Disusun oleh :
NIHAYATUZZULFAH (G2A016058)
2019
A. DEFINISI
Penyakit paru-paru obstrutif kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paruparu yang berlangsung lama (Grace &
Borlay, 2011)
B. KLASIFIKASI
1. Asma
2. Bronkotos kronic
3. Emfisema
C. ETIOLOGI
D. PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIK
F. DERAJAT PPOK
derajat PPOK menurut Global initiative for chronic Obstritif Lung Disiase (GOLD)
2011.dalam yasir rahmadi
1. Derajat I (PPOK Ringan) : Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak
sering. Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa menderita PPOK.
2. Derajat II (PPOK Sedang) : Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang
ditemukan gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai
memeriksakan kesehatannya.
3. Derajat III (PPOK Berat) : Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah
dan serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien.
4. Derajat IV (PPOK Sangat Berat) : Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal napas
atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup
pasien memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa biasanya disertai gagal
napas kronik.
d. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.
e. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
b. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup,
biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdistritma, ketidakseimbangan
elektrolit, kejang, dan kardiak arrest.
c. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi
O2 yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler.
Hipoksia dapat disebabkan oleh :
1) Menurunya hemoglobin
2) Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
3) Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti keracunan sianida
4) Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia
5) Menurunnya perfusi jaringan seperti syok
6) Kerusakan / gangguan ventilasi
a.Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2) Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
3) Whezing belum ada
4)Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
6) BGA belum patologis
b. Stadium Lanjut/Kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4) Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan
H. PENGKAJIAN FOKUS kebutuhan nutrisi
1. Data Objektif
Pengukuran tensi
Pengukuran suhu
Pengukuran nadi
Pengukuran pernafasan
2. Data subjektif
a. Biodata pasien
b. Status kesehatan saat ini
- Alasan masuk rumah sakit
- Faktor pencetus
- Faktor pemberat kekurangan oksigen
- Keluhan utama
- Timbulnya keluhan
- Pemahaman penatalaksanaan masalah kesehatan
- Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
- Diagnose medik
c. Status kesehatan masa lalu
- Penyakit yang pernah dialami
- Pernah dirawat
- Riwayat alergi
- Kebiasaan obat-obat
I. PATHWAYS KEPERAWATAN
Kriteria hasil :
- Klien dapat bernafas dengan baik dengan jeda waktu yang stabil (tidak sesak
nafas).
- Klien melaporkan perasaan segar (lebih nyaman) saat terpasangnya oksigen.
- Klien tampak segar dengan bantuan oksigen.
Intervensi :
- Kaji tanda-tanda vital, sianosis, status pernafasan dan status mental.
Rasional : agar dapat memantau perkembangan pernafasan pasien.
- Kaji toleransi aktivitas : mulainya nafas pendek , nyeri, palpitasi dan pusing.
Grace A. Pierce, Borley R. Nier. (2011). Ata Glace Ilmu Bedah Edisi 3. Pt Gelora
Aksara Pratama
Jackson, D. (2014). Keperawatan Medikal Bedah edisi 1. Yogyakarta, Rapha
Pubising.
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC Buku Kedokteran.
Reeves, Charlene J. 2006. Buku Satu Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba
Medika. Smeltzer, S. C. and Bare, B. G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 2. Alih Bahasa H. Y. Kuncara, Monica
Ester, Yasmin Asih, Jakarta : EGC.