Disusun Oleh :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
KAMPUS V TRENGGALEK
Website : Http://www.poltekes-malang.ac.id
E-mail : direktorat@poltekes-malang.ac.id
Jl. Dr. Soetomo No.5 Trenggalek Telp (0355) 791293 Kode Pos 66321
TRENGGALEK
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPOTERMI
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Hipotermi dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan
yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah)
atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian.
(Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta,
hal. 89)
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1. Jaringan lemak subkutan tipis.
2. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar
3. BBL tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan.
4. Bayi dipisahkan dengan ibu segera mungkin setelah lahir
5. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur
6. Suhu tempat melahirkan yang dingin
7. Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan
pernapasan, hipoglikemia, perdarahan intra cranial
C. PATOFISIOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIS
Hipotermi pada bayi ditandai dengan:
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh,bayi menjadi kurang
aktif,tidak kuat menghisap asi,dan menangis lemah
2. Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan
terutama dibagian punggung,tungkai dan tangan.
3. Muka bayi berwarna merah terang
4. tampak mengantuk
5. kulitnya pucat dan dingin
6. lemah, lesu ,menggigil.
7. kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian
dada
8. ujung jari tangan dan kaki kebiruan
9. Bayi tidak mau minum/menyusui
10. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
11. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh
bayi mengeras (sklerema)
3. Konveksi yaitu transfer panas yang terjadi secara sederhana dari selisih
suhu antara permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin
dipermukaan tubuh bayi. Sumber kehilangan panas disini dapat berupa :
inkubator dengan jendela yang terbuka, atau pada waktu proses
transportasi BBL ke rumah sakit.
4. Evaporasi yaitu panas yang terbuang akibat penguapan, melalui
permukaan kulit dan traktus respiratorius. Sumber kehilangan panas dapat
berupa BBL yang basah setelah lahir, atau pada waktu dimandikan.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Wawancara
a. Masalah yang berkaitan dengan ibu
Penyakit seperti hipertensi, toksemia, plasenta previa, kehamilan
kembar, malnutrisi dan diabetes melitus.
Riwayat kelahiran prematur atau aborsi, penggunaan obat - obatan,
alkohol dan rokok.
b. Bayi pada saat kelahiran
Berat badan biasanya < 2500 gr, kurus, lapisan lemak subkutan
sedikit atau tidak ada, kepala relatif lebih besar dibanding dada.
(lingkar kepala < 33 cm, lingkar dada < 30 cm), panjang badan 45
cm.
Kardiovaskuler, denyut jantung rata-rata 120 - 160 per menit pada
bagian apikal, kebisingan jantung terdengar pada seper empat
bagian interkostal, aritmia, tekanan darah sistol 45 - 60 mmHg,
nada bervariasi antara 100 – 160 x / menit.
Gastrointestinal ,penonjolan abdomen, pengeluaran mikonium
biasanya terjadi dalam waktu 12 jam, refleks menelan dan
menghisap yang lemah, peristaltik usus dapat terlihat.
Mukoloskeletal, tulang kertilago telinga belum tumbuh dengan
sempurna, lembut.
Paru, jumlah pernafasan rata – rata antara 4060 per menit diselingi
periode apnea, pernafasan tidak teratur, flaring nasal, dengkuran,
terdengar suara gemeresik lipoprotein paru - paru.
Ginjal, berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran, ketidakmampuan
untuk melarutkan eksresi kedalam urine.
Reproduksi, bayi perempuan : klitoris yang menonjol dengan labia
mayora yanng belum berkembang; bayi laki – laki skrotum yang
belum berkembang sempurna dengan rugae yang kecil, testis tidak
turun kedalam skrotum
1. Tingkatkan cara-cara mencuci tangan pad staf, orang tua, dan pekerja lain
per protokol. Gunakan antiseptik sebelum membantu dalam pembedahan
atau prosedur invasif
R/ Mencuci tangan adalah praktek yang paling penting untuk mencegah
kontaminasi silang serta mengontrol infeksi dalam ruang perawatan
2. Pantau staf dan pengunjung akan adanya lesi kulit, luka basah, infeksi
pernapasan akut, demam, gastroenteritis, herpes simpleks aktif (oral,
genitalia, atau poronisial), dan herpes zoster
R/ Penularan penyakit pada neonatus dari pekerja atau pengunjung dapat
terjadi secara langsung atau tidak langsung
3. Berikan jarak yang adekuat antara bayi atau antara unit inkubator atau unit
individu. Gunakan ruangan isolasi terpisah dan teknik isolasi sesuai
indikasi
R/ Memberikan jarak 4 – 6 kaki dengan bayi membantu mencegah
penyebaran droplet atau infeksi melalui udara
4. Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi
R/ Bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotika bila ditemukan
infeksi
R/ Obat antibiotik dapat mengurangi penyebaran infeksi