Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : ENI ROHMAWATI

NIM : P27220017013

KELAS : 1AD3

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

TH 2017/2018
Konsep Teori
A. Pengertian
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 (Tarwonto & Wartonah, 2006).
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolism sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel (Carpenito-
Moyet, 2006).
B. Etiologi
Adapun factor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut
NANDA (2015), yaitu :
1. Hiperventilasi 8. Kerusakan musculoskeletal
2. Hipoventilasi 9. Kerusakan kognitif/persepsi
3. Deformitas tulang dan dinding 10. Obesitas
dada 11. Posisi tubuh
4. Nyeri 12. Imaturitas neurologis
5. Cemas 13. Kelelahan otot pernapasan
6. Penurunan energi/kelelahan 14. Adanya perubahan membran
7. Kerusakan neuromuscular kapiler-alveoli

C. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan


1. Anatomi Sistem Pernapasan
a. Hidung
Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang memuat
kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan berwarna ke rongga hidung
dan rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh
darah. Proses oksigenasi diawali dengan udara masuk ke penyaring udara yang masuk
melalui hidung oleh bulu yang ada dalam vestibulum, kemudian dihangatkan dan
dilembabkan.
b. Faring
Faring merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga
mulut ke laring. Adenoid atau tonsil faring terletak dalam langit-langit nasofaring.
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiration dan digestif
(Brunner & Suddarth, 2002).
c. Laring
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang bagian dari tulang rawan
yang diikat bersama ligamen dan membran. Terdiri atas dua lamina yang
bersambung.
d. Epiglottis
Katup tulang rawan yang berfungsi menutup laring pada saat proses menelan.
e. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago yang
menghubungkan laring dengan bronkus kanan dan kiri.
f. Bronkus
Merupakan percabangan trakea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebut
carina.
g. Alveolus
Kantong kecil yang berisi udara, tempat O2 dan CO2 serta gas lain berdifusi.
h. Pulmo (Paru-Paru)
Berjumlah 2 buah yang masing-masing memiliki lobus yang berbeda. Kanan terdiri
dari 3 lobus dan kiri terdiri dari 2 lobus.
2. Fisiologi Sistem Pernapasan
a. Ventilasi
Proses keluar masuknya udara kedalam dan keluar paru-paru, jumlahnya sekitar 500
ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thorak yang elastik dan
persarafan yang utuh. Otot pernapasan yang utama adalah diafragma (Potter & Perry,
2006). Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara
intrapleural lebih negatif (752 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHg)
sehingga udara akan masuk ke alveoli.
b. Perfusi
Gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, di mana pada
sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonalis dari
ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta
dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus.
c. Difusi
Gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah
dengan konsentrasi yang lebih rendah.
D. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, perfusi, dan difusi. Apabila pada proses
ventilasi terdapat obstruksi, maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan napas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran
mucus. Proses difusi yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas.
Kerusakan pada proses perfusi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload,
dan kontraktilitas miokard (Brunner & Suddarth, 2002).
E. Manifestasi Klinik
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.
Penurunan ventilasi permenit, penggunaan otot napas tambahan untuk bernapas, dispnea,
ortopnea, penyimpangan dada, napas pendek, ekspirasi memanjang, peningkatan
diameter anterior-posterior, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya
pola napas tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2015).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
hipoksia, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, abnormal
frekuensi irama dan kedalaman napas (NANDA, 2015).
Selain itu tanda dan gejala gangguan oksigenasi yaitu :
1. Suara napas tidak normal 5. Dispnea
2. Perubahan jumlah pernapasan 6. Penurunan haluaran urin
3. Batuk disertai dahak 7. Penurunan ekspansi paru
4. Penggunaan otot tambahan 8. Takipnea
pernapasan
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi
yaitu :
1. Inspeksi : perawat melakukan observasi dari ujung kepala sampai kaki untukmengkaji
kulit dan warna membran mukosa, penampilan umum, tingkat kesaadaran, pola
pernapasan dan gerakan dinding dada.
2. Palpasi : dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan
jumlah kerja thorak, daerah nyeri, tekan dapat diketahui.
3. Perkusi : tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk menentukan adanya udara,
cairan, atau benda padat di jaringan yang berada di bawah objek tersebut.
4. Auskultasi : mengidentifikasi bunyi paru dan jantung yang normal maupun yang tidak
normal.
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu :
1. EKG : menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi
impuls dan posisi listrik jantung.
2. Pemeriksaan stress latihan : digunakan untuk mengevaluasi respon jantung terhadap
stress fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respon miokard terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner.
3. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi : pemeriksaan
fungsi paru, analisis gas darah (AGD).
G. Komplikasi
Obstruksi/sumbatan jalan napas atau gangguan pernapasan dapat mempengaruhi sistem
organ lain terutama sistem kardiovaskuler, misalnya aritima, takikardia, penurunan
kesadaran, hipoksia, cemas dan gelisah.
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pemantauan hemodinamika
b. Pengobatan bronkodilator
c. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal :
nebulizer, nasal kanul, masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
d. Penggunaan ventilator mekanik
e. Fisioterapi dada
2. Keperawatan
a. Pembersihan jalan napas e. Atur posisi pasien (semi
b. Latihan batuk efektif fowler)
c. Suctioning f. Pemberian oksigen
d. Jalan napas buatan g. Teknik bernapas dan
relaksasi

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas
a) Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor RM, diagnosa medis.
b) Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin,
status, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan dahulu
d) Riwayat kesehatan keluarga
3. Pengkajian Fungsional Gordon
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b) Pola nutrisi
c) Pola eliminasi
d) Pola istirahat dan tidur
e) Pola personal hygiene
f) Pola aktivitas
g) Pola kognitif dan persepsi
h) Pola konsep diri
i) Pola hubungan dan peran
j) Pola seksual dan reproduksi
k) Pola penanganan masalah stres
l) Pola keyakinan dan nilai-nilai
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum dan kesadaran umum
b) Tanda-tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
c) Pemeriksaan IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi)
5. Pemeriksaan Penunjang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas berhubungan dengan :
- Sekresi kental/berlebih sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik atau influenza.
- Batuk tidak efektif.
- Sumbatan jalan napas karena benda asing
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan :
- Lemahnya otot pernapasan.
- Penurunan ekspansi paru.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
- Perubahan suplai oksigen.
- Obstruksi saluran napas.
- Adanya penumpukan cairan dalam paru.
- Edema paru.
C. Intervensi
No Tujuan Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan a. Auskultasi dada untuk a. Mengetahui pernapasan
tindakan keperawatan karakter bunyi napas dan mengi, ronchi,
…x24 jam, diharapkan adanya secret. wheezing dan
bersihan jalan napas b. Terapi inhalasi dan latihan menunjukkan
efektif dengan kriteria pernapasan dalam dan tertahannya secret
hasil : batuk efektif. obstruksi jalan napas.
a. Menunjukkan c. Beri posisi yang nyaman b. Memudahkan
jalan napas bersih. seperti posisi semi fowler. pernapasan dan
b. Suara napas d. Kolaborasi humidikasi membantu
normal tanpa suara tambahan (nebulizer) dan mengeluarkan secret.
tambahan. terapi oksigen. c. Memungkinkan
c. Tidak ada ekspansi paru
penggunaan otot maksimal.
bantu napas. d. Mempermudah
d. Mampu pengeluaran dan
melakukan mencegah pembentukan
perbaikan bersihan mucus tebal pada
jalan napas. bronkus dan membantu
pernapasan.
2. Setelah dilakukan a. Kaji frekuensi kedalaman a. Mengetahui tingkat
tindakan keperawatan pernapasan dan ekspansi kesulitan pernapasan
…x24 jam, diharapkan dada. pasien.
pola napas efektif dengan b. Tinggikan kepala dan b. Memungkinkan
kriteria hasil : bantu mengubah posisi. ekspansi paru dan
a. Menunjukkan pola Ambulasi pasien sesegera memudahkan
napas efektif mungkin. pernapasan.
dengan frekuensi c. Berikan pengetahuan c. Memberi pengetahuan
napas 16-20 tentang gaya hidup sehat, pada pasien.
x/menit dan irama teknik bernapas, dan d. Mempercepat
teratur. relaksasi. penyembuhan dan
b. Mampu d. Delegatif dalam memperbaiki pola
menunjukkan pemberian pengobatan. napas,
perilaku
peningkatan fungsi
paru.

3. Setelah dilakukan a. Catat frekuensi, a. Menunjukkan


tindakan keperawatan kedalaman, dan peningkatan konsumsi
…x24 jam, diharapkan kemudahan dalam oksigen.
pasien dapat bernapas. b. Menunjukkan
mempertahankan b. Selidiki kegelisahan dan peningkatan hipoksia
pertukaran gas dengan perubahan mental atau atau komplikasi.
kriteria hasil : tingkat kesadaran. c. Memaksimalkan
a. Menunjukkan c. Berikan terapi oksigen sediaan oksigen
perbaikan ventilasi melalui nasal, masker khususnya ventilasi
dan oksigenasi parsial. menurun.
jaringan.
b. Tidak ada gejala
distres pernapasan.

D. Implementasi
Melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan intervensi yang telah
disusun.
E. Evaluasi
Dx 1: menunjukkan adanya kemampuan dalam
- Menunjukkan jalan napas paten.
- Tidak ada suara tambahan.
- Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan napas.

Dx 2:

- Menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman napas yang
normal.
- Tidak ada gejala distres pernapasan.

Dx 3:

- Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan.


- Tidak ada gejala distres pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

Carpenito-Moyet.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC.

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2015. Diagnosis Keperawatan.


Jogjakarta: Mediaction Publishing.

Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta: EGC.

Tarwonto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai