Oleh:
Davit Aliandro
NIM:
Tingkat 2b
2020
KEHAMILAN KEMBAR
PENGERTIAN
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih (Manuaba, 1998 : 265).
Kehamilan ganda adalah bila proses fertilisasi menghasilkan janin lebih dari satu (Saifuddin, 2001 :
311).
Kehamilan ganda adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. (Mochtar, 1990).
Kembar siam adalah keadaan anak kembar dimana tubuh keduanya bersatu yang terjadi apabila
zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna.
Kehamilan ganda adalah suatu keadaan kehamilan dengan jumlah janin dua atau lebih.(Taber,
1994 : 282).
Kehamilan ganda adalah kehamilan dimana terdapat dua atau lebih janin dalam satu uterus pada
waktu kehamilan tersebut (sewaktu hamil). (Wikipedia Indonesia, 2003).
KLASIFIKASI
Merupakan kehamilan kembar yang berasal dari satu ovum sehingga disebutkan juga hamil
kembar identik atau hamil kembar homolog atau hamil kembar uniovuler. Kehamilan kembar
monozigote dapat terjadi karena:
Pada hamil kembar monozigote dapat terjadi kelainan pertumbuhan seperti kembar siam.
Dapat terjadi satu janin meninggak dan yang lain tumbuh sampai cukup bulan.
Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda) atau pada kehamilan agak tua
janin jadi gepeng disebut fetus papyraseus atau kompresus.
Plasenta 1 (70 %)
2 (30 %) 2 (100 %)
Khorion 1 (70 %)
2 (30 %) 2 (100 %)
Amnion 1 (70 %)
2 (30 %) 2 (100 %)
Cara pegangan Bisa sama, bisa satu kidal, Bisa sama, bisa duanya
uang lain kanan kanan
Misalnya:
Suporfokundasi
ialah perbuahan 2 telur yang dikeluarkan pada ovum yang sama pada dua kali
Suporfetasi
Adalah kehamilan kedua yang terjadi pada beberapa minggu atau setelah kehamilan pertama.
Letak Janin
Pada kehamilan kembar sering terjadi kesalahan presentasi dan posisi kedua janin. Begitu
pula letak janin kedua dapat berubah setelah janin pertama lahir, misalnya letak lintang berubah
jadi letak sungsang atau letak kepala. Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi bisa terjadi;
yang paling sering dijumpai adalah:
Letak dan presentasi 69 adalah letak yang berbahaya, karena dapat terjadi kunci mengunci
(interlocking).
ETIOLOGI
Dalam berbagai literatur disebut insiden kehamilan kembar adalah 1 kehamilan kembar dibanding
89 kehamilan tunggal. Sedangkan kembar tiga 1 berbanding 89 pangkat dua, dan kembar empat 1
berbanding 89 pangkat tiga, dan seterusnya. Beberapa faktor berikut menurut Mariono ikut
berperan dalam menyebabkan terjadinya kehamilan ganda:
Ras/bangsa
Menurut literatur, ras berwarna seperti bangsa Asia dan Afrika cenderung lebih besar
mengalami kehamilan ganda ketimbang ras kulit putih/Eropa. Meski belum dapat dibuktikan
secara empiris, tapi pada banyak kasus memang terlihat kehamilan ganda lebih sering dialami
ibu-ibu hamil kulit berwarna dibanding mereka yang berkulit putih.
Usia
Dengan bertambahnya usia, kemungkinan terjadinya kehamilan ganda semakin besar. Akan
tetapi selepas umur 40 tahun, probabilitas terjadinya kehamilan ganda akan menurun lagi.
Hereditas/keturunan
Hamil kembar biasanya diwariskan secara maternal (garis keturunan ibu). Bila dari garis
keturunan ibu ada yang kembar, maka prosentase melahirkan anak kembar lebih besar. Namun
tidak tertutup kemungkinan garis keturunan ayah bisa menimbulkan kehamilan kembar. Yang
pasti, insiden atau angka kejadian dari garis maternal lebih besar dibanding dari garis paternal.
Obat-obatan
Ibu yang memakai obat pemicu ovulasi untuk mematangkan sel telurnya juga ikut meningkatkan
peluang terjadinya kehamilan kembar. Soalnya, dengan obat tersebut sel telur yang matang
pada setiap siklus jadi lebih dari satu. Obat ini biasanya diberikan pada pasangan yang sulit hamil
dengan faktor penyebab infertilitas indung telur. Itulah mengapa, pada kasus-kasus pasangan
yang sulit mendapat momongan kemudian menjalani terapi obat-obat penyubur ini, bila
akhirnya terjadi kehamilan, biasanya merupakan kehamilan kembar.
Pada kembar identik atau kembar monozigote, proses terjadinya yaitu pada saat pembuahan, satu
ovum dibuahi oleh satu sel sperma. Kemudian terbentuk zigote. Zigote membelah secara mitosis,
dari 1 sel menjadi 2, dari 2 sel menjadi 4 dan seterusnya yang disebut fase morula, blastula, gastula,
dan neurula.
Bila pembelahan seperti diatas terjadi pada fase morula (1-3 hari setelah pembuahan), maka setiap
embrio akan memiliki kantong ketuban yang berbeda dan satu plasenta. Kemudian pada fase
primitif, akan terjadi pemisahan sempurna yang akan berkembang menjadi 2 (atau lebih) janin yang
kembar identik.
Bila pada fase primitif terjadi gangguan, atau terdapat kegagalan pembelahan, maka biasanya akan
menimbulkan kecacatan fisik atau dempetnya bagian tubuh tertentu. Ketidaksempurnaan akibat
gangguan segmentasi inilah yang menyebabkan proses pemisahan dua jabang bayi tak berlangsung
sempurna dan disebut kembar siam.
Pada kembar fraternal atau kembar dizigote, dimana terjadi dua ovum yang matang secara bersama
sama dibuahi oleh masing masing 1 sel sperma. Sehingga pada proses pembelahan selanjutnya
akan terbentuk 2 janin dengan 2 plasenta, 2 amnion dan 2 korion yang terpisah, tetapi masih dalam
satu rahim.
PATHWAY KEPERAWATAN
GAMBARAN KLINIK
Pada kehamilan ganda dengan distensi uterus yang berlebihan dapat terjadi persalinan
prematur. Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan janin lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi
seperti anemia kehamilan yang dapat menggangu pertumbuhan janin dalam rahim. Frekuensi
terjadinya hidramnion pada hamil ganda sekitar 10 kali lebih besar dari kehamilan tunggal.
Keregangan otot rahim yang menyebabkan iskemik uteri dapat meningkatkan kemungkinan pre
eklampsia dan eklampsia.
Solusio plasenta dapat terjadi setelah persalinan anak pertama karena retraksi otot rahim
yang berlebihan, perjalanan persalinan dapat berlangsung lebih lama, karena ketegangan otot rahim
yang melampaui batas setelah persalinan, terjadi gangguan kontraksi otot rahim yang menyebabkan
atonia uteri, menimbulkan perdarahan, retensio plasenta dan plasenta rest.
Dengan janin yang relatif berat badannya rendah menyebabkan morbiditas yang tinggi.
Keluhan pada kehamilan kembar diantaranya terasa sesak napas, sering ingin kencing, edema
tungkai, pembesaran pembuluh darah (varises). Dalam perawatan antenatal pada kehamilan
kembar dapat di tingkatkan.
(Manuaba, 1994)
KOMPLIKASI
Persalinan dan kelahiran prematur, yang terjadi 5 sampai 10 kali lebih sering dibangding
kehamilan tunggal, dan merupakan ancaman terbesar bagi kehamilan kembar / ganda.
Kelainan letak (mal presentasi) kembar yang pertama, dapat bokong, oblik, atau lintang dan
diperkirakan terjadi pada 25 30 % kasus.
Persalinan disfungsional, yang disertai dengan peregangan uterus yang berlebihan.
Malformasi janin.
Hidramnion.
Perdarahan antepartum, baik plasenta previa ataupun solusio plasenta, yang dapat terjadi pada
hampir 5 % kehamilan kembar.
Toxaemia gravidarum, lebih sering terjadi pada kehamilan kembar dibandingkan dengan
kehamilan tunggal.
Kolisi (collision), yaitu persentuhan bagian bsgisn janin kembar dengan kembarannya sehingga
mencegah penurunan janin.
Impaksi, perlekukan bagian janin dari salah satu kembar kedalam permukaan kembarannya,
sehingga memungkinkan penurunan keduanya secara bersamaan.
Kompaksi, proses pengeluaran janin yang betul betul bersamaan dari kutub presentasi
keduanya yang mengisi rongga pelvis sejati dan mencegah desensus lebih lanjut keduanya.
Kembar terkunci (locked twins), presentasi kembar pertama bokong dan kembar kedua puncak
kepala (verteks). Ketika kembar pertama menjalani desensus, dagunya mengenai leher dan dagu
kembar kedua diatas pintu atas panggul, dan mencegah kemajuan selanjutnya.
Kembar monoamniotik, angka mortalitasnya sangat tinggi, hampir 50 %, mempunyai tali pusat
yang kusut dan bersimpul.
(Taber, 1994)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PENATALAKSANAAN
Prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, dan bila
diagnosa telah ditegakkan periksa ulang akan lebih sering (1 kali seminggu pada kehamilan 32 minggu ke
atas).
Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh dilarang, karena akan merangsang partus
prematurus.
Pemakaian gurita korset yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa lebih ringan.
Makanan dianjurkan mengandung banyak protein dan makan dilaksanakan lebih sering dalam jumlah
lebih sedikit.
Bila ada tanda-tanda partus prematurus yang mengancam dengan pemberian betamethason 24 mg per
hari untuk pematangan janin.
adanya hipertensi,
pertumbuhan salah satu janin terganggu,
Bila anak I letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa, ditolong seperti biasa dengan episiotimi
mediolateralis.
Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk menentukan keadaan janin II.
Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah ibu dan lain-lain.
Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila janin II letak membujur, ketuban dipecahkan pelan-
pelan supaya air ketuban tidak deras mengalir keluar. Tunggu dan pimpin persalinan anak II seperti
biasa.
Awas atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka sebaiknya dipasang infus profilaksis.
Bila ada kelainan letak anak II, misalnya melintang atau terjadi prolaps talipusat dan solusio plasenta,
maka janin dilahirkan dengan cara operatif obstetrik;
Pada letak kepala persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau forceps.
Plasenta previa;
Terjadi interlocking pada letak kedua janin 69; anak I letak sungsang dan anak II letak kepala.
PROGNOSIS
Mochtar (1998 : 265) menyatakan bahwa prognosis gemelli pada ibu dan janin adalah :
Pada ibu prognosis jelek dibandingkan kehamilan tunggal karena sering terjadi taksania gravidarum,
hidramnion anemia, pertolongan obstetric operatif dan perdarahan post partum.
Pada janin menyebabkan angka kematian peri natal tinggi karena prmature, prolapsus tali pusat, solutio
plasenta, tindakan obstetric karena kelainan letak janin.
PENGKAJIAN
Anamnesa
Pada anamnesa dapat diketahui adanya anak kembar dalam keluarga, umur dan paritas ibu
hamil juga diperhatikan.
Ibu merasa bahwa perutnya lebih besar dari semestinya kehamilan, dan pergerakan anak
mungkin lebih sering terasa.
Kaji keluhan subjektif seperti: perasaan berat, sesak napas, bengkak kaki dan lain lain.
Pemeriksaan fisik.
Inspeksi
Palpasi
Fundus uteri lebih tinggi tidak sesuai dengan usia kehamilan. Teraba 3 bagian besar janin,
teraba 2 balotement, teraba gerakan gerakan janin yang lebih banyak, serta teraba banyak
bagian bagian kecil
Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan perbedaan
kecepatan sedikitnya 10 denyut permenit atau sama sama dihitung dan berselisih 10.
Vaginal toucher
Mungkin teraba kepala yang sudah masuk kedalam rongga pinggul diatas simphisis teraba
bagian besar.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRE OPERASI
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia.
Perubahan eliminasi urine b.d pembesaran uterus dan peningkatan tekanan abdomen.
Ansietas b.d kemungkinan kelahiran prematur, ancaman yang dirasakan atau aktual terhadap
janin dan diri sendiri.
Kurang pengetahuan mengenai situasi resiko tinggi b.d kurangnya informasi.
POST OPERASI
INTERVENSI KEPERAWATAN
PRE OPERASI
Diagnosa I: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia
Kriteria hasil:
Berat badan meningkat karena adanya kehamilan ganda dan sesuai dengan usia kehamilan.
Intervensi:
Rasional: memastikan status nutrisi sebelum konsepsi adalah penting untuk manajemen
perkembangan janin yang tepat, khususnya jaringan otak pada minggu awal kehamilan.
Timbang berat badan klien, bandingkan berat badan saat ini dengan berat badan kehamilan.
Rasional: berat badan yang kurang beresiko terhadap anemia, defisiensi vitamin, mineral,
protein.
Berikan informasi tentang resiko penurunan berat badan selama kehamilan dan tentang kebutuhan
makanan klien dan janin.
Rasional: menghindari mual saat makan sehingga makanan dapat masuk ke tubuh.
Diagnosa II: Perubahan eliminasi urine b.d pembesaran uterus dan peningkatan tekanan
abdomen.
Kriteria hasil:
Intervensi:
Rasional: membantu klien memahami alasan fisiologis dari frekuensi berkemih dan nokturia.
Pembesaran uterus trimester ketiga menurunkan kapasitas kandung kemih, mengakibatkan
sering berkemih.
Anjurkan klien untuk melakuakn posisi miring kiri saat tidur, perhatikan keluhan nokturia.
Rasional: meningkatkan perfusi ginjal, memobilisasi bagian yang mengalami edema dependen,
edema berkurang pada pagi hari (pada kasus edema fisiologis).
Diagnosa III: Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d kepekaan uterus meningkat.
Kriteria hasil:
Bebas dari kelelahan berlebihan atau kepekaan / kontraksi terus menerus dari uterus.
Intervensi:
Rasional: menghemat energi dan menghindari pengerahan tenaga terus menerus untuk
meminimalkan kelelahan.
Rasional: meningkatkan aliran darah ke uterus dan dapat menurunkan kepekaan uterus.
Instruksikan klien untuk menghindari aktivitas / kerja berat, dan perjalanan jauh (dengan motor) lebih
dari 1 2 jam.
Rasional: mencegah kebosanan dan menigkatkan kerja sama dengan pembatasan aktivitas.
Diagnosa IV: Ansietas b.d kemungkinan kelahiran prematur, ancaman yang dirasakan atau aktual
terhadap janin dan diri sendiri.
Kriteria hasil:
Intervensi:
Perhatikan tingkat ansietas dan derajat pengaruh terhadap kemampuan untuk berfungsi / membuat
keputusan.
Rasional: stress yang tidak diatasi dapat mempengaruhi penyelesaian tugas tugas kehamilan.
Rasional: kehamilan tidak lengkap dihubungkan dengan beberapa ansietas bagi klien.
Kaji tingkat stress klien / pasangan berhubungan dengan komplikasi medis, hubungan pasangan,
hubungan dengan anggota keluarga, dan ketersediaan dan jaringan kerja pendukung.
Anjurkan klien / pasangan mengekspresikan perasaan frustasi yang berkenaan dengan aturan terapi dan
atau perubahan gaya hidup. Jelaskan pada klien bahwa pengungkapan dapat diterima dan penting.
Berikan informasi yang tepat secara individu mengenai intervensi atau tindakan dan dampak potensial
kondisi pada klien dan janin.
Diagnosa V: Kurang pengetahuan mengenai situasi resiko tinggi b.d kurangnya informasi.
Tujuan: menyatakan pemahaman mengenai situasi resiko tinggi dari kehamilan ganda.
Kriteria hasil:
Klien dapat mengungkapkan kesadaran akan kondisi yang membuat klien beresiko.
Intervensi:
Berikan informasi yang adekuat berhubungan dengan situasi resiko tinggi, termasuk penjelasan yang
singkat dan sederhana dari perubahan patofisiologis dan implikasi maternal dan janin.
Rasional: Meningkatkan pemahaman klien.
Berikan informasi yang tepat berkenaan dengan skrining dan metode tes serta prosedur.
Identifikasi tanda tanda bahaya yang memerlukan pemberitahuan segera terhadap pemberi perawatan
kesehatan (misal: KPD, persalinan preterm, perdarahan vaginal).
Rasional: Pengenalan situasi beresiko tinggi mendorong evaluasi / intervensi segera, yang dapat
meningkatkan atau membatasi hasil.
POST OPERASI
Kriteria hasil:
Intervensi:
Perhatikan jumlah dan bau rabas lokhea. Tinjau ulang kemajuan normal dari rubra ke serosa ke alba.
Rasional: Lokhea normal mempunyai bau amis, namun ada endometritis, rabas mungkin purulen
dan bau busuk tidak menunjukkan perubahan normal.
Rawat luka post operasi SC dengan teknik aseptik secara rutin, dan laporkan bila terdapat tanda gejala
infeksi.
Beri nutrisi yang cukup dan menu seimbang, serta masukan cairan yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F., Gary, et al., 1995, Obstetri Williams, Ed. 18, EGC, Jakarta.
Doengoes, Marilynn E, et al., 2001, Rencana Perawatan Maternal / Bayi: Pedoman untuk Perencanaan
dan Dokumentasi Perawatan Klien, Ed. 2, EGC, Jakarta.
Hacker, Neville F, Moore, J. G., 2001, Essential Obstetri dan Ginekologi, Ed. 2, Hipokrates, Jakarta.
Manuaba, I.B.G., 2001, Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin Obstetric Ginekologi & KB, EGC, Jakarta.
Mochtar, Rustam, 1990, Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, EGC, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, 1984, Pengantar Ilmu dan Praktek Kebidanan Bag. I, FKUI, Jakarta.
Taber, Ben Zion, 1994, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Ed. 2, EGC, Jakarta.
Wikrojosastro, Hanifa, 1999, Ilmu Kebidanan, Ed. 3, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta