Anda di halaman 1dari 50

ASUAHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN SETTING SEKOLAH

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas

Dosen Pembimbing:

Arif Wicaksono S.Kep,Ns,M.Kes

Disusun Oleh:

Kelompok/Kelas : 8/ 3D

1. Iin Anjarsari (201601151)


2. Nabillah Choirun Nisa (201601152)
3. Nirvana Faradiba (201601153)
4. Noviani Istian (201601154)
5. Fina Ika Febrianti (201601155)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. atas selesainya makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Komunitas Dengan Setting Sekolah atas dukungan moral dan
materi yang diberikan dalam menyusun makalah ini. Maka kami mengucapkan terimakasih
kepada:

1. Bapak Dr. M. Sajidin S.Kep, M.Kes. selaku ketua Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto
2. Ibu Ana Zakiyah M.Kep. selaku ketua program studi S1 ilmu keperawatan
3. BapakArif Wicaksono S.Kep,Ns,M.Kes selaku dosen Keperawatan Komunitas
4. Teman-teman kelompok 3 kelas D Program Studi S1 Ilmu Keperawatan yang telah
membantu untuk menyelesaikan Tugas Makalah ini.

Terima kasih atas dukungannya, dalam penulisan ini sangat disadari bahwa Tugas
Makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan sangat terbatasnya
pengetahuan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis untuk
menyempurnakan Tugas Makalah ini.

Mojokerto, Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Tujuan Umum ............................................................................................................. 2

1.3 Tujuan Khusus............................................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN TEORI ....................................................................................................... 3

2.1 Definisi Anak Usia Sekolah ........................................................................................ 3

2.2 Konsep Dasar Keluarga dengan Tahap Perkembangan anak usia sekolah ................. 4

2.3 Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak .................................................................. 6

2.4 Perkembangan Usia Sekolah ....................................................................................... 7

2.5 Peran Dan Fungsi Keluarga Bagi Anak Usia Sekolah ................................................ 8

2.6 Masalah Anak Usia Sekolah ....................................................................................... 9

2.7 PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) Pada Anak Usia Sekolah ............................... 11

2.8 Konsep Kebersihan Diri Anak Usia Sekolah ............................................................ 15

2.9 Kebiasaan Jajan Anak Usia Sekolah ......................................................................... 17

2.10 Usaha Kesehatan di Sekolah Pada Anak Usia Sekolah............................................. 21

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................................... 26

3.1 Pengkajian ................................................................................................................. 26

3.2 Analisa Data .............................................................................................................. 28

3.3 Prioritas Masalah ....................................................................................................... 31

3.4 Diagnosa Keperawatan .............................................................................................. 32

3.5 Intervensi Keperawatan ............................................................................................. 33

iii
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................................... 39

4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 39

4.2 Saran .......................................................................................................................... 39

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak dari latar
belakang manusia yang berbeda-beda.Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang terjadi
dan berhubungan dengan masalah kesehatan. Di dalam komunitas masyarakat suatu
daerah bila di klasifikasikan berdasarkan kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap
kondisi kesehatan terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah.Salah satu upaya
yang dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan
melakukan kegiatan keperawatan pada komunitas / masyarakat yang didalamnya terdapat
kelompok khusus anak sekolah.

Usia sekolah merupakan usia yang sagat retan terhadap paparan penyakit karena
pola makan anak usia sekolah yang kurang di perhatikan seperti pola jajan yang
sembarangan. Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua kelompok usia
dan kelas sosial, termasuk anak usia sekolah dan golongan remaja (Titi S, 2004 dalam
Qonita, 2010). Hampir semua anak usia sekolah suka jajan (91,1%), selain nilai gizi
makanan jajanan yang relatif rendah, keamanan pangan makanan jajanan juga menjadi
masalah. Hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
menyimpulkan bahwa persentase makanan jajanan anak Sekolah Dasar (SD) yang
dicampur dengan berbagai zat berbahaya masih sangat tinggi. Sebagai salah satu
alternatif makanan bagi anak sekolah, nilai gizi dan nilai keamanan maka makanan
jajanan masih perlu mendapat perhatian (Muhilal dkk, 2006 dalam Qonita, 2010).

Anak sekolah belum mengerti cara memilih jajanan yang sehat sehingga
berakibat buruk pada kesehatannya sendiri (Suci, 2009). Anak membeli jajan menurut
kesukaan mereka sendiri tanpa memikirkan bahan-bahan yang terkandung didalamnya
(Judarwanto, 2008).Anak sekolah biasanya mempunyai lebih banyak perhatian, aktivitas
di luar rumah, dan sering melupakan waktu makan sehingga mereka membeli jajanan di
sekolah untuk sekedar mengganjal perut (Rakhmawati, 2009).Kebiasaan jajan ini
dipengaruhi oleh faktor terkait makanan, karakteristik personal (pengetahuan tentang
jajanan, kecerdasan, persepsi, dan emosi), dan faktor lingkungan (Ariandani,

1
2011).Permasalahan kebiasaan jajan yang tidak sehat pada siswa harus ditangani agar
dapat terhindar dari berbagai macam resiko penyakit (Evy, 2008). Anak usia sekolah
pada umur 7-11 tahun berada pada tahap perkembangan konkret operasional yang
ditandai pikiran yang logis dan terarah serta mampu berfikir dari sudut pandang orang
lain membuat anak usia sekolah sangat peka menerima perubahan dan pembaharuan
(Wong, 2003).

Pendidikan kesehatan berperan mengubah perilaku kesehatan seseorang sebagai


hasil pengalaman belajar (Herijulianti, 2002).Upaya pro aktif sekolah pun perlu
dilakukan seperti pemilihan jajanan sehat seperti sekolah menyediakan kanti sekolah
yang sehat dan menempelkan poster tentang jajanan sehat.Pendidikan kesehatan yang
perlu diberikan salah satunya melalui media permainan yang edukatif dan menarik. Serta
peran UKS pun sangat berperan aktif didalam perkembangan kesehtaan anak usia
sekolah dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dengan carab
erkerjasama dengan tenaga kesehatan. Selain memberikan pemeriksaan peran tenaga
kesehatan pun sangat diperlukan untuk memberikan pengetahuan terhadap anak usia
sekolah tentang makanan yang sehat dan makanan yang perlu atau tidak perlu untuk di
makan.

1.2 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada komunitas
setting anak usiasekolah termasuk upaya dan penangannya melalui pendekatan proses
komunitas

1.3 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi permasalahan yang dialami komunitas anak dengan setting


sekolah.
2. Menganalisis data komunitas pada anak dengan setting sekolah.
3. Merumuskan diagnosa asuhan keperawatan komunitas setting sekolah.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Anak Usia Sekolah

Anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi
pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas
perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang
lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk
keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan
tertentu.(Wong, 2008)
Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih
duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya.
Anak usia sekolah adalah anak dengan usia 7 sampai 15 tahun.
A. Label yang Digunakan Oleh Orangtua
1. Usia yang menyulitkan, yaitu suatu masa ketika anak tidak mau lagi menuruti
perintah dan ketika anak lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada oleh
orangtua dan anggota keluarga lain.
2. Usia tidak rapi, yaitu suatu masa ketika anak cenderung tidak memperdulikan
dan ceroboh dalam penampilan.
3. Usia bertengkar, yaitu suatu masa ketika banyak terjadi pertengkaran antar-
keluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota
keluarga.
B. Label yang digunakan pendidik/guru
1. Usia sekolah dasar, yaitu suatu masa ketika anak diharapkan memperoleh
dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai
keterampilan penting tertentu baik kurikuler maupun ekstrakurikuler.
2. Periode kritis dalam berprestasi, yaitu suatu masa ketika anak membentuk
kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses, yang
cenderung menetap sampai dewasa.
C. Label yang Digunakan oleh Ahli Psikologi
1. Usia berkelompok, yaitu suatu masa ketika perhatian utama anak tertuju pada
keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.
3
2. Usia penyesuaian diri, yaitu suatu masa ketika anak ingin menyesuaikan
dengan standar yang disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara,
dan perilaku.
3. Usia kreatif, yaitu suatu masa ketika akan ditentukan apakah anak akan
menjadi konformis (pencipta karya baru) atau tidak.
4. Usia bermain, yaitu suatu masa ketika besarnya keinginan bermain karena
luasnya (adanya) minat dan kegiatan untuk bermain.

2.2 Konsep Dasar Keluarga dengan Tahap Perkembangan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya
mencapai jumlah anggota maksimum dan hubungan keluarga diakhir tahap ini
(Duval,1977 ). Pada masa ini merupakan tahun-tahun yang sibuk.Kini anak-anak
mempunyai keinginan dan kegiatan-kegiatan masing-masing, disamping kegiatan-
kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup, serta kegiatan-kegiatan orangtua sendiri.
Setiap orang menjalani tugas-tugas perkembangannya sendiri-sendiri, sama seperti
keluarga berupaya memenuhi tugas-tugas dan perkembangannya sendiri.
Menurut Erikson (1950) orangtua berjuang dengan tuntutan ganda yaitu berupaya
mencari kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya (tugas perkembangan
generativitas) dan memperhatikan perkembangan mereka sendiri, sementara anak-anak
usia sekolah bekerja untuk mengembangkan sense of industry–kapasitas untuk
menikmati pekerjaan dan mencoba mengangkis perasaan rendah hati.Tugas orangtua
pada tahap ini adalah untuk belajar menghadapi pisah dengan atau lebih sederhana
membiarkan anak pergi. Lama kelamaan hubungan dengan teman sebaya dan kegiatan-
kegiatan di luar rumah akan memainkan peranan yang lebih besar dalam kehidupan anak
usia sekolah. Tahun-tahun ini dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan keluarga, tapi ada juga
kekuatan-kekuatan yang secara perlahanmendorong anak tersebut pisah dari keluarga
sebagai persiapan menuju masa remaja. Orangtua yang mempunyai perhatian di luar
anak mereka akan merasa lebih mudah membuat perpisahan yang perlahan – lahan. Akan
tetapi, dalam contoh – contoh dimana peran ibu merupakan central dan satu – satu nya
peran yang signifikan dalam kehidupan wanita, maka proses pisah ini merupakan sesuatu
yang menyakitkan dan dipertahankan mati-matian.

4
Selama tahap ini orang tua merasakan tekanan yang luar biasa dari komunitas
diluar rumah melalui sistem sekolah dan berbagai asosiasi di luar keluarga yang
mengharuskan anak – anak mereka menyesuaikan diri dengan standar – standar
komunitas bagi anak.Hal ini cendrung mempengaruhi keluarga – keluarga kelas
menengah untuk kelas menengah menekan nilai – nilai tradisional pencapaian dan
produktivitas, dan menyebabkan sejumlah keluarga dari kelas pekerja dan banyak
keluarga miskin meras tersingkir dari dan konflik dengan sekolah dan / atau nilai – nilai
komunitas.
Kecacatan pada anak – anak akan ketahuan selama periode kehidupan anak. Para
perawat sekolah dan guru akan mendeteksi banyak defek penglihatan, pendengaran,
wicara, selain sulit belajar gangguan tingkah laku, dan perawatan gigi yang tidak
adekuat, penganiayaan anak, penyalahgunaan zat, dan penyakut – penyakit menular
(Edelman dan Mandle, 186). Bekerja dengan keluarga dengan peran sebagai konselor
dan pendidik dalam bidang kesehatan, selain untuk memulai rujukan yang layak untuk
skrining lanjutan, membutuhkan energi yang sangat banyak dari seorang perawat
sekolah.Ia juga bertindak sebagai narasumber bagi guru sekolah, memungkinkan guru
mampu menangani kebutuhan-kebutuhan kesehatan individu atau yang telah lazim dari
siswa-siswa secara efektif.
Ada banyak keadaan cacat yang terdeteksiselama tahun-tahun sekolah, termasuk
epilepsi, serebral palsi, reterdasi mental, kanker, kondisi ortopedik. Fungsi utama
perawat kesehatan disini disamping fungsi rujukan, mengajar, dan memberikan
konseling kepada orangtua mengenai kondisi tersebut akan membantu keluarga
melakukan koping sehingga pengaruh yang merugikan dari cacat tersebut pada keluarga
dapat diminimalkan.
Bagi anak-anak dengan masalah tingkah laku, perawat keluarga di sekolah,
klinik, kantor dokter, dan lembaga-lembaga komunitas harus mengupayakan keterlibatan
orangtua secara aktif. Memulai rujukan untuk konseling/terapi keluarga sering amat
bermanfaat dalam membantu keluarga agar sadar akan masalah-masalah keluarga yang
mungkin mempengaruhi anak usia sekolah secara merugikan. Jika orangtua dapat menata
kembali masalah tingkah laku anak sebagai sebuah masalah keluarga dan berupaya
mencari resolusi dengan fokus baru tersebut, akan tercapai lebih banyak fungsi-fungsi
keluarga dan tingkah laku anak yang sehat (Bradt, 19888).Tabel :Tahap Siklus

5
Kehidupan Keluarga ini dengan Dua Orangtua, dan Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga dengan Anak Usia Sekolah.

Tahap Siklus Kehidupan Tugas-Tugas Perkembangan


Keluarga Keluarga

Keluarga dengan anak usia  Mensosialisasikan anak-anak,


sekolah termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan
hubungan dengan teman sebaya
yang sehat.
 Mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan.
 Memenuhi kebutuhan kesehatan
fisik anggota keluarga.

Sumber : Carter & McGoldrick (1988), Duvall & Miller (1985)

2.3 Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak

Tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak menurut Havigrust:

1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan


yang umum.
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh.
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya.
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5. Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung.
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari.
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai.
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga.

6
9. Mencapai kebebasan pribadi.

2.4 Perkembangan Usia Sekolah

1. Perkembangan Biologis: Saat umur sampai 12 tahun, pertumbuhan rata-rata 5


cm per tahun untuk tinggi badan dan meningkat 2-3 kg per tahun untuk berat
badan. Selama usia tersebut, anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan
ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan
jaringan lemak lebih cepat perkembangannya daripada otot.
2. Perkembangan Psikososial: Menurut Freidmen, perkembangan psikososialnya
digolongkan dalam fase laten, yaitu ketika anak berada dalam fase oidipus yang
terjadi pada masa prasekolah dan mencintai seseorang. Dalam tahap ini, anak
cenderung membina hubungan yang erat atau akrab dengan teman sebaya, juga
banyak bertanya tentang gambar seks yang dilihat dan dieksploitasi sendiri
melalui media. Menurut Erikson, perkembangan psikososialnya berada dalam
tahap industri vs inferior. Dalam tahap ini, anak mampu melakukan atau
menguasai keterampilan yang bersifat teknologi dan sosial, memiliki keinginan
untuk mandiri, dan berupaya menyelesaikan tugas. Inilah yang merupakan tahap
industri. Bila tugas tersebut tidak dapat dilakukan, anak akan menjadi inferior.
3. Temperamen: Sifat temperamental yang dialami sebelumnya merupakan faktor
terpenting dalam perilakunya pada masa ini. Pola perilakunya menunjukkan
anak mudah bereaksi terhadap situasi yang baru. Pada usia ini, sifat
temperamental sering muncul sehingga peran orang tua dan guru sangat besar
untuk mengendalikannya.
4. Perkembangan Kognitif: Menurut Plaget, usia ini berada dalam tahap
operasional konkret, yaitu anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan
verbal dan simbol. Selama periode ini kemampuan anak belajar konseptual
mulai meningkat dengan pesat dan memiliki kemampuan belajar dari benda,
situasi, dan pengalaman yang dijumpainya.
5. Perkembangan Moral: Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya
dikategorikan oleh Kohlberg berada dalam tahap konvensional. Pada tahap ini,
anak mulai belajar tentang peraturan-peraturan yang berlaku, menerima
peraturan, dan merasa bersalah bila tidak sesuai dengan aturan yang telah
diterimanya.
7
6. Perkembangan Spiritual: Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya
adalah konkret atau nyata daripada belajar tentang “God”. Mereka mulai tertarik
terhadap surga dan neraka sehingga cenderung melakukan atau mematuhi
peraturan, karena takut bila masuk neraka.
7. Perkembangan Bahasa: Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum
yang berasal dari berbagai pelajaran di sekolah, bacaan, pembicaraan, dan
media. Kesalahan pengucapan mengalami penurunan karena selama mencari
pengalaman anak telah mendengar pengucapan yang benar sehingga mampu
mengucapkannya dengan benar.
8. Perkembangan Sosial: Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia
berkelompok, yang ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-
teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota
kelompok.
9. Perkembangan Seksual: Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari
teman-teman terlebih guru dan pelajaran di sekolah. Anak mulai berupaya
menyesuaikan penampilan, pakaian, dan bahkan gerak-gerik sesuai dengan
peran seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak mengembangkan minat-minat
yang sesuai dengan dirinya. Disini, peran orang tua sangat penting untuk
mempersiapkan anak menjelang pubertas.
10. Perkembangan Konsep Diri: Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi
oleh mutu hubungan dengan orang tua, saudara, dan sanak keluarga lain. Saat
usia ini, anak-anak membentuk konsep diri ideal, seperti dalam tokoh-tokoh
sejarah, cerita khayal, sandiwara, film, tokoh nasional atau dunia yang
dikagumi, untuk membangun ego ideal yang menurut Van den Daele berfungsi
sebagai standar perilaku umum yang diinternalisasi.

2.5 Peran Dan Fungsi Keluarga Bagi Anak Usia Sekolah

Tugas perkembangan dalam anak usia sekolah menurut Duval dam Miller Carter dan
Mc Goldrik dalam Friedman (1980) :

1. Mensosialisasikan anak - anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan


mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

8
3. Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga

2.6 Masalah Anak Usia Sekolah

Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik dan
psikologis.
A. Bahaya Fisik
1. Kegemukan: Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada
kelenjar, tetapi akibat banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi. Bahaya
kegemukan yang mungkin dapat terjadi: anak kesulitan mengikuti
kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai
keterampilan yang penting untuk keberhasilan sosial, dan teman-
temannya sering mengganggu dan mengejek dengan sebutan-sebutan
“gendut” atau sebutan lain sehingga anak merasa rendah diri.
2. Kecelakaan: Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain
yang menghasilkan keterampilan tertentu. Maskipun tidak meninggalkan
bekas fisik, kecelakaan yang dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih
bersikap hati-hati akan berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak
merasa takut terhadap kegiatan fisik. Bila hal ini terjadi dapat berkembang
menjadi rasa malu yang mempengaruhi hubungan sosial.
3. Kecanggungan: Pada masa ini anak mulai membandingkan
kemampuannya dengan teman sebaya. Bila muncul perasaan tidak mampu
dapat menjadi dasar untuk rendah diri.
4. Kesederhanaan: Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada
saat apapun. Orang yang lebih dewasa memandangnya sebagai perilaku
yang kurang menarik sehingga anak menafsirkan sebagai penolakan yang
dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri anak.

B. Bahaya Psikologis
1. Bahaya dalam berbicara: Ada empat bahaya dalam berbicara yang
umum terdapat pada anak usia sekolah: kosakata yang kurang dari rata-
rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat komunikasi
dengan orang lain, kesalahan dalam berbicara, seperti salah ucap dan
kesalahan tata bahasa, cacat dalam bicara seperti gagap atau pilar, akan

9
membuat anak menjadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila
perlu, anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam bahasa yang
digunakan di lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk
berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia “berbeda” dan pembicaraan
yang bersifat egosentris, yang mengkritik dan merendahkan orang lain,
dan yang bersifat membual akan ditentang oleh temannya.
2. Bahaya emosi: Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman-teman
sebaya maupun orang dewasa, bila ia masih menunjukkan pola-pola
ekspresi emosi yang kurang menyenangkan, seperti marah yang meledak-
ledak, dan juga bila emosi yang buruk seperti marah dan cemburu masih
sangat kuat sehingga kurang disenangi orang lain.
3. Bahaya bermain: Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan
merasa kekurangan kesempatan untuk mempelajari permainan dan
olahraga yang penting untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang
dilarang berkhayal karena membuang waktu atau dilarang melakukan
kegiatan kreatif dan bermain akan mengembangkan kebiasaan penurut
yang kaku.
4. Bahaya dalam konsep diri: Anak yang mempunyai konsep diri yang
ideal biasanya merasa tidak puas pada perlakuan orang lain. Bila konsep
sosialnya didasarkan pada berbagai stereotip, ia cenderung berprasangka
dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena
konsepnya berbobot emosi maka itu cenderung menetap dan terus
memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak.
5. Bahaya moral
Ada enam bahaya umumnya dikaitkan dengan perkembangan
sikap moral dan perilaku anak-anak:
a. Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media masa tentang benar dan salah
yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa.
b. Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas dalam
terhadap perilaku.
c. Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa
yang sebaiknya dilakukan.

10
d. Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
e. Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga perilaku menjadi kebiasaan.
f. Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.
6. Bahaya yang menyangkut minat: Ada dua bahaya yang umum
dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak: pertama, tidak berminat
pada hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya, dan kedua,
mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat
bernilai bagi dirinya, seperti kesehatan atau sekolah.
7. Bahaya dalam penggolongan peran seks: Ada dua bahaya yang umum
dalam penggolongan peran seks: kegagalan untuk mempelajari organ
seks, dan ketidakmampuan untuk melakukan peran seks yang disetujui.
Bahaya yang pertama cenderung berkembang bila anak dibesarkan oleh
keluarga ketika orang tuanya melakukan peran seks yang berbeda dengan
orang tua teman-temannya. Bahaya yang kedua berkembang bilamana
anak perempuan dan laki-laki diharapkan melakukan peran-peran
tradisional.
8. Bahaya dalam perkembangan kepribadian: Ada dua bahaya yang
serius dalam perkembangan kepribadian periode ini. Pertama,
perkembangan konsep diri yang buruk yang mengakibatkan penolakan
diri, dan kedua, egosentrisme yang merupakan lanjutan dari awal masa
kanak-kanak. Egosentrisme merupakan hal yang serius karena
memberikan rasa penting diri yang palsu.
9. Bahaya hubungan keluarga: Pertentangan dengan anggota-anggota
keluarga mengakibatkan dua hal: melemahkan ikatan keluarga dan
menimbulkan kebiasaan pola penyesuaian yang buruk, serta masalah-
masalah yang dibawa keluar rumah.

2.7 PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) Pada Anak Usia Sekolah

A. Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi yang
dicanangkan oleh Departemen Kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan

11
Millenium 2015 melalui rumusan visi dan misi Indonesia Sehat, sebagaimana
yang dicita-citakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dalam menyongsong
Milenium Development Goals (MDGs). "Health is not everything, but without
health everything is nothing". Kesehatan memang bukan segalanya, tetapi tanpa
kesehatan segalanya menjadi tidak berarti.Setiap individu mempunyai hak untuk
hidup sehat, kondisi yang sehat hanya dapat dicapai dengan kemauan dan
keinginan yang tinggi untuk sehat serta merubah prilaku tidak sehat menjadi
prilaku hidup sehat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan prilaku yang


dipraktekkan oleh setiap individu dengan kesadaran sendiri untuk meningkatkan
kesehatannya dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan yang
sehat.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat harus diterapkan dalam setiap sisi
kehidupan manusia kapan saja dan dimana saja. PHBS di rumah tangga/keluarga,
institusi kesehatan, tempat-tempat umum, sekolah maupun di tempat kerja karena
perilaku merupakan sikap dan tindakan yang akan membentuk kebiasaan
sehingga melekat dalam diri seseorang.

Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi baik yang berasal


dari luar maupun dari dalam dirinya.PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong
diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat.PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam Indonesia Sehat dan
merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat
terhadap pembiayaan kesehatan.

Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi.(UU
Kesehatan RI No. 23 tahun 1992).Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan
sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi
yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organism)


terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
12
kesehatan, makanan, serta lingkungan (Simons-Morton et al.,1995). Perubahan-
perubahan perilaku kesehatan dalam diri seseorang dapat diketahui melalui
persepsi.Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera.Dalam
aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau
mahluk hidup yang bersangkutan.(Notoatmodjo, 2005).Dasar orang berperilaku
dipengaruhi oleh nilai, sikap,dan pendidikan/pengetahuan.

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang


optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan
yang optimum pula (Notoatmodjo.,2003)

B. Tujuan PHBS

Tujuan PHBS adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan


kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta masyarakat termasuk
swasta dan dunia usaha berperan serta aktif mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal.

Tatanan sekolah indikator PHBS di sekolah antara lain:

1. Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun.


