G DENGAN FEBRIS DI
RUANG ANGGREK RST BWT SEMARANG
DI SUSUN OLEH :
Sonia Tresnowati
1808118
Profesi Ners’17
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu
tubuh diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak
sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, 1990). Keadaan ini sering terjadi
pada pasien anak-anak, yaitu merupakan keluhan utama dari 50% pasien anak di UGD
di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-anak, tetapi pada
pasien dewasa maupun lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari sistem
imun. Pada febris ini juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau jenis kelamin.
Untuk febris yang disebabkan oleh penyakit infeksi biasanya akan diberikan
obat antibiotic sedangkan dari non infeksi akan dilihat penyebab dari febris itu sendiri.
Febris dapat segera teratasi dengan terapi dan perawatan yang tepat. Namun, apabila
febris tidak diatasi dan diberikan perawatan yang tepat maka akan menjadi suatu
kegawatan yang mengancam jiwa pasien.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami definisi febris
2. Untuk memahami etiologi febris
3. Untuk memahami klasifikasi febris
4. Untuk memahami patofisiologi febris
5. Untuk memahami manifestasi klinis febris
6. Untuk memahami komplikasi febris
7. Untuk memahami penatalaksanaan febris
8. Untuk memahami pemeriksaan penunjang febris
9. Untuk mengetahui Pengkajian, Diagnosa keperawatan dan Rencana Keperawatan.
10. Serta dapat membuat Asuhan Keperawatan Dengan Pasien febris.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal
yaitu lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2003). Febris konvulsi adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh(diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstra kronium.
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan
suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton, 1990). Demam
adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada juga yang
yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C
disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Julia, 2000).
B. Etiologi
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi
febris,diantaranya:
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia
4. Malaria
5. Otitis media
6. Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain (Julia, 2000). Menurut Guyton (2000) demam dapat
disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
C. Klasifikasi
D. Patofisiologi
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur
suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan,
yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada demam hypothalamic thermal set
point meningkat dan mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu
tubuh ke suhu tertentu yang baru. Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat
pirogen dari dalam lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen
eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi
imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena
obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone.
Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat digambarkan
sebagai berikut :
a. Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan virus) menginduksi
sel darah putih untuk produksi pirogen endogen yang paling banyak keluar IL-1
dan TNF-, selain itu ada IL-6 dan IFN bekerja pada sistem saraf pusat di level
organosum vasculosum pada lamina terminalis (OVLT) OVLT dikelilingi oleh
porsio medial dam lateral pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum
pallusolum.
b. Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural
masih belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level
OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan adanya pirogen endogen.
Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif sitokin ke dalam OVLT
atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature, yang mentranduksi
sinyal ke otak.
c. OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang merespons
pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic nucleus untuk
menurunkan rata pemanasan pada neuron yang sensitif pada hangat dan ini salah
satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid pathway. Kejadian yang lebih
luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural vasculature yang penting pada
formasi febris. Induksi pada respons febris oleh lipopolisakarida, TNF- dan IL-
1 yang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada
beberapa model eksperimental febris.
d. Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel efektor
pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok panas. Pada
respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk sitokin atau
beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi heat shock protein
(HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan seluler.
e. Sitokin proinflamotori masuk ke sirkulasi hipotalamik stimulasi pengeluaran
PG lokal, resetting set point termal hipotalamik sitokin proinflamatori vs
kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi lain seperti arginin
vasopresin, MSH, glukokortikoid) membatasi besar dan lamanya demam.
E. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah
sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam
(misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah
menggigil, gelisah.
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien).
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
b. Pemeriksaan persistem
c. Sistem persepsi sensori
d. Sistem persyarafan : kesadaran
e. Sistem pernafasan
f. Sistem kardiovaskuler
g. Sistem gastrointestinal
h. Sistem integument
i. Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perceptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG
F. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
2. Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaporesisi
G. Intervensi
1. Monitor Suhu pasien
2. Selimuti pasien
3. Berikan kompres pada area lipatan
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian longgar dan menyerap keringat
5. Berikan antipiretik
6. Identifikasi keamanan pasien sesuai kebutuhan
7. Memasang side rail
8. Monitor intake dan output
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. G DENGAN PROBLEM FEBRIS DI
RUANG ANGGREK RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG
A. IDENTITAS DATA
Identitas pasien
1. Nama : An. G
2. Umur : 8 Bulan
3. Alamat : Semarang
4. Agama : Islam
5. Suku Bangsa : Jawa
6. Pendidikan : belum sekolah
7. Diagnose medis : GEDS
Identitas penanggung jawab
1. Nama : NY. K
2. Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
3. Pekerjaan : Buruh
4. Pendidikan :SMA
5. Alamat : Semarang
B. KELUHAN UTAMA
Demam naik turun 37.9 ºC
C. RIWAYAT KESAHATAN SEKARANG
Pasien datang dari poli anak dengan keluhan demam naik turun 37.9ºC disertai batuk
pilek dan diare ± 6 kali dengaan ampas
D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
APGAR SCORE 6-7-8, berat badan lahir 2500gr, panjang badan 43cm
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ny.K mengatakan bahwa bahwa ibu tidak mempunyai darah tinggi, dan ibu dari suami
tidak mempunyai penyakit Asma, hipotensi DLL
F. POLA PERSEPSI DAN HARAPAN KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN SAKIT
ANAK Keluarga datang Ke RS karena keluarga tidak tahu dengan penyakit yang
diderita anaknya, menganggap anaknya hanya mengalami demam dan diare biasa saja
kemudian keluarganya sepakat anaknya dirawat di bangsal anak Anggrek Rs bhakti
wiratamtama.
Keterangan :
:pasien
: Laki-laki : keturunan
: Perempuan : menikah
J. PEMERIKSAAN FISIK
a. Antropmetri
TB : 61 cm
BB sebelum sakit : 6600gr
BB saat ini : 6400 gr
Lingkar lengan : 13
Lingkar kepala : 43 cm
b. Keadaaan umum
Tampak lemas, compos mentis, berbaring.
c. Kulit & kuku
Warna seluruh badan putih merah normal, lembab, tidak ada luka, elastis, turgor
kulit baik.
d. Kepala
Bentuk kepala normal mesochepal tidak ada massa dan lesi.
e. Leher
Tidak ada benjolan, tidak ada lessi
f. Thorax
I : simetris, ada retraksi suprasternal
P : pengembangan fremitus kanan, kiri simetris
P : sonor seluruh lapa°ng paru
A : SD vesikuler +/+, ST hantaran -/-
Frekunsi pernapasan 26x/mnt
g. Pulmonal
Ekspansi dada simetris, tidak terdapat suara ronkhi, suara nafas vesikuler.
h. Kardio
I: ictus cordis tidak tampak
P: tidak teraba pembesaran jantung
P: pekak
A: Bj I-II murni tidak ada suara tambahan, tidak ada gallop
i. Abdomen
Abdomen simetris normal, tidak ada massa dan lesi. Perkusi tympani
j. Punggung
Tampak simetris, tidak ada lessi, tidak ada benjolan
k. Urogenital
Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada edema
l. Ektremitas
Ekstremitas superior (tangan )
Dextra
Tidak ada sianosis, akral hangat, capilary refill < 2 dtk, fleksi & ekstensi cukup
kuat, kemampuan menggenggam cukup kuat, Tidak ada edema
Sinistra
Tidak ada sianosis, akral hangat, capillary refil <2 dtk, fleksin& ekstensi cukup
kuat, menggenggam cukup kuat, tidak terdapat edema
Ekstremitas inferior (kaki)
Dextra (kanan )
Tidak edeme,tidak ada kebiruan,capillary refil <2 dtk, ada kemampuan
menendang,pasien tampak lemas
Sinistra (kiri )
Tidak ada edeme, tidak ada sianosis, capillary refil< 2 detik, kemampuan
menendang lemah,
m. Reflek reflek bayi
Kemampuan untuk
Mengangkat kepala : 3 bulan
Telungkup : 5 bulan
Duduk : 8 bulan
Berdiri : 10 bulan
Bebicara : 1 tahun
Berjalan : 1 tahun
n. Status Z core
Orang tua mengatakan nafsu makan anak selama ini bagus, minimal 3x sehari
makan dengan bubur bayi instan saat makanan tersebut disukai anak. Selama di
rumah sakit nafsu makan menurun 2 hari yang lalu, makan hanya 3 sendok bubur
bayi namun ASI rutin minum
Berat Badan Sekarang : 6.4 kg
Panjang Badan : 61m
Z score :
o. Pemeriksaan DDST
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGY
Darah lengkap
Hemoglobin (Hb) 11.6
Leukosit (WBC) 3.6
Hematokrit (Ht) 34.2
Thrombosit ( PLT) 230
Eritrosit (RBC) 4.6
MCV 75
MCH 25
MCHC 34
L. TERAPI
1. Infus Tridex 20 tpm mikro
2. Injeksi Ranitidin 10 mg/ 8 jam
3. L-Bio 1 sachet/ 12 jam peroral
4. L-Zinck sirup 1 sendok takar/ 12 jam peroral
5. Kontrimoksazol sirup 1 sendok takar/ 8 jam per oral
O. DIAGNOSA PRIORITAS
1. Diare berhubungan dengan infeksi gastrointestinal
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
P. RENCANA KEPERAWATAN
Jam 12.00 Mengganti pakaian pasien DS: Ibu pasien mengatakan ingin
yang longgar dan me mengganti pakaian anaknya
DO: Anak nampak lebih nyamans
setelah mengganti pakaian
R. CATATAN PERKEMBANGAN
Carpenito, L.J. 2008. Ilmu Keperawatan Anak Edisi III. Buku Kedokteran. Jakarta:
EGC
Suradi dan Yuliani, R. 2006. Asuhan Keperawatan Anak Sakit. Jakarta: ISBN