FEBRIS
Makalah Ini di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Anak I
Dosen Pengampuh : Zakiyah Yasin S.Kep., Ns., M.Kep.
MAKALAH
KELOMPOK 10:
HIDAYATUL ARIFIN ( 717.6.2.0904 )
YUNISHANDRA MEGAWATI ( 717.6.2.0900 )
MUTFAH ISNAINI ( 717.6.2.0871 )
Penulis
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Demam pada anak merupakan salah satu masalah yang masih relevan
untuk para praktisi pediatri. Demam merupakan tanda adanya kenaikan set-
point di hipotalamus akibat infeksi atau adanya ketidakseimbangan antara
produksi dan pengeluaran panas. Sebaliknya tidak semua anak yang terkena
infeksi akan menunjukkan gejala demam, semakin muda umurnya, semakin
tidak jelas gambaran klinisnya. Tindakan pada anak dengan demam diawali
dengan pertimbangan apakah ada kegawatan, apa penyebabnya dan apakah
demam perlu segera diturunkan. Agar tindakan tersebut tepat dan terarah,
diperlukan suatu pengelompokan / klasifikasi pasien agar dapat digunakan
suatu algoritma umum. Pada tiap kelompok tetap ada kriteria kegawatan,
kriteria jenis infeksi yang mengarah kepada tindakan yang diambil, terutama
perawatan dan pemberian antibiotik secara empirik. Tindakan yang
dilaksanakan sebaiknya bukan tindakan yang sifatnya sesaat, tetapi
merupakan tindakan yang berkesinambungan, sampai pasien lepas dari
masalahnya. Keputusan untuk dirawat harus dilanjutkan dengan pemeriksaan
laboratorium dan pemberian antibiotik empirik. Tindakan lanjutan akan
disesuaikan dengan hasil pemeriksaan penunjang, respons pasien terhadap
pengobatan sampai masalahnya selesai dengan tuntas.
Demam dapat diderita oleh siapasaja, dari bayi hingga orang berusia
paling lanjut sekalipun.Demam sesungguhnya merupakan reaksi alamiah dari
tubuh manusia dalam usaha melakukan perlawanan terhadap beragam
penyakit yang masuk atau berada di dalam tubuh (Widjaja, 2001: 1). Panas
atau demam kondisi dimana otak mematok suhu diatas setting normal yaitu
diatas 38ºC. Namun demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu
lebih dari 38.5ºC. Akibat tuntutan peningkatan tersebut tubuh akan
memproduksi panas (Purwanti, 2008: 81).
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari di susunnya makalah yang membahas tentang febris ini
adalah untuk menyampaikan berbagai hal yang berkaitan dengan febris, baik
berupa patofisiologinya gejla dan penata laksanaannya dan juga di makalah
ini kami juga akan membahas mengenai konsep asuhan keperawatan pada
3
pada pasien febris dan akan kami berikan contoh kasus beserta auhan
keperawatan yang akan di berikan pada pasien tersebut.\
1.4 Manfaat
Agar para mahasiswa dan pembaca dapat memahami mengenai febris.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Definisi demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu
suhu tubuh di atas 38º Celsius. International Union of Physiological Sciences
Commission for Thermal Physiology mendefinisikan demam/ febris sebagai
suatu keadaan peningkatan suhu inti, yang sering (tetapi tidak seharusnya)
merupakan bagian dari respons pertahanan organisme multiselular (host)
terhadap invasi mikroorganisme atau benda mati yang patogenik atau
dianggap asing oleh host. El-Rahdi dan kawan-kawan mendefinisikan demam
(pireksia) dari segi patofisiologis dan klinis. Secara patofisiologis demam
adalah peningkatan thermoregulatory set point dari pusat hipotalamus yang
diperantarai oleh interleukin 1 (IL-1). Sedangkan secara klinis demam adalah
peningkatan suhu tubuh 1oC atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal
di tempat pencatatan. Sebagai respons terhadap perubahan set point ini,
terjadi proses aktif untuk mencapai set point yang baru. Hal ini dicapai secara
fisiologis dengan meminimalkan pelepasan panas dan memproduksi panas.
Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat diukur lewat oral,
rektal, dan aksila.1,2,3 Cara pengukuran suhu menentukan tinggi rendahnya
suhu tubuh. Pengukuran suhu melalui mulut dilakukan dengan mengambil
suhu pada mulut (mengulum termometer dilakukan pada anak yang sudah
kooperatif), hasilnya hampir sama dengan suhu dubur, namun bisa lebih
rendah bila frekuensi napas cepat. Pengukuran suhu melalui dubur (rektal)
dilakukan pada anak di bawah 2 tahun. Termometer masuk ke dalam dubur
sedalam 2-3 cm dan kedua pantat dikatupkan, pengukuran dilakukan selama 3
menit. Suhu yang terukur adalah suhu tubuh yang mendekati suhu yang
sesungguhnya (core temperature). Dikatakan demam bila suhu di atas 380C.
Pengukuran suhu melalui ketiak (axilar) hanya dapat dilakukan pada anak
besar mempunyai daerah aksila cukup lebar, pada anak kecil ketiaknya sempit
5
sehingga terpengaruh suhu luar. Pastikan puncak ujung termometer tepat pada
tengah aksila dan pengukuran dilakukan selama 5 menit. Hasil pengukuran
aksila akan lebih rendah 0,5-1,00C dibandingkan dengan hasil pengukuran
melalui dubur. Pengukuran suhu dengan cara meraba kulit, daerah yang diraba
adalah daerah yang pembuluh darahnya banyak seperti di daerah pipi, dahi,
tengkuk. Meskipun cara ini kurang akurat (tergantung kondisi tangan ibu),
namun perabaan ibu cukup bisa dipercaya dan digunakan sebagai tanda
demam pada program MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit ).
Suhu adalah hasil produksi metabolisme tubuh yang diperlukan untuk
kelancaran aliran darah dan menjaga agar reaksi kimia tubuh dapat berjalan
baik (enzim hanya bekerja pada suhu tertentu). Sebagai makhluk yang
homeotermik, anak selalu berusaha mengatur suhu tubuhnya. Suhu tubuh
diatur oleh suatu mekanisme yang menyangkut susunan saraf, biokimia, dan
hormonal. Hipotalamus menerima informasi suhu tubuh bagian dalam dari
suhu darah yang masuk ke otak dan informasi suhu luar tubuh dari reseptor
panas di kulit. Termostat dalam hipotalamus diatur pada set-point sekitar suhu
370C dengan rentang sekitar 10C, dan suhu dipertahankan dengan menjaga
keseimbangan pembentukan atau pelepasan panas. Saraf eferen dari
hipotalamus terdiri dari saraf somatik dan saraf autonom, sehingga
hipotalamus dapat mengatur aktifitas otot, kelenjar keringat, peredaran darah,
dan ventilasi paru. Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur yang
bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas.
Bila suhu luar lebih rendah, pembentukan panas akan dilakukan dengan
meningkatkan metabolisme, dengan mekanisme kontraksi otot / menggigil,
pengeluaran panas akan dikurangi dengan vasokonstriksi pembuluh darah
kulit dan pengurangan produksi keringat. Hipotalamus anterior merupakan
pusat pengatur pengeluaran panas. Bila suhu di luar tubuh lebih tinggi maka
pengeluaran panas ditingkatkan dengan cara vasodilatasi, evaporasi
(berkeringat), radiasi (dipancarkan), kontak (bersinggungan/ kompres), aliran
(dari daerah panas ke dingin), dan konveksi.2,3,4 Permukaan tubuh anak
6
relatif lebih luas dibandingkan dewasa, sehingga proses penguapan dan radiasi
sangat penting, terutama untuk daerah tropis.
Demam Bifasik
Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode
demam yang berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback
fever). Poliomielitis merupakan contoh klasik dari pola demam ini.
Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue,
demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever
(Spirillum minus), dan African hemorrhagic fever (Marburg,
Ebola, dan demam Lassa).
Demam Periodik
Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang
dengan interval regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu
sampai beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan suhu
normal. Contoh yang dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana
digunakan bila demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila
demam terjadi setiap hari ke-4).
Relapsing Fever
Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk
demam rekuren yang disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia
(Gambar 6.)dan ditularkan oleh kutu (louse-borne RF) atau tick
(tick-borne RF).
Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi mendadak, yang
berulang secara tiba-tiba berlangsung selama 3 – 6 hari, diikuti
oleh periode bebas demam dengan durasi yang hampir sama. Suhu
maksimal dapat mencapai 40,6oC pada tick-borne fever dan 39,5oC
pada louse-borne. Gejala penyerta meliputi myalgia, sakit kepala,
nyeri perut, dan perubahan kesadaran. Resolusi tiap episode
demam dapat disertai Jarish-Herxheimer reaction (JHR) selama
beberapa jam (6 – 8 jam), yang umumnya mengikuti pengobatan
antibiotik. Reaksi ini disebabkan oleh pelepasan endotoxin saat
organisme dihancurkan oleh antibiotik. JHR sangat sering
9
2.2 Etiologi
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau
oleh adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya.
Demam pada infeksi terjadi akibat mikro organisme merangsang makrofag
atau PMN membentuk PE (faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF
(tumuor necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada
hipotalamus dengan bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk prostaglandin.
Prostaglandin-lah yang meningkatkan set point hipotalamus. Pada keadaan
lain, misalnya pada tumor, penyakit darah dan keganasaan, penyakit kolagen,
penyakit metabolik, sumber pelepasan PE bukan dari PMN tapi dari tempat
lain.1,2,3,4 Kemampuan anak untuk beraksi terhadap infeksi dengan
timbulnya manifestasi klinis demam sangat tergantung pada umur. Semakin
11
muda usia bayi, semakin kecil kemampuan untuk merubah set-point dan
memproduksi panas. Bayi kecil sering terkena infeksi berat tanpa disertai
dengan gejala demam.
Gejala Febris Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul
bervariasi tergantung pada fase demam meliputi:
Fase 1 awal ( dingin/ menggigil) Tanda dan gejala
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
Fase 2 ( proses demam) Tanda dan gejala
a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan) Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi (Ilmu kesehatan, 2013).
12
2.4 Patofisiologi
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan,
oleh karena aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin
lancar. Namun kalau suhu terlalu tinggi (di atas 38,5ºC) pasien mulai merasa
tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri organ vital
(otak, jantung, paru) bertambah, sehingga volume darah ke ekstremitas
dikurangi, akibatnya ujung kaki/tangan teraba dingin. Demam yang tinggi
memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih kuat dan
cepat, frekuensi napas lebih cepat. Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit
dan paru dan disertai dengan ketidakseimbangan elektrolit, yang mendorong
suhu makin tinggi. Kerusakan jaringan akan terjadi bila suhu tubuh lebih
tinggi dari 410C, terutama pada jaringan otak dan otot yang bersifat
permanen. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan kerusakan batang otak,
terjadinya kejang, koma sampai kelumpuhan. Kerusakan otot yang terjadi
berupa rabdomiolisis dengan akibat terjadinya mioglobinemia.
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi demam diperlukan dalam melakukan pendekatan berbasis
masalah. Untuk kepentingan diagnostik, demam dapat dibedakan atas akut,
subakut, atau kronis, dan dengan atau tanpa localizing signs. Tabel 2. dan
Tabel 3. memperlihatkan tiga kelompok utama demam yang ditemukan di
praktek pediatrik beserta definisi istilah yang digunakan.1
Tabel 2. Tiga kelompok utama demam yang dijumpai pada praktek
pediatrik
Lama demam
Klasifikasi Penyebab tersering
pada umumnya
Demam dengan localizing
Infeksi saluran nafas atas <1 minggu
signs
Demam tanpa localizing Infeksi virus, infeksi saluran <1minggu
13
signs kemih
Infeksi, juvenile idiopathic
Fever of unknown origin >1 minggu
arthritis
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN FEBRIS
1. Pengkajian
A. Riwayat Keperawatan
Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada malam
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien,
muncul.
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
e. Riwayat psikososial
g. Pemeriksaan Fisik
dibutuhkan (Wijaya,2013).
2. Diagnosa keperawatan
suhu tubuh
d. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
3. Perencanaan
Tabel 2.1
Diagnosa Perencanaan
NO
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Peningkatan suhu Tupan: 1. Pantau suhu 1. Suhu 38,9-41,1 0C
tubuh Setelah pasien (derajat menunjukkan proses
berhubungan dilakukan dan pola): penyakit infeksius
dengan proses tindakan perhatikan akut.
patologis keperawatan menggigil?diafore
selama 4 x 24 si.
suhu tubuh 2. Ajarkan pada 2. Suhu 38,9-41,10C
normal. pasien cara dapat menyebabkan
Tupen: mencegah keletihan pada pasien
Setelah keletihan akibat 3. Suhu ruangan,
dilakukan panas jumlah selimut harus
tindakan 3. Pantau suhu dirubah untuk
perawatan lingkungan, mempertahankan
selama 3 x 24 batasi/tambahkan suhu mendekati
jam proses linen tempat tidur normal
patologis teratasi sesuai indikasi.
dengan kriteria: 4. Dapat membantu
TTV stabil mengurangi demam,
Suhu tubuh 4. Berikan kompres penggunaan air
dalam batas hangat: hindari es/alkohol mungkin
25
6. Digunakan untuk
Kolaborasi: mengurangi demam
6. Berikan antipiretik dengan aksi sentral
sesuai indikasi.
2 Resiko tinggi Tupan: setelah 1. Ukur/catat 1. Penurunan haluaran
kekurangan dilakukan haluaran urin. urin dan berat jenis
volume cairan tindakan akan menyebabkan
berhubungan perawatan hipovolemia.
absorbsi cairan selama 3 x 24 2. Pantau tekanan 2. Pengurangan dalam
tidak normal jam kekurangan darah dan denyut sirkulasi volume
volume cairan jantung cairan dapat
tidak terjadi 3. Dorong dan mengurangi tekanan
anjurkan pasien darah/CVP,
Tupen: setelah untuk mendapat mekanisme
dilakukan intake cairan kompensasi awal
tindakan peroral dari takikardia
perawatan untuk meningkatkan
selama 2 x 24 curah jantung dan
jam peningkatan meningkatkan
suhu tubuh tekanan darah
teratasi, dengan sistemik.
kriteria: 3. Cairan yang masuk
Tidak ada tanda- 4. Palpasi denyut peroral dapat
tanda dehidrasi perifer. membantu
Menunjukan kekurangan cairan
adanya 5. Kaji membran pada pasien.
keseimbangan mukosa kering, 4. Denyut yang lemah,
cairan seperti turgor kulit yang mudah hilang dapat
output urin tidak elastis menyebabkan
adekuat hipovolemia.
Turgor kulit baik 5. Hipovolemia/cairan
Kolaborasi:
Membran ruang ketiga akan
6. Berikan cairan
mukosa mulut memperkuat tanda-
intravena,
lembab tanda dehidrasi.
misalnya
kristaloid dan
26
koloid
6. Sejumlah besar
cairan mungkin
dibutuhkan untuk
7. Pantau nilai mengatasi
laboratorium hipovolemia relatif
(vasodilasi perifer),
menggantikan
kehilangan dengan
meningkatkan
permeabilitas
kapiler.
7. Mengevaluasi
perubahan didalam
hidrasi/viskositas
darah.
3 Resiko nutrisi Tupan: setelah 1. Monitor adanya 1. Malnutrisi adalah
kurang dari dilakukan penurunan berat kondisi gangguan
kebutuhan tubuh tindakan badan minat yang
b.d intake yang perawatan menyebabkan
tidak adekuat selama 5 x 24 depresi, agitasi dan
jam perubahan mempengaruhi
nutrisi kurang fungsi
dari kebutuhan 2. Gunakan kognitif/pengambila
tidak terjadi pendekatan n keputusan.
konsisten, duduk 2. Pasien mendeteksi
Tupen: setelah dengan pasien saat pentingnya dan
dilakukan makan, sediakan dapat beraksi
tindakan dan buang terhadap tekanan,
perawatan makanan tanpa komentar apapun
selama 3 x 24 persuasi yang dapat terlihat
jam intake dan/komentar. sebagai paksaan
nutrisi adekuat, 3. Berikan makan memberikan fokus
dengan kriteria: sedikit dan padad makanan.
Makan klien makanan kecil 3. Dilatasi gaster dapat
habis tambahan, yang terjadi bila
BB klien normal tepat. pemberian makan
4. Ajarkan keluarga terlalu cepat setelah
pasien untuk periode puasa.
membuat catatan 4. Pola makan dan
makanan harian jenis makanan
pasien sangat
27
berpengaruh
terhadap pemenuhan
nutrisi pasien
5. Kolaborasikan 5. Pemenuhan kalori
dengan ahli gizi dan nutrisi yang
untuk menentukan baik sesuai
jumlah kalori dan kebutuhan akan
nutrisi yang di mempercepat proses
butuhkan pasien penyeimbangan
antara kebutuhan
nutrisi
4. Pelaksanaan
intervensi disusun dan ditujukkan pada nursing orders untuk membantu klien
5. Evaluasi
BAB IV
PATHWAY FEBRIS
Demam
Mk: gangguan
Mk:Ketidak istirahat tidur
Mk : ansietas
efektifan jalan
nafas
29
BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS PASIEN
DENGAN FEBRIS
1. Data Demografi
a) Biodata
- Nama : An. S
- Usia / tanggal lahir : ( 4 th ) Jember. 15 Maret 2012
- Jenis kelamin : Perempuan
- Alamat : Sukorambi. Rt. 3. Rw. 4
- Suku / bangsa : Jawa
- Status pernikahan : Belum menikah
- Agama / keyakinan : Islam
- Pekerjaan / sumber penghasilan :-
- Diagnosa medik : Febris
- No. Medical record : 20 – 08 - 1989
- Tanggal masuk : 28 November 2016 (Jam. 15.00 WIB)
- Tanggal pengkajian : 29 November 2016 (Jam. 20.00)
- Terapi medik : - Antipiretik
- Cairan infus NS
- Antibiotik
b) Penanggung Jawab
- Nama : Tn. W
- Usia : 30 tahun
- Jenis kelamin : Laki - laki
- Pekerjaan / sumber penghasilan : Tenaga Pengajar
- Hubungan dengan klien : Ayah Klien
2. Keluhan Utama
Orang tua klien mengatakan, klien mengalami panas tinggi, dan tidak turun – turun.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Orang tua klien mengatakan klien sudah 3 hari yang lalu mengalami panas.
- Panas muncul secara tiba – tiba dan semakin hari panasnya semakin naik.
- Setelah dilakukan tindakan baik keperawatan maupun tindakan medis selama 3
kali 24 jam panas klien turun secara berangsur – angsur.
- Memberikan kompres air hangat kepada klien
Memberikan obat antipiretik kepada klien
30
F. Sistem Indra
1) Mata
- Kelopak mata (+), bulu mata (+), alis (+), lipatan epikantus dengan ujung atas
telinga (+).
- Visus (+)
- Lapang pandang (+)
2) Hidung
- Penciuman (+), perih dihidung (-), trauma (-), mimisan (-).
- Secret yang menghalangi penciuman (-).
3) Telinga
- Keadaan daun telinga (+), operasi telinga (-)
- Kanal auditoris (+)
- Membran tympani (+)
- Fungsi pendengaran (+).
G. Sistem Saraf.
1. Fungsi celebral
- Status mental : daya ingat (+), perhatian dan perhitungan (+), bahasa (+).
- Kesadaran : GCS 7
- Bicara : expresive dan reseptive (-).
2. Fungsi cranial
- Saraf cranial I s/d XII (+)
3. Fungsi motorik
- Massa (-)
- Tonus dan kekuatan otot (+4)
4. Fungsi sensorik
- Suhu : 38,5 derajat
- Nyeri : (+)
- Getaran posisi dan diskriminasi : (-)
5. Fungsi cerebellum
- Koordinasi dan keseimbangan (+)
6. Refleks
- Ekstermitas atas : (+4)
- Ekstermitas bawah : (+4)
- Superficial : (+4)
H. Sistem Muskuloskeletal
- Kepala : bentuk kepala bundar
- Vertebrae : Normal
33
- Pelvis : Normal
- Lutut : Normal
- Kaki : Normal
- Bahu : Simetrsis, normal
- Tangan : Normal
I. Sistem Integumen
- Rambut : tebal, warna hitam dan halus.
- Kulit : warna pucat, temperatur ( 38,5 derajat), kelembaban (-), bulu kulit (halus),
tahi lalat ( di bawah bibir sebelah kiri ), ruam (-).
- Kuku : warna (putih bening), mudah patah (-), kebersihan (+).
J. Sistem Endokrin
- Kelenjar tiroid : pembesaran (-)
- Percepatan pertumbuhan : Normal
- Gejala keratinisme atau gigantisme : (-)
- Ekskresi urin berlebihan (-), polidipsi (-), poliphagi (-)
- Suhu tubuh yang tidak seimbang (+), keringat berlebihan (+), leher kaku (-).
- Riwayat bekas air seni dikelilingi semut : (-).
K. Sistem Perkemihan
- Edema Palpebra (-)
- Moon face (-)
- Edema Anasarka (-)
- Keadaan kandung kemih (+)
- Nocturia (-), dysuria (-), kencing batu (-).
- Penyakit hubungan seksual (-).
L. Sistem Reproduksi
- Keadaan glendpenis : tidak dikaji
- Testis : tidak dikaji
- Pertumbuhan rambut : tidak dikaji
- Pertumbuhan jakun : tidak dikaji
- Perubahan suara : tidak dikaji
M. Sistem Imun
- Alergi (-)
- Imunisasi : BCG, DPT, MMR
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : Flu (+)
- Riwayat transfusi dan reaksinya : (-)
7. Aktivitas Sehari – hari
Nutrisi
34
Antipiretik : Parasetamol
Antibiotik
NS
DATA FOKUS
NAMA PASIEN : AN. S
NO REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF
- Bibir kering Orang tua klien mengatakan klien selama
- Suhu badan 38,5 derajat 3 hari mengalami panas tinggi.
- Banyak berkeringat Orang tua klien mengatakan klien sering
- Pernafasan meninggi rewel.
- Mengigil
- Kulit kering
- Sering menangis
- Sulit tidur
37
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS : Orang tua klien mengatakan Hypertermi Proses infeksi
klien selama 3 hari mengalami
panas tinggi
DO :
- Bibir kering
- Suhu badan 38,5 derajat
- Mengigil
- Kulit kering
2 DS : Orang tua klien mengatakan Resiko kekurangan Intake yang kurang
klien selama 3 hari mengalami volume cairan dan deperosis
panas tinggi
DO :
- Suhu badan : 38,5 derajat
- Mengigil
- Banyak berkeringat
3 DS : Orang tua klien mengatakan Cemas Hipertermi
klien sering rewel.
DO :
- Klien sering menangis
- Sulit tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
NO MASALAH / DIAGNOSA TGL DITEMUKAN TGL TERATASI
1. Hipertermi berhubungan dengan 28 November 2016 1 Desember 2016
proses infeksi
38
RENCANA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
TGL NDX. DAN TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL
DATA KRITERIA TINDAKAN
PENUNJANG HASIL
28/11/2016 1 Setelah - - Pantau suhu
DS : Orang tua dilakukan klien (derajat
tindakan dan pola)
klien mengatakan keperawatan perhatikan
klien selama 3 hari selama 3 x 24 menggigil/diaf
mengalami panas jam klien or
tinggi menujukan - - Pantau suhu
temperatur lingkungan
DO :
dalan batas
- Berikan
- Bibir kering normal dengan kompres
- Suhu badan 38,5 kriteria: hangat hindri
derajat - Bebas dari penggunaan
- Mengigil kedinginan akohol
- Suhu tubuh- -Berikan
- Kulit kering
stabil 36-37 C miman sesuai
kebutuhan
- - Kolaborasi
untuk
pemberian
antipiretik dan
antibiotik
mengidentifikas informasi
i hal-hal yang yang akurat
dapat tentang
meningkatkan penyebab
dan hipertermi
menurunkan - Validasi
suhu tubuh perasaan klien
- klien mau dan yakinkan
berpartisipasi klien bahwa
dalam setiap kecemasam
tidakan yang merupakan
dilakukan respon yang
- klien normal
mengungkapkan - Diskusikan
penurunan rencana
cemas yang tindakan yang
berhubungan dilakukan
dengan berhubungan
hipertermi, dengan
proses penyakit hipertermi dan
keadaan
penyakit
41
TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
TGL KODE JAM TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL
NDX (WIB)
29/11 1 15.00 -Memantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan
menggigil/diaforsis
-Memantau suhu lingkungan
-Mengajarkan keluarga dan pasien tentang mengatasi
keletihan sebab panas
-Memberikan kompres hangat hindri
-Memberikan minum sesuai kebutuhan
-Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian
antipiretik dan antibiotic
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
TGL KODE JAM EVALUASI SOAP
NDX (WIB)
30/11 1 20.00S : orang tua klien mengatakan bahwa klien panasnya
sudah berkurang
O : - bibir agak kering
- T : 38
- Sedikit menggil
2 - Kulit tidak kering
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Definisi demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu
suhu tubuh di atas 38º Celsius. Macam demam meliputi Kontinyu, Remitten,
Intermiten, Hektik atau septic, Quotidian Double quotidian, Demam rekuren,
Relapsing atau periodik
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau
oleh adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya.
Demam pada infeksi terjadi akibat mikro organisme merangsang makrofag
atau PMN membentuk PE.
Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung
dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat. Kerusakan jaringan
akan terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dari 410C, terutama pada jaringan
otak dan otot yang bersifat permanen.
Klasifikasi demam diperlukan dalam melakukan pendekatan berbasis
masalah Demam dengan localizing signs, Demam tanpa localizing signs,
Fever of unknown origin, Demam dengan localization, Demam tanpa
localization, Letargi, Toxic appearance, Infeksi bakteri serius, Bakteremia
dan septicemia
Tata laksana anak dengan demam terdiri dari tatalaksana fisis, dan
pengobatan baik simtomatik maupun etiologic; a. Tindakan Umum Penurunan
Demam secara Simtomatik, Tatalaksana Demam yang Disebabkan Penyakit
Infeksi, Tatalaksana Demam menurut umur
Gejala Febris Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi
tergantung pada fase demam meliputi: Fase 1-3 awal
Komplikasi yang di dapat meliputi kejang,dehidrasi dan kekurangan cairan
Secara garis besar penyakit infeksi penyebab demam pada anak antara lain:
virus dan bakteri
47
DAFTAR PUSTAKA