Sebab air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri
penyebab penyakit, bila digunakan maka kuman dan bakteri berpindah ke
tangan.Pada saat makan kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang
bisa menimbulkan penyakit antara lain diare, thypus, cacingan, flu burung
dll.
2. Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.
Jajan sembarangan tidak aman karena kita tidak tahu apakah bahan
tambahan makanan (BTM) yang digunakan seperti zat pewarna, pengawet,
pemanis dan bumbu penyedapnya aman untuk kesehatan atau tidak.
3. Menggunakan sampah pada tempatnya
Sampah akan menjadi tempat berkembang biak serangga dan tikus,
menjadi sumber polusi dan pencemaran terhadap tanah, air dan
udara.Sampah menjadi media perkembangan kuman-kuman penyakit yang

13
dapat membahayakan kesehatan. Dan sampah juga bisa menimbulkan
kecelakaan dan kebakaran.
4. Olah raga yang teratur dan terukur
Manfaat olah raga yang teratur antara lain berat badan terkendali, otot
lebih lentur dan tulang lebih kuat, bentuk tubuh lebih ideal dan
proporsional, daya tahan tubuh terhadap penyakit lebih baik dan
menghindarkan diri dari penyakit jantung, osteoporosis, diabetes, stroke
dan hipertensi.
5. Memberantas jentik nyamuk.
Untuk memutuskan mata rantai siklus hidup nyamuk, sehingga
nyamuk tidak berkembang di lingkungan sekolah.Khususnya jentik nyamuk
Aedes aeghypty yang menyebabkan penyakit DBD, karena nyamuk ini
menggigit pada siang hari dimana siswa sedang belajar.Perlu dilakukan
kegiatan 3 m yaitu, menguras tempat-tempat penampungan air seminggu
sekali seperti vas bunga,bak mandi dll , menutup tempat-tempat
penampungan air dengan rapat dan mengubur barang bekas yang dapat
menampung air hujan.
6. Tidak merokok.
Karena banyak sekali efek negatif yang ditimbulkan oleh rokok, antara
lain terjangkit penyakit kanker paru-paru, kanker mulut, penyakit jantung,
batuk kronis, kelainan kehamilan, katarak, kerusakan gigi, dan efek
ketagihan serta ketergantungan terhadap rokok. Di dalam sebatang rokok
terkandung 4.000 bahan kimia dan 43 senyawa yang terbukti menyebabkan
kanker.Bahan utama rokok terdiri dari nikotin, tar dan CO.
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan badan serta status
gizi.Agar pertumbuhan anak dapat berkembang secara optimal.
8. Menggunakan jamban.
Untuk menjaga agar lingkungan selalu bersih, sehat dan tidak
berbau.Supaya tidak mencemari sumber air dilingkungan sekitar Dan juga
agar tidak mengundang datangnya serangga kecoa/ lalat yang dapat menjadi
vektor penyakit seperti diare, cholera, disentri, thypus, cacingan dll.

14
2.8 Konsep Kebersihan Diri Anak Usia Sekolah

Kebersihan diri adalah upaya yang di lakukan untuk menjaga tubuh atau badan
agar ada selalu dalam keadaan bersih dan sehat diantaranya : kebersihan gigi dan
mulut serta tangan dan kuku.

A. Konsep Perawaatan Gigi


1. Menggosok gigi adalah kebersihan gigi dengan menggunakan sikat gigi dan
odol gigi
2. Merawat gigi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga agar
gigi dalam keadaan bersih dan sehat.
3. Fungsi gigi
Gigi primer atau gigi susu berjumlah 20 buah dimana setiap rahang
atas dan bawah memiliki 10 buah gigi atau ada 3 jenis gigi, yaitu : gigi seri
berjumlah 4 buah, yang berfungsi untuk memotong, gigi taring 2 buah yang
berfungsi untuk menahan dan merobek makanan, dan gigi geraham 4 buah
yang berfungsi untuk menghancurkan makanan.
4. Manfaat Mengosok Gigi
 Agar gigi menjadi bersih dan sehat
 Mencegah timbulnya gigi karies atau karang gigi, lubang gigi, dan penyakit
gigi lainnya
 Memberi perasaan segar pada gigi
5. Cara Menyikat Gigi
a. Persiapan Alat
 1 buhah sikat gigi
 Gelas/ gayung berisi air
 Pasta gigi / odol gigi
b. Cara Kerja
 Mencuci tangan
 Ambil dan dekatkan peralatan
 Kaluarkan pasta gigi penuh dan merata pada permukaan sikat
gigi
 Tutup kembali pasta gigi dan letakkan kembali pada tempatnya

15
 Mulailah kumur – kumur dengan air
6. Menyikat Gigi
 Letakkan posisi sikat 45º terhadap gusi
 Gerakan sikat dari arah gusi kebawah untuk gigi Rahang Atas (seperti
mencungkil)
 Gerakan sikat dari arah gusi ke atas untuk gigi rahang bawah
 Sikat seluruh permukaan yang menghadap bibir dan pipi serta permukaan
dalam dan luar gigi dengan cara tersebut.
 Sikat permukaan kunyah gigi dari arah belakang ke depan.
7. Sikat perbagian gigi minimal 10 kali
8. Berkumur – kumur sampai mulut terasa bersih
9. Bilas mulut dengan air bersih kemudian keringkan dengan handuk
10. Perhatikan
a. Kita harus menggunakan sikat gigi sendiri
b.Menyikat gigi jangan terlalu keras
c. Jangan sampai tertelan air bekas kumur – kumur
d.Gunakan pasta gigi yang mengandung florida
e. Gunakan sikat gigi yang berbulu lembut
B. Konsep Perawatan Tangan dan Kuku
1. Pengertian mencuci tangan
Mencuci tangan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga
agar tangan dan kuku tetap bersih dan sehat.
2. Tujuan
 Membersihkan tangan dan kuku dari kotoran agar tetap bersih dan sehat
 Mencegah penularan penyakit
 Melatih suatu kebersihan yang baik
3. Waktu mencuci tangan

Mencuci tangan dilakukan :

 Apabila tangan kotor


 Sebelum dan sesudah makan
4. Persiapan

16
 Air yang mengalir ( kran, tengki kecil dan baskom )
 Sabun
 Air hangat dan gunting kuku
 Sikat lunak
 Handuk kecil yang bersih dan kering ( tisu )
5. Pelaksanaan
a. Cara mencuci tangan
 Membuka kran
 Membasahi tangan dengan air
 Tuangkan sabun secukupnya
 Ratakan dengan kedua telapak tangan
 Gosok punggung dan sela – sela jari kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
 Gosok kedua telapak tangan serta sela jari – jari
 Jari – jari kedua tangan dari sisi dalam saling mangunci
 Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya .
 Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan
dan lakukan sebaliknya
 Bilas kedua tangan dengan air
 Keringkan dengan tisu sekali pakai sampai benar – benar kering
 Gunakan tisu tersebut untuk menutup kran
 Tangan anda kini sudah bersih
b. Cara Memotong Kuku
 Rendam kuku dengan air hangat kurang lebih 3 – 5 menit
 Potong kuku dengan jepitan dari sisi yang satu ke sisi yang lain
 Setelah memotong kuku, kuku di cuci dengan sabun kemudian di
bilas dengan air bersih
 Di keringkan dengan lap kering

2.9 Kebiasaan Jajan Anak Usia Sekolah

A. Panganan Jajan

17
Pangan jajanan adalah makanan/minuman yang dipersiapkan
denganteknologi yang sangat sederhana, dimana seringkali faktor hiegine atau
kebersihan kurang diperhatikan, baik kebersihan bahan yang digunakan,
peralatan yang dipakai maupun kebersihan lingkungannya.Selain itu, karena
tingkat pendidikan pedagang yang relatif rendah dan ketidaktahuannya,
mengakibatkan mereka seringkali menggunakan bahan-bahan tambahan
makanan seperti pemanis, pewarna, pengawet, dan lain-lain, yang sebenarnya
tidak diijinkan untuk bahan-bahan tersebut dapat lebih murah (Fardiaz &
Fardiaz 1994).

Pangan jajanan menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan


minuman yang dipersiapkan dan/atau dijual oleh pedagang kaki lima dan di
tempat-tempat keramaian umum lain yang langsng dimakan atau dikonsumsi
tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Februhartanty &Iswarawanti,
2004).

B. Jenis Pangan Jajanan

Pangan jajanan menurut Nuraida et al (2009) dapat dikelompokkan


sebagai makanan sepinggan, makanan camilan, minuman dan buah Makanan
sepinggan merupakan kelompok makanan utama yang dapat disiapkan di rumah
terlebih dahulu atau disiapkan di kantin. Contoh makanansepinggan seperti
gado-gado, nasi uduk, siomay, bakso, mie ayam, lontong sayur dan lain-
lain.Makanan adalah makanan yang dikonsumsi di antara dua waktu makan.
Makanan camilan terdiri dari:

1. Makanan camilan basah seperti pisang goreng, lemper, lumpia, risoles


dan lain-lain. Makanan camilan dalam kemasan seperti teh, minuman
sari buah, minuman berkarbonasi dan lain-lain serta minuman yang
disiapkan di rumah terlebih dahulu.
2. Makanan camilan kering, seperti produk ekstruksi (brondong), keripik,
biskuit, kue kering dan lain-lain.
Kelompok minuman yang biasa dijual di kantin sekolah melliputi:
 Air putih, baik dalam kemasan atau disiapkan sendiri

18
 Minuman ringan meliputi minuman dalam kemasan seperti teh,
minumansari buah dan lain-lain.
 Minuman campur seperti es buah, es campur, es cendol, dan lain-lain.

Buah merupakan salah satu jenis makanan sumber vitamin dan


mineralyang penting untuk anak sekolah. Buah-buahan sebaiknya dikonsumsi
setiaphari dalam bentuk:
1. Utuh, misalnya pisang, jambu, jeruk, dan lain-lain.
2. Kupas atau potong misalnya pepaya, nanas, mangga, dan lain-lain.

Pangan jajanan yang paling banyak dijual di lingkungan sekolah


adalahsekelompok makanan ringan (54.1%), dibanding dua kelompok minuman
(26.0%) dan makanan utama (2.0%). Dari keseluruhan kelompok pangan
jajanan dijual, lebih dari separuh (55.8%) PJAS dalam bentuk pangan siap saji,
selanjutnya 36.0%. (Andarwulan et al, 2009). Winarno (1991) menyatakan jenis
pangan jajanan yang dijual oleh pedagang kecil lebih besar peluangnya terhadap
kontaminan dan bahaya kesehatan dbanding yang berasal dari pedagang besar
dengan peralatan yang memadai.Anak-anak sekolah umumnya setiap hari
menghabiskan ¼ waktunya di sekolah.Sebuah penelitian di Jakarta menemukan
bahwa uang jajan anak sekolah rata-rata sekarang berkisar antara Rp 2000 – Rp
4000 per hari.

Bahkanada yang mencapai Rp.7000. Lebih jauh lagi, hanya sekitar 5%


anak-anak tersebut membawa bekal dari rumah. Karenanya mereka lebih
terpapar pada pangan jajanan kaki lima dan mempunyai kemampuan untuk
membeli makanan tersebut. Menariknya, pangan jajanan kaki lima
menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan
zat besi 52%. Karena itu dapat dipahami peran penting pangan jajanan kaki lima
pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun demikian,
keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih
dipertanyakan (Februhartanty &Iswarawanti, 2004).

19
C. Keamanan Jajanan Anak Usia Sekolah

Gizi yang baik dan cukup akan membantu pertumbuhan dan


perkembangan anak secara optimal, dan akan meningkatkan kemampuan
kecerdasan seorang anak. Sebaliknya, jika anak kurang gizi maka pertumbuhan
dan perkembangan akan terhambat. Program pembinaan kesehatan dan
keamanan pangan jajanan anak sekolah selama ini bertumpu pada kegiatan
usaha kesehatan sekolah (UKS).Kegiatan yang pernah dilakukan adalah
pengembangan model pendidikan gizi dan kesehatan yang terintegrasi dengan
kurikulum oleh Syarief dkk (1997).

Namun pengembangan model tersebut belum ditindaklanjuti dengan


strategi implementasi dan penyediaan pendukungnya di sekolah, seperti belum
dilakukan uji-coba teknik pembelajaran, pelatihan guru, penyediaan modul
pelajaran, model dan peraga untuk pengajaran.Karena implementasi program
gizi dan kesehatan tersebut belum optimal, sehingga status gizi, kesehatan serta
perilaku konsumsi jajanan pada anak sekolah masih sangat memprihatinkan
seperti yang ditunjukkan dari publikasi Riskesdas di atas (Depkes 2008).
Bahaya keamanan pangan terdiri dari :

1. Bahaya mikrobiologis, adalah bahaya mikroba yang dapat


menyebabkan penyakit seperti Salmonella, E. Coli, virus, parasit dan
kapang penghsil mikotoksin.
2. Bahaya Kimia, adalah bahan kimia yang tidak diperbolehkan
digunakan untuk pangan, misalnya logamdan polutan lingkungan,
Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak digunakan semestinya,
peptisida, bahan kimia pembersih, racun/ toksin asal
tumbuhan/hewan, dan sejenisnya.
3. Bahaya fisik, adalah bahaya benda-benda yang dapat tertelan dan
dapat menyebabkan luka misalnya pecahan gelas, kawat stepler,
potongan tulang, potongan kayu, kerikil, rambut, kuku, sisik dan
sebagainya.

Badan POM RI mengidentifikasi beberapa faktor yang diduga turut


mempengaruhi rendahnya mutu dan keamanan PJAS antara lain: pada saat ini
20
program nasional pengawasan jajanan anak sekolah belum optimal, fasilitas
(kantin sekolah tidak memadai, fasilitas sekeliling sekolah tidak memadai,
sanitasi), dan sumberdaya manusia (guru tidak melakukan komonikasi risiko,
anak sekolah jajan sembarangan, orang tua tidak menyediakan bekal, pedagang
menjual PJAS tidak aman, IRTP/produsen menghasilkan PJAS tidak aman)
(Andarwulan, et al. 2009). Masalah keamanan pangan merupakan masalah yang
kompleks yang merupakan dampak dari hasil interaksi mikrobiologik, toksisitas
kimiawi, dan status gizi yang berkaitan satu sama lain. Ditinjau dari mata rantai
timbulnya masalah keamanan pangan, pada dasarnya masalah keamanan pangan
dapat timbul di: (1) tingkat produksi, (2) tingkat pengolahan, dan (3) tingkat
distribusi termasuk penyajian untuk konsumsi (Wirakartakusumah, et al. 1994).

2.10 Usaha Kesehatan di Sekolah Pada Anak Usia Sekolah

1. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik


agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang, dan sehat baik fisik,
mental, sosial, maupun lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
latihan diperlukan bagi peranannya saat ini maupun di masa yang mendatang.

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan di Sekolah


a. Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk
cara hidup sehat dan teratur.
b. Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip
hidup sehat.
c. Peserta didik dapat memiliki ketrampilan dalam melaksanakan hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan.
d. Peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku hidup
sehat dalam kehidupan sehari-hari.
e. Peserta didik dapat memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi
badan dan berat badan yang seimbang.
f. Peserta didik dapat mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan
pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan
dalam kehidupan sehari-hari.
21
g. Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar.
h. Peserta didik dapat memiliki kesegaran jasmani dan derajat kesehatan yang
optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.

Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah salah satu upaya


pendidikan kesehatan yang diberikan pada peserta didik sekolah, madrasah, dan
rumah. Upaya pertama paling utama agar seseorang dapat tetap dalam keadaan
sehat adalah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri, bahkan agama
sangat memperhatikan kesehatan pribadi antara lain dengan adanya aturan bersuci,
makan, minum, serta adanya pengaturan dispensasi pelaksanaan ibadah bagi orang
sakit.

3. Kegiatan Utama Pelayanan Kesehatan di Sekolah Dasar


Pelayanan kesehatan di sekolah dasar di utamakan pada upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), serta penyembuhan dan
pemulihan (kuratif dan rehabilitatif). Yang dilaksanakan melalui kegiatan berikut:
 Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan
intrakulikuler dan penyuluhan kesehatan serta latihan keterampilan oleh
tenaga kesehatan di sekolah.
 Tindakan pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui kegiatan
peningkatan daya tahan tubuh, pemutusan mata rantai penularan penyakit,
dan penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit.
 Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitative) dilakukan melalui
kegiatan pencegahan komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar
dapat berfungsi dengan normal lagi.

22
Lima Program Pembinaan Lingkungan Untuk Anak Usia Sekolah

A. Program Pembinaan di Lingkungan Sekolah


1. Lingkungan Fisik Sekolah
 Penyediaan dan pemeliharaan tempat penampungan air bersih.
 Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah.
 Pengadaan dan pemeliharaan air limbah.
 Pemeliharaan kamar mandi, WC, kakus, urinoar.
 Pemeliharaan kebersihan dan kerapian ruangan kelas, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, dan tempat ibadah.
 Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah
(termasuk penghijauan sekolah).
 Pengadaan dan pemeliharaan warung/kantin sekolah.
 Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah.

2. Lingkungan Mental dan Sikap


Usaha pemantapan sekolah sebagai lingkungan pendidikan (wiyata
mandala) dengan meningkatkan pelaksanaan konsep ketahanan sekolah,
sehingga tercipta suasana dan hubungan kekeluargaan yang akrab, dan erat
antara sesame warga sekolah.

B. Peningkatan Lingkungan Keluarga


1. Pembinaan lingkungan keluarga bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pengetahuan orang tua peserta didik tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan.
b. Meningkatkan kemampuan dan partisipasi orang tua peserta didik dalam
pelaksanaan hidup sehat.
2. Pembinaan lingkungan keluarga dapat dilakukan antara lain dengan
:
a. Kunjungan rumah yang dilakukan oleh pelaksana UKS.
b. Ceramah kesehatan yang dapat di selenggarakan di sekolah bekerja
sama dengan dewan sekolah atau di padukan dengan kegiatan di
masyarakat

23
C. Pembinaan Masyarakat Sekitar
 Pembinaan dilakukan dengan cara pendekatan ke masyarakatan,dapat
dilakukan oleh kepala sekolah atau madrasah dan pondok pesantren, guru,
ataupun Pembina UKS. Misalnya dengan membina hubungan baik atau kerja
sama dengan masyarakat , LKMD atau dewan kelurahan, atau RT/RW, dan
organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya.
 Penyelenggaraan penyuluhan tentang kesehatan dan pentingnya arti
pembinaan lingkungan sekolah sebagai lungkungan belajar yang sehat. Untuk
itu, masyarakat bias diundang ke sekolah. Pembicara dapat dimintakan dari
puskesmas, pemerintah daerah setempat, dan narasumber lainnya seperti
lembaga swadaya masyarakat.
 Penyuluhan massa baik secara tatap muka maupun melalui media cetak dan
audio visual.
 Menyelenggarakan proyek panduan di sekolah atau madrasah dan pondok
pesantran.
D. Peran Perawat Kesehatan Sekolah Pada Anak Usia Sekolah
Sebagai pelangsanaan asuhan keperawatan di sekolah, perawat pempunyai
peran:
1. Mengkaji maslah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan
melakukan pengumpulan data, analisis data, serta perumusan dan
prioritas maslah;
 Menyunsun perancanaan kegiatan UKS bersama Tim Pembina
usaha kesehatan di sekolah(TPUKS);
 Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang
disusun;
 Menilai dan memantau hasil kegiatan UKS;
 Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
2. Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di
puskesmas menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS atau dapat juga
ditunjuk sebagai seorang coordinator maka pengelolaan pelaksanan UKS
menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut terlibat dalam tim
pengolola UKS.

24
3. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan, peranan perawat kesehatan
dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat dilaku secara langsung
(melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan klasikal) atau
tidak langsung sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik
secara perseorangan.
E. Fungsi Perawat Sekolah Pada Anak Usia Sekolah
 Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada
disekolah.
 Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki
lingkungan fisik dan social sekolah.
 Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program kesehatan
masyarakat yang lain.

25
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Data Inti

Dikelurahan Bulak Setro, RT 01, RW 04 terdapat 112 (23%) penduduk yang


mendiami wilayah tersebut yaitu terbagi atas 55 (49%) berjenis kelamin laki-laki
dan 57 (51%) berjenis kelamin perempuan. Penduduk bulak setro RT 01, RW 04
terdapat 112, diantaranya 13 (43%) adalah anak usia sekolah. Terdiri dari 7 (54%)
laki-laki dan 6 (46%) perempuan. Serta Pada kelurahan Bulak Setro, RT 01, RW 04
terdapat 30 KK, 10 diantaranya memiliki anak usia sekolah.

b. Data Subsistem
1. Gambaran Geografi dan Demografi: Wilayah RT 01, RW 04, Kelurahan
Bulak Setro merupakan wilayah yang dekat dengan pencemaran polusi udara
yaitu dekat dengan pabrik yang jaraknya kurang lebih >10 km. Serta di wilayah
tersebut juga mayoritas adalah perokok maka banyak di temukan dalam 6
bulan terakhir ini banyak anak usia sekolah ditemukan menggeluh batuk dan
pilek.
2. Lingkungan Fisik:Rata-Rata rumah yang dihuni oleh warga Kelurahan Bulak
Setro RT: 01, RW: 04 adalah tipe rumah permanen, serta lantai rumah keramik
sebesar. Jarak rumah setiap KK dengan rumah tetangga sangat berdekatan
sekali. Tidak semua KK memiliki halaman rumah memiliki. Lokasi halaman
rumah terdapat didepan rumah. Pemanfaatan pekarangan rumah setiap KK
kebun yang ditanami oleh bunga-bunga hias sederhana saja. Luas rumah rata-
rata setiap KK adalah 7X10 M2. Terdapat penerangan di setiap KK yaitu
genteng. Lingkungan Terbuka Setiap KK yang ada di kelurahan Bulak Setro
RT 01, RW 04 memiliki jendela semuanya tetapi ada yang tidak memiliki
jendela kamar, jendela oleh setiap KK selalu dibuka setiap harinnya. Tinggi
Langit-Langit rumah dengan rumah yaitu 4m.
3. Komunikasi:Berdasarkan hasil pengkajian yang didapat Anak usia sekolah
mendapatkan informasi mengenai perilaku hidup bersih sehat dan gangguan
kesehatan dari guru sekolah dan orang tua

26
4. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial: Pelayanan kesehatan yang dapat
diakses oleh penduduk yang berada di Kelurahan Bulak Setro terdapat 2
puskesmas yaitu puskesmas kenjeran serta puskesmas tanah kali kedinding.
Serta disekitar Kelurahan Bulak setro terdapat bidan praktek dan dokter
praktek.
5. Keamanan dan Transportasi: Transportasi yang digunakan oleh setiap KK
adalah mayoritas menggunakan kendaraan pribadi dan sebagian menggunakan
bemo.
6. Ekonomi: Berdasarkan hasil pengkajian yang di dapatkan pada kelurahan
Bulak Setro RT 01, RW 04 penghasilan yang didapatkan setiap KK adalah
>Rp.1.000.000,00 perbulan.
7. Rekreasi: Anak usia sekolah memanfaatkan kegiatannya di luar sekolah
mayoritas adalah mengaji sebesar 9 (90%), les privat hanya 1 (10%) oraang
saja. Penggunaan waktu luang anak usia sekolah di Kelurahan Bulak Setro RT
01, RW 04 adalah dengan menonton TV/ mendengarkan musik: 8 (80%),
olahraga: 1 (1%), rekreasi dengan keluarga setiap minggu hanya 1 (10%).

27
3.2 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

DS: Orang tua anak usia Ketidak Terjadinya penyakit pada


sekolah yang ada di RT 01, RW Adekuatan sistem pernapasan (ISPA,
1
04, Kelurahan Bulak Setro lingkungan sekitar Bronkitis, dsb)
mengatakan bahwa dalam 6 tempat tinggal di
bulan ini masalah kesehatan wilayah
yang sering dikeluhkan oleh Kelurahan Bulak
anak usia sekolah adalah batuk Setro RT 01, RW
pilek 04

DO:

 Dari data yang didapatkan


di Kelurahan Bulak Setro
RT 01, RW 04 terdapat 9
(69 %) anak usia sekolah
dalam 6 bulan terakhir ini
mengalami masalah
kesehatan batuk dan pilek.
Sejumlah 62 % (8 orang)
yang memiliki kebiasaan
merokok adalah ayah.

 Pada kelurahan Bulak


Setro RT 01, RW 04 jarak
rumah setiap KK sangat
berdekatan sekali 26 %

 Darihasil pengkajian
diketahui bahwa
dilingkungan Kelurahan
Bulak Setro RT 01, RW 04
28
terdapat pabrik yang
jaraknya >10 m (77%).

DS: Orang tua anak usia Peningkatan Gangguan Istirahat Tidur


sekolahyang berada di RT 01, Kegiatan Anak
2
RW 04, Kelurahan Bulak Setro, Usia Sekolah di
mengatakan bahwa anaknya sekolah maupun di
tidur larut malam dan susah luar sekolah
untuk dibagunkan ketika pagi
hari.

DO:

 Berdasarkan data yang


didapatkan dari hasil
penelitian rata-rata anak
usia sekolah di Kelurahan
Bulak RT 01, RW O4 tidur
dalam satu hari 8-9 jam
sebanyak 6 (46%) orang

 Dari data yang di dapatkan


anak usia sekolah banyak
menghabiskan waktu luang
untuk bermain 77 %
sebanyak 10 orang. Waktu
yang dihabiskan anak usia
sekolah untuk bermain yaitu
6-7 jam

29
3DS: Orang tua anak usia Kurangnya Kebiasaan tidak sehat
sekolah di lingkungan RT 01, pengawasan orang
RW 04, Kelurahan Bulak Setro tua terhadap
mengatakan bahwa anaknya makanan yang
sering sekali makan jajanan dikonsumsi oleh
yang ada di sekolah. anak usia sekolah

DO: Dari 13 anak usia sekolah


sebesar 77 % anak usia di
lingkungan RT 01, RW 04,
Kelurahan Bulak Setro me

30
3.3 Prioritas Masalah
Diagnosa Keperawatan Pentingnya Kemungkinan Peningkatan Total score
Komunitas masalah perubahan terhadap
untuk di positif jika kualitas hidup
pecahkan : diatasi : bila diatasi :
1. rendah 0: tidak ada 0: tidak ada
2. sedang 1 : rendah 1 : rendah
3. tinggi 2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi

1. Terjadinya penyakit 3 3 3 9
pada sistem
pernapasan (ISPA,
Bronkitis, dsb) b/d
Ketidak Adekuatan
lingkungan sekitar
tempat tinggal di
wilayah Kelurahan
Bulak Setro RT 01,
RW 04

2. Gangguan Istirahat 3 2 2 7
Tidur b/d Peningkatan
Kegiatan Anak Usia
Sekolah di sekolah
maupun di luar
sekolah

3. kebiasaan tidak sehat 2 2 2 6


b/d Kurangnya
pengawasan orang
tua terhadap makanan

31
yang dikonsumsi oleh
anak usia sekolah

3.4 Diagnosa Keperawatan

1. Terjadinya penyakit pada sistem pernapasan (ISPA, Bronkitis, dsb) b/d Ketidak
Adekuatan lingkungan sekitar tempat tinggal di wilayah Kelurahan Bulak Setro RT
01, RW 04

2. Gangguan Istirahat Tidur b/d Peningkatan Kegiatan Anak Usia Sekolah di sekolah
maupun di luar sekolah

3. Kebiasaan tidak sehat b/d Kurangnya pengawasan orang tua terhadap makanan yang
dikonsumsi oleh anak usia sekolah

32
3.5 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan TUM TUK Rencana Kegiatan Evaluasi
Komunitas
Terjadinya penyakit pada Diharapkan Setelah dilakukan 1. Lakukan pendekatan pada keluarga Kriteria Evaluasi:
1sistem pernapasan (ISPA, masalah tindakan yang memiliki anak usia sekolah di Pengetahuan keluarga
Bronkitis, dsb) b/d Ketidak bersihan jalan keperawatan selama wilayah Kelurahan Bulak Setro RT yang memiliki anak
Adekuatan lingkungan sekitar nafas menjadi 7 hari diharapkan: 01, RW 04 usia sekolah bertambah
tempat tinggal di wilayah efektif dan 1. Keluarga yang 2. Berikan penyuluhan tentang tentang masalah
Kelurahan Bulak Setro RT 01, dapat teratasi di memiliki anak pentingnya kebersihan lingkungan bersihan jalan nafas
RW 04 wilayah usia sekolah rumah tempat tinggal Standar Evaluasi
Kelurahan dapat 3. Jelaskan pada keluarga yang 1. 90% keluarga yang
Bulak Setro RT meningkatkan memilik anak usia sekolah tentang memiliki anak usia
01, RW 04 kebersihan bahaya ketidakefektifan jalan nafas sekolah dapat
rumahnya dari pada anak usia sekolah meningkatkan
69% menjadi 90 4. Ajarkan pada keluarga yang kebersihan
% memiliki anak usia sekolah tentang lingkungan tempat
2. Keluarga yang pembuatan obat batuk tradisional tinggalnya
memiliki anak yang efektif dan terjangkau serta 2. 90% keluarga yang
usia sekolah mudah didapat seperti pemberian memiliki anak usia
dapat minuman jahe madu sekolah daoat
mengurangi 5. Anjurkan pada keluarga yang mengurangi

33
kebisaan memiliki anak usia sekolah untuk kebiasaan merokok
merokok dari mengawasi penyebab penyakit
69% menjadi serta makanan apa yang
90% dikonsumsi sehingga membuat
anak menjadi batuk.

2 Gangguan Istirahat Diharap Setelah 1. Melakukan pendekatan pada anak Kriteria Evaluasi:
. Tidur b/d Peningkatan kan gangguan dilakukan tindakan usia sekolah yang ada di wilayah
Pengetahuan
Kegiatan Anak Usia Sekolah istirahat tidur keperawatan selama Kelurahan Bulak Setro RT 01, RW
anak usia sekolah
di sekolah maupun di luar pada anak usia 3 hari: 04
tentang kebutuhan
sekolah sekolah dapat
1. Anak usia 2. Berikan penyuluhan tentang istirahat tidur
teratasi di
sekolah dapat pembagian waktu yang efektif
wilayah
mengurangi untuk istirahat tidur
Kelurahan
aktifitas di luar Standar Evaluasi:
Bulak Setro RT 3. Jelaskan manfaat dari istirahat tidur
sekolah yang

34
01, RW 04 berlebihan dari bagi anak usia sekolah 1. 30% anak usia
69% menjadi sekolah dapat
4. Ajarkan kepada anak usia sekolah
30% mengurangi aktifitas
tentang pembagian waktu yang
yang berlebihan di
2. Anak usia tepat untuk aktivitas di luar sekolah
luar sekolah maupun
sekolah dapat maupun di sekolah agar
di sekolah
menambah waktu menyeimbangkan kebutuhan
jam istirahat istirahat tidurnya
dalam satu hari
5. Anjurkan pada anak usia sekolah 2. 80% anak usia
dari 46% menjadi
untuk membuat jadwal kegiatan sekolah dapat
80%
sehari-hari agar mempermudah menambah waktu
menyeimbangkan aktivitas dan jam istirahatnya
kebutuhan istirahat tidur

3 kebiasaan tidak sehat Diharap Setelah 1. Lakukan pendekatan pada keluarga Kriteria Evaluasi:
b/d Kurangnya pengawasan kan kebiasaan dilakukan tindakan yang memiliki anak usia sekolah di
Pengetahuan
orang tua terhadap makanan tidak sehat anak asuhan keperawatan wilayah Kelurahan Bulak Setro RT
orang tua tentang
yang dikonsumsi oleh anak usia sekolah selama 7 hari 01, RW 04
makanan yang baik

35
usia sekolah dapat dihindari. diharpkan: 2. Berikan penyuluhan kepada orang dikonsumsi oleh anak
tua tentang pentingnya pengawasan usia sekolah
1. Kebiasaan jajan
makanan yang sehat dan baik untuk
anak usia Kriteria Inklusi
di konsumsi oleh anak usia sekolah
sekolah dapat
1. 50% anak usia
berkurang dari 3. Jelaskan kepada orang tua tentang
sekolah dapat
77% menjadi 50 bahaya makanna bagi kesehatan
mengurangi
% anak usia sekolah
kebiasaan jajan di
4. Ajarkan kepada orang tua untuk sekolah
membuat menu makanan yang
sehat dan baik untuk dikonsusmsi
oleh anak usia sekolah

5. Anjurkan orang tua untuk membuat


bekal makanan untuk di bawah
anak ke sekolah dengan membuat
makanna yang lucu menarik dan di
sukai oleh anak usia sekolah

36
RESUME KRITISI

A. Pengkajian
1. Dalam data inti pada kasus tersebut menurut sudah benar, akan tetapi ada
beberapa pengkajian yang masih kurang berdasarkan buku (IPKKI, 2017)
diantaranya :
a. sejarah/ (riwayat daerah ini, perubahan daerah ini)
b. tipe keluarga (keluarga/ bukan keluarga, kelompok)
c. status perkawinan (kawin, janda/duda, single)
d. statistik vital (kelahiran, kematian kelompok usia dan penyebab
kematian)
e. nilai-nilai dan keyakinan, dan agama.
2. Dalam Data Subsistem pada kasus tersebut menurut kelompok kami
sudah benar, akan tetapi ada beberapa data yang kurang yang perlu dikaji
diantaranya :
a. Pendidikan
Karena data ini terkait dengan pendidikan yang meliputi sekolah
yang ada di komunitas sesuai dengan pengkajian yang kita ambil
setting sekolah.
b. Politik dan Pemerintahan
Data yang perlu dikumpulkan meliputi: Pemerintahan (RT, RW,
desa/ kelurahan, kecamatan, dsb), kelompok pelayanan
masyarakat (posyandu, PKK, karang taruna, posbindu,
poskesdes, panti, dll); Politik (kegiatan politik yang ada di
wilayah tersebut, dan peran peserta partai politik dalam
pelayanan kesehatan)
3. Data Persepsi dalam kasus tidak ada, seharusnya di kaji seperti yang ada
di buku IPKKI 2017
a. Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat yang dikaji terkait tempat tinggal yaitu
bagaimana perasaan masyarakat tentang kehidupan
bermasyarakat yang dirasakan: di lingkungan tempat tinggal
37
mereka, apa yang menjadi kekuatan mereka, permasalahan,
tanyakan pada masyarakat dalam kelompok yang berbeda
(misalnya, lansia, remaja, pekerja, profesional, ibu rumah tangga,
dll)
b. Persepsi perawat
Persepsi perawat berupa pernyataan umum tentang kondisi
kesehatan dari masyarakat apa yang menjadi kekuatan, apa
masalahnya atau potensial masalah yang dapat diidentifikasi
4. Analisa data diatas sudah benar, kerena pada data pengkajian masih
banyak anak usia sekolah mengalami masalah kesehatan dalam
berperilaku hidup bersih dan sehatsesuai data yang kita dapatkan dari
KEMENKES 2018 kebijakan tentang PHBS
5. Prioritas masalah yang ada dikasus tersebut tidak sesuai literatur karena
pada kasus tersebut menggunakan scoring
0 : tidak ada
1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
Seharusnya menurut Stanhope dan lancaster 2016 ada 6 penilaian
scoring prioritas masalah kesehatan
6. Diagnosa keperawatan diatas sudah benar, karena didapatkan score
tertinggi yang menjadi diagnosa prioritas dengan score 9 pada diagnosa
terjadinya penyakit pada sistem pernapasan (ISPA, Bronkitis, dsb)b/d
ketidak adekuatan lingkungan tempat tinggal

38
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ada beberapa Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah : Perkembangan


biologis, Perkembangan Psikososial, Perkembangan Kognitif, Perkembangan spiritual,
Perkembangan bahasa, Perkembangan Seksual, serta Perkembangan Konsep Diri

Masalah yang sering muncul pada anak usia sekolah adalah bersihan jalan nafas
karena kurangnya kebersihan lingkungan rumah serta lingkungan yang tidak memadai.
Pada wilayah Kelurahan Bulak Setro RT 01, RW 04 ini masalah yang muncul pada anak
usia sekolah adalah bersihan jalan nafas, gangguan istirahat tidur serta resiko ISPA.
ISPA akan muncul jika pembersihan jalan nafas tidak segera ditangani dengan baik
maka dari itu tugas kita sebagai seorang perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
bagi anak usia sekolah untuk meningkatkan ketahanan tubuh agar tidak mudah terserang
penyakit.

4.2 Saran

Diperlukan adanya peran aktif dari pemerintah serta tenaga kesehatan untuk
memperhatikan masalah kesehatan yang terjadi pada anak usia sekolah, maka dari itu
kita sebagai seorang perawat harus berperan aktif dalam mengatasi masalah kesehatan
bagi anak usia sekolah dengan cara preventif, promotif serta rehabilitatif.

39
DAFTAR PUSTAKA

Christeinsen, paula J. 2009. Proses keperawatan : aplikasi model konseptual edisi 4 (alih
bahasa : yuyun yuningsih, yasmin asih ). Jakarta : EGC

Drs. E.B. surbakti M.A. 2008.Sudah siapkah menikah.Jakarta : PT Elex Media


Komputindo

Efendi, ferry makhfudli. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas : teori dan praktik
dalam keperawatan. Jakarta : salemba medika

Friedman, marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta :


EGC

Potter & Perry. 2009. Fundamental keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Suprajitno. 2004. Asuhan keperawatan keluarga : aplikasi dalam praktik. Jakarta :


EGC

Syaugi Al-Fanjari Dr, Ahmad. Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam, Bumi Aksara;
Desember 1996.

Budihardjo Ir, Eko, Prof. M.S.C, Kota dan Lingkungan, United Nation, University Pers
Jakarta, LP3ES, 2003.

40
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Cabang ilmu : Keperawatan Komunitas

Topik : Kesehatan lingkungan

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Sasaran : Masyarakat

Metode : Ceramah, Tanya jawab

Media : Laptop, proyektor dan leflet

Materi : Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

A. Latar Belakang

Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk


mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah
dalam kesehatan lingkungan antara lain : Air Bersih, Pembuangan Kotoran/Tinja, Kesehatan
Pemukiman, Pembuangan Sampah, Serangga dan Binatang Pengganggu, Makanan dan
Minuman,Pencemaran Lingkungan .(SUMBER: Yayan A. Israr, S.Ked. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia).

Masalah di atas sangat banyak faktor penyebabnya,salah satunya adalah


kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya berprilaku hidup bersih dan sehat.

Dasar Pemikiran dilakukan penyuluhan tentang PHBS ini adalah karena faktor
perilaku secara teoritis memiliki andil 30 – 35 % terhadap derajat kesehatan, sedangkan
41
dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai
upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, salah satunya melalui
program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kesehatan Lingkungan
2. Pengertian PHBS
3. Ruang lingkup PHBS
4. Tujuan PHBS

C. TUJUAN
2. Tujuan umum

Setelah mengikuti penyuluhan ini masyarakat dapat memahami dan


mengerti tentang pentingnya kesehatan lingkungan dalam bentuk perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS).

3. Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan masyarakat mampu:
a. Mengetahui apa itu perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Mengetahui 10 PHBS
c. Masyarakat dapat menyadari tentang pentingnya menggunakan air bersih.
d. Masyarakat dapat menyadari tentang pentingnya menggunakan jamban sehat.
e. Masyarakat dapat menyadari tentang pentingnya rumah bebas jentik nyamuk.
f. Masyarakat dapat menyadari tentang pentingnya rumah bebas asap rokok.

42
URAIAN KEGIATAN

NO URAIAN KEGIATAN KEGIATAN


WAKTU
KEGIATAN PENYULUHAN MASYARAKAT

1. 2 menit Pendahuluan Memperkenalkan diri Mendengar


dan menjelaskan /memperhatikan
tujuan

Menjelaskan materi
Mendengarkan
2. 10 menit Penjelasan penyuluhan

materi

Tanya jawab

Evaluasi Bertanya
3. 5 menit

Menyimpulkan

Penutup Memperhatikan
4. 3 menit

D. Kriteria hasil:
1. Masyarakat mengetahui apa itu perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Masyarakat mengetahui 10 PHBS.
3. Masyarakat dapat menyadari tentang pentingnya menggunakan air bersih
4. Masyarakat dapat menyadari tentang pentingnya menggunakan jamban sehat
5. Masyarakat dapat menyadari tentang pentingnya rumah bebas jentik nyamuk.
6. Masyarakat dapat menyadari tentang pentingnya rumah bebas asap rokok.

E. Materi Penyuluhan:
23 Pengertian Kesehatan Lingkungan.

43
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
24 Pengertian Perilaku Hidup Sehat Dan Bersih (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah wujud keberdayaan masyarakat yang
sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas
yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat / Asuransi
Kesehatan / JPKM.
Sedangkan penyuluhan PHBS itu adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan
pemberdayaan masyarakat (Empowerment).
Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya
sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan
cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
25 Indikator PHBS
Indikator PHBS ada 10, yaitu :
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberi bayi ASI Eksklusif
c. Menimbang balita setiap bulan
d. Menggunakan Air Bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik di rumah
h. Makan sayur dan buah setiap hari
i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
j. Tidak merokok di dalam rumah

44
Keterangan INDIKATOR PHBS:

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


Pertolongan pertama pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga
dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan)
2. Memberi bayi ASI Eksklusif
Bayi termuda umur 0 – 6 bulan diberi ASI saja sejak lahir sampai dengan 24
jam terakhir
3. Menimbang balita setiap bulan
Balita (0 – 59 bl) ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan dan
dicatat dalam KMS. Penimbangan ke posyandu, puskesmas, pustu, RS, bidan dan
sarana kesehatan lainnya minimal 8 kali setahun
4. Menggunakan Air Bersih
Rumah tangga menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Syarat
fisik air bersih adalah tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Jarak sumber
air bersih dengan tempat penampungan limbah minimal 10 m.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Kebiasaan anggota rumah tangga untuk mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air besar (BAB)
6. Menggunakan jamban sehat
Rumah tangga memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan septik
tank/lubang penampung kotoran sebagai tempat pembuangan akhir.
Jamban/kakus adalah bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja
atau kotoran manusia.tinja bagi keluarga. Manfaat jamban adalah untuk
mencegah penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran manusia.
Syarat jamban sehat adalah :
a) Tidak mencemari sumber air minum (jarak sumber air minum dengan
lubang penampungan minimum 10 m, bila tidak memungkinkan perlu
konstruksi kedap air).
b) Tidak berbau dan tinja tidak dijamak oleh serangga dan tikus
c) Tidak mencemari tanah di sekitarnya
45
d) Mudah dibersihkan
e) Aman digunakan
f) Dilengkapi dinding dan atap pelindung
g) Cukup penerangan
h) Lantai kedap air
i) Luas ruangan cukup
j) Ventilasi cukup baik
k) Tersedia air dan alat pembersih
7. Memberantas jentik di rumah
Tidak ditemukan jentik di semua tempat yang dapat menampung air baik di
dalam atau di lingkungan rumah, yakni dengan cara 3M ,menguras menutup
menimbun.
8. Makan sayur dan buah setiap hari
Anggota rumah tangga umur hendaknya mengonsumsi sayur dan buah setiap
hari.
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
Anggota keluarga umur > 10 th melakukan aktifitas fisik setiap hari minimal
30 menit dalam 1 minggu terakhir. Aktifitas fisik yang dimaksud adalah kegiatan
olah tubuh yang membuat tubuh menjadi lebih sehat : lari, jalan, bersepeda
kayuh, menimba air, dls.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Anggota keluarga tidak merokok di dalam rumah ketika berada bersama
anggota keluarga lainnya.

46

Anda mungkin juga menyukai