Disusun oleh :
Wisnu Aji Nugroho (202003049)
NIM : 202003049
Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik keperawatan dasar.
Pembimbing Akademik
1. Konsep Febris/Demam
1.1 Definisi
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi.
1.3 Manifestasi Klinis
1. Anak rewel (suhu >37,8oC-40oC)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Elevated Anterior
thermoregulatory Peningkatan PGE2
hypothalamus
set poin
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
Resiko cidera Resiko keterlambatan
perifer
perkembangan
1.5 Penatalaksanaan
a. Secara Fisik
1. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
2. Pakaian anak diusahakan tidak tebal
3. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
4. Memberikan kompres
b. Obat-obatan antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:
1. Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
2. Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh sirup
parasetamol
3. Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh sirup
parasetamol.
1.6 Discharge Planning
1. Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kesembuhan dan laporkan
dokter/perawat
2. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
3. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
4. Instruksikan untuk control ulang
5. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus
1.7 Komplikasi
1. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan
otak.
2. Konsep DDST
2.1 Definisi DDST
DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan
anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan
yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20
menit), dapat diandalkan dan menunjukkkan validitas yang tinggi. Dari beberapa
penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat
mengidentifikasikan antara 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami
keterlambatan perkembangan, dan pada “follow up” selanjutnya ternyta 89% dari
kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
2.2 Aspek perkembangan yang dinilai
Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan
diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yag meliputi :
1. Personal Social ( perilaku sosial ) : Aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Fine Motor Adaptive ( gerakan motorik halus ) : Aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat.
3. Language ( bahasa ) : Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah ddan berbicara spontan.
4. Gross Motor ( gerakan motorik kasar ) : Aspek yang berhubungan dengan
pergerakan dan sikap tubuh.
Setiap tugas ( kemampuan ) digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang
horisontal yang berurutan menurut umur, dalam lembar DDST. Pada umumnya pada
waktu tes, tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining hanya berkisar antara
25-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama hanya sekitar 15-20 menit saja.
2.3 Alat yang digunakan
1. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-kuning,
hijau-biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil,kertas dan pensil.
2. Lembar formulir DDST.
3. Buku petunjuk sebagai refensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara
penilaiannya.
2.4 Prosedur DDST
1. Tahap I
Secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia :
a. 3-6 bulan
b. 9-12 bulan
c. 18-24 bulan
d. 3 tahun
e. 4 tahun
f. 5 tahun
2. Tahap II
Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap
I. Kemudian dilanjutkan pad eveluasi diagnostik yang lengkap.
2.4 Penilaian
Dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan
penilaian apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat
kesempatan melakukan tugas (No.Opportunity = N.O). Kemudian digaris
berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan
pada formulir DDST. Setelah dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P
dan berapa yang F, elanjutnya berdassarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan
dalam : Normal, Abnormal, Meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites
( Untestable ).
1. Abnormal
a. Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih.
b. Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan PLUS 1
sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan apad 1 sektor yang sama tersebut
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
2. Meragukan
a. Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
b. Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis verikal
usia.
3. Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.
4. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut diatas.
2.5 Langkah-langkah DDST
Dalam pelaksanaan skrining degan DDST ini, umur anak perlu ditetapkan
terlebih dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk 1 bulan dan 12 bulan
untuk 1 tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah
dan sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas.
Kemudian garis umur ditarik vertikal pada formulir DDST yang memotong
kotak-kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor. Tugas-tugasyang terletak di
sebelah kiri garis itu, pada umumnya telah dapat dikerjakan oleh anak-anak seusia
Budi(2 tahun 4 bulan). Apabila Budi gagal mengerjakan beberapa tugas-tugas
tersebut.(F), maka berarti suatu keterlambatan poda tugas tersebut. Bila tugas-tugas
yang gagal dikerjakan berada pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umur,
maka ini bukanlah suatu keterlambatan, karena pada kontrol lebih lanjut masih
mungkin terdapat perkembangan lagi.
Pada ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor. Kalau
terdapat kode R maka tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tuanya,
sedangkan bila terdapat kode nomor maka tugas perkembangan doites sesuai
petunujuk dibaliknya formulir. Agar lebih cepat dalam melaksanakan skrining, maka
dapat digunakan tahap praskrining dengan menggunakan : DDST Short Form, yang
masing-masing sektor hanya diambil 3 tugas 8 hingga seluruhnya ada 12 tugas ) yang
ditanyakan pada ibunya. Bila didapatkan salah satu gagal atau ditolak, maka dianggap
“suspect” dan perlu dilanjutkan dengan DDST lengkap. Dari penelitian Frankenburg
didapatkan 25% anak pada pemeriksaan DDST Short Form ternyata memerlukan
pemeriksaan DDST lengkap.
PDQ ( Pra-Screening Development Questionnaire ) : Bentuk kuesioner ini
digunakan orang tua yang berpendidikan SLTA keatas. Dapat diisi orang tua di rumah
atau pada saat menunggu di klinik. Dipilih 10 pertanyaan pada kuesioner yang sesuai
dengan umur anak. Kemungkinan dinilai berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan,
dan pada kasus yang dicurigai dilakukan tes DDST lengkap.
3. Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui
ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti
timbangan dan pita pengukur (meteran).
Ukuran antropometri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran disbanding dengan umur. Misalnya, BB
terhadap usia atau TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat diketahui apakah ukuran
yang dimaksud tersebut tergolong normal untuk anak seusianya.
2. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran
lainnya tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur.
Misalnya berat badan terhadap umur. Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling
sering digunakan untuk menentukkan keadaan pertumbuhan pada masa balita adalah :
1. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena dipakai
untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur/
2. Tinggi Badan ( Panjang badan)
Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan.
Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Pada tahun
pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan ( 1,5 X panjang badan
lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun,
yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan
tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5 – 25 cm/tahun pada wanita, sedangkan pada
laki-laki peningkatannya sekitar 10 –30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan
berhenti pada usia 18 – 20 tahun.
Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus
dari Behram (1992), yaitu :
a. Perkiraan panjang lahir : 50 cm
b. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 Panjang Badan Lahir
c. Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir
d. Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan usia 1 tahun
e. Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir
f. Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun
3. Lingkar kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan dan tidak
dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar
kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan
pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan
kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun
pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia
18 tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm
4. Lingkar Lengan Atas (Lila)
Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar
11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran
tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun.
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang
tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi
dan pertumbuhan anak prasekolah.
5. Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarangdilakukan.
Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa ( mid respirasi ) pada tulang
Xifoidius( insicura substernalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi
berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring.
4. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen-antigen serupa tidak terjadi
penyakit (Nakita, 2006). Imunisasi dasar adalah suatu cara atau usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan akan kebal terhadap penyakit tertentu (Stephanie, 2003).
a. Manfaat Imunisasi
1. Untuk anak mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga menghilangkan kecemasan dan psikologis pengobatan bila anak
sakit
3. Untuk Negara memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.
4. Pertahanan imun non spesifik
5. Menguatkan atau meningkatkan system imun alami yang dihasilkan tubuh
6. Mencegah penyakit infeksi
b. Macam-Macam Imunisasi
1. Imunisasi Aktif adalah dimana tubuh akan membuat sendiri kekebalan terhadap
penyakit setelah suntikan antigen (bahan yang dapat menimbulkan kekebalan) dan
dapat bertahan selama bertahun-tahun.
2. Imunisasi Pasif adalah dimana tubuh tidak membuat sendiri kekebalan terhadap
penyakit tetapi mendapatkannya dari orang lain. Misalnya kolostrum (ASI yang
pertama keluar berwarna kekuning-kuningan) yang diberikan oleh ibu pada bayi
yang dapat melindungi bayi dari diare dan penyakit infeksi lainnya.
Jadwal Pemberian Imunisasi Wajib Pada Anak Usia Infant (0-1 Tahun) Menurut
Markum (2002)
I. BIODATA
2. RPS : Ny.S klien mengatakan panas sudah 2 hari, siang hari sebelumnya anak barmain
layangan dilapangan dengan temannya. Sudah diberi obat penurun panas namun belum turun.
4. Riwayat Penyakit Keluarga : dalam keluarga tidak ada yang menderita hipertensi, DM,
asma, dan penyakit jantung.
III. Kemampuan Fungsional :
Ny.S mengatakan kesehatan bagi keluarga adalah penting. Saat ada anggota keluarga
yang sakit biasanya membeli obat dahulu di apotek tedekat, setelah minum obat tidak
kunjung sembuh baru periksa di puskesmas.
3. Pola Eliminasi :
URIN :
BAK 3-4xsehari dengan karakteristik urin :warna kuning jernih, bau khas
ALVI
Ny.S mengatakan An.F lebih banyak istirahat ditempat tidur karena masih lemas.
Ny.S mengatakan An.F masih membutuhkan bantuan orang tua untuk setiap tindakan
yang dilakukan
8. Pola Peran – hubungan
Hub. Dgn orang lain (teman sebaya, ortu, dll) : baik, px merupakan anak pertama
9. Seksualitas / reproduksi
Tidak ada gangguan dengan alat kelamin. Px adalah
10. Koping / toleransi Stres
Ny.S mengatakan apabila sakit An.F mengatakan kepada orang tuanya
11. Nilai / Kepercayaan
An.F beragama islam, sama seperti orang tuanya.
Suhu: 37,5 °C
RR : 26x/mnt
BB : 35kg
TB : 135cm
B. Head To Toe
1. Kepala dan leher
- Rambut : Kondisi rambut bersih
- Mata : Konjungtiva anemis Sklera putih, Pupil normal ,
- Gigi dan mulut : Kondisi gigi dan mulut bersih, mukosa bibir kering, ada
pembesaran tonsil
- Pembesaran kelenjar tiroid: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2. Dada
Pernafasan:
- irama : reguler
- bunyi pernafasan : tidak ada suara nafas tambahan seperti wheezing,
ronkhi
- penggunaan otot Bantu nafas : tidak ada
- Diameter anteroposterior dada : -
- batuk : tidak ada batuk
Sirkulasi :
- Warna kulit : sawo matang
- kelainan bunyi jantung : tidak ada kelainan bunyi jantung
Abdomen :
- Inspeksi : bentuk datar
- Palpasi : tidak ada massa, tidak ada pembesarah hepar,
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : terdengar bising usus 8kali/menit
Genitalia: tidak terkaji
Ektremitas :
- Turgor kulit: lembab
- Akral : hangat
- Oedem : tidak ada
IV. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS :- panas sudah 2 hari Terpapar suhu panas
- Tampak lemas yang berlebihan Hipertermi
DO :
-Suhu: 38,5 °C Kegagalan sistem
-Nadi : 100x/mnt regulasi suhu tubuh
-Bibir kering
-Kulit terasa hangat
peningkatan suhu
tubuh
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi (D.0130)
VII.PELAKSANAAN
NO TGL DIAGNOSA KEP PELAKSANAAN TD
TANGAN
1. 2 Des Hipertermi Managemen Hipertermia
2020 (D.0130)
I.15506
1.Observasi
- Suhu: 38,5 °C
-Bibir kering
-Kulit terasa hangat
2.Terapeutik
-menyediakan lingkungan
dingin
-melonggarkan atau lepaskan
pakaian.
-memberikan cairan oral
-melakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia, kompres
hangat/dingin pada daerah
dahi, leher, dada, abdomen,
aksila).
3. Edukasi
-menganjurkan tirah baring
EVALUASI KEPERAWATAN
NO EVALUASI TTD
Dx S-O-A-P
1. 3-12-2020 (Pukul 10.00)
S : - anak sudah tidak panas
P : Intervensi dilanjutkan 1, 2, 3
Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: MediAction.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.