Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

OLEH :
SRI WULANDARI
0803042

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES KARYA HUSADA
SEMARANG
2011
Oksigenasi

A. Pengertian
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup
O2 setiap kali bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan
oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah,
Tarwoto 2003).
Fisiologi jantung mencakup pengaliran darah yang membawa oksigen
dari sirkulasi paru ke sisi kiri jantung dan jaringan serta mengalirkan darah
yang tidak mengandung oksigen ke sistem pulmonar.
Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan oksigennya. Pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan
dengan pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan masker,
fisioterapi dada ,dan cara penghisapan lendir(suction). Tujuan pemberian
oksigenasi adalah : untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada
jaringan, untuk menurunkan kerja paru-paru dan untuk menurunkan kerja
jantung.

B. Penyebab
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab klien mengalami
gangguan oksigenasi, sebagai berikut:
1. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi
ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia
miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan
perifer.
2. Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan
hipoksia.
3. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
4. Faktor perkembangan.
5. Perilaku atau gaya hidup

C. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga
tahapan, yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat, maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin
tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi
oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi,
kemudian kerja saraf parasimpatis dapat mcnycbabkan kontriksi
sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses
penyempitan.
d. Adanya refleks batuk dan muntah.
Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses
ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu
kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli vang
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanva sisa
udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan
toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan
disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi
menyempitnya paru.
Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2
tidak dapat di keluarkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu
medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi,
karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.
Peningkatan CO2, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik
merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama
dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat
pernapasan.

2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli
dengan kapiler paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses
pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses
difusi apabila terjadi proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi
sebagaimana O2, dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena
tekanan O2, dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2,
da1am darah vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi)
dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam
alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling
mengikat Hb.
3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2
kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada
proses transportasi, akan berikatan dengan Hb membentuk
Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02
akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%),
dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada
darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya:
a. Kardiac output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5
liter per menit. Dalam kooondisi patologi yang dapat menurunkan
cardiac output ( misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan
darah ) akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirm ke jaringan.
Umumnya, jantung mengkompensasi dengan menambahkan rata-
rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.
Secara langsung berpengaruh terhadap transpot oksigen.
Bertambahnya latihan menyebabkan peningkatan transport O2 ( 20
x kondisi normal ), meningkatkan cardiac uotput dan penggunaan
O2 oleh sel.

D. Patofisilogi/Pathway
Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan
subtansi lain ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular
melalui pompa jantung, sistem vaskular sirkulasi, dan integritas sistem
lainnya. Namun fungsi tersebut dapat terganggu disebabkan oleh penyakit
dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan kontraksi, aliran
darah melalui kamar-kamar pada jantung, aliran darah miokard dan
sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari
arteri koroner tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ.
Selain itu, perubahan fungsi pernapasan juga menyebabkan klien
mengalami gangguan oksigenasi. Hiperventilasi merupakan suatu
kondisiventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi
karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme
seluler. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi CO2 secara
adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningkat.
Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada
tingkat jaringan.
Pathway TB. Primer
Kuman dibatukkan / bersin (droplet nudei inidinborne)

Terisap organ sehat

Menempel di jalan nafas / paru-paru

Menetap / berkembang biak


Sitoplasma makroflag

Membentuk sarang TB Pneumonia kecil


(sarang primer / efek primer)

Radang saluran pernafasan


(limfangitis regional)

Komplek primer

Sembuh Sembuh dengan bekas Komplikasi


TB S e k u n d e r

Kuman dormat (TB Primer)

Infeksi endogen

TB DWS (TB. Post Primer)

Sarang pneumenia kecil

Tuberkel

Reorpsi Meluas Meluas

Sembuh

P e rk ap u ran
Jaringan Ke ju

Sembuh
Kavitas

Meluas Memadat/bekas
Bersih
Sembuh
Sarang pneumonia baru
Tuberkuloma

Sistem kardiovaskular ssp

Sirkulasi darah+ suplai O2 sistem pernapasan

Beban tekanan berlebihan Pengaturan CO2+H+ +O2 energi

Beban tekanan berlebihan


Transport O2

Hambatan pengosongan
Difusi O2 dan CO2
ventrikel

Beban sistole berlebihan Pertukaran gas

Preload CO2 + O2
meningkat

Beban jantung meningkat

Gangguan suplai O2

E. Pengkajian
Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar klien harus
mencakup :
1. Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan oksigen. Riwayat keperawatan untuk mengkaji
fungsi keperawatan.
a. Keletihan
Keletihan merupakan sensasi subjektif, yaitu klien
melaporkan bahwa ia kehilangan daya tahan.
b. Dispnea
Merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi
dengan sesak napas. Dispnea merupakan sensasi subjektif pada
pernapasan yang sulit dan tidak nyaman.
c. Batuk
Batuk merupakan pengeluaran udara dari paru-paru yang
tiba-tiba dan dapat didengar.
d. Mengi
Mengi disebabkan oleh gerakan udara berkecepatan
tinggi melalui jalan nafas yng sempit.
e. Nyeri
Nyeri jantung tidak menyertai variasi pernapasan. Nyeri
ini paling sering terjadi di sisi kiri dada dan menyebar. Nyeri
pericardium, merupakan akibat inflamasi kantong perikardium,
biasanya tidak menyebar dan dapat terjadi saat inspirasi.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat
oksigenasi jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan
sistem kardiopulmonar.

a. Inspeksi
- Warna membran mukosa
- Penampilan umum
- Tingkat kesadaran
- Keadekuatan sirkulasi sistemik
- Pola pernapasan
- Gerakan dinding dada.
b. Palpasi
- Dinding thorak, adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan
?
- Pengembangan dinding horak, bandingkan kiri dan kanan
- Taktil fremitus
Getaran meningkat pneumonia, penumpukan secret,
atelektasis yang belum total, infark atau fibrosis paru.
Sedangkan getaran menurun pleural effusion,
pneumothorak, penebalan pleura, emphysema atau
sumbatan bronchus.
c. Perkusi
macam suara ketukan:
sonor.
Suara yang normal terdengar diseluruh lapangan paru-paru.
Redup
Suara yang timbul akibat adanya konsolidasi paru (pemadatan)
: tumor, atalektasis, cairan.
Hipersonor
Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan dengan suara
sonor. Akibat adanya udara berlebihan di paru-
paru,
pneumothorak, emphysema paru.

Tympani
Akibat adanya udara dalam suatu kantong atau ruang
tertutup.
suara yang terdengar nyaring seperti kalau kita memukul
gendang.
Kalau terdengar di dinding thorak artinya tidak normal.
 Normalnya terdengar dibawah diafragma
kiri dimana terletak lambung dan usus besar.

Teknik perkusi
1. Jari tengah diletakkan di dinding thorak
2. Ujung jari tengah tangan yang lain mengetuk dibagian distal
jari tengah yang berada di dinding thorak
3. Gerakan mengetuk hanya dari pergrlangan tangan, setelah
mengetuk segera diangkat.
4. Bandingkan kiri dan kanan.
5. Mulai mengetuk dari bagian atas paru, kemudian menurun.
d. Auskultasi
- Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi : pengkajian
dalam mendeteksi bunyi S1 dan S2 normal/tidak normal,
bunyi murmur, serta bunyi gesekan. Auskultasi juga
digunakan untuk mengidentifikasi bunyi bruit di atas
arteri karotis, aorta abdomen, dan arteri femoral.
- Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan
gerakan udara disepanjang lapangan paru. Suara napas
tambahan terdengar, jika suatu daerah paru mengalami
kolaps, terdapat cairan atau terjadi obstruksi.

3. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG, menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi
respond jantung terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini
memberiakn informasi tentang respond miokard terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan
aliran darah koroner.
c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan
oksigenasi ; pemeriksaan fungsi paru, BGA.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
gangguan batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pemasukann oksigen
yang tidak adekuat.
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.

G. Rencana Tindakan Keperawatan


4. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
gangguan batuk.

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


(NANDA) ( NOC ) (NIC )

Ketidak efektifan  Status Respirasi : jalan Manajemen jalan nafas


pembersihan jalan nafas nafas paten/lancar  Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan
nafas, suction, fisioterapi dada sesuai
berhubungan dengan :  Status Respirasi indikasi
:Ventilasi
Obstruksi Jalan nafas efektif  Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas
Data Subyektif buatan
Klien mengatakan :  Status Respirasi :  Monitor pemberian oksigen, vital sign
Pertukaran gas Efektif tiap ....... jam
 Sesak nafas
 Tidak terjadi  Monitor status respirasi : adanya suara
 Sputum tak bisa aspirasi nafas tambahan.
keluar  Identifikasi sumber alergi : obat,makan an,
Data Obyektif Setelah dilakukan asuhan dll, dan reaksi yang biasa terjadi
 Batuk tidak keperawatan selama …… x 24
jam :
efektif
 Dispnea
/Orthopnea/
Sianosis  Klien mampu  Monitor respon alergi selama 24 jam
 Perubahan ritme & mengidentifikasi dan mencegah  Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga
frekuensi pernafasan faktor yang dapat menghambat untuk menghindari alergen
jalan nafas
 Gelisah  Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk
 Suara nafas atmbahan : rales  Menunjukkan jalan nafas
efektif
,crakles,ronkhi, yang paten : klien tidak merasa
wheezing tercekik, tidak terjadi aspirasi,  Pertahankan status hidrasi untuk
frekuensi pernafasan dalam menurunkan viskositas sekresi
 Sputum produktif
rentang normal :  Kolaborasi dgn Tim medis :
 Karakteristik sputum: Respirasi: pemberian
…… Dewasa:16-20/mnt O2, obat bronkhodilator, obat anti allergi,
 TD… mmHg N :….  Tidakada suara nafas abnormal terapi nebulizer, insersi jalan nafas, dan
x/mnt  pemeriksaan laboratorium: AGD
RR……. x mnt S. Penghisapan jalan nafas
 Mampu mengeluarkan sputum dari
…. C jalan nafas Tentukan kebutuhan penghisapan sekret melalui
 oral maupun tracheal
Monitor saturasi oksigen klien dan status
 Menunkjkan pertukaran gas efektif
hemodinamik selama dan setelah penghisapan

Catat tipe dan jumlah sekresi
- pH : 7.35 – 7.45
Pencegahan Aspirasi
- PaCO2 : 35 – 45 %
 Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk,
- PaO2 : 85 – 100 % muntah dan kemampuan menelan.
- BE : + 2 s/d – 2 meq/L  Tinggikan posisi kepala tempat
tidur
- SaO2 : 96-97 % ( perifer)
30-45 derajad setelah makan, untuk
 Tidak ada dyspnea dan mencegah aspirasi dan mengurangi dispnea.
sianosis, mampu bernafas
dengan mudah
 Menunjukkan ventilasi
adekuat Nama Perawat
 Ekspansi dinding dada
simetris, tidak ada : penggunaan
otot-otot nafas tambahan,
retraksi dinding dada, nafas ( .............................................)
cuping hidung, dyspnea, taktil
fremitus

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pemasukann oksigen yang


tidak adekuat.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
(NANDA) ( NOC ) (NIC )
Tgl : Jam :
Gangguan pertukaran gas  S t a t u s respirasi : Manajemen jalan nafas
berhubungan dengan : Pertukaran gas adekuat  Kaji bunyi paru, frekuensi, kedaalman, usaha nafas,
pemasukan oksigen yang  S t a t u s respirasi : Venatlisi dan produksi sputum.
efektif  Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafs,
tidak adekuat
 K e s e i m b a n g a n elektrolit dan siapkan klien untuk tindakan ventilasi
Data Subyektif dan asam basa mekanik sesuai indikasi
Klien mengatakan :  Monitor vital sign tiap ...jam, adanya sianosis, dan
Setelah dilakukan efektifitas pemberian oksigen
asuhan
 S a k i t kepala keperawatan selama …. x 24 yang dilembabkan.
 G a n g g u a n penglihatan / jam :  Jelaskan penggunaan alat bantu ngya dipakai
 M e n u n j u k k a n pertukaran klien : oksigen, mesin penghisap, dan alat
visual : pandangan bantu nafas
kabur gas efektif
- pH : 7.35 – 7.45  Ajarkan tehnik nafas dalam, batuk efektif
Kelelahan  Lakukan tindakan untuk mengurangi konsumsi
 S e s a k nafas - PaCO2 : 35 – 45 % oksigen : kendalikan demam, nyeri, ansietas,
 M e r a s a kebingungan dan tingkatkan periode istirahat yang adekuat
- PaO2 : 85 – 100 %  Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2,
Data Obyektif obat bronkhodilator, terapi
- BE : + 2 s/d – 2 meq/L
Dispnea nebulizer / inhaler, insersi jalan nafas
 Ta k i k a r d i - SaO2 : 96-97 % Manajemen Elektrolit & Asam-basa
Sianosis  T i d a k ada dyspnea nda  P e r t a h a n k a n kepatenan IV line, dan banlce
sianosis, mampu bernafas cairan
Gelisah dengan mudah Monitor status mental, elektrolit,
 H i p o k s i a ( p e n u r u n a n PO2)  M e n u n j u k k a n ventilasi dan abnormalitas serum
 Hiperkarbia(peningkatan adekuat, ekspansi dinding  M o n i t o r tanda-tanda gagal nafas : hasil
PCO2) dada simetris, suara nafas
bersih, tidak ada : AGD abnormal, kelelahan
 I r a m a / frekuensi kedaalman penggunaan otot-otot nafas  B e r i k a n terapi oksigen sesuai indikasi
nafas abnormal tambahan, retraksi dinding  M o n i t o r status neurologi dan auat
 T e n s i ………. mmHg dada, nafas cuping hidung, neuromuskular : tingkat kesadaran dan
 R R …………. x /mnt dyspnea, taktil fremitus adanya kebingungan, parestesia, kejang
 N a d i ………x/mnt  T T V dalam batas  K o l a b o r a s i dengan Tim medis unutk
 S p O 2 …………. % normal pemeriksaan AGD, pencegahan dan penanganan
 M e n u n j u k k a n o
ri
ent
asi asidosis dan alkalosis: Respiratorik &
 AGD / BGA abnormal Metabolik
kognitif baik, dan status
 mental adekuat Hemodynamic regulation
Menunjukkan  M o n i t o r status hemodinamik: sautrasi
oksigen, nadi perifer, capillary refill, suhu
keseimbangan
dan warna ekstremitas, edema, distensi JVP
elektrolit dan asam basa
Na : 135 – 145 meq/L  K o l a b o r a s i dgn Tim Medis untuk
Cl : 100-106 meq /L obat vasodilator dan atau
vasokonstriktor
K : 3,5 – 5.5 meq/L
Nama Perawat
Mg :1,5 – 2,5 meq / L
Ca : 8,5- 10,5 meq /L
BUN : 10-20 mg/dl ( ..........................................)

3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
(NANDA) ( NOC ) (NIC )
Ketidakefektifan pola  Status pernafasan : venatlisi Manajemen Jalan Nafas
nafas adekuat  Atur posisi tidur unutk
 Status Tanda Vital Stabil memaksimalkan ventilasi.
berhubungan dengan :
 Jaga kepatenan jalan nafas: sucoitn, batuk
efektif
Setelah dilakukan
 Hiperventilasi  Kaji TTV, dan adanya sianosis
 Hypoventilasi
asuhan keperawatan :selama ..... x 24
jam  Pertahankan pemberian O2
sesuai kebutuhan
 Deformitas  Sesak nafas berkurang am
spai
tulang, dengan hilang
dinding dada  Ekspirasi dada simetris  Kaji adanya penurunan ventilasi dan
 Penurunan  Tidak ada penggunaan otot baunt bunyi nafas tambahan, kebutuhan
energi / pernafasan, tidak ada nafas pendek insersi jalan nafas: ET, TT
kelelahan: Anemia  Bunyi nafas tambahan tidakada  Tentukan lokasi dan luasnya krepatisi di
 Disfungsi neuro (wheezing, ronchi, ....) tulang dada
muscular: GBS  Kaji peningkatan kegelisahan, anesaits dan
 Tidak ada nyeri dan cemas
 Kerusakan tersengal-sengal
musculoskeletal:  TTV dalam batas normal;
- Suhu:  Monitor pola pernafasan (Bradipnea,
Cedera Tulang takipnea, hiperventilasi): kecepatan,
Belakang 36,3-37,4 C
irama, kedalaman, dan usaha respirasi
 Posisi - Nadi:
 Monitor tipe pernafasan : Kusmau,l
tubuh yg ditak Bayi: 140x Cheyne Stokes, Biot
sesuai /menit
Anak 2th: 120x /menit
 Ajarkan teknik relaksasi kpd klien dan
 Nyeri keluarga.
Anak 4th: 100x /menit
 Obesitas Anak 10-14th:85- 90x /mnt.  Kolaborasi Tim medis : untuk
Laki2dewasa:60-70x/ menit program terapi, pemberian oksigen,
Data Subyektif obat bronkhodilator, obat nyeri cairan,
Premp.dewasa:70-85x /mnt
Klien mengatakan : Dewasa : 80-85x /menit nebulizer, tindakan/ pemeriksaan
 Sesak nafas - TD : medis, pemasangan alat bantu nafas,,
Bayi syst. 60-80 mmHg dan fisioterapi
 Nafas pendek
Anak > 10th: 90/60 mmHg  ..................................
 Cemas
Umur 10-30 th: 110/75 mmHg
Data Obyektif
Umur 30-40 th: 125/85 Nama Perawat
 Penurunan tekanan
mmHg
inspirasi/ekspirasi
Umur 40-60 th: 140/90 mmHg
 Penggunaan otot banut Umur > 60 th: 150/90
nafas mmHg
 Nafas cuping hidung - Eupnoe (pernafasan normal) ( ............................................)
 Ekspirasi memanjang - Respirasi:
Bayi: 30-50xmenit
 Pernafasan nasal afnirg Balita: 30-40x/menit
 Dyspnea/Orthopnea Anak: 22x/menit
 RR: …...... x mnt Dewasa: 10-18 x/ mnt
 Nadi: …..... x mnt
 Tipe Pernafasan :
Kusmaul, Biot,
Cheynestokes.

H. Evaluasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
gangguan batuk.
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan nafas
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten
c. Menunjukkan pertukaran gas efektif
d. Menunjukkan ventilasi adekuat
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pemasukann
oksigen yang tidak adekuat.
a. Menunjukkan pertukaran gas efektif
b. Menunjukkan ventilasi adekuat
c. TTV dalam batas normal
d. Menunjukkan keseimbangan elektrolit dan asam basa

3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan


napas.
e. Sesak nafas berkurang sampai dengan hilang
f. Tidak ada nyeri dan cemas
g. TTV dalam batas normal;

Anda mungkin juga menyukai