PENDAHULUAN
Kualitas dari pelayanan kesehatan saat ini di tuntut untuk semakin meningkat
ke arah pelayanan yang lebih optimal. Hal tersebut didorong oleh berbagai perubahan
mendasar di masyarakat baik ekonomi, pendidikan, teknologi dan informasi serta
berbagai perubahan lainnya. Terlebih lagi tuntutan dari pemerintah yang memberikan
kemudahan-kemudahan bagi masyarakat untuk menerima pelayanan kesehatan
termasuk perubahan tuntutan masyarakat pada peningkatan pelayanan kebidanan.
Salah satu pelayanan kebidanan yang juga memerlukan peningkatan kualitas adalah
pelayanan asuhan kebidanan terhadap bayi hipotermia.
Penyebab utama mortalitas neonatus di negara berkembang adalah asfiksia,
sindrom gangguan nafas, infeksi, serta komplikasi hipotermia. Hipotermia pada
neonatus merupakan kejadian umum di seluruh dunia. Tingginya angka morbiditas
dan mortalitas Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di negara berkembang termasuk
Indonesia, masih menjadi masalah utama terutama yang berkaitan dengan kejadian
hipotermia.
Hipotermia yaitu penurunan suhu tubuh bayi dibawah suhu normal.
Kehidupan bayi baru lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa transisi dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Salah satu yang menjadi masalah
yang dialami bayi pada masa transisi ini adalah hipotermia.
Angka kematian bayi baru lahir di Indonesia tergolong masih tinggi,
berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO) tahun 2006 angka kematian
bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran
hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi 20 per 1000
kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap
satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit satu bayi Indonesia
meninggal.
WHO memperkirakan hampir sekitar 98% dari lima juta kematian neonatal
terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode
neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus
neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare.
Angka kematian sepsis neonatorum menurut DEPKES RI cukup tinggi yaitu
sekitar 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul
sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi,
hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.
Bayi yang mengalami hipotermia mempunyai risiko tinggi terhadap kematian
sehingga memerlukan pengawasan dan perawatan yang intensif dan ketat dari tenaga
kesehatan yang berpengalaman dan berkualitas tinggi. Peran bidan sangat diperlukan
untuk mencengah terjadinya risiko hipotermi pada bayi. Seorang bidan itu harus
memiliki pengetahuan yang luas, sikap dan keterampilan dalam melakukan asuhan
untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Pentingnya pengetahuan dari
seorang bidan tersebut dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
melatarbelakangi penulis dalam pembuatan laporan ini.
(Ai, Yeyeh, 2010)
Neonatus Cukup Bulan (NCB) adalah neonatus yang lahir pada umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan BB 2500 gram – 4000 gram.
Neonatus cukup bulan dengan hipotermi adalah bayi dengan suhu badan
di bawah normal yaitu <36,50C. Gejala awal hipotermi adalah suhu <36,50C
atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Apabila seluruh tubuh bayi terasa
dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (32-360C), dan
hipotermi berat jika suhu <320C.
(Ai Yeyeh, R. 2010)
2.2.3 Ciri-ciri Neonatus cukup bulan
1. Lahir cukup bulan antara 37-42 minggu
2. Berat badan 2500-4000 gram
3. Panjang badan 48-52 cm
4. Lingkar dada 30-38 cm
5. Lingkar kepala 33-35 cm
6. Lingkar lengan 11-12 cm
7. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
8. Pernafasan kurang lebih 40-60x/menit
9. Suhu tubuh kurang dari 360 – 37,50C
10. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yag cukup
11. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna
12. Kuku agak panjang dan lemas
13. Nilai APGAR > 7
14. Gerak aktif
15. Bayi lahir langsung menangis kuat
16. Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik
17. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik
18. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk
dengan baik
19. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik
20. Genetalia
Pada laki-laki kematangan ditandai deengan testis yang berada pada
skrotum dan penis yang berlubang.
Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang
berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
21. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya meconium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan
(Rukiyah dan Yulianti, 2012)
2.2.4 Etiologi
Hipotermi bisa terjadi setiap saat apabila suhu di sekeliling bayi rendah
dan upaya mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara
tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu pada 6-12 jam pertama setelah
lahir. Misalnya saja bayi setelah lahir dibiarkan basah dan telanjang selama
menunggu plasenta lahir.
2. Hipotermi akut
Terjadi apabila bayi berada dilingkungan yang dingin selama
6-12 jam, terdapat bayi dengan BBLR, di ruangan tempat bersaln
yang dingin, inkubator yang cukup panas. Gejala yang di alami bayi
dalam keadaan hipotermi akut diantaranya adalah : keadaan bayi
lemas, bunyi jantung lambat, serta kedua kaki dingin.
3. Hipotermi sekunder
S: Data Subjektif :
- Identitas
Apabila bayi yang lahir disuatu tempat bersalin lebih dari 1 harus
diberi identitas. Dengan menggunakan alat yang kebal terhadap air.
Identitas yang harus diberikan adalah nama (Bayi Nyonya), tanggal
lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu, nama ayah,
agama ( sesuai agama ibu ), alamat ( sesuai alamat ibu ).
- Riwayat Kehamilan
Kehamilan yang dikatakan fisiologis dan harus tetap waspada
karena kehamilan berisiko jatuh pada keadaan yang membahayakan
pada ibu dan janin.
- Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan, misalnya bayi hipotermi dengan
suhu dibawah 36.0 C
- Riwayat penyakit sekarang :
Misal Ibu PEB, lahir spontan, tetapi tidak menangis.
- Penilaian segera setelah lahir:
Sesuai dengan tindakan persalinan, misalnya spontan, sectio
cessarea, dll.
- Natal :
Tulis jenis persalinan, misalnya spontan, spontan bracth, dll.
- Post natal :
Tulis keadaan ibu setelah melahirkan, melaksanakan inisiasi
menyusu dini, mendapatkan vit K, mendapat salep mata.
- Imunisasi :
Imunisasi yang diberikan segera setelah lahir.
- Riwayat persalinan sekarang
Cairan amnion : diukur volumenya. Hidramnion (>2000ml)
dihubungkan dengan obstruksi traktus interstialis bagian atas,
anensefalus, bayi dari ibu diabetes atau eklamsi. Oligohidramnion
(<500ml) dihubungkan dengan agnesia ginjal ginjal bilateral atau
sindrom potter.
(IDAI, 2008)
O : Data Objektif :
A : Analisa/Assessment :
Adalah kesimpulan permasalahan yang diperoleh dan
memerlukan penyelesaian. Misalnya :
-Neonatus Cukup Bulan Usia .... jam ( fisiologis ).
-Neonatus cukup bulan usia ….. dengan hipotermia ( patologis ),
dll.
P : Plan/Planning = perencanaan :
Berisi tindakan kebidanan yang dilaksanakan mengacu pada
penatalaksanaan dan evaluasi yang di dapat , misalnya :
a. Observasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi, bayi menangis
kuat, bergerak aktif .
b. Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat untuk mencegah
hipotermi, bayi dibungkus kain flanel.
c. Melakukan pemeriksaan fisik bayi secara head to toe.
d. Bonding attachment dan memberikan ASI pada bayi segera
dan bayi mau menghisap.
e. Memberikan injeksi vit.K 0,1 mg secara Intra Muscular pada
paha kiri.
f. Memberikan obat tetes mata pada bayi: 1 tetes pada tiap-tiap
mata.
g. Merawat tali pusat.
h. Memberikan tanda pengenal ( Gelang bayi ).
i. Memberikan imunisasi Hb 0 pada bayi 1 jam setelah pemberian
injeksi vit K di paha kanan.
j. dapat menyusu, maka berikan ASI perah dengan menggunakan
salah atu alternatif cara pemberian minum.
k. Mintalah ibu untuk mengamati tanda bahaya (misalnya
gangguan napas, kejang ) dan segera mencari pertolongan
apabila terjadi hal tersebut.
l. Periksa kadar glukosa darah, apabila kadar glukosa darah
kurang dari 45 mg/ dL, tangani hipoglikemi.
m. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Apabila suhu naik minimal
0,5 0C/ Jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian
lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
n. Apabila suhu tidak naik, atau naik terlalu pelan, kurang 0,5 0C/
Jam, cari tanda sepsis.
o. Setelah suhu tubuh bayi normal :
i. Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi.
ii. Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya
setiap 3 jam. Apabila suhu bayi tetap dalam batas normal
dan bayi dapat minum dengan baik dan tidak ada masalah
lain yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit, bayi
dapat dipulangkan dan nasehati ibu bagimana cara
menghangatkan bayi di rumah.
2.2.3 Bagan alur berfikir varney dan pendokumentasian secara SOAP
7 langkah Varney
SOAP Notes
Subjektif
Data
Objektif
Masalah/Diagnosa
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pembahasan asuhan kebidanan pada kasus patofisiologi neonatus dengan
asfiksia dilakukan setelah melaksanakan penerapan teori yang digunakan sebagai
landasan dalam melakukan manajemen kebidanan.
Pengkajian merupakan tahap awal dari manajemen kebidanan
dilaksanakan dengan wawancara dan observasi langsung dengan melakukan
pemeriksaan fisik, khusus, maupun penunjang.
Dalam menentukan diagnosa tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
praktik.
Dalam perencanaan menjelaskan kepada ibu tentang kondisi bayinya dari
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, menganjurkan ibu membawa bayinya
untuk melakukan kunjungan berikutnya.
Pada kasus pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat bidan. Pada perencanaan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
Pada evaluasi ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus.
5.2 Saran.
5.2.1 Bagi Penulis
Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mempelajari
kasus-kasus pada saat praktik dalam bentuk manajemen SOAP dan alur
berpikir Varney serta menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan
kebidanan yang telah ditetapkan sesuai dengan kewenangan bidan yang
telah diberikan kepada profesi bidan. Serta diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan secara
komprehensif terhadap klien.
5.2.2 Bagi Lahan Praktek
Asuhan yang diberikan sudah cukup baik dan hendaknya agar dapat
memberikan asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan
kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan sesuai dengan
teori dari mulai kehamilan, persalinan, nifas, BBL dan KB.
5.2.3 Bagi Klien
Agar klien mendapatkan gambaran tentang pentingnya asuhan
kebidanan neonatus dengan hipotermi dipelayanan kesehatan.
5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kepustakaan bagi yang
membutuhkan Asuhan Kebidanan dan acuan pada penanganan neonatus
dengan hipotermi.
DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh, R. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Baru Lahir Dan Balita. Jakarta:
Trans Info Media.
Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Trans
Info Medika.
Budiarti, Tri. 2011. Bukuajaran Neonaturus, Bayi dan Balita. Jakarta: Trans
Info Media.
Rukiyah dan Yulianti. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Anak dan Balita. Jakarta:
Trans Info Media.