Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

FEBRIS
Makalah Ini di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Anak I
Dosen Pengampuh : Zakiyah Yasin S.Kep., Ns., M.Kep.

MAKALAH

KELOMPOK 10:
HIDAYATUL ARIFIN ( 717.6.2.0904 )
YUNISHANDRA MEGAWATI ( 717.6.2.0900 )
MUTFAH ISNAINI ( 717.6.2.0871 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah keperawatan anak
tentang febris.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
dosen pembimbing kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Di sisi lain penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimah kasih ini kepada
segenap teman teman baik di dalmn kelompok kami maupun di luar kelompok ini, karena
juga dengan support dan dukungannyha kita dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Sumenep,23 maret 2019

Penulis

i
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Demam pada anak merupakan salah satu masalah yang masih relevan
untuk para praktisi pediatri. Demam merupakan tanda adanya kenaikan set-
point di hipotalamus akibat infeksi atau adanya ketidakseimbangan antara
produksi dan pengeluaran panas. Sebaliknya tidak semua anak yang terkena
infeksi akan menunjukkan gejala demam, semakin muda umurnya, semakin
tidak jelas gambaran klinisnya. Tindakan pada anak dengan demam diawali
dengan pertimbangan apakah ada kegawatan, apa penyebabnya dan apakah
demam perlu segera diturunkan. Agar tindakan tersebut tepat dan terarah,
diperlukan suatu pengelompokan / klasifikasi pasien agar dapat digunakan
suatu algoritma umum. Pada tiap kelompok tetap ada kriteria kegawatan,
kriteria jenis infeksi yang mengarah kepada tindakan yang diambil, terutama
perawatan dan pemberian antibiotik secara empirik. Tindakan yang
dilaksanakan sebaiknya bukan tindakan yang sifatnya sesaat, tetapi
merupakan tindakan yang berkesinambungan, sampai pasien lepas dari
masalahnya. Keputusan untuk dirawat harus dilanjutkan dengan pemeriksaan
laboratorium dan pemberian antibiotik empirik. Tindakan lanjutan akan
disesuaikan dengan hasil pemeriksaan penunjang, respons pasien terhadap
pengobatan sampai masalahnya selesai dengan tuntas.
Demam dapat diderita oleh siapasaja, dari bayi hingga orang berusia
paling lanjut sekalipun.Demam sesungguhnya merupakan reaksi alamiah dari
tubuh manusia dalam usaha melakukan perlawanan terhadap beragam
penyakit yang masuk atau berada di dalam tubuh (Widjaja, 2001: 1). Panas
atau demam kondisi dimana otak mematok suhu diatas setting normal yaitu
diatas 38ºC. Namun demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu
lebih dari 38.5ºC. Akibat tuntutan peningkatan tersebut tubuh akan
memproduksi panas (Purwanti, 2008: 81).
2

Anak yang menderita demam merupakan sebagian dari pasien yang


berobat ke dokter anak (19-30%)1 dan pada umumnya tidak ada seorang
dokter anak manapun yang merasa nyaman menghadapi anak dengan demam.
Demam dapat merupakan tanda permulaan adanya infeksi, namun demam
juga bisa disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dan sebab-sebab lain2.
Masalah demam pada anak sifatnya terbuka, banyak sekali kemungkinan yang
tak terduga. Tidak ada prosedur tetap yang pasti berhasil, petunjuk yang ada
hanyalah semacam garis besar yang harus diterjemahkan dengan kedalaman
pengetahuan, kreasi dan art dari dokter yang menanganinya sesuai dengan
keadaan pasien. Setiap dokter anak harus mencoba menemukan kegawatan
yang diderita anak dengan demam, apakah demam tersebut merupakan tanda
penyakit yang gawat yang harus segera ditangani secara serius atau tidak.
Tulisan ini terutama menitikberatkan pada tindakan yang perlu dilakukan pada
pasien dengan demam, sesuai dengan klasifikasinya.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan febris?
2. Apa saja tanda dan gejala febris?
3. Bagaimana konsep patofisiologis febris?
4. Bagaimana klasifikasi febris?
5. Apa saja komplikasi dari febris?
6. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien febris?

1.3 Tujuan
Tujuan dari di susunnya makalah yang membahas tentang febris ini
adalah untuk menyampaikan berbagai hal yang berkaitan dengan febris, baik
berupa patofisiologinya gejla dan penata laksanaannya dan juga di makalah
ini kami juga akan membahas mengenai konsep asuhan keperawatan pada
3

pada pasien febris dan akan kami berikan contoh kasus beserta auhan
keperawatan yang akan di berikan pada pasien tersebut.\

1.4 Manfaat
Agar para mahasiswa dan pembaca dapat memahami mengenai febris.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Definisi demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu
suhu tubuh di atas 38º Celsius. International Union of Physiological Sciences
Commission for Thermal Physiology mendefinisikan demam/ febris sebagai
suatu keadaan peningkatan suhu inti, yang sering (tetapi tidak seharusnya)
merupakan bagian dari respons pertahanan organisme multiselular (host)
terhadap invasi mikroorganisme atau benda mati yang patogenik atau
dianggap asing oleh host. El-Rahdi dan kawan-kawan mendefinisikan demam
(pireksia) dari segi patofisiologis dan klinis. Secara patofisiologis demam
adalah peningkatan thermoregulatory set point dari pusat hipotalamus yang
diperantarai oleh interleukin 1 (IL-1). Sedangkan secara klinis demam adalah
peningkatan suhu tubuh 1oC atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal
di tempat pencatatan. Sebagai respons terhadap perubahan set point ini,
terjadi proses aktif untuk mencapai set point yang baru. Hal ini dicapai secara
fisiologis dengan meminimalkan pelepasan panas dan memproduksi panas.
Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat diukur lewat oral,
rektal, dan aksila.1,2,3 Cara pengukuran suhu menentukan tinggi rendahnya
suhu tubuh. Pengukuran suhu melalui mulut dilakukan dengan mengambil
suhu pada mulut (mengulum termometer dilakukan pada anak yang sudah
kooperatif), hasilnya hampir sama dengan suhu dubur, namun bisa lebih
rendah bila frekuensi napas cepat. Pengukuran suhu melalui dubur (rektal)
dilakukan pada anak di bawah 2 tahun. Termometer masuk ke dalam dubur
sedalam 2-3 cm dan kedua pantat dikatupkan, pengukuran dilakukan selama 3
menit. Suhu yang terukur adalah suhu tubuh yang mendekati suhu yang
sesungguhnya (core temperature). Dikatakan demam bila suhu di atas 380C.
Pengukuran suhu melalui ketiak (axilar) hanya dapat dilakukan pada anak
besar mempunyai daerah aksila cukup lebar, pada anak kecil ketiaknya sempit
5

sehingga terpengaruh suhu luar. Pastikan puncak ujung termometer tepat pada
tengah aksila dan pengukuran dilakukan selama 5 menit. Hasil pengukuran
aksila akan lebih rendah 0,5-1,00C dibandingkan dengan hasil pengukuran
melalui dubur. Pengukuran suhu dengan cara meraba kulit, daerah yang diraba
adalah daerah yang pembuluh darahnya banyak seperti di daerah pipi, dahi,
tengkuk. Meskipun cara ini kurang akurat (tergantung kondisi tangan ibu),
namun perabaan ibu cukup bisa dipercaya dan digunakan sebagai tanda
demam pada program MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit ).
Suhu adalah hasil produksi metabolisme tubuh yang diperlukan untuk
kelancaran aliran darah dan menjaga agar reaksi kimia tubuh dapat berjalan
baik (enzim hanya bekerja pada suhu tertentu). Sebagai makhluk yang
homeotermik, anak selalu berusaha mengatur suhu tubuhnya. Suhu tubuh
diatur oleh suatu mekanisme yang menyangkut susunan saraf, biokimia, dan
hormonal. Hipotalamus menerima informasi suhu tubuh bagian dalam dari
suhu darah yang masuk ke otak dan informasi suhu luar tubuh dari reseptor
panas di kulit. Termostat dalam hipotalamus diatur pada set-point sekitar suhu
370C dengan rentang sekitar 10C, dan suhu dipertahankan dengan menjaga
keseimbangan pembentukan atau pelepasan panas. Saraf eferen dari
hipotalamus terdiri dari saraf somatik dan saraf autonom, sehingga
hipotalamus dapat mengatur aktifitas otot, kelenjar keringat, peredaran darah,
dan ventilasi paru. Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur yang
bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas.
Bila suhu luar lebih rendah, pembentukan panas akan dilakukan dengan
meningkatkan metabolisme, dengan mekanisme kontraksi otot / menggigil,
pengeluaran panas akan dikurangi dengan vasokonstriksi pembuluh darah
kulit dan pengurangan produksi keringat. Hipotalamus anterior merupakan
pusat pengatur pengeluaran panas. Bila suhu di luar tubuh lebih tinggi maka
pengeluaran panas ditingkatkan dengan cara vasodilatasi, evaporasi
(berkeringat), radiasi (dipancarkan), kontak (bersinggungan/ kompres), aliran
(dari daerah panas ke dingin), dan konveksi.2,3,4 Permukaan tubuh anak
6

relatif lebih luas dibandingkan dewasa, sehingga proses penguapan dan radiasi
sangat penting, terutama untuk daerah tropis.

2.1.1 Pola Demam


Interpretasi pola demam sulit karena berbagai alasan, di antaranya
anak telah mendapat antipiretik sehingga mengubah pola, atau pengukuran
suhu secara serial dilakukan di tempat yang berbeda. Akan tetapi bila pola
demam dapat dikenali, walaupun tidak patognomonis untuk infeksi tertentu,
informasi ini dapat menjadi petunjuk diagnosis yang berguna (Tabel 1.).1

Tabel 1. Pola demam yang ditemukan pada penyakit pediatrik


Pola demam Penyakit
Kontinyu Demam tifoid, malaria falciparum malignan
Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri
Intermiten Malaria, limfoma, endokarditis
Hektik atau septik Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik
Quotidian Malaria karena P.vivax
Double quotidian Kala azar, arthritis gonococcal, juvenile
rheumathoid arthritis, beberapa drug fever (contoh
karbamazepin)
Relapsing atau Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis
periodik
Demam rekuren Familial Mediterranean fever

Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan


atau tiba-tiba), variasi derajat suhu selama periode 24 jam dan selama
episode kesakitan, siklus demam, dan respons terapi. Gambaran pola
demam klasik meliputi:
 Demam Kontinyu
7

Demam kontinyu atau sustained fever ditandai oleh


peningkatan suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal
0,4oC selama periode 24 jam. Fluktuasi diurnal suhu normal
biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.
 Demam remiten
Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi
tidak mencapai normal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24
jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling sering ditemukan
dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu.
Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan
oleh proses infeksi.
 demam intermiten
Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari,
umumnya pada pagi hari, dan puncaknya pada siang hari. Pola ini
merupakan jenis demam terbanyak kedua yang ditemukan di
praktek klinis.
 Demam septik
Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau
intermiten menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik
terendah suhu yang sangat besar.
 Demam quotidian
Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan
paroksisme demam yang terjadi setiap hari.
 Demam quotidianganda
Demam quotidian ganda memiliki dua puncak dalam 12 jam
(siklus 12 jam).
 Demam rekuren
Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan
interval irregular pada satu penyakit yang melibatkan organ yang
sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem organ multipel.
8

 Demam Bifasik
Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode
demam yang berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback
fever). Poliomielitis merupakan contoh klasik dari pola demam ini.
Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue,
demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever
(Spirillum minus), dan African hemorrhagic fever (Marburg,
Ebola, dan demam Lassa).
 Demam Periodik
Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang
dengan interval regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu
sampai beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan suhu
normal. Contoh yang dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana
digunakan bila demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila
demam terjadi setiap hari ke-4).
 Relapsing Fever
Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk
demam rekuren yang disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia
(Gambar 6.)dan ditularkan oleh kutu (louse-borne RF) atau tick
(tick-borne RF).
Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi mendadak, yang
berulang secara tiba-tiba berlangsung selama 3 – 6 hari, diikuti
oleh periode bebas demam dengan durasi yang hampir sama. Suhu
maksimal dapat mencapai 40,6oC pada tick-borne fever dan 39,5oC
pada louse-borne. Gejala penyerta meliputi myalgia, sakit kepala,
nyeri perut, dan perubahan kesadaran. Resolusi tiap episode
demam dapat disertai Jarish-Herxheimer reaction (JHR) selama
beberapa jam (6 – 8 jam), yang umumnya mengikuti pengobatan
antibiotik. Reaksi ini disebabkan oleh pelepasan endotoxin saat
organisme dihancurkan oleh antibiotik. JHR sangat sering
9

ditemukan setelah mengobati pasien syphillis. Reaksi ini lebih


jarang terlihat pada kasus leptospirosis, Lyme disease, dan
brucellosis. Gejala bervariasi dari demam ringan dan fatigue
sampai reaksi anafilaktik full-blown.
Contoh lain adalah rat-bite fever yang disebabkan oleh
Spirillum minus dan Streptobacillus moniliformis. Riwayat gigitan
tikus 1 – 10 minggu sebelum awitan gejala merupakan petunjuk
diagnosis.
Demam Pel-Ebstein, digambarkan oleh Pel dan Ebstein pada
1887, pada awalnya dipikirkan khas untuk limfoma Hodgkin (LH).
Hanya sedikit pasien dengan penyakit Hodgkin mengalami pola
ini, tetapi bila ada, sugestif untuk LH. Pola terdiri dari episode
rekuren dari demam yang berlangsung 3 – 10 hari, diikuti oleh
periode afebril dalam durasi yang serupa. Penyebab jenis demam
ini mungkin berhubungan dengan destruksi jaringan atau
berhubungan dengan anemia hemolitik.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Perubahan pada suhu tubuh dalam tentang normal terjadi
ketika hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas di
ganggu oleh variable fisiologis ataau perilaku.
1. Usia
Pada saat lahir,bayi mekanisme control suhu masih
imatur.Menurut Whaley and Wong (2005),suhu tubuh bayi dapat
berespon secara drastic terhadap perubahan suhu lingkungan.Oleh
karena itu pakaian yang di gunakan juga harus cukup dan paparan
terhadap suhu lingkungan yang ekstrim perlu di hindari.Bayi yang
baru lhir pengeluaran lebih dari 30% suhu tubuhnya melalui kepala
dan oleh sebab itu bayi perlu menggunakan penutup kepala untuk
mencegah pengeluaran panas.
2. Irama sirkadian
10

Suhu tubuh berubah secara normal 0,50C sampai 10C selama


periode 24 jam.Bagai mana pun,suhu merupakan Irma paling stabil
pada manusian.Suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul
01.00 dan 04.00 dini hari.Sepanjang hari suhu tubuh akan naik
sampai sekitar pukul 18.00 dan kemudin turun seperti pada dini
hari,
3. Stres
Sres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan persarafan.Perubahan fisiologis tersebut
meningkatkan panas.Klien yang cemas saat masuk rumah sakit
atau tempat praktik dokter suhu tubuhnya akan lebuh tinggi dari
normal.
4. Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh.jika suhu di
kaji dalam ruang yang sangat hangat,klien mungkin tidak mampu
meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme-mekanisme
pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik.

2.2 Etiologi
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau
oleh adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya.
Demam pada infeksi terjadi akibat mikro organisme merangsang makrofag
atau PMN membentuk PE (faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF
(tumuor necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada
hipotalamus dengan bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk prostaglandin.
Prostaglandin-lah yang meningkatkan set point hipotalamus. Pada keadaan
lain, misalnya pada tumor, penyakit darah dan keganasaan, penyakit kolagen,
penyakit metabolik, sumber pelepasan PE bukan dari PMN tapi dari tempat
lain.1,2,3,4 Kemampuan anak untuk beraksi terhadap infeksi dengan
timbulnya manifestasi klinis demam sangat tergantung pada umur. Semakin
11

muda usia bayi, semakin kecil kemampuan untuk merubah set-point dan
memproduksi panas. Bayi kecil sering terkena infeksi berat tanpa disertai
dengan gejala demam.

2.3 Tanda dan gejala

Gejala Febris Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul
bervariasi tergantung pada fase demam meliputi:
Fase 1 awal ( dingin/ menggigil) Tanda dan gejala
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
Fase 2 ( proses demam) Tanda dan gejala
a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan) Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi (Ilmu kesehatan, 2013).
12

2.4 Patofisiologi
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan,
oleh karena aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin
lancar. Namun kalau suhu terlalu tinggi (di atas 38,5ºC) pasien mulai merasa
tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri organ vital
(otak, jantung, paru) bertambah, sehingga volume darah ke ekstremitas
dikurangi, akibatnya ujung kaki/tangan teraba dingin. Demam yang tinggi
memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih kuat dan
cepat, frekuensi napas lebih cepat. Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit
dan paru dan disertai dengan ketidakseimbangan elektrolit, yang mendorong
suhu makin tinggi. Kerusakan jaringan akan terjadi bila suhu tubuh lebih
tinggi dari 410C, terutama pada jaringan otak dan otot yang bersifat
permanen. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan kerusakan batang otak,
terjadinya kejang, koma sampai kelumpuhan. Kerusakan otot yang terjadi
berupa rabdomiolisis dengan akibat terjadinya mioglobinemia.
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi demam diperlukan dalam melakukan pendekatan berbasis
masalah. Untuk kepentingan diagnostik, demam dapat dibedakan atas akut,
subakut, atau kronis, dan dengan atau tanpa localizing signs. Tabel 2. dan
Tabel 3. memperlihatkan tiga kelompok utama demam yang ditemukan di
praktek pediatrik beserta definisi istilah yang digunakan.1
Tabel 2. Tiga kelompok utama demam yang dijumpai pada praktek
pediatrik
Lama demam
Klasifikasi Penyebab tersering
pada umumnya
Demam dengan localizing
Infeksi saluran nafas atas <1 minggu
signs
Demam tanpa localizing Infeksi virus, infeksi saluran <1minggu
13

signs kemih
Infeksi, juvenile idiopathic
Fever of unknown origin >1 minggu
arthritis

Tabel 3. Definisi istilah yang digunakan


Istilah Definisi
Demam dengan Penyakit demam akut dengan fokus infeksi, yang dapat
localization didiagnosis setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik
Demam tanpa localization Penyakit demam akut tanpa penyebab demam yang jelas
setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik
Letargi Kontak mata tidak ada atau buruk, tidak ada interaksi
dengan pemeriksa atau orang tua, tidak tertarik dengan
sekitarnya
Toxic appearance Gejala klinis yang ditandai dengan letargi, perfusi buruk,
cyanosis, hipo atau hiperventilasi
Infeksi bakteri serius Menandakan penyakit yang serius, yang dapat
mengancam jiwa. Contohnya adalah meningitis, sepsis,
infeksi tulang dan sendi, enteritis, infeksi saluran kemih,
pneumonia
Bakteremia dan Bakteremia menunjukkan adanya bakteri dalam darah,
septikemia dibuktikan dengan biakan darah yang positif, septikemia
menunjukkan adanya invasi bakteri ke jaringan,
menyebabkan hipoperfusi jaringan dan disfungsi organ

a. Demam dengan Localizing Signs


Penyakit demam yang paling sering ditemukan pada praktek pediatrik
berada pada kategori ini (Tabel 4.). Demam biasanya berlangsung singkat,
baik karena mereda secara spontan atau karena pengobatan spesifik seperti
pemberian antibiotik. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan
14

pemeriksaan fisik dan dipastikan dengan pemeriksaan sederhana seperti


pemeriksaan foto rontgen dada.1

Tabel 4. Penyebab utama demam karena penyakit localized signs


Kelompok Penyakit
Infeksi saluran nafas ISPA virus, otitis media, tonsillitis, laryngitis,
atas stomatitis herpetika
Pulmonal Bronkiolitis, pneumonia
Gastrointestinal Gastroenteritis, hepatitis, appendisitis
Sistem saraf pusat Meningitis, encephalitis
Eksantem Campak, cacar air
Kolagen Rheumathoid arthritis, penyakit Kawasaki
Neoplasma Leukemia, lymphoma
Tropis Kala azar, cickle cell anemia

b. Demam Tanpa Localizing Signs


Sekitar 20% dari keseluruhan episode demam menunjukkan tidak
ditemukannya localizing signs pada saat terjadi. Penyebab tersering adalah
infeksi virus, terutama terjadi selama beberapa tahun pertama kehidupan.
Infeksi seperti ini harus dipikirkan hanya setelah menyingkirkan infeksi
saluran kemih dan bakteremia. Tabel 5. menunjukan penyebab paling
sering kelompok ini.1 Demam tanpa localizing signs umumnya memiliki
awitan akut, berlangsung kurang dari 1 minggu, dan merupakan sebuah
dilema diagnostik yang sering dihadapi oleh dokter anak dalam merawat
anak berusia kurang dari 36 bulan.6
Tabel 5. Penyebab umum demam tanpa localizing signs
Penyebab Contoh Petunjuk diagnosis
Infeksi Bakteremia/sepsis Tampak sakit, CRP tinggi, leukositosis
15

Sebagian besar virus Tampak baik, CRP normal, leukosit


(HH-6) normal
Infeksi saluran kemih Dipstik urine
Malaria Di daerah malaria
PUO (persistent Juvenile idiopathic Pre-articular, ruam, splenomegali,
pyrexia of arthritis antinuclear factor tinggi, CRP tinggi
unknown
origin) atau
FUO
Pasca vaksinasi Vaksinasi triple, campak Waktu demam terjadi berhubungan
dengan waktu vaksinasi
Drug fever Sebagian besar obat Riwayat minum obat, diagnosis
eksklusi

c. Persistent Pyrexia of Unknown Origin (PUO)


Istilah ini biasanya digunakan bila demam tanpa localizing signs
bertahan selama 1 minggu dimana dalam kurun waktu tersebut evaluasi di
rumah sakit gagal mendeteksi penyebabnya. Persistent pyrexia of
unknown origin, atau lebih dikenal sebagai fever of unknown origin (FUO)
didefinisikan sebagai demam yang berlangsung selama minimal 3 minggu
dan tidak ada kepastian diagnosis setelah investigasi 1 minggu di rumah
sakit.1
2.6 Penatalaksanaan
Tata laksana anak dengan demam terdiri dari tatalaksana fisis, dan
pengobatan baik simtomatik maupun etiologik
a. Tindakan Umum Penurunan Demam secara Simtomatik
Diusahakan agar anak tidur atau istirahat agar metabolismenya
menurun. Cukupi cairan agar kadar elektrolit tidak meningkat saat
evaporasi terjadi. Aliran udara yang baik misalnya dengan kipas,
memaksa tubuh berkeringat, mengalirkan hawa panas ke tempat lain
16

sehingga demam turun. Jangan menggunakan aliran yang terlalu kuat,


karena suhu kulit dapat turun mendadak. Ventilasi / regulasi aliran
udara penting di daerah tropik. Buka pakaian/selimut yang tebal agar
terjadi radiasi dan evaporasi. Lebarkan pembuluh darah perifer dengan
cara menyeka kulit dengan air hangat (tepid-sponging). Mendinginkan
dengan air es atau alkohol kurang bermanfaat (justru terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah), sehingga panas sulit disalurkan baik
lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi. Pada hipertermi,
pendinginan permukaan kulit (surfacecooling) dapat membantu.
panas ditingkatkan. Obat yang sederhana adalah asam salisilat
dan derivatnya. Rentang daya kerja obat ini cukup panjang, aman
untuk dikonsumsi umum. Beberapa golongan antipiretik murni, dapat
menurunkan suhu bila anak demam namun tidak menyebabkan
hipotermi bila tidak ada demam, seperti: asetaminofen, asetosal,
ibuprofen. Obat lain adalah obat yang bersifat antipiretik pada dosis
rendah dan menimbulkan hipotermi pada dosis tinggi seperti
metamizol dan obat yang dapat menekan pusat suhu secara langsung
(chlorpromazine), mengurangi menggigil namun dapat menyebabkan
hipotermi dan hipotensi
b. Tatalaksana Demam yang Disebabkan Penyakit Infeksi
Pengobatan dilakukan sesuai dengan klasifikasi etiologik.
Kesukaran yang dihadapi adalah pola penyakit yang berbeda baik dari
aspek geografik maupun umur pasien. Bagan di atas tidak dapat
diterapkan begitu saja pada daerah endemik malaria atau daerah
endemik demam berdarah. Sekali lagi sifat paparan, letak geografik
sangat mempengaruhi etiologi demam pada anak. Pemberian antibiotik
pertama dan hospitalisasi sangat juga dipengaruhi oleh fasilitas sarana
perawatan dan pemeriksaan penunjang. Setiap rumah sakit seharusnya
mempunyai pedoman diagnosis dan terapi tersendiri, tergantung pada
pola epidemiologik penyakit tersebut. Pada penelitian MTBS tahun
17

1998, di Indonesia etiologi demam pada anak sebagian besar (lebih


dari 80%) adalah infeksi.
c. Tatalaksana Demam Menurut Umur
Tatalaksana demam pada bayi kecil telah mengalami
perubahan yang cukup signifikan. Pada kelompok bayi dengan usia
kurang 2 bulan, pendekatan yang umum dilakukan ialah hospitalisasi
untuk mendapatkan pengobatan antimikrobial empirik. Pada tahun
1993, para ahli infeksi, gawat darurat dan kesehatan anak sepakat
melakukan pendekatan lebih konservatif dengan cara rawat jalan untuk
kasus-kasus ini, bila risiko terhadap SBI rendah. Salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi perawatan adalah
dengan menggunakan penyaring: Yale Acute Illness Observation
Scale atau kriteria Rochester. Pada kelompok ini bila hasil
laboratorium menunjukkan adanya tanda infeksi (leukosit darah
<5.000 atau >15.000, hitung neutrofil darah>1500, leukosit urin di atas
10/lpb, leukosit tinja >5/lpb), anak segera masuk RS dan langsung
mendapatkan pengobatan antimikrobial secara empirik. Pada
kelompok yang tidak memenuhi kriteria ini, maka ada 2 pilihan yaitu:
1. melakukan kultur urin, kultur darah, kultur cairan serebro spinalis,
diberikan ceftriaxon dan diminta kontrol kembali setelah 24 jam. 2.
melakukan kultur urin dan observasi dulu. Pada anak dengan usia
kurang dari 28 hari, pendekatan sebaiknya lebih agresif dengan
langsung memasukan ke RS untuk mendapatkan terapi antimikrobial
secara empirik. Pada kelompok usia 336 bulan, risiko adanya
bakteriemia pada anak dengan demam sekitar 3-11%. Bakteriemia
tidak terjadi pada kelompok ini bila: leukosit <15.000 dengan suhu
>390C, sedang kemungkinan bakteriemia akan 5 kali lipat bila lekosit
>15.000. Pada kelompok belakangan ini langsung dilakukan kultur
darah dan pemberian ceftriaxon. Pada kelompok anak di atas 36 bulan,
18

pengobatan bisa dilakukan secara etiologik, dengan memperhatikan


adanya kegawatan.
Pada akhirnya apapun yang dianjurkan akan tetap
menimbulkan perdebatan. Tidak ada satu standar yang harus ditaati
untuk dijadikan pegangan. Semua tindakan tetap harus dilakukan
berdasarkan pada anamnesis yang tajam dan terarah, dan pemeriksaan
fisis yang teliti. Kecenderungan dokter untuk bertindak, sangat
dipengaruhi oleh pengalaman yang mereka dapat dan keluasan
pengetahuan yang dimiliki. Pilihan antara melakukan tes atau tidak,
melakukan pemberian antibiotik atau observasi, sangat tergantung
pada pendirian dan kepribadian dokter.
• Anak yang tampak toksik harus segera mendapat tindakan yang
segera
• Semakin muda, semakin tinggi ketidak tentuan klinisnya
• Anak yang tidak tampak toksik dapat menyulitkan, karenanya
perlu pengamatan yang sangat ketat
• Tidak perlu selalu melakukan pemeriksaan penunjang dan bila
dilakukan pemeriksaan penunjang, tindakan harus sesuai dengan
hasilnya
• Catat dengan cermat apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
• Tidak ada aturan baku yang harus ditaati
2.7 Komplikasi
1. Dehidrasi, kekurangan cairan tubuh
Ubun-ubun cekung, kencingnya sedikit dan jarang (>6 jam), punggung tangan
jika dicubit, kulitnya lambat kembali.
2. Kejang Demam
Jarang terjadi. Kalaupun terjadi umumnya pada anak usia antara 6 bulan – 3
tahun khususnya pada temperatur rektal >40’C. Kejang demam berlangsung
sekejap dan tidak menyebabkan kerusakan otak.
2.8 Pencegahan dan pengobatan
19

Berbagai Penyebab Demam Pada Anak Sebagain besar demam


disebabkan oleh infeksi atau penyakit lainnya. Demam itu sendiri sebenarnya
berguna untuk membantu tubuh melawan infeksi dengan merangsang sistem
kekebalan tubuh (pertahanan alami tubuh terhadap infeksi dan penyakit).
Dengan meningkatnya suhu tubuh, maka akan membuat bakteri dan virus
menjadi susah untuk bertahan hidup dalam tubuh manusia. Secara garis besar
penyakit infeksi penyebab demam pada anak antara lain:
a. Infeksi virus - Infeksi virus merupakan penyebab demam terbanyak, virus
ini menyebabkan banyak penyakit seperti pilek, batuk, flu, diare, dll,
namun terkadang infeksi virus dapat menyebabkan penyakit yang lebih
serius. Untuk demam yang disebabkan oleh infeksi virus seperti flu, obat
non-steroid anti-inflamasi – seperti Tylenol (Parasetamol) atau naproxen
(Aleve) dapat membantu meringankan beberapa gejala yang tidak nyaman
b. Infeksi bakteri - Lebih jarang dibanding infeksi virus tetapi juga dapat
menyebabkan demam dan biasanya lebih serius. Untuk demam yang
disebabkan oleh infeksi bakteri seperti radang tenggorokan, dokter
mungkin menyarankan menggunakan antibiotic. Contoh penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri antara lain: pneumonia, infeksi saluran
kencing (ISK), septikemia dan meningitis. Lebih lanjut berikut berbagai
penyakit yang menyebabkan demam:
 Infeksi Saluran Pernafasan Atas
 Infeksi telinga
 Roseola infantum (infeksi virus yang menyebabkan demam dan ruam)
 Radang amandel
 Infeksi Saluran Kencing (ISK)
 Cacar air
 Batuk rejan
 Diare
 Demam Tifoid (penyakit tipes) Demam Berdarah
20

Terkadang, demam tinggi pada anak-anak disebabkan oleh penyakit


infeksi bakteri yang serius seperti:
 Meningitis - infeksi meninges (selaput pelindung yang mengelilingi
otak dan sumsum tulang belakang)
 Septicemia - infeksi darah
 Pneumonia - peradangan pada jaringan paru-paru, yang biasanya
disebabkan oleh infeksi
Sangat penting untuk diingat bahwa penyebab yang berpotensi serius itu
relatif jarang. Suhu anak juga dapat meningkat ketika akan tumbuh gigi,
setelah vaksinasi atau imunisasi, atau ketika kurang minum dan kelelahan.
Jika anak demam, hal utama yang penting dilakukan untuk mengatasi
demam yaitu menjaga agar mereka cukup terhidrasi dengan baik dengan cara
memberinya banyak minum. Bahkan ketika anak tidak haus, berilah minum
sedikit-sedikit tapi sering. Yang kedua yaitu membuat anak nyaman. Demam
bisa membuat anak merasa tidak nyaman sehingga akan rewel. Oleh karena
itu, agar anak nyaman dan Untuk membantu menurunkan panas pada anak,
maka lakukanlah hal-hal berikut ini:
 Beri Pakaian - Jika ruangan hangat atau panas, maka jagalah anak agar
tetap sejuk dengan memberinya pakaian tipis, jangan memberi selimut
tebal atau pakaian tebal dan rapat. Hal ini bertujuan untuk mencegah
panas berlebih (overheating).
 Kompres Hangat, Bukan Dingin - Jangan menggunakan kompres
dingin pada anak demam. Karena dapat menyebabkan pembuluh darah
di bawah kulit menjadi sempit (konstriksi) sehingga akan mengurangi
hilangnya panas dan bukannya mengatasi demam, malah panas akan
terperangkap di bagian-bagian yang lebih dalam dari tubuh.
 Berikan Obat Penurun Panas - Obat-obat seperti parasetamol atau
ibuprofen dapat dengan efektif mengatasi demam pada anak (pilih
salah satu). Lebih lanjut silahkan baca: Memilih Obat Demam yang
Tepat Perlu diingat! obat-obat ini tidak mengobati penyebab demam.
21

Mereka hanya membantu meringankan ketidaknyamanan. Oleh karena


itu tidak perlu memberi anak obat jika mereka nyaman dan tidak
terganggu oleh demam.
Kapan Harus Ke dokter? Hubungi dokter asegera jika anak Anda:
 Berusia di bawah tiga bulan demam dengan suhu 38 ° C (101 ° F)
atau lebih
 Berusia antara 3 - 6 bulan demam dengan suhu 39 ° C (102 ° F)
atau lebih
 Berusia diatas enam bulan dengan demam disertai tanda-tanda lain
seperti sesak, mengantuk, kejang, nyeri otot, atau sakit kepala berat.
 Demam telah belangsung selama tiga hari.
Pada usia berapa pun, seorang anak dengan infeksi serius biasanya kondisi
semakin memburuk meskipun telah dilakukan upaya untuk menurunkan suhu
tubuhnya. Jika menurut Anda anak semakin parah, tanpa mengetahui pasti
penyebab demam nya maka sebaiknya langsung periksakan saja ke dokter
22

BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN FEBRIS

1. Pengkajian

Berdasarkan tanda dan gejala penyakit kejang demam, maka asuhan

keperawatan yang prioritas ditegakkan adalah pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi, perencanaan pemulang yaitu :

A. Riwayat Keperawatan

Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada malam

hari, terjadinya kejang dan penurunan kesadaran.

a. Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal MRS,

diagnose medis, catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien,

sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat

muncul.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.

e. Riwayat psikososial

Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)

Interpersonal : hubungan dengan orang lain.


23

f. Pola Fungsi kesehatan

1) Pola nutrisi dan metabolisme :

Pola nutrisi klien perlu dikaji untuk menentukan terjadinya

gangguan nutrisi atau tidak pada klien

2) Pola istirahat dan tidur

Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena

pasien merasakan demam terutama pada malam hari

g. Pemeriksaan Fisik

1) Kesadaran dan keadaan umum pasien

Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar

(composmentis-coma) untuk mengetahui berat ringannya

prognosis penyakit pasien.

2) Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik kepala-kaki

TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur

dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk

pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan

prinsip-prinsip (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi),

disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui

adanya penurunan BB karena peningkatan gangguan nutrisi

yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang

dibutuhkan (Wijaya,2013).

2. Diagnosa keperawatan

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis


24

b. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan

suhu tubuh

c. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi mucus

d. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang

tidak adekuat (Doengoes, 2007)

3. Perencanaan

Perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam

sederhana adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Rencana Tindakan keperawatan

Diagnosa Perencanaan
NO
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Peningkatan suhu Tupan: 1. Pantau suhu 1. Suhu 38,9-41,1 0C
tubuh Setelah pasien (derajat menunjukkan proses
berhubungan dilakukan dan pola): penyakit infeksius
dengan proses tindakan perhatikan akut.
patologis keperawatan menggigil?diafore
selama 4 x 24 si.
suhu tubuh 2. Ajarkan pada 2. Suhu 38,9-41,10C
normal. pasien cara dapat menyebabkan
Tupen: mencegah keletihan pada pasien
Setelah keletihan akibat 3. Suhu ruangan,
dilakukan panas jumlah selimut harus
tindakan 3. Pantau suhu dirubah untuk
perawatan lingkungan, mempertahankan
selama 3 x 24 batasi/tambahkan suhu mendekati
jam proses linen tempat tidur normal
patologis teratasi sesuai indikasi.
dengan kriteria: 4. Dapat membantu
TTV stabil mengurangi demam,
Suhu tubuh 4. Berikan kompres penggunaan air
dalam batas hangat: hindari es/alkohol mungkin
25

normal penggunaan menyebabkan


kompres alkohol. kedinginan
5. Digunakan untu
kengurangi demam
5. Berikan selimut umumnya lebih besar
pendingin dari 39,5-40 0C pada
waktu terjadi
gangguan pada otak.

6. Digunakan untuk
Kolaborasi: mengurangi demam
6. Berikan antipiretik dengan aksi sentral
sesuai indikasi.
2 Resiko tinggi Tupan: setelah 1. Ukur/catat 1. Penurunan haluaran
kekurangan dilakukan haluaran urin. urin dan berat jenis
volume cairan tindakan akan menyebabkan
berhubungan perawatan hipovolemia.
absorbsi cairan selama 3 x 24 2. Pantau tekanan 2. Pengurangan dalam
tidak normal jam kekurangan darah dan denyut sirkulasi volume
volume cairan jantung cairan dapat
tidak terjadi 3. Dorong dan mengurangi tekanan
anjurkan pasien darah/CVP,
Tupen: setelah untuk mendapat mekanisme
dilakukan intake cairan kompensasi awal
tindakan peroral dari takikardia
perawatan untuk meningkatkan
selama 2 x 24 curah jantung dan
jam peningkatan meningkatkan
suhu tubuh tekanan darah
teratasi, dengan sistemik.
kriteria: 3. Cairan yang masuk
Tidak ada tanda- 4. Palpasi denyut peroral dapat
tanda dehidrasi perifer. membantu
Menunjukan kekurangan cairan
adanya 5. Kaji membran pada pasien.
keseimbangan mukosa kering, 4. Denyut yang lemah,
cairan seperti turgor kulit yang mudah hilang dapat
output urin tidak elastis menyebabkan
adekuat hipovolemia.
Turgor kulit baik 5. Hipovolemia/cairan
Kolaborasi:
Membran ruang ketiga akan
6. Berikan cairan
mukosa mulut memperkuat tanda-
intravena,
lembab tanda dehidrasi.
misalnya
kristaloid dan
26

koloid

6. Sejumlah besar
cairan mungkin
dibutuhkan untuk
7. Pantau nilai mengatasi
laboratorium hipovolemia relatif
(vasodilasi perifer),
menggantikan
kehilangan dengan
meningkatkan
permeabilitas
kapiler.
7. Mengevaluasi
perubahan didalam
hidrasi/viskositas
darah.
3 Resiko nutrisi Tupan: setelah 1. Monitor adanya 1. Malnutrisi adalah
kurang dari dilakukan penurunan berat kondisi gangguan
kebutuhan tubuh tindakan badan minat yang
b.d intake yang perawatan menyebabkan
tidak adekuat selama 5 x 24 depresi, agitasi dan
jam perubahan mempengaruhi
nutrisi kurang fungsi
dari kebutuhan 2. Gunakan kognitif/pengambila
tidak terjadi pendekatan n keputusan.
konsisten, duduk 2. Pasien mendeteksi
Tupen: setelah dengan pasien saat pentingnya dan
dilakukan makan, sediakan dapat beraksi
tindakan dan buang terhadap tekanan,
perawatan makanan tanpa komentar apapun
selama 3 x 24 persuasi yang dapat terlihat
jam intake dan/komentar. sebagai paksaan
nutrisi adekuat, 3. Berikan makan memberikan fokus
dengan kriteria: sedikit dan padad makanan.
Makan klien makanan kecil 3. Dilatasi gaster dapat
habis tambahan, yang terjadi bila
BB klien normal tepat. pemberian makan
4. Ajarkan keluarga terlalu cepat setelah
pasien untuk periode puasa.
membuat catatan 4. Pola makan dan
makanan harian jenis makanan
pasien sangat
27

berpengaruh
terhadap pemenuhan
nutrisi pasien
5. Kolaborasikan 5. Pemenuhan kalori
dengan ahli gizi dan nutrisi yang
untuk menentukan baik sesuai
jumlah kalori dan kebutuhan akan
nutrisi yang di mempercepat proses
butuhkan pasien penyeimbangan
antara kebutuhan
nutrisi

4. Pelaksanaan

Menurut Iyer et al (1996) yang dikutip oleh Nursalam

(2008).Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana

intervensi disusun dan ditujukkan pada nursing orders untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan.

5. Evaluasi

Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien

sehingga dapat diketahui tingkatan-tingkatan keberhasilan intervensi. Evaluasi

hasil perencanaan keperawatan dari masing-masing diagnosa keperawatan

dapat dilihat pada kriteria hasil intervensi keperawatan.


28

BAB IV
PATHWAY FEBRIS

Agen infeksius Dehidrasi kebutuhan O2 meningkat


Mediator inflamasi

Monosit/makrofag Tubuh kehilangan cairan


Difusi membran

Sitokin pirogen lepas muatan listrik

Mempengaruhi hipothalamus penurunan cairan intrasel


Anterior

Demam

Peningkatan evaporasi meningkatnya Ph,.berkurang agen infeksius


Metabolik.tubuh
anoreksia
Mk: resiko Mk :
Kelemahan intake makanan
defisit volume berkurang hipertermi
cairan

mk: absorbsi cairan tdk normal Mk: intoleransi Mk: r.nutrisi


aktivitas kurang dari
R.ketidak seimbangan cairan
kebutuhan

Penurunan intake cairan gangguan rasa nyaman Mk : gangguan


mobilitas fisik

Mk: resiko syok


gelisah tidak bisa tidur
hipovelemik Mk: stress
hospitalisasi
peningkatan sekresi mukus kurang pengetahuan

Mk: gangguan
Mk:Ketidak istirahat tidur
Mk : ansietas
efektifan jalan
nafas
29

BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS PASIEN
DENGAN FEBRIS
1. Data Demografi
a) Biodata
- Nama : An. S
- Usia / tanggal lahir : ( 4 th ) Jember. 15 Maret 2012
- Jenis kelamin : Perempuan
- Alamat : Sukorambi. Rt. 3. Rw. 4
- Suku / bangsa : Jawa
- Status pernikahan : Belum menikah
- Agama / keyakinan : Islam
- Pekerjaan / sumber penghasilan :-
- Diagnosa medik : Febris
- No. Medical record : 20 – 08 - 1989
- Tanggal masuk : 28 November 2016 (Jam. 15.00 WIB)
- Tanggal pengkajian : 29 November 2016 (Jam. 20.00)
- Terapi medik : - Antipiretik
- Cairan infus NS
- Antibiotik
b) Penanggung Jawab
- Nama : Tn. W
- Usia : 30 tahun
- Jenis kelamin : Laki - laki
- Pekerjaan / sumber penghasilan : Tenaga Pengajar
- Hubungan dengan klien : Ayah Klien
2. Keluhan Utama
Orang tua klien mengatakan, klien mengalami panas tinggi, dan tidak turun – turun.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Orang tua klien mengatakan klien sudah 3 hari yang lalu mengalami panas.
- Panas muncul secara tiba – tiba dan semakin hari panasnya semakin naik.
- Setelah dilakukan tindakan baik keperawatan maupun tindakan medis selama 3
kali 24 jam panas klien turun secara berangsur – angsur.
- Memberikan kompres air hangat kepada klien
Memberikan obat antipiretik kepada klien
30

Memberikan obat antibiotik kepada klien


- Kondisi klien saat dikaji orang tua klien mengatakan panasnya sudah agak
menurun dari pada yang sebelumnya, temperatur klien saat dikaji 38,5 derajat.
b. Riwayat kesehatan lalu
- Orang tua klien mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami atau
menderita penyakit berat sebelumnya.
- Orang tua klien mengatakan klien pernah mendapatkan program imunisasi
BCG, DPT, MMR.
- Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mengalami kecelakaan
sebelumnya.
- Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mendapatkan tindakan medis
maupun keperawatan sebelumnya.
- Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mempunyai riwayat alergi
sebelumnya, baik alergi makanan, obat – obatan, zat/ substansi dll.
- Orang tua klien mengatakan sebelum dibawah kerumah sakit klien
mendapatkan pengobatan bebas ( parasetamol) dirumah.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga.
- Orang tua klien mengatakan tidak mempunyai penyakit berat sebelumnya akan
tetapi nenek klien pernah menderita penyakit asma.
- Nenek klien pernah menderita penyakit asma.
- Genogram keluarga klien. :
4. Riwayat Psikososial
- Orang tua klien mengatakan apabila dirumah klien aktif dalam melakukan
tindakan.
- Orang tua klien mengatakan jika dirumah klien bermain dengan teman
sejawatnya.
- Orang tua klien mengatakan apabilah dirumah klien tidak rewel, akan tetapi saat
dirumah sakit klien cenderung rewel.
- Orang tua klien mengatakan tidak terlalu memfikirkan beban biaya rumah sakit
karena orang tua klien memiliki asuransi kesehatan keluarga.
- Klien cenderung pendiam dan tidak aktif dalam bermain.
5. Riwayat Spiritual.
- Ritual yang biasa dijalankan : -
6. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaaan umum klien
- Tanda – tanda dari distress : klien sering rewel
- Penampilan dihubungkan dengan usia : -
31

- Ekspresi wajah,bicara, mood : wajah klien nampak pucat,


bicaranya lemah, kliean tidak terlalu mood dalam melakukan aktivitas.
- Berpakaian dan kebersihan umum : kliean mandi 2 hari sekali dan
selalu mengati pakaiannya.
- Tinggi badan, BB, gaya berjalan : 100 cm, 20 Kg, Gaya berjalan
normal seperti anak - anak pada umumnya.
B. Tanda - tandaVital :
- Suhu : 38,5 derajat
- Nadi : 77 kali/menit
- Pernafasan : 29 kali/ menit
- Takanan darah : -
C. Sistem Pernafasan
- Hidung : Inspeksi :kesimetrisan (+), pernafasan cuping hidung (-) adanya secret
atau polip (-), passase udara (-).
- Leher : Inspeksi dan palpasi : pembesaran kelenjar (-), tumor (-).
- Dada : Inspeksi ;bentuk dada ( normal), ukuran ( sama ), gerakan dada ( kiri
dan kanan seimbang, retraksi (-), keadaan PX ( normal)
Auskultasi :suara nafas ( normal), suara nafas tambahan (-).
Palpasi : Clubbing finger (-).
D. Sistem Kardiovaskuler.
- Inspeksi : Conjungtiva (anemia), bibir (pucat), pembesaran jantung (-)
- Palpasi :Arteri carotis (normal), Tekanan vena jugularis (normal), Ictus
cordis/apex (teraba diantara costa 4)
- Auskultasi : suara jantung tambahan (-), bising aorta (-), murmur (-), gallop (-),
tricuspidalis dan mitral (-).
E. Sistem Pencernaan.
- Inspeksi : seklera (-), bibir (kering), Mulut (stomatitis (-), jumlah gigi (22
buah), kemampuan menelan (-), gerakan lidah (-).
- Gaster : kembung (-), gerakan peristaltik (-)
- Abdomen
Inspeksi ; tidak ditemukan luka, bentuk simetris.
Palpasi :
Tidak ditemukan pembesaran di kuadran I - IV
Tidak ditemukan nyeri tekan
Perkusi : suara timpani
Auskultasi : bising usus (+)
- Anus : kondisi (normal).
32

F. Sistem Indra
1) Mata
- Kelopak mata (+), bulu mata (+), alis (+), lipatan epikantus dengan ujung atas
telinga (+).
- Visus (+)
- Lapang pandang (+)
2) Hidung
- Penciuman (+), perih dihidung (-), trauma (-), mimisan (-).
- Secret yang menghalangi penciuman (-).
3) Telinga
- Keadaan daun telinga (+), operasi telinga (-)
- Kanal auditoris (+)
- Membran tympani (+)
- Fungsi pendengaran (+).
G. Sistem Saraf.
1. Fungsi celebral
- Status mental : daya ingat (+), perhatian dan perhitungan (+), bahasa (+).
- Kesadaran : GCS 7
- Bicara : expresive dan reseptive (-).
2. Fungsi cranial
- Saraf cranial I s/d XII (+)
3. Fungsi motorik
- Massa (-)
- Tonus dan kekuatan otot (+4)
4. Fungsi sensorik
- Suhu : 38,5 derajat
- Nyeri : (+)
- Getaran posisi dan diskriminasi : (-)
5. Fungsi cerebellum
- Koordinasi dan keseimbangan (+)
6. Refleks
- Ekstermitas atas : (+4)
- Ekstermitas bawah : (+4)
- Superficial : (+4)
H. Sistem Muskuloskeletal
- Kepala : bentuk kepala bundar
- Vertebrae : Normal
33

- Pelvis : Normal
- Lutut : Normal
- Kaki : Normal
- Bahu : Simetrsis, normal
- Tangan : Normal
I. Sistem Integumen
- Rambut : tebal, warna hitam dan halus.
- Kulit : warna pucat, temperatur ( 38,5 derajat), kelembaban (-), bulu kulit (halus),
tahi lalat ( di bawah bibir sebelah kiri ), ruam (-).
- Kuku : warna (putih bening), mudah patah (-), kebersihan (+).
J. Sistem Endokrin
- Kelenjar tiroid : pembesaran (-)
- Percepatan pertumbuhan : Normal
- Gejala keratinisme atau gigantisme : (-)
- Ekskresi urin berlebihan (-), polidipsi (-), poliphagi (-)
- Suhu tubuh yang tidak seimbang (+), keringat berlebihan (+), leher kaku (-).
- Riwayat bekas air seni dikelilingi semut : (-).
K. Sistem Perkemihan
- Edema Palpebra (-)
- Moon face (-)
- Edema Anasarka (-)
- Keadaan kandung kemih (+)
- Nocturia (-), dysuria (-), kencing batu (-).
- Penyakit hubungan seksual (-).
L. Sistem Reproduksi
- Keadaan glendpenis : tidak dikaji
- Testis : tidak dikaji
- Pertumbuhan rambut : tidak dikaji
- Pertumbuhan jakun : tidak dikaji
- Perubahan suara : tidak dikaji
M. Sistem Imun
- Alergi (-)
- Imunisasi : BCG, DPT, MMR
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : Flu (+)
- Riwayat transfusi dan reaksinya : (-)
7. Aktivitas Sehari – hari
 Nutrisi
34

- Selera makan : menurun


- Menu makan dalam 24 jam : BSTIK
- Frekuensi makanan dalam 24 jam : 2 kali sehari
- Makanan yang disukai : telur mata sapi
Makanan pantangan : sayur wortel
- Pembatasan pola makan : (-)
- Cara makan : menggunakan sendok dan piring
- Ritual sebelum makan : membaca doa sebelum makan
 Cairan
- Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam : air putih dan susu
- Frekuensi minum : tidak menentu
- Kebutuhan cairan dalam 24 jam : tidak diketahui
 Eliminasi ( BAB & BAK )
- Tempat pembuangan : toilet
- Frekuensi : tidak diketahui
Kapan : -
Teratur : -
- Konsistensi : padat
- Kesulitan dan cara menanganinya : tidak
- Obat – obat untuk memperlancar BAK/BAB : -
 Istirahat Tidur
- Apakah cepat tertidur : (+)
- Jam tidur : siang 3 jam dan malam hari 9 jam (dirumah), siang 2 jam dan malam
5 jam ( di RS )
- Bila tidak dapat tidur apa yang di lakukan : orang tua klien mengendong dan
mengajak jalan – jalan
- Apakah tidur secara rutin : iya.
 Personal Hygiene
- Mandi : frekuensi ( 2 kali sehari ), alat mandi : gayun, kesulitan (-),
mandiri/dibantu : dibantu, cara : seperti biasanya.
- Cuci rambut : 3 kali dalam seminggu
- Gunting kuku : 1 kali dalam 2 minggu.
- Gosok gigi : 2 kali sehari.
 Aktivitas / mobilitas fisik
- Kegiatan sehari – hari : bermain dan belajar
- Pengaturan jadwal harian : -
- Penggunaan alat bantu untuk aktivitas : (-)
35

- Kesulitan pergerakan tubuh : (-)


 Rekreasi
- Bagaimana perasaan anda saat bekerja : tidak dikaji
- Berapa banyak waktu luang : tidak dikaji
- Apakah puas setelah rekreasi : tidak dikaji
- Apakah anda dan keluarga menghabiskan waktu senggang : tidak dikaji
- Bagaimana perbedaan hari libur dan hari kerja : tidak dikaji
8. Test Diagnostik
 Laboratorium
- Hemoglobin : 14, 8
Normal L: 13,5 – 18,09 /dl
P: 11,5 – 16,09 /dl
- Leukosit : 2.800
Normal : 3.300 / 10.300 / cmm
- LED : 15 – 22
Normal L: 6 – 15 mm
P: 0 – 20 mm
- Hitung jenis : 0/0/1/73/26/0
Normal : 1-2/0-1/3-5/54-62
25 – 33/3-7
- Hematokrit : 47,0
Normal L : 40 – 54 %
P : 35 – 47 %
- Trombosit : 262.000
Normal : 130.000 – 450.000
- Eritrosit : 4.980.000
Normal L : 4,5 – 6,5 juta / cmm
P : 3,0 – 6,0 juta / cmm
- Widal :
O : Post 1/400 ( N. Negative )
H : Post 1/200 ( N. Negative )
PA : Negt / - ( N. Negative )
PB : Post 1/400 ( N. Negative)
 Ro foto : -
 CT Scan : -
 MRI, USG, EEG, ECG, dll : -
9. Terapi Saat Ini.
36

 Antipiretik : Parasetamol
 Antibiotik
 NS

DATA FOKUS
NAMA PASIEN : AN. S
NO REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF
- Bibir kering Orang tua klien mengatakan klien selama
- Suhu badan 38,5 derajat 3 hari mengalami panas tinggi.
- Banyak berkeringat Orang tua klien mengatakan klien sering
- Pernafasan meninggi rewel.
- Mengigil
- Kulit kering
- Sering menangis
- Sulit tidur
37

ANALISA DATA
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS : Orang tua klien mengatakan Hypertermi Proses infeksi
klien selama 3 hari mengalami
panas tinggi
DO :
- Bibir kering
- Suhu badan 38,5 derajat
- Mengigil
- Kulit kering
2 DS : Orang tua klien mengatakan Resiko kekurangan Intake yang kurang
klien selama 3 hari mengalami volume cairan dan deperosis
panas tinggi
DO :
- Suhu badan : 38,5 derajat
- Mengigil
- Banyak berkeringat
3 DS : Orang tua klien mengatakan Cemas Hipertermi
klien sering rewel.
DO :
- Klien sering menangis
- Sulit tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
NO MASALAH / DIAGNOSA TGL DITEMUKAN TGL TERATASI
1. Hipertermi berhubungan dengan 28 November 2016 1 Desember 2016
proses infeksi
38

2. Resiko kekurangan volume cairan 28 November 2016 1 Desember 2016


berhungan dengan intake yang
kurang dan deperosis
3. Cemas berhubungan dengan 28 November 2016 1 Desember 2016
hipertermi

RENCANA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
TGL NDX. DAN TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL
DATA KRITERIA TINDAKAN
PENUNJANG HASIL
28/11/2016 1 Setelah - - Pantau suhu
DS : Orang tua dilakukan klien (derajat
tindakan dan pola)
klien mengatakan keperawatan perhatikan
klien selama 3 hari selama 3 x 24 menggigil/diaf
mengalami panas jam klien or
tinggi menujukan - - Pantau suhu
temperatur lingkungan
DO :
dalan batas
- Berikan
- Bibir kering normal dengan kompres
- Suhu badan 38,5 kriteria: hangat hindri
derajat - Bebas dari penggunaan
- Mengigil kedinginan akohol
- Suhu tubuh- -Berikan
- Kulit kering
stabil 36-37 C miman sesuai
kebutuhan
- - Kolaborasi
untuk
pemberian
antipiretik dan
antibiotik

28/11/2016 2 Setelah - Ukur/catat


haluaran urine
39

DS : Orang tua dilakukan dan berat


klien mengatakan tindakan jenis. Catat
ketidak
klien selama 3 hari perawatan seimbangan
mengalami panas selama 3 x 24 masukan dan
tinggi jam volume haluran
DO : cairn adekuat kumulatif
- Pantau
- Suhu badan : 38,5 dengan kriteria:
tekanan darah
derajat - tanda vital dan denyut
- Mengigil dalam batas jantung ukur
- Banyak normal CVP
berkeringat - nadi -
perifer Palpasi
denyut perifer
teraba kuat
- haluran urine - Kaji membran
adekuat mukosa
- tidak ada tanda- kering, tugor
kulit yang
tanda dehidrasi
kurang baik
dan rasa haus
- Kolaborasi
untuk
pemberian
cairan IV
sesuai indikasi
- Pantau nilai
laboratorium,
Ht/jumlah sel
darah merah,
BUN,cre,
Elek,LED,
GDS

28/11/2016 3 Setelah - Kaji dan


DS : Orang tua dilakukan identifikasi
tindakan serta luruskan
klien mengatakan perawatan informasi
klien sering rewel. selama 2 x 24 yang dimiliki
DO : jam cemas klien
- Klien sering hilang dengan mengenai
kriteria: hipertermi
menangis
- klien dapat
- Berikan
- Sulit tidur
40

mengidentifikas informasi
i hal-hal yang yang akurat
dapat tentang
meningkatkan penyebab
dan hipertermi
menurunkan - Validasi
suhu tubuh perasaan klien
- klien mau dan yakinkan
berpartisipasi klien bahwa
dalam setiap kecemasam
tidakan yang merupakan
dilakukan respon yang
- klien normal
mengungkapkan - Diskusikan
penurunan rencana
cemas yang tindakan yang
berhubungan dilakukan
dengan berhubungan
hipertermi, dengan
proses penyakit hipertermi dan
keadaan
penyakit
41

TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
TGL KODE JAM TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL
NDX (WIB)
29/11 1 15.00 -Memantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan
menggigil/diaforsis
-Memantau suhu lingkungan
-Mengajarkan keluarga dan pasien tentang mengatasi
keletihan sebab panas
-Memberikan kompres hangat hindri
-Memberikan minum sesuai kebutuhan
-Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian
antipiretik dan antibiotic

2 15.00 -Mengukur/mencatat haluaran urine dan berat jenis.


-Dorong dan ajrkan pasien untuk mendapatkan
intake cairan peroral
-Memantau tekanan darah dan denyut jantung ukur
CVP
-Meraba denyut perifer
-Mengkaaji membran mukosa kering, tugor kulit
yang kurang baik dan rasa haus
-Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai
indikasi
-Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah
merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS

3 15.00 -Mengkaji dan mengidentifikasi serta meluruskan


informasi yang dimiliki orang tua klien mengenai
hipertermi
-Dorong dan ajarkan keluarga pasien untuk
menemani anak
-Memberikan informasi yang akurat tentang
penyebab hipertermi
-Memvalidasi perasaan klien dan meyakinkan klien
kolaborasikan pemberian obat untuk mengurangi
kecemasan
30/11 1 20.00 -Memantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan
menggigil/diaforsis
-Memantau suhu lingkungan
42

-Mengajarkan keluarga dan pasien tentang mengatasi


keletihan sebab panas
-Memberikan kompres hangat hindri
-Memberikan minum sesuai kebutuhan
-Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian
antipiretik dan antibiotic

-Mengukur/mencatat haluaran urine dan berat jenis.


2 20.00 -Dorong dan ajrkan pasien untuk mendapatkan
intake cairan peroral
-Memantau tekanan darah dan denyut jantung ukur
CVP
-Meraba denyut perifer
-Mengkaaji membran mukosa kering, tugor kulit
yang kurang baik dan rasa haus
-Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai
indikasi
-Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah
merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS

-Mengkaji dan mengidentifikasi serta meluruskan


3 20.00 informasi yang dimiliki orang tua klien mengenai
hipertermi
-Dorong dan ajarkan keluarga pasien untuk
menemani anak
-Memberikan informasi yang akurat tentang
penyebab hipertermi
-Memvalidasi perasaan klien dan meyakinkan klien
kolaborasikan pemberian obat untuk mengurangi
kecemasan
1/12
-Memantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan
1 07.00
menggigil/diaforsis
-Memantau suhu lingkungan
-Mengajarkan keluarga dan pasien tentang mengatasi
keletihan sebab panas
-Memberikan kompres hangat hindri
-Memberikan minum sesuai kebutuhan
-Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian
antipiretik dan antibiotic

-Mengukur/mencatat haluaran urine dan berat jenis.


43

2 07.00 -Dorong dan ajrkan pasien untuk mendapatkan


intake cairan peroral
-Memantau tekanan darah dan denyut jantung ukur
CVP
-Meraba denyut perifer
-Mengkaaji membran mukosa kering, tugor kulit
yang kurang baik dan rasa haus
-Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai
indikasi
-Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah
merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS

-Mengkaji dan mengidentifikasi serta meluruskan


informasi yang dimiliki orang tua klien mengenai
3 07.00
hipertermi
-Dorong dan ajarkan keluarga pasien untuk
menemani anak
-Memberikan informasi yang akurat tentang
penyebab hipertermi
-Memvalidasi perasaan klien dan meyakinkan klien
kolaborasikan pemberian obat untuk mengurangi
kecemasan
44

CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
TGL KODE JAM EVALUASI SOAP
NDX (WIB)
30/11 1 20.00S : orang tua klien mengatakan bahwa klien panasnya
sudah berkurang
O : - bibir agak kering
- T : 38
- Sedikit menggil
2 - Kulit tidak kering
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

S : orang tua klien mengatakan bahwa klien panasnya


3 sudah berkurang
O : - Suhu badan 38
- Masih berkeringat
- Menggil berkurang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

S : orang tua klien mengatakan bahwa rewel klien sudah


berkurang
O : - klien menangis tetapi sudah jarang
- Klien masih sering terbangun pada waktu tidur
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
01/12 1 07.00S : orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak
panas lagi
45

O : - bibir kering (–)


- Suhu 37
2 - Tidak mengigil
- Kulit normal
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

S : orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak


3 panas lagi
O : - Suhu 37
- Tidak mengigil
- Tidak berkeringat

A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

S : orang tua klien mengataka bahwa klien sudah tidak


rewel
O : - klien tidak pernah menangis
- Tidurnya nyenyak
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
46

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Definisi demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu
suhu tubuh di atas 38º Celsius. Macam demam meliputi Kontinyu, Remitten,
Intermiten, Hektik atau septic, Quotidian Double quotidian, Demam rekuren,
Relapsing atau periodik
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau
oleh adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya.
Demam pada infeksi terjadi akibat mikro organisme merangsang makrofag
atau PMN membentuk PE.
Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung
dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat. Kerusakan jaringan
akan terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dari 410C, terutama pada jaringan
otak dan otot yang bersifat permanen.
Klasifikasi demam diperlukan dalam melakukan pendekatan berbasis
masalah Demam dengan localizing signs, Demam tanpa localizing signs,
Fever of unknown origin, Demam dengan localization, Demam tanpa
localization, Letargi, Toxic appearance, Infeksi bakteri serius, Bakteremia
dan septicemia
Tata laksana anak dengan demam terdiri dari tatalaksana fisis, dan
pengobatan baik simtomatik maupun etiologic; a. Tindakan Umum Penurunan
Demam secara Simtomatik, Tatalaksana Demam yang Disebabkan Penyakit
Infeksi, Tatalaksana Demam menurut umur
Gejala Febris Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi
tergantung pada fase demam meliputi: Fase 1-3 awal
Komplikasi yang di dapat meliputi kejang,dehidrasi dan kekurangan cairan
Secara garis besar penyakit infeksi penyebab demam pada anak antara lain:
virus dan bakteri
47

DAFTAR PUSTAKA

Huda,amin.Hardhi,kusuma. 2016.asuhan keperawatan praktis. jilid


1,Jogjakarta:Mediaction publishing
Huda,amin.Hardhi,kusuma. 2016.asuhan keperawatan praktis. jilid
2,Jogjakarta:Mediaction publishing
PPNI,.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta selatan.TimPekja
SDKI DPP PPNI
Rosalia Oktaviana.2016.DEMAM
https://www.academia.edu/31974538/DEMAM (Di Akses pada 26 maret
2019)
Honestdocs. 2019. Penyebab Demam Pada Anak dan Cara Mengatasinya. Diambil
dari:
https://www.honestdocs.id/penyebab-demam-pada-anak-dan-cara-
mengatasinya. Diakses pada tanggal 24 maret 2019 pukul 13.00 WIB
Ratih. Dwi. 2017. Penyebab Demam. Diambil dari:
https://www.dream.co.id/fresh/apa-beda-demam-dari-virus-bakteri-
180118d.html. Diakses pada tanggal 21 maret 2019 pukul 14.05 WIB
Samiadi. Lika Aprilia. 2016. Pengertian Demam. Diambil dari:
https://hellosehat.com/penyakit/demam/. Diakses pada tanggal 21 maret 2019
pukul 14.02 WIB

Anda mungkin juga menyukai