Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PPOK DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI


DIRUANG NAKULA 3

Disusun oleh :
NIHAYATUZZULFAH (G2A016058)

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2019
A. DEFINISI

Penyakit paru-paru obstrutif kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paruparu yang berlangsung lama (Grace &
Borlay, 2011)

Adapun pendapat lain mengenai P P O K adalah kondisi ireversibel yang berkaitan


dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru
(Smeltzer & Bare, 2006)

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Jackson,(2014) :

1. Asma
2. Bronkotos kronic
3. Emfisema
C. ETIOLOGI

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut


Mansjoer (2008) adalah :

1. Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu,asap dangas-gas kimiawi.


2. Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi
paru-paru, bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan.
3. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan asmaorang
dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK.
4. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu enzim yang
normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan orang yang
kekurangan enzim ini dapat terkena empisema pada usia yang relatif muda,
walau pun tidak merokok.

D. PATOFISIOLOGI

Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponenkomponen asap


rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia
yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator
mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan
sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian
mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Proses ventilasi
terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang
memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan.
(Jackson, 2014). Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya
peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif
merusak strukturstruktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara
dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama
pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara
pasif setelah inspirasi. Dengan demikian apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara
akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps. (Grece & Borley, 2011)

E. MANIFESTASI KLINIK

. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis menurut Reeves (2006) dan Mansjoer


(2008) pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis adalah perkembangan gejala-
gejala yang merupakan ciri dari PPOK yaitu : malfungsi kronis pada sistem
pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai dengan batukbatuk dan produksi dahak
khususnya yang muncul di pagi hari. Napas pendek sedang yang berkembang menjadi
nafas pendek akut.

F. DERAJAT PPOK

derajat PPOK menurut Global initiative for chronic Obstritif Lung Disiase (GOLD)
2011.dalam yasir rahmadi

1. Derajat I (PPOK Ringan) : Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak
sering. Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa menderita PPOK.
2. Derajat II (PPOK Sedang) : Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang
ditemukan gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai
memeriksakan kesehatannya.
3. Derajat III (PPOK Berat) : Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah
dan serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien.
4. Derajat IV (PPOK Sangat Berat) : Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal napas
atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup
pasien memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa biasanya disertai gagal
napas kronik.

G. KONSEP KEBUTUHAN OKSIGENASI


1. Pengertian oksigenasi
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas.
Oksigenasi adalah tindakan, proses, atau hasil pengambilan oksigen.
Pemenuhan kebutuhan Oksigenisasi adalah bagian dari kebutuhan fisiologis
(Hurarki Maslow). Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan, oksigen
sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh, kebutuhan oksigen dalam tubuh
harus dipenuhi karena apabila kebutuhan dalam tubuh berkurang, maka terjadi
kerusakan pada jaringan otak.
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti ada yang kekurangan oksigen akan
mengalami hypoxia(oksigenasi yang tidak adekuat pada jaringan) dan akan terjadi
kematian. Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan dengan cara
pemberian oksigen melalui saluran pernapasan dan sumbatan yang menghalangi
masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar dapat
berfungsi normal kembali.
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat
dilakukan dengan pemberian oksigen dengan menggunakan Nasal kanul, Masker dan
Kateter nasal.
2. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor timbulnya serangan asma bronkhial.
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
b. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut
contoh: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
contoh: perhiasan, logam dan jam tangan
c. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti:
musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.

d. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.
e. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.

3. Perubahan fungsi pernafasan


a. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-
paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan
karena :
1) Kecemasan
2) Infeksi / sepsis
3) Keracunan obat-obatan
4) Kertidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek,
nyeri dada (chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.

b. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup,
biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdistritma, ketidakseimbangan
elektrolit, kejang, dan kardiak arrest.
c. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi
O2 yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler.
Hipoksia dapat disebabkan oleh :
1) Menurunya hemoglobin
2) Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
3) Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti keracunan sianida
4) Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia
5) Menurunnya perfusi jaringan seperti syok
6) Kerusakan / gangguan ventilasi

4. Tanda dan Gejala

a.Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2) Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
3) Whezing belum ada
4)Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
6) BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan


1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Whezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2

b. Stadium Lanjut/Kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4) Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan
H. PENGKAJIAN FOKUS kebutuhan nutrisi
1. Data Objektif
Pengukuran tensi
Pengukuran suhu
Pengukuran nadi
Pengukuran pernafasan
2. Data subjektif
a. Biodata pasien
b. Status kesehatan saat ini
- Alasan masuk rumah sakit
- Faktor pencetus
- Faktor pemberat kekurangan oksigen
- Keluhan utama
- Timbulnya keluhan
- Pemahaman penatalaksanaan masalah kesehatan
- Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
- Diagnose medik
c. Status kesehatan masa lalu
- Penyakit yang pernah dialami
- Pernah dirawat
- Riwayat alergi
- Kebiasaan obat-obat
I. PATHWAYS KEPERAWATAN

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN kebutuhan nutrisi


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d
a. Gangguan batuk
b. Penurunan tingkat kesadaran
2. Gangguan pertukaran gas b.d
a. Penurunan ekspansi paru
b. Adanya sekresi paru
c. Pemasukan oksigen yang tidak adekuat
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d
a. Imobilitas
b. Depresi ventilasi akibat penggunaan narkotik
c. Kerusakan neuromuskular
d. Obstruksi jalan napas
4. Penurunan curah jantung b.d
a. Peningkatan beban kerja ventrikel.
b. Irama jantung yang tidak teratur
c. Denyut jantung yang cepat
5. Gangguan pertukaran gas b.d
a. Ketidakseimbangan perfusi ventilasi
b. Perubahan membran kapiler alveolar

K. INTERVENSI DAN RASIONAL


Tujuan intervensi : mengembalikan pola pernafasan pasien yang sesuai dengan
kebutuhannya.

Kriteria hasil :

- Klien dapat bernafas dengan baik dengan jeda waktu yang stabil (tidak sesak
nafas).
- Klien melaporkan perasaan segar (lebih nyaman) saat terpasangnya oksigen.
- Klien tampak segar dengan bantuan oksigen.
Intervensi :
- Kaji tanda-tanda vital, sianosis, status pernafasan dan status mental.
Rasional : agar dapat memantau perkembangan pernafasan pasien.
- Kaji toleransi aktivitas : mulainya nafas pendek , nyeri, palpitasi dan pusing.

Rasional : agar dapat mempermudah penanganan pertolongan pertama yang


diberikan.

- Monitor denyut jantung irama, nadi dan efektifitas pemberian oksigen..


Rasional : agar dapat memantau perkembangan kebutuhan pernafasan pasien.
- Monitor status mental : gelisah dan cemas.
Rasional : kegelisahan dan kecemasan dapat meningkatkan ketidak stabilan
pernafasan (sesak nafas).
- Atur posisi tidur sesuai kondidi kllien.
Rasional : dengan posisi semi fowler – fowler dapat meringankan sesak nafas.
- Hindari Valsafa manuver : mengejan, bersin, menahan bowel, menahan
BAB/BAK.
Rasional : valsafa mannuver dapat menyebabkan pemberhentian nafas sebentar
dan dapat mengakibatkan sesak nafas.
- Memberikan informasi meliputi pembatasan aktifitas, perubahan diagnosa
kepada klien dan keluhannya.
Rasional : agar dapat memonitori tingkat kebutuhan oksigen yang dibutuhkan.
- Kolaborasi : medis (untuk pemberian terapi antiaritiarimia, nitrogliserin,
vasodilator, anti koagula, terapi cairan dan oksigenasi) sosial pastoral ahli gizi.
DAFTAR PUSTAKA

Grace A. Pierce, Borley R. Nier. (2011). Ata Glace Ilmu Bedah Edisi 3. Pt Gelora
Aksara Pratama
Jackson, D. (2014). Keperawatan Medikal Bedah edisi 1. Yogyakarta, Rapha
Pubising.
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC Buku Kedokteran.
Reeves, Charlene J. 2006. Buku Satu Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba
Medika. Smeltzer, S. C. and Bare, B. G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 2. Alih Bahasa H. Y. Kuncara, Monica
Ester, Yasmin Asih, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai