Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ELIMINASI

OLEH :

RUMAWAN
120 STYJ 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MATARAM
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN ELIMINASI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang
tidak diperlukan oleh tubuh. Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
eliminasi urine dan eliminasi fekal.
Eliminasi urine
Sistem yang berperan dalam eliminasi urine adalah sistem
perkemihan. Dimana sistem ini terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemoh,
dan uretra. Proses pembentukan urine di ginjal terdiri dari 3 proses yaitu :
filtrasi, reabsorpsi dan sekresi.
1. Proses filtrasi berlangsung di glomelurus. Proses ini terjadi karena
permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen.
2. Proses reabsorpsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, sodium, klorida, fosfat, dan beberapa ion karbonat.
3. Proses sekresi ini sisa reabsorpsi diteruskan keluar.
Eliminasi fekal
Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan.
Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar
dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan proses penernaan
(pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair
dari mulut sampai anus. Organ utama yang berperan dalam eliminasi fekal
adla usus besar. Usus besar memiliki beberapa fungsi utama yaitu
mengabsorpsi cairan dan elektrolit, proteksi atau perlindungan dengan
mensekresikan mukus yang akan melindungi dinding usus dari trauma
oleh feses dan aktivitas bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai ke
anus dengan berkontraksi.
Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin.
Pusat refleks ini terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks defekasi
timbul karena adanya feses dalam rektum
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi
a. Eliminasi Urine
1) Diet dan intake
Jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti
protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
2) Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan
respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan
berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan
dalam kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas
kamdung kemih yang lebih dari normal.
3) Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal
eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi
dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi
keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
4) Stress psikologi
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi
keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitif untuk
keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang
diproduksi.
5) Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang
baik untuk tonus spingter internal dan eksternal.
6) Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan
mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas
kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau
adanya
7) Kondisi patologis
Saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal
ini disebabkan oleh keinginan untuk minum sedikit.
b. Eliminasi Fekal
1) Tingkat perkembangan
Pada bayi sistem pencernaannya belum sempurna. Sedangkan
pada lansia proses mekaniknya berkurang karena berkurangnya
kemampuan fisiologis sejumlah organ.
2) Diet
Ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Sebagai contoh, makanan berserat akan mempercepat
produksi feses. Secara fisiologis, banyaknya makanan yang masuk
kedalam tubuh juga berpengaruh terhadap keinginan defekasi.
3) Asupan Cairan
Asupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses lebih keras.
Ini karena jumlah absorpsi cairan dikolon meningkat.
4) Tonos Otot
Tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas
yang cukup akan membantu defekasi. Gerakan peristaltik akan
memudahkan materi feses bergerak disepanjang kolon.
5) Faktor psikologis
Perasaan cemas atau takut akan mempengaruhi peristaltik atau
motilitas usus sehingga dapat menyebabkan diare.
6) Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif
dan katartik dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik.
Akan tetapi, jika digunakan dalam waktu lama, kedua obat
tersebut dapat menurunkan tonus usus sehingga usus menjadi
kurang responsif terhadap stimulus laksatif. Obat-obat lain yang
dapat mengganggu pola defekasi antara lain: analgesik narkotik,
opiat, dan anti kolinergik.
7) Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare atau
konstipasi.
8) Gaya hidup
Aktivitas harian yang biasa dilakukan, bowel training pada saat
kanak-kanak, atau kebiasaan menahan buang air besar.
9) Aktivitas fisik
Orang yang banyak bergerak akan mempengaruhi mortilitas usus.
10) Posisi selama defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi.
Posisi tersebut memungkinkan individu mengerahkan tekanan
yang terabdomen dan mengerutkan otot pahanya sehingga
memudahkan proses defekasi.
11) Kehamilan
Konstipasi adalah masalah umum ditemui pada trimester akhir
kehamilan. Seiring bertambahnya usia kehamilan, ukuran janin
dapat menyebabkan obstruksi yang akan menghambat pengeluaran
feses. Akibatnya, ibu hamil sering kali mengalami hemoroid
permanen karena seringnya mengedan saat defekasi.
3. Klasifikasi
a. Eleminasi urine
1) Retensi urine
Retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata didalam kandung
kemih akibat ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih .
2) Dysuria
Adanya rasa setidaksakit atau kesulitan dalam berkemih .
3) Polyuria
Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal , seperti
2500 ml / hari, tanpa adanya intake cairan .
4) Inkontinensi urine
Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spingter
eksternal untuk mengontrol keluarnya urine dari kantong kemih .
5) Urinari suppresi
Adalah berhenti mendadak produksi urine
b. Eleminasi fekal
1) Konstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi , yang diikuti oleh
pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering .
2) Impaksi
Imfaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi.
Imfaksi adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di
dalam rektum, yang tidak dapat dikeluarkan.
3) Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan
pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk. Diare adalah
gejala gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan, absorpsi,
dan sekresi di dalam saluran GI .
4) Inkontinensia
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya
feses dan gas dari anus .
5) Flatulen
Flatulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa
nyeri, dan kram.
6) Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak
dilapisan rektum.
4. Gejala Klinis
a. Eleminasi urine
Retensi urine
1) Ketidaknyamanan daerah pubis
2) Distensi kandung kemih
3) Ketidaksanggupan untuk berkemih
4) Sering berkemih dalam kandung kemih yang sedikit (25 – 50 ml)
b. Eleminasi Fekal
Diare
1) Nyeri atau kejang abdomen
2) Kadang disertai darah atau mukus
3) Kadang vomitus atau nausea
4) Bila berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya kelemahan
dan kurus
5. Pemeriksaan Fisik
a. Eleminasi urine
1) Abdomen, kaji dengan cermat adanya pembesaran, distensi
kandung kemih, pembesaran ginjal, nyeri tekan pada kandung
kemih.
2) Genitalia. Kaji kebersihan daerah genetalia. Amati adanya
bengkak, rabas, atau radang pada meatus uretra.
3) Urine, kaji karakteristik urine klien bandingkan dengan
karakteristik urine normal.
b. Eleminasi fekal
1) Abdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang, hanya
pada bagian yang tampak saja
a) Inspeksi. Amati abdomen untuk melihat bentuknya,
simetrisitas, adanya distensi atau gerak peristaltik .
b) Auskultasi, dengarkan bising usus, lalu perhatikan intensitas,
frekuensi dan kualitasnya.
c) Perkusi, lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui
adanya distensi berupa cairan, massa, atau udara. Mulailah
pada bagian kanan atas dan seterusnya.
d) Palpasi, lakukan palpasi untuk mengetahui konstitensi
abdomen serta adanya nyeri tekan atau massa di permukaan
abdomen.
2) Rektum dan anus, pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau
sims.
3) Feses, amati feses klien dan catat konstitensi, bentuk, bau, warna,
dan jumlahnya.
6. PENATALAKSANAAN
1. Eliminasi Urine
a. Retensi Urine
- Minta klien untuk berusaha berkemih pada waktu yang
terjadwal yang teratur.
- Instruksikan klien untuk melakukan latihan dasar panggul
(kegle exercise) diluar waktu berkemihnya. Minta klien
melakukan latihan ini setiap kali berkemih
- Minta klien menggunakan konpresi kandung kemih ( metode
crede) selama berkemih.
b. Inkontinensia
- Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada
inkontinensia ( misalnya output urine, pola berkemih, fungsi
kognitif, dan masalah kencing praeksisten)
- Merangsang refleks kandung kemih dengan menerapkan dingin
untuk perut
- Memantau asupan dan pengeluaran cairan
- Membantu toileting secara berkala
- Pemasangan kateter
- Penerapan kateterisasi intermiten

2. Eliminasi Fekal
a. Konstipasi
- Memonitor tanda dan gejala konstipasi
- Memonitor bising usus
- Memonitor feces : frekuensi, konsistensi dan volume
- Konsultasi dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan
bising usus
- Monitor tanda dan gejala ruktur usus atau peritonitis
- Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien
- Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi
- Dukung intake cairan
- Kolaborasika pemberian laksatid
- Pantau tanda-tanda dan gejala konstipasi
- Mendorong meningkatkan asupan cairan, kecuali
dikontraindikasikan
- Evaluasi profil obat untuk efek samping gastrointestinal
- Anjurkan pasinen atau keluarga untuk mencatat warna, volume,
frekuensi dan konsistensi tinja
- Anjurkan pasien atau keluarga untuk diet tinggi serat
- Anjurkan pasien atau keluarga pada penggunaan obat pencahar
- Timbang pasien secara teratur
- Ajarkan pasien atau keluarga tentang kerangka waktu untuk
resolusi untuk sembelit
b. Diare
- Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal
- Ajarkan pasien untuk menggunakan obat anti diare
- Instruksikan pasien atau keluarga untuk mencatat warna,
jumlah, frekuensi dan konsistensi dari feces
- Evaluasi intake makanan yang masuk
- Identifikasi faktor penyebab dari diare
- Monitor tanda dan gejala diare
- Observasi turgor kulit secara rutin
- Ukur diare atau keluaran BAB
- Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus
- Instruksikan pasien untuk makan rendah serat, tinggi protein
dan tinggi kalori jika memungkinkan
- Instruksikan untuk menghindari laksatik
- Ajarkan teknik menurunkan stress
- Monitor persiapan makanan yang aman
7. KRITERIA EVALUASI
a. Eliminasi Urine
1) Retensi Urine
- Kandung kemih tidak akan distensi setelah berkemih
- Klien akan menyangkal adanya rasa penuh pada kandung
kemihnya setelah berkemih
- Klien akan mencapai pengosongan urine total dalam 24 jam
setelah kateter diangkat
2) Inkontinensia
- Individu melaporkan tidak ada atau berkurangnyaperiode
inkontinensia
- Individu dapat menahan keinginan berkemih setelah sampai di
toilet
b. Eliminasi Fekal
1) Konstipasi
- Mempertahankan bentuk feces lunak 1-3 hari
- Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
- Mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi
- Feces lunak dan berbentuk
2) Diare
- Feces berbentuk, BAB sehari samapi tiga hari sekali
- Menjaga daerah sekitar rektal dari iritasi
- Tidak mengalami diare
- Menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan
- Mempertahankan turgor kulit
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Eleminasi urine
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Tanyakan pada klien secara cermat dan menyeluruh tentang hal – hal
sebagai berikut :
1) Pola perkemihan
Pertanyaan terkait pola berkemih sifatnya individual. Ini
bergantung pada individu apakah pola berkemihnya termasuk
dalam kategori normal atau apakah ia merasa ada perubahan pada
pola berkemihnya.
2) Frekuensi berkemih
a) 5 kali / hari, tergantung kebiasaan seseorang.
b) 70% miksi pada siang hari, sedangkan sisanya dilakukan pada
malam hari, menjelang dan sesudah bangun tidur.
c) Berkemih dilakukan saat bangun tidur dan sebelum tidur.
3) Volume berkemih
Kaji perubahan volume berkemih untuk mengetahui adanya
ketidakseimbangan cairan dengan membandingkannya dengan
volume berkemih normal.
4) Asupan dan haluaran cairan
a) Catat haluaran urine selama 24 jam
b) Kaji kebiasaan minum klien setiap hari
c) Catat asupan cairan peroral, lewat makanan, lewat cairan infus,
atau NGT jika ada.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Retensi urine yang berhubungan dengan kelemahan otot detrusor.
3. Rencana Tindakan dan Rasionalisasi
Intervensi Rasional
Minta klien untuk berusaha Melatih mengosongkan kandung
berkemih pada waktu yang kemih secara teratur dapat
terjadwal secara teratur. mengurangi terjadinya
pengeluaran air kemih dalam
bentuk tetesan.
Instruksikan klien untuk melakukan Latihan dasar panggul membantu
latihan dasar panggul di luar waktu memperkuat otot-otot panggul
berkemihnya. Minta klien pada saat saraf panggul utuh.
melakukan latihan ini setiap kali
berkemih.
Minta klien menggunakan Metode Crede membantu
kompresi kandung kemih (metoda menstimulasi mikturisi dan
Crede) selama berkemih mengosongkan kandung kemih.

4. Evaluasi
a. Kandung kemih tidak akan distensi setelah berkemih.
b. Klien akan menyangkal adanya rasa penuh pada kandung kemihnya
setelah berkemih.
c. Klien akan mencapai pengosongan urine total dalam 24 jam setelah
kateter diangkat.

Eliminasi Fekal
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Tanyakan pada klien tentang hal-hal sebagai berikut:
1) Pola defekasi
a) Frekuensi (berapa kali perhari/minggu?)
b) Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?
c) Apa penyebabnya?
2) Perilaku defekasi
a) Apakah klien menggunakan laksatif?
b) Bagaimana cara klien mempertahankan pola defekasi?
3) Deskripsi feses
a) Warna?
b) Tekstur?
c) Bau?
4) Diet
a) Makanan apa yang mempengaruhi perubahan pola defekasi
klien?
b) Makanan apa yang biasa klien makan?
c) Makanan apa yang klien hindari atau pantang?
d) Apakah klien makan secara teratur?
5) Cairan. Jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi setiap hari
6) Aktivitas
a) Kegiatan sehari-hari(misal olahraga)
b) Kegiatan spesifik yang dilakukan klien (misal penggunaan
laksatif, enema atau kebiasaan mengonsumsi sesuatu sebelum
defekasi)
7) Penggunaan medikasi. Apakah klien bergantung pada obat-obatan
yang dapat mempengaruhi pola defikasinya.
8) Stress
a) Apakah klien mengalami stres yang berkepanjangan?
b) Koping apa yang klien gunakan dalam menghadapi stress?
c) Bagaimana respon klien terhadap stres? Positif atau negatif?
9) Pembedahan atau penyakit menetap
a) Apakah klien pernah mengalami tindakan bedah yang dapat
mengganggu pola defekasi?
b) Apakah klien pernah menderita penyakit yang mempengaruhi
sistem gastrointestinalnya?
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko devisit volume cairan yang berhubungan dengan diare yang
lama.
3. Rencana Tindakan
a. Berikan cairan sesuai indikasi.
4. Evaluasi
a. Dehidrasi berkurang.
b. Pemenuhan kebutuhan cairan terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Medika.

Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai