Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK “F” DENGAN MASALAH FEBRIS/DEMAM

Disusun oleh :
Wisnu Aji Nugroho (202003049)

STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN PELAJARAN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Ini Diajukan Oleh :

Nama : Wisnu Aji Nugroho

NIM : 202003049

Program Studi : Profesi Ners

Judul Asuhan Keperawatan :

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Anak “F” Dengan Masalah


Febris/Demam

Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik keperawatan dasar.

Mojokerto, Desember 2020

Pembimbing Akademik

(Siti Indatul L, S.Kep,.Ns., M.Kep)


LAPORAN PENDAHULUHAN FEBRIS/DEMAM PADA ANAK

1. Konsep Febris/Demam

1.1 Definisi

Demam adalah meningkatnya temperature suhu tubuh secara abnormal


[ CITATION Ami155 \l 2057 ].
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:
1. Demam septic
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
waspada terhadap infeksi bakterial.
1.2 Etiologi
Penyebab demam selain infeksi juga dapa disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi
suhu sentral (misalnya perdarahan otak dan koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat
penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.
Etiologi demam :

1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi.
1.3 Manifestasi Klinis
1. Anak rewel (suhu >37,8oC-40oC)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,


anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5⁰C -
40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul
yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding
perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit
kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito.
2000).
1.4 Pathway

Infeksius agents Monocytes Pyrogenic cytokines


toxius mediator macrophages ILI,TNF,IL-6,IFNs
of inflamasi endothel cell
other cell types

Elevated Anterior
thermoregulatory Peningkatan PGE2
hypothalamus
set poin

Heat conservation Metabolisme basal meningkat


Fever Hipertermi
heat production

Ketidakefektifan O2 ke otak menurun Ketidakseimbangan nutrisi


termogulasi kurang dari kebutuhan tubuh

Kejang demam TIK meningkat

Ketidakefektifan
perfusi jaringan
Resiko cidera Resiko keterlambatan
perifer
perkembangan
1.5 Penatalaksanaan

a. Secara Fisik
1. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
2. Pakaian anak diusahakan tidak tebal
3. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
4. Memberikan kompres
b. Obat-obatan antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:
1. Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
2. Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh sirup
parasetamol
3. Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh sirup
parasetamol.
1.6 Discharge Planning
1. Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kesembuhan dan laporkan
dokter/perawat
2. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
3. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
4. Instruksikan untuk control ulang
5. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus
1.7 Komplikasi
1. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan
otak.
2. Konsep DDST
2.1 Definisi DDST
DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan
anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan
yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20
menit), dapat diandalkan dan menunjukkkan validitas yang tinggi. Dari beberapa
penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat
mengidentifikasikan antara 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami
keterlambatan perkembangan, dan pada “follow up” selanjutnya ternyta  89% dari
kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
2.2 Aspek perkembangan yang dinilai
Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan
diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yag meliputi :
1. Personal Social ( perilaku sosial ) : Aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Fine Motor Adaptive ( gerakan motorik halus ) : Aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat.
3. Language ( bahasa ) : Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah ddan berbicara spontan.
4. Gross Motor ( gerakan motorik kasar ) : Aspek yang berhubungan dengan
pergerakan dan sikap tubuh.
Setiap tugas ( kemampuan ) digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang
horisontal yang berurutan menurut umur, dalam lembar DDST. Pada umumnya pada
waktu tes, tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining hanya berkisar antara
25-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama hanya sekitar 15-20 menit saja.
2.3 Alat yang digunakan
1. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-kuning,
hijau-biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil,kertas dan pensil.
2. Lembar formulir DDST.
3. Buku petunjuk sebagai refensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara
penilaiannya.
2.4 Prosedur DDST
1. Tahap I
Secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia :
a. 3-6 bulan
b. 9-12 bulan
c. 18-24 bulan
d. 3 tahun
e. 4 tahun
f. 5 tahun
2. Tahap II  
Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap
I. Kemudian dilanjutkan pad eveluasi diagnostik yang lengkap.
2.4 Penilaian
Dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan
penilaian apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat
kesempatan melakukan tugas (No.Opportunity = N.O). Kemudian digaris
berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan
pada formulir DDST. Setelah dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P
dan berapa yang F, elanjutnya berdassarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan
dalam : Normal, Abnormal, Meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites
( Untestable ).
1. Abnormal
a. Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih.
b. Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan PLUS 1
sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan apad 1 sektor yang sama tersebut
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
2. Meragukan
a. Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
b. Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis verikal
usia.
3. Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.
4. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut diatas.
2.5 Langkah-langkah DDST
Dalam pelaksanaan skrining degan DDST ini, umur anak perlu ditetapkan
terlebih dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk 1 bulan dan 12 bulan
untuk 1 tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah
dan sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas.
Kemudian garis umur ditarik vertikal pada formulir DDST yang memotong
kotak-kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor. Tugas-tugasyang terletak di
sebelah kiri garis itu, pada umumnya telah dapat dikerjakan oleh anak-anak seusia
Budi(2 tahun 4 bulan). Apabila Budi gagal mengerjakan beberapa tugas-tugas
tersebut.(F), maka berarti suatu keterlambatan poda tugas tersebut. Bila tugas-tugas
yang gagal dikerjakan berada pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umur,
maka ini bukanlah suatu keterlambatan, karena pada kontrol lebih lanjut masih
mungkin terdapat perkembangan lagi.
Pada ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor. Kalau
terdapat kode R maka tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tuanya,
sedangkan bila terdapat kode nomor maka tugas perkembangan doites sesuai
petunujuk dibaliknya formulir. Agar lebih cepat dalam melaksanakan skrining, maka
dapat digunakan tahap praskrining dengan menggunakan : DDST Short Form, yang
masing-masing sektor hanya diambil 3 tugas 8 hingga seluruhnya ada 12 tugas ) yang
ditanyakan pada ibunya. Bila didapatkan salah satu gagal atau ditolak, maka dianggap
“suspect” dan perlu dilanjutkan dengan DDST lengkap. Dari penelitian Frankenburg
didapatkan 25% anak pada pemeriksaan DDST Short Form ternyata memerlukan
pemeriksaan DDST lengkap.
PDQ ( Pra-Screening Development Questionnaire ) : Bentuk kuesioner ini
digunakan orang tua yang berpendidikan SLTA keatas. Dapat diisi orang tua di rumah
atau pada saat menunggu di klinik. Dipilih 10 pertanyaan pada kuesioner yang sesuai
dengan umur anak. Kemungkinan dinilai berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan,
dan pada kasus yang dicurigai dilakukan tes DDST lengkap.

3. Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui
ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti
timbangan dan pita pengukur (meteran).
Ukuran antropometri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran disbanding dengan umur. Misalnya, BB
terhadap usia atau TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat diketahui apakah ukuran
yang dimaksud tersebut tergolong normal untuk anak seusianya.
2. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran
lainnya tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur.
Misalnya berat badan terhadap umur. Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling
sering digunakan untuk menentukkan keadaan pertumbuhan pada masa balita adalah :
1. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena dipakai
untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur/
2. Tinggi Badan ( Panjang badan)
Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan.
Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Pada tahun
pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan ( 1,5 X panjang badan
lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun,
yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan
tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5 – 25 cm/tahun pada wanita, sedangkan pada
laki-laki peningkatannya sekitar 10 –30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan
berhenti pada usia 18 – 20 tahun.
Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus
dari Behram (1992), yaitu :
a. Perkiraan panjang lahir : 50 cm
b. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 Panjang Badan Lahir
c. Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir
d. Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan usia 1 tahun
e. Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir
f. Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun
3. Lingkar kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan dan tidak
dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar
kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan
pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan
kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun
pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia
18 tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm
4. Lingkar Lengan Atas (Lila)
Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar
11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran
tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun.
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang
tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi
dan pertumbuhan anak prasekolah.
5. Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarangdilakukan.
Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa ( mid respirasi ) pada tulang
Xifoidius( insicura substernalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi
berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring.
4. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen-antigen serupa tidak terjadi
penyakit (Nakita, 2006). Imunisasi dasar adalah suatu cara atau usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan akan kebal terhadap penyakit tertentu (Stephanie, 2003).
a. Manfaat Imunisasi
1. Untuk anak mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga menghilangkan kecemasan dan psikologis pengobatan bila anak
sakit
3. Untuk Negara memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.
4. Pertahanan imun non spesifik
5. Menguatkan atau meningkatkan system imun alami yang dihasilkan tubuh
6. Mencegah penyakit infeksi
b. Macam-Macam Imunisasi
1. Imunisasi Aktif adalah dimana tubuh akan membuat sendiri kekebalan terhadap
penyakit setelah suntikan antigen (bahan yang dapat menimbulkan kekebalan) dan
dapat bertahan selama bertahun-tahun.
2. Imunisasi Pasif adalah dimana tubuh tidak membuat sendiri kekebalan terhadap
penyakit tetapi mendapatkannya dari orang lain. Misalnya kolostrum (ASI yang
pertama keluar berwarna kekuning-kuningan) yang diberikan oleh ibu pada bayi
yang dapat melindungi bayi dari diare dan penyakit infeksi lainnya.
Jadwal Pemberian Imunisasi Wajib Pada Anak Usia Infant (0-1 Tahun) Menurut
Markum (2002)

c. Jenis Immunisasi Dasar


1. Bacilus Calmete Guerin (BCG)
a. Mencegah penyakit TBC
b. Vaksin berbentuk bubuk, pemakaian dg melarutkn 4 cc cairan pelarut (NaCL
0,9%). Vaksin yg sdh larut hrs habis sblm 3 jam
c. Diberikan pada usia 0-2 bln
d. Dosis pemberian Bayi=0,05ml, anak 0,10 ml secara Intra Cutan di lengan kanan
atas (insertio Musculus deltoideus).
e. Apabila BCG diberikan pada umur lebih dr 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu.
f. HE setelah BCG:
Orang tua perlu diberitahu bahwa:
1) Bayi tidak akan demam
2) Beri bayi ASI sesering mungkin
3) Setelah 2 mg akan timbul bisul kecil (papula), yg semakin membesar dan dpt
tjd ulserasi dlm waktu 2-4 bln, kemudian sembuh perlahan dengan
meninggalkn jaringan parut tanpa pengobatan khusus.
4) Diameter jaringan parut 4-8 mm
g. Reaksi berat setelah BCG
1) Terjadi peradangan setempat yg agak berat/ abses yg lebih dalam
2) Terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pd leher/ketiak
3) Hal ini terjadi karena penyuntikan yg terlalu dalam/ dosis yg terlalu tinggi
2. Hepatitis B
a. Mencegah Hepatitis B
b. Usia: Mulai umur 0 bulan.
c. Dosis: 0,5 cc/ pemberian
d. Selang pemberian: 3 kali dg jarak suntika 1 bln dan 5 bulan
e. Pemberian secara Intramuskular ( IM )
f. Pada neonatus di berikan di anterolateral paha
g. Pada anak besar dan dewasa di regio deltoid
h. Jika status HbsAg ibu tidak diketahui. Hep B harus diberikan 12 jam setelah
lahir
i. Jika status Hbs Ag-B ibu positif, di berikan imunisasi Hep B dlm waktu 24-48
jam setelah lahir, scr bersamaan diberikan juga HB Ig 0,5 ml.
j. HE setelah immunisasi Hepatitis B:
1) Tidak demam, Kadang timbul sub febris dlm wkt 1-2 hari
2) Tempat penyuntikan timbul kemerahan, bengkak, nyeri.
3) Dianjurkan memberikan ASI lebih banyak
3. Vaksin DPT
a. Mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus.
b. Susunan vaksin pertusis terbuat dari kuman bordetella pertusis yg telah
dimatikan, dikemas dg vaksin difteri dan tetanus.
c. Vaksin DTaP (DTP dg komponen acelluler pertussis) dan DTwP (DTP dg
komponen whole cell pertusis)
d. Di berikan usia : 2 – 11 bulan
e. Selang pemberian: 3 X, jarak waktu penyuntikan min 4 mgg
f. Dosis 0,5 cc  IM
g. Reaksi setelah imunisasi
1) Demam tinggi, ditempat suntikan timbul nyeri dan pembengkakan yg akan
hilang dlm 2 hari.
2) Dianjurkan minum ASI lebih banyak jika demam pakai baju tipis, compres
3) Mandi air hangat
4) Diberikan paracetamol sesuai advise. (15 mg/kgBB)
5) Bila keluhan makin berat dan menetap dibawa ke dokter
h. Imunisasi ulang:
1) Pertama dilakukan pd usia 1-2 th,
2) ke dua usia 6 th,
3) ke tiga kls 6 SD dg vaksin DT tanpa Pertusis
4. Vaksin Polio
a. Mencegah poliomelitis
b. Usia: 0 – 11 bulan
c. Dosis: 2 tetes
d. Cara: meneteskan ke dalam mulut
e. Terdapat 2 jenis vaksin yg beredar :
1) Vaksin yg mengandung virus polio yg dimatikan (vaksin salk) suntikan
2) Vaksin yg mengandung virus polio yg masih hidup, yg telah dilemahkan
(virus sabin),  di teteskan per oral
5. Campak
a. Pengebalan thd campak
b. Usia : 9 bulan
c. Penyimpanan vaksin suhu 6 º C
d. Dosis: 0,5 cc  Subcutan dalam, dideltoid kiri
e. Ulangan campak saat masuk SD –>BIAS
f. HE setelah campak:
1) Setelah imunisasi anak akan demam dan muncul bercak-bercak merah / ruam
dikulit
2) Stlh 3-5 hari anak batuk/ pilek ringan
3) Dianjurkan banyak minum (asi, air buah, air putih),
4) demam tinggi  pakai baju tipis, compres dan diberikan paracetamol 15
mg/kgBB.
5) Mandi air hangat
6) Jika reaksi tsb berat dan menetap anjurkan bawa ke dokter
6. Terapi Bermain
6.1 Definisi Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak
akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa
yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadarinya (Miller 1983).
Bermain merupakan suatu aktivitas di mana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mepersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa.
6.2 Fungsi Bermain pada Anak
1) Merangsang perkembangan sensoris-motorik,
2) Perkembangan sosial,
3) Perkembangan kreativitas,
4) Perkembangan kesadaran diri,
5) perkembangan moral
6) Perkembangan kognitif
7) Bermain sebagai terapi
8) Mempunyai nilai terapeutik
6.3 Jenis Bermain berdasarkan Isi Permainan
1. Bermain Afektif Sosial
Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhungan dengan orang
lain hal ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk adanya sambil berbicara,
bersandung kemudian anak memberikan respons seperti tersenyum tertawa,
bergembira, dan lain-lain. Sifat dari bermain ini adalah orang lain yang berperan
aktif dan anak hanya berespons terhadap simulasi sehingga akan memberikan
kesenangan dan kepuasan bagi anak.
2. Bermain Bersenang-senang
Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada
sehingga anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain.
Sifat bermain ini adalah tergantung dari stimulasi yang diberikan pada anak,
mengingat sifat dari bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak tapa
memperdulikan kehadiran orang lain, seperti bermain boneka-bonekaan, binatang-
binatangan,  dan lain-lain.
3. Bermain Keterampilan
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan
anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal.
Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba
kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam bongkar pasang
gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar
yang telahdi bongkar, kemudian bermain latihan memakai baju dll.
4. Bermain Dramatik
Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan berpura-
pura dalam berpeilaku seperti anak memperankan sebagai orang dewasa, seorang
ibu dan guru dalam kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah anak
dituntut aktif dalam memerankan sesuatu. Permainan dramatic ini dapat dilakukan
apabila anak sudah mampu berkomunikasi dan mengenal kehidupan social.
5. Bermain Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam
menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan seperti mengocok untuk
mengetahui isinya dan permainan ini bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan
untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan
tersebut harus selalu diberikan stimulasi dari orang lain agar selalu bertambah
dalam kemampuan kecerdasan anak.
6. Bermain Konstruksi
Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu pbjek permainan agar menjadi
sebuah konstruksi yang benar seperti permainan menyusun balok. Sifat dari
permainan ini adalah aktif di mana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas
yang ada dalam permaianan dan akan dapat membangun kecerdasan pada anak.
6.4 Berdasarkan Jenis Permainan
1. Permainan Aktif
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya dengan
menggunakan beberapa peraturan permainan seperti permainan ular tangga.
Sifatnya adalah aktif, anak akan memberikan respons kepada temannya sesuai
dengan jenis permaianan dan akan berfungsi memberikan kesenangan yang dapat
mengembangkan perkembangan emosi pada anak.
2. Permainan yang hanya memperhatikan saja
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-
jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada di
sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi
sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu dan situasi atau objek
yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan. Anak
memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Peran ini
berbeda dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas
anak lain.
6.5 Bermain Berdasarkan Karakteristik Sosial
1. Solitary play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri atau
independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini karena keterbatasan
sosial, ketrampilan fisik dan kognitif. Sifatnya adalah aktif akan tetapi bentuk
stimulasi tambahan kurang, karena dilakukan sendiri dalam perkembangan mental
pada anak, kemudian dapat membantu untuk menciptakan kemandirian pada anak.
2. Pararel Play
Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang sedang bermain akan
tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari bermain ini adalah anak aktif
secara sendiri tetapi masih masih dalam satu kelompok, dengan harapan
kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok tersebut
terlatih dengan baik.
3. Associative play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari usia toddler
dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan permainan dimana anak
dalam kelompok dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara
formal.
4. Cooperative play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan ada
memimpin yang di mulai dari usia prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia
sekolah dan remaja.
5. Onlooker play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut bermain,
walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan biasanya dimulai pada usia
toddler.
6. Terapeutik play
Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan kecemasan
dan untuk pengajaran perawatan diri pada anak-anak. Pengajaran dengan melalui
permainan dan harus diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga
untuk melakukan kegiatan bermain seperti memperagakan dan melakukan gambar-
gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN FEBRIS/DEMAM
1. Pengkajian
1) Biodata
Terdiri dari nama, tempat tangal lahir, umur, jenis kelamin, tanggal MRS, tanggal
dikaji, no.reg, penanggung jawab
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya anak rasakan yaitu badan panas, lemah, nyeri pada
kepala, dehidrasi dll.
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan, keluhan yang menyertai, diagnosa medik
b. Riawat kesehatan masa lalu
Ada/tidak penyakit sebelumnya yang di derita pasien seperti : diare, typoid dll.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ada/tidak keluarga yang mempunyai penyakit turunan
4) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Antenatal (Pre Natal)
Keadaan selama hamil, terdapat tanda-tanda pre ekslamsi, penyakit yang diderita
selama hamil.
b. Natal
Usia kehamilan, berat badan waktu lahir, jenis persalinan, keadaan anak setelah
lahir
c. Neonatal (post natal )
Nilai apgar score, warna kulit, suhu tubuh, kejang memiliki kelainan kongenital.
Setelah lahir bayi mengalami kesakitan menelan atau menghisap
5) Riwayat Tumbuh Kembang
a. Cross motor (motorik kasar)
b. Fire Motor (Motorik halus)
c. Languange (bahasa)
d. Komunikasi
6) Imunisasi
BCG, Polio 1,2,3,4, DPT 1,2,3, Campak, Hepatitis
7) Pola kegiatan sehari-hari
Apakah terjadi perubahan pola kegiatan sehari-hari yakni : pola nutrisi, pola eliminasi,
pola istirahat tidur, personal hygine, aktivitas dan olahraga.
8) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: nampak sakit berat, sedang, atau ringan
b. Kepala : biasanya pusing atau nyeri
c. Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu badan, nadi, dan pernafasan
d. Sistem Pengindraan
1) Mata
Konjungtiva, pupil, lapang pandang, hematom,adanya nyeri
2) Hidung
Fungsi Penciuman, simetris kanan dan kiri keadaan septum, nyeri, peradangan.
3) Telinga
Fungsi pendengaran, simetris kiri dan kanan, nyeri, peradangan
4) Lidah
Fungsi pengecapan, kebersihan
5) Kulit
Respon terhadap panas dan dingin, nyeri dan sentuhan, turgor, kelembaban,
warna, suhu
e. Sistem Pernafasan
Apakah ada pernafasan cuping hidung, frekuensi pernafasan, bunyi nafas, nyeri
dada, dispnoe, takipneu, cyanosis, adanya ronchi dan wheezing
f. Sistem Kardiovaskular
Apakah ada hipertensi, hipotensi, tekanan darah, frekuensi nadi, ictus cordis,
riwayat penyakit jantung, tekanan vena jugularis.
g. Sistem Pencernaan
Adanya massa, peristaltik usus baik atau tidak , mual, muntah, nafsu makan,
gangguan fungsi pengecapan, perut kembung
h. Sistem Neurologi
Kesadaran, nyeri kepala, fungsi sensorik, dan motorik, kesemutan, pusing,
koordinasi gerakan
i. Sistem Muskoluloskeletal
Kekuatan otot, gangguan pergerakan ekstermitas, adanya spasme otot, nyeri, tonus
otot normal atau tidak
j. Sistem Perkemihan
Apakah ada nyeri saat berkemih, warna urine, bau , anuria, tidak ada bising usus,
inkontinensia urine, frekuensi BAK
k. Sistem Integumen
Turgor kulit, perubahan warna pada daerah sekitar luka operasi, suhu pada area
luka operasi, keadaan kulit
l. Sistem Endokrin
Apakah ada riwayat penyakit DM
2. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Hipertermia (D.0130)
1) Definisi: suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
2) Batasan karakteristik:
a. Suhu tubuh diatas nilai normal
b. Kulit merah
c. Kejang
d. Takikardi
e. Takipnea
f. Kulit terasa hangat
3) Faktor yang berhubungan:
a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
c. Proses penyakit (misal. Infeksi, kanker)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e. Peningkatan laju metabolisme
f. Respon trauma
g. Aktivitas berlebihan
h. Penggunaan incubator
i. Medikasi
j. Anastesia
k. Penyakit
2. Termogulasi tidak efektif (D.0149)
1) Definisi: Kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
2) Batasan Karakteristik:
a. Kulit dingin/hangat
b. Menggigil
c. Suhu tubuh fluktuatif
d. Piloereksi
e. Pengisian kapiler >3detik
f. TD meningkat
g. Pucat
h. Frekuensi napas meningkat
i. Takikardia
j. Kejang
k. Kulit kemerahan
l. Dasar kuku sianotik
3) Faktor yang berhubungan
a. Cedera medulla spinalis
b. Infeksi/sepsis
c. Pembedahan
d. Cedera otak akut
e. Trauma
f. Fluktuasi suhu lingkungan
g. Penyakit
3. Perencanaan
1. Hipertermia (D.0130)
1) Kriteria Hasil:
a. Suhu dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
2) Intervensi
Managemen Hipertermia I.15506
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi penyebab hipertemia (misal. Dehidrasi ,terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor kadar elektrolit
d. Monitor haluaran urine
e. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang dingin
b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
c. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d. Berikan cairan oral
e. Ganti linen setiap hari atau sering jika mengalami hiperhidrosis (keringan
berlebihan)
f. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia, kompres
hangat/dingin pada daerah dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
g. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
h. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
4. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah implementasi/pelaksaan dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada untuk membantu klien mencapai tujuan dari yang
diharapkan.
5. Evaluasi
Evalusi keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Evaluasi
keperawatan juga merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang
ditentukan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan yang biasanya menggunakan SOAP sebagai
berikut:
S : Subjektif : Pernyataan atau keluhan dari pasien
O : Objective : Data yang di observasi oleh perawat atau keluarga
A : Analisys : Kesimpulan dari objektif dan subjektif
P : Planning : Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

I. BIODATA

Nama : An. F Nama orang Tua :Ny. S


Umur : 7 tahun Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Islam Alamat : Tulangan
Pendidikan : SD

MRS Tanggal : ---------------- pkl : --------- WIB

Yang merujuk : --------------------------------

DX. Masuk : --------------------------------

II. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama : panas

2. RPS : Ny.S klien mengatakan panas sudah 2 hari, siang hari sebelumnya anak barmain
layangan dilapangan dengan temannya. Sudah diberi obat penurun panas namun belum turun.

3. Riwayat Perkembangan Yg Lalu ( yg berhubungan dgn penyakit sekarang )

a. Prenatal : Ny.S mengatakan pada masa kehamilan 4 bulan mengalami mual-mual

b. Natal : umur kehamilan 9 bulan, jenis persalinan normal (spontan)

c. Postnatal : keadaan bayi baik, gerakan bayi aktif, BB 3100gram

d. Imunisasi : imunisasi dasar lengkap sesuai usia

e. Pernahkah anak menderita penyakit seperti saat ini ? pernah

Upaya yang dilakukan : berobat ke puskesmas

4. Riwayat Penyakit Keluarga : dalam keluarga tidak ada yang menderita hipertensi, DM,
asma, dan penyakit jantung.
III. Kemampuan Fungsional :

1. Pola persepsi kesehatan :

Ny.S mengatakan kesehatan bagi keluarga adalah penting. Saat ada anggota keluarga
yang sakit biasanya membeli obat dahulu di apotek tedekat, setelah minum obat tidak
kunjung sembuh baru periksa di puskesmas.

2. Pola Nutrisi- Metabolisme :

Nafsu makan : berkurang

Masalah dgn makanan : tidak ada alergi makanan

Jumlah makanan yg dimakan : ½ porsi

3. Pola Eliminasi :

URIN :

BAK 3-4xsehari dengan karakteristik urin :warna kuning jernih, bau khas

ALVI

BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, berwarna kuning, bau khas

4. Pola Aktifitas / Latihan

Ny.S mengatakan An.F lebih banyak istirahat ditempat tidur karena masih lemas.

5. Pola tidur / istirahat


Nys.S mengatakan An.F tetap bisa tidur namun kadang saat malam hari px terbangun
dan merengek

6. Pola kognitif – Perseptual

Pendengaran : baik, tidak mengalami gangguan

7. Prsepsi diri / konsep diri

Ny.S mengatakan An.F masih membutuhkan bantuan orang tua untuk setiap tindakan
yang dilakukan
8. Pola Peran – hubungan

Komunikasi ( sesuai dgn usia/tdk ) : sesuai dengan usia

Bahasa sehari-hari : bahasa jawa dan indonesia

Hub. Dgn orang lain (teman sebaya, ortu, dll) : baik, px merupakan anak pertama

9. Seksualitas / reproduksi
Tidak ada gangguan dengan alat kelamin. Px adalah
10. Koping / toleransi Stres
Ny.S mengatakan apabila sakit An.F mengatakan kepada orang tuanya
11. Nilai / Kepercayaan
An.F beragama islam, sama seperti orang tuanya.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Pemeriksaan umum
TTV: Nadi : 100x/mnt

Suhu: 37,5 °C

RR : 26x/mnt

BB : 35kg
TB : 135cm

B. Head To Toe
1. Kepala dan leher
- Rambut : Kondisi rambut bersih
- Mata : Konjungtiva anemis Sklera putih, Pupil normal ,
- Gigi dan mulut : Kondisi gigi dan mulut bersih, mukosa bibir kering, ada
pembesaran tonsil
- Pembesaran kelenjar tiroid: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2. Dada
Pernafasan:
- irama : reguler
- bunyi pernafasan : tidak ada suara nafas tambahan seperti wheezing,
ronkhi
- penggunaan otot Bantu nafas : tidak ada
- Diameter anteroposterior dada : -
- batuk : tidak ada batuk
Sirkulasi :
- Warna kulit : sawo matang
- kelainan bunyi jantung : tidak ada kelainan bunyi jantung
Abdomen :
- Inspeksi : bentuk datar
- Palpasi : tidak ada massa, tidak ada pembesarah hepar,
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : terdengar bising usus 8kali/menit
Genitalia: tidak terkaji
Ektremitas :
- Turgor kulit: lembab
- Akral : hangat
- Oedem : tidak ada
IV. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS :- panas sudah 2 hari Terpapar suhu panas
- Tampak lemas yang berlebihan Hipertermi

DO :
-Suhu: 38,5 °C Kegagalan sistem
-Nadi : 100x/mnt regulasi suhu tubuh
-Bibir kering
-Kulit terasa hangat

peningkatan suhu
tubuh

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi (D.0130)

VI. RENCANA KEPERAWATAN


N TGL DIAGNOSA KEP PERENCANAAN TD
O TANGAN
1. 2 des Tujuan: Managemen
2020 Hipertermia I.15506
Setelah dilakukan
Tindakan
tindakan
1. Observasi
keperawatan 2x24
a. Identifikasi penyebab
jam diharapkan suhu
hipertemia (misal.
tubuh membaik.
Dehidrasi ,terpapar
lingkungan panas,
Kriteria Hasil:
penggunaan inkubator)
1. Suhu tubuh
b. Monitor suhu tubuh
membaik
2. Takikardi c. Monitor komplikasi
menurun akibat hipertermia
2. Terapeutik
a. Sediakan lingkungan
yang dingin
b. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
c. Berikan cairan oral
d. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia, kompres
hangat/dingin pada
daerah dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
3. Edukasi
a. Anjurkan tirah baring

VII.PELAKSANAAN
NO TGL DIAGNOSA KEP PELAKSANAAN TD
TANGAN
1. 2 Des Hipertermi Managemen Hipertermia
2020 (D.0130)
I.15506
1.Observasi
- Suhu: 38,5 °C
-Bibir kering
-Kulit terasa hangat
2.Terapeutik
-menyediakan lingkungan
dingin
-melonggarkan atau lepaskan
pakaian.
-memberikan cairan oral
-melakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia, kompres
hangat/dingin pada daerah
dahi, leher, dada, abdomen,
aksila).
3. Edukasi
-menganjurkan tirah baring

EVALUASI KEPERAWATAN
NO EVALUASI TTD
Dx S-O-A-P
1. 3-12-2020 (Pukul 10.00)
S : - anak sudah tidak panas

O : suhu 37,7°C, Nadi 86x/menit, Bibir lembab

A : Masalah hipertermi teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan 1, 2, 3

4-12-2020 (Pukul 10.00)


S : - anak sudah tidak panas

O : suhu 37°C, Nadi 80x/menit, Bibir lembab

A : Masalah hipertermi teratasi

P : Intervensi dihentikan, dilanjutkan dengan HE


- Istirahat yang cukup
- Berteduh agar terhindar dari sengatan panas
- Minum air putih yang banyak
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: MediAction.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai