Disusun Oleh:
DYAH KUSUMA
(191210009)
JOMBANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN
Sistem yang berperan dalam eliminasi urine adalah sistem perkemihan. Dimana sistem
ini terdiri dariginjal, ureter, kandung kemoh, dan uretra. Proses pembentukan urine di ginjal
terdiri dari 3 proses yaitu : filtrasi , reabsorpsi dan sekresi .
a. Proses filtrasi berlangsung di glomelurus. Proses ini terjadi karena permukaan aferen
lebih besar daripermukaan eferen.
b. Proses reabsorpsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat,dan beberapa ion karbonat.
c. Proses sekresi ini sisa reabsorpsi diteruskan keluar.
2. ETIOLOGI
a. Diet dan asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan mempengaruhi output urine, seperti protein dansodium
mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
b. Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkmeih dan hanya pada akhirkeinginan
berkemih mejadi lebih kuat mengakibatkan urine banyak tertahan dikandung kemih,
sehingga kapasitas kandung kemih lebih dari normal
c. Gaya hidup
Ketersediaan fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi eliminasiurin
d. Stres psikologis
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.
e. Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan dibutuhkan dalam mempertahankan tonus otot. Eliminasi
urin membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonuss fingter internal dan
eksternal.
f. Tingkat perkembangan
Misal pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan
dari fetus
3. PATOFISIOLOGI
Gangguan pada eliminasi sangat beragam seperti yang telah dijelaskan di atas. Masing-
masing gangguan tersebut disebabkan oleh etiologi yang berbeda. Pada pasien dengan usia tua,
trauma yang menyebabkan cedera medulla spinal, akan menyebabkan gangguan dalam
mengkontrol urin/ inkontinensia urin. Gangguan traumatik pada tulang belakang bisa
mengakibatkan kerusakan pada medulla spinalis. Lesi traumatik pada medulla spinalis tidak
selalu terjadi bersama-sama dengan adanya fraktur atau dislokasi. Tanpa kerusakan yang nyata
pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan efek yang nyata di medulla
spinallis. Cedera medulla spinalis (CMS) merupakan salah satu penyebab gangguan fungsi saraf
termasuk pada persyarafan berkemih dan defekasi.
4. PATWAY
Faktor ekstrinsik
(asupan air mengandung kapur)
Menstimulasi pelepasan
prostaglandin di hipotalamu
Nyeri Akut
5. TANDA DAN GEJALA
Tanda Gangguan Eliminasi urin
a. Retensi Urin
1) Ketidak nyamanan daerah pubis.
2) Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih
3) Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang
4) Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
5) Ketidaksanggupan untuk berkemih
b. Inkontinensia urin
1). pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di WC 2). pasien sering
mengompol
c. Dysuria : adanya rasa sakit atau kesulitan berkemih
d. Polyuria : produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti2500 ml/hari
tanpa adanya intake cairan.
e. Urinari supresi : berhenti memproduksi urine secara mendadak
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan USG
b. Pemeriksaan foto rontgen
c. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses
b. Pola Fungsional
1) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
kaji persepsi pasien terhadap penyakitnya, dan penggunaan tembakau, alkohol,alergi,
dan obat-obatan yang dikonsumsi secara bebas atau resep dokter
2) Pola nutrisi/metabolism
mengkaji diet khsusus yang diterapkan pasien, perubahan BB, dan gambaran
diet pasien dalam sehari untuk mengetahui adanya konsumsi makanan
yang mengganggueliminasi urin atau fekal
3) Pola eliminasi
kaji kebiasaan defekasi dan/atau berkemih serta masalah yang dialami. Ada
atautidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, retensi, dan gangguan lainnya.
Kaji penggunaan alat bantu.
4) Pola aktivitas/ olahraga
Pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien yang disebabkan olhkondisi
kesehatan tertentu atau penggunaan alat bantu yang mempengaruhi kebiasaan
eliminasi pasien.
5) Pola istirahat tidur
Kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami
6) Pola peran hubungan
Kaji pekerjaan pasien, sistem pendukung, ada/tidaknya masalah keluarga berkenaan
dengan masalah di rumah sakit.
7) Pola seksualitas/ reproduksi
Kaji adanya masalah seksualitas pasien.
8) Pola koping– toleransi stress
Keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika ada masalah, dan penggunaan
obatuntuk menghilangkan stres.
9) Pola keyakinan-nilai
Agama yang dianut pasien dan pengaruhnya terhadap kehidupan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar.
2) Keadaan umum :
Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun. Tekanan darah mmHg, suhu
tubuh …◦C, pernapasan ..x/menit, nadi ..x/menit (regular), GCS :E=.. M=… Vapasia.
BB ( sakit ) : tidak diketahui, BB ( Sebelum Sakit ) ; tidak diketahui, hasil
pengukuran LL 25 cm.(BB=2xLL; 50 kg).
3) Kepala :
Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
4) Mata :
Cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan :
Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu
makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
6) Sistem Pernafasan :
Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot
pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler :
Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
8) Sistem integumen :
Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat,
akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal..
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
e. Terapi Obat
1) Obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg klorpromazine
0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2) Onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3) Antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
f. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut.
2) Retensi urin
3) Ansietas
g. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
1 Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tindakan
kepeawatan selama 3x24 jam
1. Lakukan pengkajian nyeri
diharapakan nyeri berkurang
atau hilang dengan kriteria komprehensif yang meliputi
hasil:
lokasi, karakteristik, onset/durasi,
1. Nyeri yang dilaporkan frekuensi, kualitas, intensitas atau
(3)
beratnya nyeri dan factor pencetus.
2. Menggosok area yang
terkena dampak (4)
3. Mengerang dan 2. Observasi tanda tanda vital
menangis (5)
4. Ekspresi nyeri wajah (3) 3. Observasi adanya petunjuk
nonverbal mengenai
ketidaknyamanan terutama pada
mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif
Pemberian Analgesik
h. Implementasi
Keperawatan Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya adalah
mencatat intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respons klien. Hal ini dilakukan
karena pencatatan akan lebih akurat bila dilakukan saat intervensi masih segar dalam
ingatan. Tulislah apa yang diobservasi dan apa yang dilakukan (Deswani). Implementasi
yang merupakan kategori dari proses keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry,)
i. Evaluasi
Keperawatan Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun,
evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu pada
penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab
mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Pada tahap evaluasi,
perawat dapat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah
diberikan dan menetapkan apakah sasaran dari rencana keperawatan dasar mendukung
proses evaluasi. Selain itu juga dapat menetapkan kembali informasi baru yang
ditunjukkan oleh klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan
atau intervensi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro & Henra utama. (2002). Update In Neuroemergencies. Balai Penerbit
FKUI: Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. enerbit Kedokteran EGC:
Jakarta.
Septiawan, Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada: www.kiva.org
Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.