Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

G DENGAN FEBRIS DI
RUANG ANGGREK RST BWT SEMARANG

DI SUSUN OLEH :

Sonia Tresnowati
1808118
Profesi Ners’17

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu
tubuh diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak
sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, 1990). Keadaan ini sering terjadi
pada pasien anak-anak, yaitu merupakan keluhan utama dari 50% pasien anak di UGD
di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-anak, tetapi pada
pasien dewasa maupun lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari sistem
imun. Pada febris ini juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau jenis kelamin.

Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif bermacam-


macam atau dengan kata lain febris merupakan gejala dari banyak jenis penyakit. Febris
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain. (Julia, 2000). Contoh penyakit infeksi bakteri yang memberikan
gejala febris adalah meningitis, bakteremia, sepsis, enteritis, pneumonia, pericarditis,
osteomyelitis, septik arthritis, cellulitis, otitis media, pharyngitis, sinusitis, infeksi
saluran urin, enteritis, appendicitis. Sedangkan untuk penyakit infeksi virus yang
memberikan gejala febris adalah adalah ISPA, bronkiolitis, exanthema enterovirus,
gastroenteritis, dan para flu. Selain dari penyakit, penyebab lain dari febris adalah cuaca
yang terlalu panas, memakai pakaian yang terlalu ketat dan dehidrasi.

Untuk febris yang disebabkan oleh penyakit infeksi biasanya akan diberikan
obat antibiotic sedangkan dari non infeksi akan dilihat penyebab dari febris itu sendiri.
Febris dapat segera teratasi dengan terapi dan perawatan yang tepat. Namun, apabila
febris tidak diatasi dan diberikan perawatan yang tepat maka akan menjadi suatu
kegawatan yang mengancam jiwa pasien.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami definisi febris
2. Untuk memahami etiologi febris
3. Untuk memahami klasifikasi febris
4. Untuk memahami patofisiologi febris
5. Untuk memahami manifestasi klinis febris
6. Untuk memahami komplikasi febris
7. Untuk memahami penatalaksanaan febris
8. Untuk memahami pemeriksaan penunjang febris
9. Untuk mengetahui Pengkajian, Diagnosa keperawatan dan Rencana Keperawatan.
10. Serta dapat membuat Asuhan Keperawatan Dengan Pasien febris.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal
yaitu lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2003). Febris konvulsi adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh(diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstra kronium.
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan
suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton, 1990). Demam
adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada juga yang
yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C
disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Julia, 2000).

B. Etiologi
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi
febris,diantaranya:
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia
4. Malaria
5. Otitis media
6. Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain (Julia, 2000). Menurut Guyton (2000) demam dapat
disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
C. Klasifikasi

Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena


proses patologis

Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional


pada makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh,
seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas,
infrared), ultrasound atau obat – obatan

Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang


Hyperthermia menyertai kekakuan otot karena anestesi total

Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010) sebagai berikut:


1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septic
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi
dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana. Variasi
suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang
terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
4. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang
sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya
merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus
sejenis lainnya.

D. Patofisiologi
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur
suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan,
yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada demam hypothalamic thermal set
point meningkat dan mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu
tubuh ke suhu tertentu yang baru. Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat
pirogen dari dalam lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen
eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi
imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena
obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone.
Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat digambarkan
sebagai berikut :
a. Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan virus)  menginduksi
sel darah putih untuk produksi pirogen endogen yang paling banyak keluar IL-1
dan TNF-, selain itu ada IL-6 dan IFN  bekerja pada sistem saraf pusat di level
organosum vasculosum pada lamina terminalis (OVLT)  OVLT dikelilingi oleh
porsio medial dam lateral pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum
pallusolum.
b. Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural
masih belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level
OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan adanya pirogen endogen.
Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif sitokin ke dalam OVLT
atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature, yang mentranduksi
sinyal ke otak.
c. OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang merespons
pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic nucleus untuk
menurunkan rata pemanasan pada neuron yang sensitif pada hangat dan ini salah
satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid pathway. Kejadian yang lebih
luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural vasculature yang penting pada
formasi febris. Induksi pada respons febris oleh lipopolisakarida, TNF- dan IL-
1 yang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada
beberapa model eksperimental febris.
d. Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel efektor
pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok panas. Pada
respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk sitokin atau
beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi heat shock protein
(HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan seluler.
e. Sitokin proinflamotori  masuk ke sirkulasi hipotalamik  stimulasi pengeluaran
PG lokal, resetting set point termal hipotalamik sitokin proinflamatori vs
kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi lain seperti arginin
vasopresin, MSH, glukokortikoid) membatasi besar dan lamanya demam.

E. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah
sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam
(misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah
menggigil, gelisah.
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien).
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
b. Pemeriksaan persistem
c. Sistem persepsi sensori
d. Sistem persyarafan : kesadaran
e. Sistem pernafasan
f. Sistem kardiovaskuler
g. Sistem gastrointestinal
h. Sistem integument
i. Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perceptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG

F. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
2. Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaporesisi

G. Intervensi
1. Monitor Suhu pasien
2. Selimuti pasien
3. Berikan kompres pada area lipatan
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian longgar dan menyerap keringat
5. Berikan antipiretik
6. Identifikasi keamanan pasien sesuai kebutuhan
7. Memasang side rail
8. Monitor intake dan output
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. G DENGAN PROBLEM FEBRIS DI
RUANG ANGGREK RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG

A. IDENTITAS DATA
Identitas pasien
1. Nama : An. G
2. Umur : 8 Bulan
3. Alamat : Semarang
4. Agama : Islam
5. Suku Bangsa : Jawa
6. Pendidikan : belum sekolah
7. Diagnose medis : GEDS
Identitas penanggung jawab
1. Nama : NY. K
2. Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
3. Pekerjaan : Buruh
4. Pendidikan :SMA
5. Alamat : Semarang
B. KELUHAN UTAMA
Demam naik turun 37.9 ºC
C. RIWAYAT KESAHATAN SEKARANG
Pasien datang dari poli anak dengan keluhan demam naik turun 37.9ºC disertai batuk
pilek dan diare ± 6 kali dengaan ampas
D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
APGAR SCORE 6-7-8, berat badan lahir 2500gr, panjang badan 43cm
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ny.K mengatakan bahwa bahwa ibu tidak mempunyai darah tinggi, dan ibu dari suami
tidak mempunyai penyakit Asma, hipotensi DLL
F. POLA PERSEPSI DAN HARAPAN KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN SAKIT
ANAK Keluarga datang Ke RS karena keluarga tidak tahu dengan penyakit yang
diderita anaknya, menganggap anaknya hanya mengalami demam dan diare biasa saja
kemudian keluarganya sepakat anaknya dirawat di bangsal anak Anggrek Rs bhakti
wiratamtama.

G. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS


1. POLA KENYAMANAN ISTIRAHAT TIDUR
An. G setiap jamnya tidur, Anak tidak menangis jika rasa haus, nyaman dengan
lingkungan sekitar,tidak ada gangguan selama sakit tidak rewel tidak menangis, atau
saat dilakukan tindakan keperawatan.
2. HYGIENE PERSONAL
Pasien menggosok giginya rutin 2x sehari menggunakan pasta gigi, mandi sehari 2x
dengan setiap mandi megganti bajunya, pasien BAB menggunakan popok
mengelapnya dengan tisu basah, dan ibu pasien membersihkan Botol dengan
menggunakan air panas dicuci sampai bersih.
3. KESELAMATAN
a. Pergerakan
Tidak ada kesulitan dalam rentang pergerekan dan resiko jatuh tinggi karena
pasien tampak atraktif
b. Penglihatan
Mata tampak cekung +/+ tidak ada gangguan penglihatan.
c. Pendngaran
Pasien tidak ada gangguan pendengaran, mampu mendengar dengan baik.
d. Cairan
Pasien mengkonsumsi ASI dan susu formula, pasien mengeluarkan keringat
berlebihan di kepalanya sewaktu-waktu, tidak ada perdarahan.
e. Nutrisi
Sebelum sakit pasien mengkonsumsi makanan tambahan bubur dan padat gizi 5
sehat 4 sempurna, tidak ada diit khusus dan tidak ada makanan pantangan.
f. Gaya hidup pola asuh
Ayah kandung pasien ada yang merokok kadang kadang sehari bisa 5 batang
rokok, anak – anaknya ibu pasien tidak mempunyai kebiasaan makan-makanan
cepat saji, dan tidak rutin melakukan Olah raga secara teratur.
g. Eliminasi
An.G terpasang pampers, warna urine kuning, BAB sehari 3x cair dan ada
ampasnya, BAK Lancar 5x
h. Oksigenasi
Pasien tidak ada riwayat sesak napas,asma tidak terpasang oksigen.
i. Seksualitas
An. G kelamin normal tidak terpasang alat kateter. anak G masih belum
mengerti tentang seksualitas
j. Konsep diri
Ibu An. G menyatakan bahwa dari sakit yang diderita oleh bayinya tidak
membuat ibu malu atau minder hanya tampak cemas saja, bahwa anaknyya dan
keluarga sedang di coba atau di uji kesabaranya oleh allah.
H. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN ANAK
1. Prenatal
saat hamil Ny.K periksa ke bidan setiap bulan 1x, mendapatkan Imunisasi TT 2x,
tidak mempunyai riwayat penyakit selama hamil.
2. Intranatal
By.Ny.S lahir gemili diruang bersalin post partus spontan,plasenta previa total, BB :
1550 gram, saat lahir tidak langsung menangis.
3. Postnatal
By.Ny.S setelah lahir langsung di pindah di ruang anggrek diberi susu formula
selama 3hari kemudian diberikan ASI.
I. GENOGRAM

Keterangan :

:pasien

: Laki-laki : keturunan

: Perempuan : menikah

J. PEMERIKSAAN FISIK
a. Antropmetri
TB : 61 cm
BB sebelum sakit : 6600gr
BB saat ini : 6400 gr
Lingkar lengan : 13
Lingkar kepala : 43 cm
b. Keadaaan umum
Tampak lemas, compos mentis, berbaring.
c. Kulit & kuku
Warna seluruh badan putih merah normal, lembab, tidak ada luka, elastis, turgor
kulit baik.
d. Kepala
Bentuk kepala normal mesochepal tidak ada massa dan lesi.
e. Leher
Tidak ada benjolan, tidak ada lessi
f. Thorax
I : simetris, ada retraksi suprasternal
P : pengembangan fremitus kanan, kiri simetris
P : sonor seluruh lapa°ng paru
A : SD vesikuler +/+, ST hantaran -/-
Frekunsi pernapasan 26x/mnt
g. Pulmonal
Ekspansi dada simetris, tidak terdapat suara ronkhi, suara nafas vesikuler.

h. Kardio
I: ictus cordis tidak tampak
P: tidak teraba pembesaran jantung
P: pekak
A: Bj I-II murni tidak ada suara tambahan, tidak ada gallop
i. Abdomen
Abdomen simetris normal, tidak ada massa dan lesi. Perkusi tympani
j. Punggung
Tampak simetris, tidak ada lessi, tidak ada benjolan
k. Urogenital
Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada edema
l. Ektremitas
Ekstremitas superior (tangan )
Dextra
Tidak ada sianosis, akral hangat, capilary refill < 2 dtk, fleksi & ekstensi cukup
kuat, kemampuan menggenggam cukup kuat, Tidak ada edema
Sinistra
Tidak ada sianosis, akral hangat, capillary refil <2 dtk, fleksin& ekstensi cukup
kuat, menggenggam cukup kuat, tidak terdapat edema
Ekstremitas inferior (kaki)
Dextra (kanan )
Tidak edeme,tidak ada kebiruan,capillary refil <2 dtk, ada kemampuan
menendang,pasien tampak lemas
Sinistra (kiri )
Tidak ada edeme, tidak ada sianosis, capillary refil< 2 detik, kemampuan
menendang lemah,
m. Reflek reflek bayi
Kemampuan untuk
Mengangkat kepala : 3 bulan
Telungkup : 5 bulan
Duduk : 8 bulan
Berdiri : 10 bulan
Bebicara : 1 tahun
Berjalan : 1 tahun
n. Status Z core
Orang tua mengatakan nafsu makan anak selama ini bagus, minimal 3x sehari
makan dengan bubur bayi instan saat makanan tersebut disukai anak. Selama di
rumah sakit nafsu makan menurun 2 hari yang lalu, makan hanya 3 sendok bubur
bayi namun ASI rutin minum
Berat Badan Sekarang : 6.4 kg
Panjang Badan : 61m
Z score :
o. Pemeriksaan DDST
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG

No. Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


URIN LENGKAP
Makroskopis
Bau Khas Khas
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat jenis 1.015
Reduksi Negatif Negatif
Blood Negatif Negatif
Lekosit Negtaif Negatif
pH 6.0
Protein Negatif Negatif
Keton Urin Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilin Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Mikroskopis
Lekosit 3-4 /LB
Eritrosit 1-2 /LB
Silinder Negatif Negatif
Kristal Ca Oxalat/ 1+* Negatif /LB
Epitel
Squamus/ Gepeng 2-3 Negatif /LK
Transisional Negatif Negatif /LB
Tubulus Bulat Negatif Negatif
Bakteri 1+* Negatif
Negatif
Benang Mukus Negatif
FECES
Makroskopis
Warna Kuning
Konsistensi Lembek
Lendir Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Mikroskopis
Eristrosit 0-1 Negatif
Lekosit 2-3 Negatif
Amoeba Negatif Negatif
Epitel 1+ Negatif
Lemak 1+ Negatif
Sisa Makanan 1+ Negatif
Bakteri 2+ Negatif
Telur
Ascaris L Negatif Negatif
Ankylos Negatif Negatif
Trich Negatif Negatif

HEMATOLOGY
Darah lengkap
Hemoglobin (Hb) 11.6
Leukosit (WBC) 3.6
Hematokrit (Ht) 34.2
Thrombosit ( PLT) 230
Eritrosit (RBC) 4.6
MCV 75
MCH 25
MCHC 34

L. TERAPI
1. Infus Tridex 20 tpm mikro
2. Injeksi Ranitidin 10 mg/ 8 jam
3. L-Bio 1 sachet/ 12 jam peroral
4. L-Zinck sirup 1 sendok takar/ 12 jam peroral
5. Kontrimoksazol sirup 1 sendok takar/ 8 jam per oral

M. TANDA TANDA VITAL


1. Suhu : 37.6 ºC
2. Nadi : 100x/ menit
3. RR : 26x/ menit
N. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Problem


1. Ds:- Ibu Pasien mengatakan demam Penyakit Hipertermi
sudah 4 hari naik turun disertai
batuk pilek
Do: S: 37.9ºC , kulit teraba hangat,
kulit nampah memerah
2. Ds: - Ibu pasien mengatakan anak Infeksi Diare
BAB cair ± 6 kali disertai ampas. gastrointestinal
Do: - bising usus terdengar 7 kali
selama satu menit

O. DIAGNOSA PRIORITAS
1. Diare berhubungan dengan infeksi gastrointestinal
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit

P. RENCANA KEPERAWATAN

No Tujuan & kriteria hasil Intervensi Ttd


DX

1. Setelah dilakukan tindakan NIC (bowel management, diarrhea


keperawatan selama 2x24 jam diare management, electrolyte monitoring,
anak berkurang dengan kriteria hasil: fluid management)
NOC ( Bowel Continence dan Bowel 1. Observasi TTV
2. Observasi turgor kulit
Elimination)
3. Observasi intake dan output
1. Konsitensi bowel membaik
2. Frekuensi defekasi menurun cairan
3. Warna bowel kembali normal 4. Monitor frekuensi bowel dan
konsistensi
5. Anjurkan pasien untuk
mengkonsumsi banyak
cairan
6. Berikan cairan IV
7. Hitung IWL anak
8. Informasikan kepada ibu
pasien tentang bahaya diare
dan cara mengontrolnya
9. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemenuhan cairan dan
elektrolit yang tepat

2 Seteelah dilakukan tindakan NIC ( Bathing, Fever Management,


keperawatan selama 1x24 jam Temperature regulation)
1. Monitor suhu pasien
diharapkan suhu anak kemabli
2. Monitor warna kulit pasien
normal dengan kriteria hasil 3. Berikan kompres pada area
NOC ( Thermoregulation dan vital
lipatan yang terdapat
sign)
pembuluh darah besar
1. Suhu kembali normal
4. Berikan water tepid sponge
2. Kulit teraba normal
5. Anjurkan pasien
3. Kulit tidak kemerahan
menggunakan pakaian yang
longgar dan menyerap
keringat
6. Ajarkan teknik water tepid
sponge untuk menurunkan
demam
7. Kolaborasi dengan ahli
farmasi untuk pemberian
antipiretik

Q. TINDAKAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI )

HARI/TAN IMPLEMENTASI RESPON TTD


GGAL
JAM

Kamis ,4 Melakukan pendekatan pada DS : -


DO : suhu 37.5° RR 26x
OKTOBER pasien salam,senyum,sapa
2018 JAM
Dan mengidentifikasi data
09. 00 wib
pasien, termoregulasi monitor
suhu kompres dingin,
pemberian obat paracetamol
Jam 10.00 Injeksi Ranitidine 10 mg/ 8 DS : -
DO : Anak nampak tertidur. Obat
WIB jam
masuk IV infus

Jam 11.30 Monitor Cairan infus DS :-


DO : infus Tridex 20 tetes / jam
WIB

Jam 12.00 Monitor BAB DS : ibu pasien mengatakan sejak


wib pagi sudah BAB cair 2 kali
DO : BAB cair terdapat ampas

Rabu , 5 Melakukan pendekatan pada DS :-


DO: keringat berlebih setiap saat
oktober pasien salam,senyum,sapa
ibu pasien mengelapny
2018 jam
Dan mengidentifikasi data
09.00 wib
pasien, termoregulasi monitor
suhu kulit, keringat berlebih

Jam 10.00 Injeksi Ranitidine 10 mg/ 8 DS : -


DO : Anak nampak tertidur. Obat
jam
masuk IV infus

Jam 10.30 Monitor BAB DS : ibu pasien mengatakan


wib pasien masih BAB cair. Sudah 4x
sejak semalam
DO : Pasien nampak sedang ganti
popok

Jam 11.30 Monitoring TTV suhu nadi DS : pasien bersedia


DO : suhu 37.° RR 25x, nadi
pasien dan rr
100x/ menit

Jam 12.00 Mengganti pakaian pasien DS: Ibu pasien mengatakan ingin
yang longgar dan me mengganti pakaian anaknya
DO: Anak nampak lebih nyamans
setelah mengganti pakaian

R. CATATAN PERKEMBANGAN

Hari tanggal/ Diagnosa keperawatan Respon perkembangan Ttd


pukul

4 Oktober Diarea S: Ibu Pasien mengatakan anak


2018 Pukul 14. masih BAB Cair. Sudah 4 kali
O: Bowel anak nampak masih cair.
00
Bising usus 6 kali permenit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Infus Tridex 20 tpm mikro
2. L-Bio 1 sachet/ 12 jam peroral
3. L-Zinck sirup 1 sendok takar/
12 jam peroral

4 oktober 2018 Hipertrmia S: Ibu pasien mengatakan anak


pukul 14.00 masih demam naik turun
O: S: 37.7 ºC, Kulit nampak masih
wib
agak kemerahan
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Infus Tridex 20 tpm mikro
2. Injeksi Ranitidin 10 mg/ 8 jam
3. Kontrimoksazol sirup 1 sendok
takar/ 8 jam per oral
5 oktober 2018 Diarea S: Ibu Pasien mengatakan anak
24. 00 wib masih BAB Cair. Sudah 3 kali
O: Bowel anak nampak masih cair.
Bising usus 6 kali permenit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Infus Tridex 20 tpm mikro
2. L-Bio 1 sachet/ 12 jam
peroral
3. L-Zinck sirup 1 sendok
takar/ 12 jam peroral
6 oktober 2018 Hipertrmia S: Ibu pasien mengatakan anak
jam 07.00 wib masih demam naik turun
O: S: 37.1 ºC,
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Infus Tridex 20 tpm mikro
2. Injeksi Ranitidin 10 mg/ 8
jam
3. Kontrimoksazol sirup 1
sendok takar/ 8 jam per oral

7 Oktober Diarea S: Ibu Pasien mengatakan anak


2018 masih BAB Cair. Sudah 3 kali
Jam 24.00 wib
sejak pagi
O: Bowel anak nampak masih cair.
Bising usus 5 kali permenit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Infus Tridex 20 tpm mikro
2. L-Bio 1 sachet/ 12 jam
peroral
3. L-Zinck sirup 1 sendok
takar/ 12 jam peroral

7 Oktober Hipertrmia S: Ibu pasien mengatakan anak


2018 masih demam naik turun
Jam 07.00 wib O: S: 37 ºC,
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Infus Tridex 20 tpm mikro
2. Injeksi Ranitidin 10 mg/ 8
jam
3. Kontrimoksazol sirup 1
sendok takar/ 8 jam per oral
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2008. Ilmu Keperawatan Anak Edisi III. Buku Kedokteran. Jakarta:
EGC

Davey, P. 2006. At A Glance Medicine. Alih Bahasa: Anissa Rachmalia. Jakarta:


Erlangga

Ngastiyah. 2005. Keperawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Suradi dan Yuliani, R. 2006. Asuhan Keperawatan Anak Sakit. Jakarta: ISBN

Sudoyo, A. W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai