DISUSUN OLEH :
NAMA : FORDIANUS CANDY
NIM : 2019.C.11A.1010
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas izinNyalah penulis
masih diebrikankesempatan untuk menyusun “laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine’’dalam penyusuanan laporan ini penulis mengumpulkan dari
berbagai sumber terutama dari internet yang memudahkan saya dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini penulis mengumpulkan dari berbagai sumber terutama dari
internet yang memudahkan saya dalam menyeselesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa laporan
ini sangat jauh dari kesempurnaan walaupun kita menginginkan kesempurnaan dalam hal
pembangunan dan penyempurnaan laporan ini penulis mengaharapkan kritik. Masukan dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini saya
mohon maaf yang sebesar-sebesarnya.
Demikian, semoga laporan ini bermanfaat.
Fordianus Candy
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................1
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.1 Defenisi........................................................................................................... 4
1.1.2 Anatomi Fisiologi...................................................................................................... 5
1.1.3 Etiologi.........................................................................................................
1.1.4 Klafikasi................................................................................................................
1.1.5 Patofisologi ...............................................................................................................
1.1.6 Manifestasi Klinis.............................................................................................
1.1.7 Komplikasi......................................................................................................
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................
1.1.9 Penatalaksaan Medis.................................................................................
BAB II KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI DAN AKTIVITAS
1.2.1 Pengertian ...........................................................................7
1.2.2 Etiologi.................................................................................................................... 7
1.2.3 Klasifikasi ............................................................................................................. 9
1.2.4 Patofisiologi............................................................................................................ 9
1.2.5 Manifestasi klinis................................................................................................... 10
12.6 Komplikasi……………………………………………………………………… 11
1.2.7 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................... 11
1.2.8 Penatalaksanaan..................................................................................................... 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1.3.1 Pengkajian Keperawatan ..............................................................................................
1.3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................
1.3.3 Intervensi.........................................................................................................
1.3.4 Implementasi...............................................................................................
1.3.5 Evalusi..........................................................................................................
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.3 Etiologi
1. Gangguan Eliminasi Urin
a. Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine atau
defekasi. Seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi
meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output urine
lebih banyak.
b. Aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan
eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang
menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus
dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi
tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang
diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh
c. Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur urethra
d. Infeksi
e. Kehamilan
f. Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat
g. Trauma sumsum tulang belakang
h. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, urethra.
i. Umur
j. Penggunaan obat-obatan
1.1.4 Klafikasi
1. Eliminasi Urine
a. Konsep dasar
BAK / MIKSI adalah suatu proses pengosongan kandung kencing. Gangguan pemenuhan
kebutuhan eliminasi BAK adalah suatu keadaan dimana terganggunya proses mekanisme
tubuh untuk memenuhi kebutuhan eliminasi BAK atau pengosongan kandung kencing
secara normal.
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat
bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan
uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine
kebladder. Dalam bladder ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian
dikeluarkan melalui uretra.
b. Refleks Miksi
Kandung kemih dipersarafi oleh saraf sakral 2 (S-2) dan sakral 3 (S-3). Saraf sensorik dari
kandung kemih dikirimkan ke medula spinalis bagian sakral 2 sampai dengan sakral 4
kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirimkan
sinyal kepada otot kandung kemih (destrusor) untuk berkontraksi. Pada saat destrusor
berkontraksi spinter interna relaksasi dan spinter eksterna yang dibawah kontrol kesadaran
akan berperan. Apakah mau miksi atau ditahan/ditunda. Pada saat miksi otot abdominal
berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung kemih. Biasanya tidak lebih dari 10 ml
urine tersisa dalam kandung kemih yang disebut urine residu.
c. Pola eliminasi urine normal
Pola eliminasi urine sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan
atau bangun tidur. Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5 kali.
d. Karakteristik urine normal
Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochrome. Namun
demikian, warna urine tergantung pada intake cairan, keadaan dehidrasi konsentrasinya
menjadi lebih pekat dan kecoklatan, penggunaan obat-obat tertentu seperti multivitamin dan
preparat besi maka urine akan berubah menjadi kemerahan sampai kehitaman.
Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil pemecahan urea oleh
bakteri. Pemberian pengobatan akan memengaruhi bau urine.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan dan status kesehatan.
Pada orang dewasa sekitar 1.200 sampai 1.500 ml per hari atau 150 sampai 600 ml per
sekali miksi.
e. Faktor – faktor yang memengaruhi eliminasi urine
1) Pertumbuhan dan perkembangan
Usia dan berat badan dapat memengaruhi jumlah pengeluaran urine. Pada usia lanjut
volume bladder berkurang, demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi berkemih
juga akan lebih sering.
2) Sosiokultural
Budaya masyarakat di mana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat
tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada lokasi terbuka.
3) Psikologis
Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi berkemih.
4) Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet, sehingga ia tidak dapat berkemih
dengan menggunakan pot urine.
5) Tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot bladder, otot abdomen, dan pelvis untuk
berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga akan
berkurang.
6) Intake cairan dan makanan
Alkohol menghambat Anti Diuretik Hormon (ADH) untuk meningkatkan pembuangan
urine. Kopi, teh, coklat, cola (mengandung kafein) dapat meningkatkan pembuangan
dan ekskresi urine.
7) Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urine karena banyak cairan
yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih menimbulkan
retensi urine.
8) Pembedahan
Penggunaan anestesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urine akan
menurun.
9) Pengobatan
Penggunaan diuretik meningkatkan output urine, antikolinergik, dan antihipertensi
menimbulkan retensi urine.
10) Pemeriksaan diagnostic
Intravenus pyelogram di mana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk
mengurangi output urine. Cystocospy dapat menimbulkan edema lokal pada uretra,
spasme pada spinter bladder sehingga dapat menimbulkan urine.
1.1.5 Patofisologi
A. Ginjal
1. Ginjal terbentang dari vertebra torakalis ke-12 sampai denganvertebra lumbalis ke-3. Dalam
kondisi normal, ginjal kiri lebih tinggi 1,5 – 2 cm dari ginjal kanan karena posisi anatomi hepar
(hati). Setiap ginjal dilapisi oleh kapsul yang kokoh dan dikelilingi oleh lapisan lemak. Produk
pembuangan hasil metabolisme yang terkumpul dalam darah di filtrasi di ginjal.
2. Darah sampai ke setiap ginjal melalui arteri renalis yang merupakan percabangan dari aorta
abdominalis. Arteri renalismemasuki ginjal melalui hilum. Setiap ginjal berisi 1 jutanefron, yang
merupakan unit fungsional ginjal kemudian membentuk urine.
3. Darah masuk ke nefron melalui arteiola aferen. Sekelompok pembuluh darah ini membentuk
jaringan kapiler glomerulus, yang merupakan tempat pertama filtrasi darah dan pembentukan
urine. Apabila dalam urine terdapat protein yang berukuran besar (proteinuria), maka hal ini
merupakan tanda adanya cedera pada glomelorus. Normalnya glomelorus memfiltrasi sekitar 125 ml
filtrat/menit.
4. Sekitar 99 % filtrat direabsorsi ke dalam plasma, dengan 1 % sisanya diekskresikan sebagai
urine. Dengan demikian ginjal memiliki peran dalam pengaturan cairan dan eletrolit.
5. Ginjal juga sebagai penghasil hormon penting untuk memproduksi eritrisit, pengatur tekanan
darah dan mineralisasi mineral. Ginjal memproduksi eritropoietin, sebuah hormon yang terutama
dilepaskan dari sel glomerolus sebagai penanda adanyahipoksia ( penurunan oksigen) eritrosit.
Setelah dilepaskan dari ginjal, fungsi eritropoesis ( produksi dan pematangan eritrosit ) dengan
merubah sel induk tertentu menjadi eritoblast. Klien yang mengalami perubahan kronis tidak dapat
memproduksi hormon ini sehingga klien tersebut rentan terserang anemia.
6. Renin adalah hormon lain yang diproduksi oleh ginjal berfungsi untuk mengatur aliran darah
pada saat terjadi iskemik ginjal ( penurunan suplai darah ). Fungsi renin adalah sebagai enzim untuk
mengubah angiotensinogen ( substansi yang disentesa oleh hati ) menjadi angiotensin I. Kemudian
angiotensi I bersikulasi dalam pulmonal ( paru-paru ), angiotensin I diubah menjadi angiotensin II
dan angeotensin III. Angeotensin IImenyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan menstimulasi
pelepasan aldosteron dari korteks adrenal.
7. Aldesteron menyebabkan retensi air sehingga meningkatkan volume darah. Angiotensin
III mengeluarkan efek yang sama namun dengan derajat yang lebih ringan. Efek gabungan dari
keduanya adalah terjadinya peningkatan tekanan darah arteri dan aliran darah ginjal.
8. Ginjal juga berfungsi sebagai pengatur kalsium dan fosfat. Ginjal bertanggungjawab untuk
memproduksi substansi mengaktifkan vitamin D. Klien dengan gangguan fungsi ginjal tidak
membuat metabolik vitamin D menjadi aktif sehingga klien rentan pada kondisi demineralisasi
tulang karena adanya gangguan pada proses absorbsi kalsium.
B. Ureter
1. Ureter membentang pada posisi retroperitonium untuk memasuki kandung kemih di dalam
rongga panggul ( pelvis ) pada sambungan uretrovesikalis. Dinding ureter dibentuk dari tiga lapisan
jaringan. Lapisan dalam, merupakan membran mukosa yang berlanjut sampai lapisan pelvis renalis
dan kandung kemih. Lapisan tengah merupakan serabut polos yang mentranspor urine melalui ureter
dengan gerakan peristaltis yang distimulasi oleh distensi urine di kandung kemih. Lapisan luar
adalah jaringan penyambung fibrosa yang menyokong ureter.
2. Gerakan peristaltis menyebabkan urine masuk kedalam kandung kemih dalam bentuk
semburan. Ureter masuk dalam dinding posterior kandung kemih dengan posisi miring. Pengaturan
ini berfungsi mencegah refluks urine dari kandung kemih ke dalam ureter selama proses
berkemih ( mikturisi ) dengan menekan ureter pada sambungan uretrovesikalis ( sambungan ureter
dengan kandung kemih ).
C. Kandung Kemih
1. Merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan tersusun atas jaringan otot serta
merupakan wadah tempat urine dan ekskresi. Vesica urinaria dapat menampungan sekitar 600 ml
walaupun pengeluaran urine normal 300 ml. Trigonum ( suatu daerah segetiga yang halus pada
permukaan bagian dalam vesica urinaria ) merupakan dasar dari kandung kemih.
2. Sfingter uretra interna tersusun atas otot polos yang berbentuk seperti cincin berfungsi sebagai
pencegah urine keluar dari kandung kemih dan berada di bawah kontrol volunter (parasimpatis :
disadari ).
D. Uretra
1. Urine keluar dari vesica urinaria melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui meatus uretra.
Uretra pada wanita memiliki panjang 4 – 6,5 cm. Sfingter uretra eksterna yang terletak sekitar
setengah bagian bawah uretra memungkinkan aliran volunter urine.
2. Panjang uretra yang pendek pada wanita menjadi faktor predisposisi mengalami infeksi.
Bakteri dapat dengan mudah masuk ke uretra dari daerah perineum. Uretra pada ria merupakan
saluran perkemihan dan jalan keluar sel serta sekresi dari organ reproduksi dengan panjang 20 cm.
1.1.7 Komplikasi
Menurut Putri & Wijaya (2013), komplikasi untuk penyakit batu saluran kemih adalah :
1 Obstruksi ; menyebabkan hidronefrosis
2 Infeksi
3 Gangguan fungsi ginjal
1.2.2 Etiologi
1. Trauma sumsum tulang belakang
2. Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
3. Sfingter yang kuat
4. Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
5. Operasi pada daerah abdomen bawah
1.2.3 Klafikasi
Pada kebutuhan eliminasi urine, masalah yang ada diantaranya :
1. Retensi Urine Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi
dari vesika urinaria.
2. Inkontinensia Dorongan Inkontinensia dorongan merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk
berkemih.
3. Inkontinensia Total Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine yang terus menerus dan tidak dapat diperkirakan
4. Inkontinensia Stress Inkontinensia stress merupakan keadaan seseorang yang mengalami
kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
5. Inkontinensia Refleks Inkontinensia refleks merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume
kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
6. Enuresis Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Ini banyak terjadi pada anak atau orang
jompo, umumnya pada malam hari.
1.2.4 Patofisologi
1.2.5 Mekanisme Klinis
1. Ketidaknyamanan daerah pubis
2. Distensi vesika urinaria
3. Ketidaksanggupan untuk berkemih
4. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25 - 50 ml)
5. Meningkatnya keresahan dan keinginan untuk berkemih
6. Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur : 31 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jl. Tingang
Tgl MRS : 4 Maret 2021
Diagnosa Medis : Skizifenia Paranoid
Laki-laki
Perempuan
Pasien
Sudah meninggal
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Saat dilakukan pengkajian, penampilan klien bersih dan rapi. Klien dalam keadaan compos
mentis atau sadar. Klien kooperati tetapi kurang dalam kontak mata pada lawan bicara.
Selama wawancara, klien berbicara sangat lambat dan berulang-ulang. Klien terlihat tidak
terlalu bersemangat melakukan wawancara dan tampak lesu. Klien tidak memiki gangguan
dalam mengingat.
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
b. Ekspresi wajah : Lesu
c. Bentuk badan : Simetris
d. Cara berbaring/bergerak : Baik
e. Berbicara : Lancar (Baik)
f. Suasana hati : Sedih
g. Penampilan : Rapi
h. Fungsi kognitif :
Orientasi waktu : Pasien dapat membedakan siang dan malam
Orientasi Orang : Pasien dapat mengenal perawat dan orang sekelilingnya
Orientasi Tempat : Pasien tau bahwa dia diarawat di rumah sakit
i. Halusinasi : Dengar/Akustic Lihat/Visual Lainnya ................
j. Proses berpikir : Blocking Circumstansial Flight oh ideas
Lainnya
k. Insight : Baik Mengingkari Menyalahkan orang lain
m. Mekanisme pertahanan diri : Adaptif Maladaptif
n. Keluhan lainnya : ………………….
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 360C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 96 x/mt
c. Pernapasan/RR : 20 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 100/70 mmHg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan merokok : -
Batuk, sejak :
Batuk darah, sejak :-
Sputum, warna : Kuning
Sianosis
Nyeri dada
Dyspnoe nyeri dada Orthopnoe Lainnya …….………..
Sesak nafas saat inspirasi Saat aktivitas Saat istirahat
Type Pernafasan Dada Perut Dada dan perut
Kusmaul Cheyne-stokes Biot
Lainnya
Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur
Suara Nafas Vesukuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya……………
Keluhan lainnya :
Tidak ada
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Nyeri dada Kram kaki Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit Kepala Palpitasi Pingsan
Capillary refill > 2 detik < 2 detik
Oedema : Wajah Ekstrimitas atas
Anasarka Ekstrimitas bawah
Asites, lingkar perut ……………………. cm
Ictus Cordis Terlihat Tidak melihat
Vena jugularis Tidak meningkat Meningkat
Suara jantung Normal,………………….
Ada kelainan
Keluhan lainnya :
-........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
-..............................................................................................................................
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E :4
V :5
M :6
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent Delirium
Apatis Soporus Coma
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis
Refleks Cahaya : Kanan √ Positif Negatif
Kiri √ Positif Negatif
Nyeri, lokasi -………………………………..
Vertigo Gelisah Aphasia Kesemutan
Bingung Disarthria Kejang Trernor
Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Pasien dapat membedakan bau balsam dan minyak kayu putih
Nervus Kranial II : Pasien dapat melihat objek jauh dan dekat
Nervus Kranial III : Pasien mampu menggerakan mata ke semua arah
Nervus Kranial IV : Pasien dapat menggerakan mata ke atas dan ke bawah
Nervus Kranial V : Pasien dapat membuka mulutnya
Nervus Kranial VI : Pasien dapat menggerakan kedua matanya kekiri dan kekanan
Nervus Kranial VII : Pasien dapat tersenyum
Nervus Kranial VIII : Pasien merespon saat di panggil
Nervus Kranial IX : Pasien dapat menelan
Nervus Kranial X : Pasien dapat menggerakan organ tubuhnya
Nervus Kranial XI : Pasien dapat menggerakan bahu
Nervus Kranial XII : Pasien dapat menjulurkan lidahnya
Uji Koordinasi :
Ekstrimitas Atas : Jari ke jari Positif Negatif
Jari ke hidung Positif Negatif
Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempul kaki Positif Negatif
Uji Kestabilan Tubuh : Positif Negatif
Refleks :
Bisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala……4……. Trisep :
Kanan +/- Kiri +/- Skala……4……. Brakioradialis
: Kanan +/- Kiri +/- Skala……4……. Patella :
Kanan +/- Kiri +/- Skala……4……. Akhiles :
Kanan +/- Kiri +/- Skala……4……. Refleks
Babinski Kanan +/- Kiri +/-
Refleks lainnya : -.........................................................................................
Uji sensasi : -.........................................................................................
..........................................................................................
Keluhan lainnya :
-..............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
-..............................................................................................................................
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi Urine : 1500 ml, 5 x/hr
Warna : Kuning
Bau : Khas Urin
Tidak ada masalah/lancer Menetes Inkotinen
Oliguri Nyeri Retensi
Poliuri Panas Hematuri
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
Keluhan Lainnya :
-..............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
-..............................................................................................................................
8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :
Mulut dan Faring
Bibir : Kering
Gigi : Lengkap
Gusi : Tidak ada peradangan
Lidah : Lembut dengan Pucat
Mukosa : Lembut
Tonsil : Normal
Rectum : Normal
Haemoroid : Tidak ada
BAB : 1 x/hr Warna : Kuning,
Tidak ada masalah Diare Konstipasi Kembung
Feaces berdarah Melena Obat pencahar Lavement
Bising usus : Normal
Nyeri tekan, lokasi : -
Benjolan, lokasi : -
Keluhan lainnya :
-..............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
-..............................................................................................................................
4. Kognitif :
Klien kooperati tetapi kurang dalam kontak mata pada lawan bicara. Selama wawancara, klien
berbicara sangat lambat dan berulang-ulang. Klien terlihat tidak terlalu bersemangat
melakukan wawancara dan tampak lesu. Klien tidak memiki gangguan dalam mengingat.
Masalah Keperawatan
…………………………………………………………………………………………………
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :
klien mengatakan sangat menyukai seluruh bagian tubuhnya. Klien mengatakan ingin lekas
sembuh dan kumpul dengan anggota keluarganya. Tetapi klien merasa dirinya kurang berarti
karena tidak punya penghasilan sendiri.
Masalah Keperawatan
-…………………………………………………………………………………………………
6. Aktivitas Sehari-hari
Pasien mengatakan sering mengurung diri dikamar
Masalah Keperawatan
-…………………………………………………………………………………………………
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Ketika klien mengalami masa sulit atau mengalami masalah, klien lebih memilih menyendiri
di kamar.
Masalah Keperawatan
-…………………………………………………………………………………………………
8. Nilai-Pola Keyakinan
klien terkadang sholat,dan sering orang tua klien membaca kan Alquran pada klien
Masalah Keperawatan
-…………………………………………………………………………………………………
E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien mampu berkomunikasi dengan baik
2. Bahasa sehari-hari
Pasien menggunakan bahasa Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Baik
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien mengatakan tidak terlalu sering berinteraksi dengan lingkungan tepat klien tinggal dan
teman-temannya dikarenakan klien malu akan penyakit yang dideritanya
5. Orang berarti/terdekat :
Bagi klien orang yang berarti adalah orang tua nya (ibu)
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Pasien mengatakan di waktu luang dihabiskan untuk berkumpul dengan keluarga
7. Kegiatan beribadah :
Klien menganut agama Islam. Klien mengatakan sebelum klien masuk ke rumah sakit jiwa
sering beribadahtetapi setelah klien berada di rumah sakit tidak pernah ibadah lagi.
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Ketidak efektifan bersihan jalan
DS: Pasien mengatakan nyeri nafas b/d penumpukan secret yang
seperti tertusuk-tusuk benda tidak keluar saat batuk.
tajam pada perut kanan
bawah, skala nyeri 7 ( nyeri
berat ) nyeri muncul tiba-tiba,
saat batuk dan saat bergerak
unuk berdiri dan berjalan,
durasi nyeri 2-5 menit
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan secret yang tidak keluar saat batuk.
2. Pola nafas tidak efektif b/d obstruksi udara di aveoli di tandai denga nafas tidak teratur, dan
sesak
3. Defisit nutrisi b/d kurang nafsu makan, ditandai dengan penurunan berat badan
RENCANA KEPERAWATAN
.
1. Menghitung makan S : Pasien mengatakan
yang masuk/ yang nafsu makannya sudah
dimakan pasien mulai membaik
sesuai diet atau O:
tidak 1. Makanan yang
2. Melakukan oral diberikan sudah
hygine mengurangi sesuai dengan diet
terjadinya infeksi pasien
3. Menjelaskan 2. Dengan adanya
tentang diet TKTP oral hygine
yang dijalaninya sebelum makan,
4. Berkolaborasi agar pasien terbiasa
status gizi pasien dengan perilaku
terpenuhi hidup sehat
3. Pasien mengerti
tentang diet yang
di jalaninya
4. Status gizi pasien
terpenuhi
A : Defisit nutrisi teratasi
P : lanjutan menjelaskan
ke keluarga agar sama-
sama menjaga dan
mengingatkan pasien
menerapkan perilaku
hidup sehat
Tanda
Hari/Tanggal tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama
Perawat