningkatan produksi atau kombinasi keduanya.
Serangan arthritis gout tidak hanya karena kadar asam urat yang terlalu
tinggi. Namun juga terjadi saat penurunan kadar asam urat, misalnya pada
penggunaan atupurinal. Pelepasan kristal monosodium urat dari depositnya
didalam tofus akan memicu inflamasi yang berujung gejala nyeri hebat (Chris,
2016),
4. Manifestasi klinik
Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati Menurut
(Nurarif, 2017) :
a. Stadium pertama adalah hiperusemia asimtomatik
b. Stadium kedua arthritis gout akibat terjadi awitan mendadak pembengkakan
dan nyeri yang luar biasa
c. Stadium ketiga setelah serangan gout adalah tahap interkritis,tidak terdapat
gejala gejala pada tahap ini, yag dapat berlangsung dari beberapa bulan
sampai tahun.
d. Stadium keempat adalah tahap gout kronik dengan timbulnya asam urat
yang terus menerus meluas selama beberapa tahun. jika pengobatan tidak
dimulai.

5. Pemeriksaan Penunjang
Secara umum penyebab hiperurisemia dapat ditentukan dengan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Pada
anamnesa terutama ditujukan untuk mendapatkan faktor keturunan dan kelainan
atau penyakit lain sebagai penyebab sekunder hiperurisemia. Apakah ada
keluarga yang menderita hiperurisemia atau gout. Untuk mencari penyebab
hiperurisemia sekunder perlu ditanyakan apakah pasien peminum alkohol,
memakan obat-obatan tertentu secara teratur, adanya kelainan darah, kelainan
ginjal atau penyakit lainnya. Pemeriksaan fisik untuk mencari kelainan atau
penyakit sekunder, terutama menyangkut tanda-tanda anemia atau phletora,
pembesaran organ limfoid, keadaan kardiovaskular dan tekanan darah, keadaan
dan tanda kelainan ginjal serta kelainan pada sendi. Pemeriksaan penunjang
ditujukan untuk mengarahkan dan memastikan penyebab hiperurisemia.
Pemeriksaan penunjang yang dikerjakan dipilih berdasarkan perkiaraan
diagnosis setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang
rutin dikerjakan adalah pemeriksaan darah rutin asam urat, kreatinn darah,
pemeriksaan urin rutin, kadar asam urat urin 24 jam, kadar kreatinin urin 24 jam,
dan pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan enzim dilakukan atas indikasi dari
diagnosis.
Pemeriksaan kadar asam urat dalam urin 24 jam penting dikerjakan
untuk mengetahui penyebab hiperurisemia overproduction atau underexcretion.
Kadar asam urat dalam urin 24 jam di bawah 600mg/hari adalah normal pada
orang dewasa yang makan bebas purin selama 3-5 hari sebelum pemeriksaan.
Namun sering anjuran makan bebas purin ini tidaklah praktis. Maka pada orang
yang makan biasa tanpa pantang purin kadar asam urat urin 24 jam di atas 1000
mg/hari adalah abnormal (overproduction), dan kadar 800 s.d 1000 mg/hari
adalah borderline

6. Diagnosa Keperawatan
a. Ketiakefektifan manajemen kesehatan dalam keluarga.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
c. defisit pengetahuan

7. Intervensi keperawatan
nnNO D Diagnosa iittTujuan dan kriteria iiiiIntervensi keperawatan
keperawatan hasil
111. Ketiakefektifan 111.kemampuan 1. kaji ketidakefektifan
manajemen nyeri.
manajemen menjelaskan masalah
2. kaji tingkat
kesehatan dalam kesehatan yang pengetahuan terkait
proses penyakit.
keluarga. dialami menurun
3. jelaskan proses
222.gejala penyakit penyakit.
4. jelaskan tanda dan
anggota keluarga
gejala ari penyakit.
menurun 5. Ajarkan diet yang
tepat.
333.tindakan untuk
mengurangi faktor
risiko meningkat
444.verbalisasi kesulitan
menjalankan
perawatan yang di
tetapkan meningkat
44
222. Gangguan rasa
1. Kaji pengetahuan dan
nyaman (nyeri) 1.kesejahteraan fisik kepercayaan klien
b/d meningkat mengenai nyeri.
ketidakmampuan 2.dukungan sosial dari
keluarga merawat keluarga meningkat 2. Ajarkan metode
nonfarmakologi
anggota keluarga 3.perawatan sesuai
yang sakit dengan kebutuhan
meningkat

4.keluhan tidak nyaman


gelisah menurun
333.

Defisit 1.identifikasi kesiapan dan


1.perilaku sesuai anjuran kemampuan menerima
pengetahuan
verbalisasi minat dalam informasi
belajar meningkat
2. berikan kesempatan
2.kemampuan untuk bertanya
menjelaskan
pengetahuan tentang 3.jadwalkan pendidikan
suatu topik meningkat kesehatan sesuai
kesepakatan
3. persepsi yang keliru
terhadap masalah
menurun
DAFTAR PUSTAKA

Andi Parellangi. (2020). Home Care Nursing Aplikasi Praktik Berbasis Evidance-Based.
Penerbit Andi.
Diyono, S. . (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Jakarta:
KENCANA.
Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka
As Alam.
I Made Pande Dwipayaman, I. . (2018). Tanya Jawab Seputar Kencing Manis (Diabetes
Melitus) & Sakit Maag (gastritis). Ponorgo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Kholifah, S. N., & Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta
Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Kusuma, A. . (2015). Nanda Nic Noc. Yogyakarta: Mediaction.
Lippincott, W. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth 12. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Margareth, C. . (2012). Asuhan Keperawatan Bedah Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Mary Digiulio, D. . (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Priscilia Le Mone, K. . (2017). Buku Ajaran Medikal Bedah Gangguan Gastriontestional.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM.
Zaidin, H, A. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga (F. Ariani, ed.). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai