Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NY ”A” DENGAN DIAGNOSA RHEUMTOID


ATRITIS DI LINGKUNGAN PONDOK PERASI KELURAHAN BINTARO AMPENAN

DISUSUN OLEH

SUKRAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2020
LAPORAN INI DI SETUJUI PADA

Hari/ Tanggal :

Ruangan :

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh manusia
dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi. Salah satunya adalah
kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas.
(Wartonah Tarwanto, 2006)
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam
tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh. Kekurangan oksigan
bisa menyebabkan hal yangat berarti bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya,
berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar
terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan
tugas perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi
tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan
oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap
pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja.
Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini,
individu merasakan pentingnya oksigen.

B. Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari Oksigenasi?
2. Bagaimanakah Etiologi dari Oksigenasi?
3. Bagaimanakah Tanda dan Gejala dari Oksigenasi?
4. Bagaimanakah Patofisiologi dari Oksigenasi?
5. Bagaimanakah Komplikasi dari Oksigenasi?
6. Bagaimanakah Penatalaksanaan dari Oksigenasi?
7. Bagaimanakah cara Pemeriksaan Penunjang dari Oksigenasi?
8. Bagaimanakah cara Pengobatan Penunjang dari Oksigenasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Oksigenasi
2. Untuk mengetahui Etiologi dari Oksigenasi
3. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala dari Oksigenasi
4. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Oksigenasi
5. Untuk mengetahui Komplikasi dari Oksigenasi
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Oksigenasi
7. Untuk mengetahui cara Pemeriksaan Penunjang dari Oksigenasi
8. Untuk mengetahui cara Pengobatan Penunjang dari Oksigenasi

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ
atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat
pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24
jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan
metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti
gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan
pembuangan CO² (hasil pembakaran sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi
pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas
dan mengurangi stress pada miokardium.

B. KLASIFIKASI
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan menyebabkan klien mengalami
gangguan oksigenasi menurut NANDA (2013), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas
tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy, kelelahan, kerusakan
neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif/ persepsi, obesitas, posisi
tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane
kapiler-alveoli.
Menurut Carpenito (1998 : 778 ) etiologi nafas tak efektif adalah :
1. Sekresi yang kental atau berlebihan karena  :
a. Infeksi
b. Fibrosis kistik
c. Influensa
2. Imobilisasi, statis sekresi dan batuk yang tidak efektif, skunder terhadap :
a. Penyakit system saraf
b. Depresi SSP/trauma kepala
c. Cedera cerebrovaskuler (stroke)
3. Imobilisasi karena efek sedatif dari obat-obatan seperti anastesi, umum atau spinal
4. Depresi reflek batuk
5. Penurunan oksigen dalam udara inspirasi
6. Imobilisasi sekunder terhadap :
a) Pembedahan atau trauma
b) Nyeri, takut, ansietas
c) Kelelehan
d) Kerusakan kognitif/persepsi
7. Kelembaban yang sangat tinggi atau rendah
8. Berkurangnya mekanisme pembersih silia, respon peradangan dan meningkatnya sekresi
akibat merokok atau pernafasan mulut.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada gangguan oksigen yang sering terjadi
yaitu ;
1. Suara napas tidak normal.
2. Perubahan jumlah pernapasan.
3. Batuk disertai dahak.
4. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
5. Dispnea.
Kesulitan dalam bernafas
6. Penurunan haluaran urin.
7. Penurunan ekspansi paru.
8. Takhipnea
Pernafasan yang sangat cepat.

D. PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru),
apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2002).
PATWAY

Alegent atau Antigent yang telah terikat


oleh IgE yang menancap pada permukaan
Sec mast atau basofil

Lepasnya macam-macam
mediator dari sel atai basofil

Kontraksi otot polos

Spasme otot polos/ sukresi


kelenjar bronkus melingkar
Penyempitan / obstruksi proksimal
dari bronkus kecil pada tahap inspirasi
dan ekspirasi

Edema mukosa
bronkus

Keluarnya sekrist kedalam


lumen bronkus

Sesak nafas

Tekanan partial oksigen di


alveolis menurun
Oksigen pada peredaran
darah menurun

Hipoksimia Co2 mengalami referensi


pada alveoli

Kadar Co2 dalam darah meningkat


yang memberi rangsangan pada
pusat pernapasan

Hiperventilasi

E. KOMPLIKASI
1. Abses paru
2. Edusi pleural
3. Empisema
4. Gagal nafas
5. Perikarditis
6. Meningitis
7. Atelektasis
8. Hipotensi
9. Delirium
10. Asidosis metabolic
11. Dehidrasi
12. Penyakit multi lobular

F. DISCHARGE PLANNING
1. Terapi oksigen. Prosedur pemberian oksigen:
a. Kaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi (periksa kembali) perintah pengobatan.
b. Siapkan pasien dan keluarga.
1) Atur posisi pasien dengan semi fowler jika memungkingkan.
Posisi ini memungkingkan ekspansi dada lebih mudah sehingga
memuda bernapas.
2) Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan dan
akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea. Informasi ke pasien dan
keluarga tentang petunjuk keamanan
yang berhubungan dengan penggunaan oksigen.
c. Atur peralatan oksigen dan humidifier.
d. Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat tetap berfungsi:
1) Cek oksigen dapat mengalir secara bebas lewat selang. Seharusnya tidak ada
suara pada selang dan sambungan tidak cocok. Seharusnya ada gelembung udara
pada humidifier saat oksigen mengalir lewat air. Perawat measakan keluar pada
kanul, masker atau tenda.
2) Atur oksigen dengan flow meter sesuai dengan perintah misalnya 2-6 l/min.
e. Pasang alat pemeberian oksigen yang sesuai
1) Kanul:
Letakan kanul pada wajah pasien, dengan lubang kanul harus kehidung dan
elastik band melingkar ke kepala. Beberapa model yang
lain elastic band ditarik ke bahwa Jika kanul ingin tetap berada
ditempatnya, Plester pada bagian wajah. Alasi selang dengan kasat pada elastik
band pada telinga dan tulang pipi jika dibutuhkan
2) Masker wajah:
(a) Tempatkan masker kearah wajah pasien dan letakan dari hidung kebawah.
(b) Atur masker sesuai dengan bentuk wajah. Masker harus menutupi wajah,
sehingga sangat sedikit oksigen yang keluar lewat mata
atau sekitar pipi dan dagu.
(c) Ikatkan elastik band melingkar pada klien sehingga masker terasa nyaman.
(d) Alasi band dibelakang telinga dan ditas tulang yang menonjol. Alas
akan mencegah iritasi karena masker.
3) Tandah wajah: Tempatkan tanda pada wajah klien dan ikatkan melingkar pada
kepala.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
1. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar
dan keadekuatan oksigenasi.
a. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
b. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
3. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.
4. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
5. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi
paru.
6. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

Menurut Marlin E. Doengoes (1999 : 165) pemerisaan penunjang pada bersihan jalan
tak efektif adalah :
1. Sinar X/foto dada : mengidentifikasi distribusi structural, dan juga dapat menyatakan
abses luas/ infiltrate, empiema(stapilococus): infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial),: atau penyebaran atau perluasan infiltrate nodul atau lebih sering virus. Pada
pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA/ nadi oksimetri : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/ kultur sputum dan darah : dapat diambil dengan biopsy jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopi, fiberoptik, atau biopsy pembukaan paru, untuk
mengatasi organism penyebab. Lebih dari satu tipe organism ada ; bakteri yang umum
meliputi diplococcus pneumonia, stapilococcus aureus, A- hemolitik streptococcus,
Haemophilus influenza; CMV. Kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua
organism yang ada. Kultur darah dapt menunjukkan bakteremia sementara.
4. JDL : leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS memungkinkan berkembangnya pneumonia
bacterial.
5. Pemerikasaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
6. LED meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun : tekanan jalan nafas mungkin
meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi pembesaran  (hipoksemia).
Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah.
8. Bilirubin mungkin meningkat.
9. Aspirasi : perkutan / biopsy jaringan paru terbuka : dapat menyatakan intranuklear tipikal
dan keterlibatan sitoplasmik (CMV) ; karakteristik sel raksasa.

H. PENATALAKSANAAN
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-
oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan
sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan
alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap
pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan untuk
pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum
mencakup :
Oksigen 1-2 L / menit IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10
mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi. Jika
sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik
dengan feeding drip. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan) Umur pasien bias menunjukkan tahap
perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan
perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan
dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakit nya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat
perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsure PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan 
Time).
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus  :30 – 60 x/mnt
b. Bayi : 44x/mnt
c. Anak : 20 – 25 x/mnt
d. Dewas : 15 – 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
f. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah/ pen
yakit yang sama.
4. Riwayat social Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor allergen dll.
5. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang:
a. Perilaku/tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku /tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapy
6. Riwayat spiritual
7. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna,
bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung. Palpasi : sinus frontalis,
sinus maksilaris
b. Faring Inspeksi: warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak.
c. rakhea Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada
bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga
kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan
kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal
(1:1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-
posterior dan tranversal adalah 1 : 2 Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :
Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit,
diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan.
Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri ciri berlawanan dengan pigeon c
hest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior mengecil.
Barrel chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1:1.Kelainan tulang belakang
diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke
belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung.
Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah
pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu
pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu
pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16x/mnt, ataukah apnea yaitu
keadaan terhentinya pernapasan. Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah
hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang dalam dan panjang ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara
dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang lambat. Perlu juga dikaji sifat
pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan yang
ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang
ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang
cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul
yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang
ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas
yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu
kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.Perlu juga dikaji
bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang terjadi karena
adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan
nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang
bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat
inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di
dengar saat ekspirasi.Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami
batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu
batuk kering dan keras tanpa sekresi, ataukah
hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah.
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi
yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt. Juga perlu dikaji tekanan darah
apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi, ataukah hipotensi yaitu
tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya
persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau
cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat
deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya
jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi : Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa,
peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus. Taktil
vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui system bronkhopulmonal sela
ma seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding
dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa
karena suara pria besar.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan 
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi social terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien
a. Bersihan jalan napas tidak efektif Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi p
ada saluran napas. Tanda-tandanya: :
• Bunyi napas yang abnormal
• Batuk produktif atau non produktif
• Cianosis
• Dispnea
• Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan Kemungkinan faktor penyebab :
• Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
• Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
• Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
• Obat-obat yang menekan reflex batuk dan pusat pernapasan
• Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
• Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit
untuk di expektoran
• Immobilisasi
• Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
b. Pola napas tidak efektif Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan
jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat.Tanda-tandanya:
•Dispnea
•Peningkatan kecepatan pernapasan
•Napas dangkal atau lambat
• Retraksi dada
• Pembesaran jari (clubbing finger)
• Pernapasan melalui mulut
• Penambahan diameter antero-posterior
• Cianosis, flail chest, ortopnea
• Vomitus
• Ekspansi paru tidak simetris Kemungkinan factor penyebab:
• Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
• Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan
obat anasthesi
•Gangguan musculoskeletal seperti: fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps p
aru
•CPPO seperti: empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
• Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
• Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme br
onchial atau oedema
• Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
c. Gangguan pertukaran gas Yaitu perubahan asam basa darah sehingga
terjadi asidosis respiratori dan alkalosis respiratori.
d. Penurunan kardiak output
Tanda-tandanya:
• Kardiak aritmia
• Tekanan darah bervariasi
• Takikhardia atau bradikhardia
• Cianosis atau pucat
• Kelemahan, vatigue
• Distensi vena jugularis
• Output urine berkurang
• Oedema
• Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan
batuk) Kemungkinan penyebab:
1. Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
2.Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi
alergi dan reaksi kegagalan jantung
3. Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
4. Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah.
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Mempertahankan terbukanya jalan napasPemasangan jalan napas buatan Jalan napas
buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke dalam mulut
atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea
untuk memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi Rute pemasangan:
• Orotrakheal:mulut dan trakhea
• Nasotrakheal:hidung dan trakhea
• Trakheostomi: tube dimasukkan ke dalam trachea melalui suatu insisi yang
diciptakan pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3
• Intubasi endotrakheal
2. Latihan napas dalam dan batuk efektif
Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
• Pasien dalam posisi duduk atau baring
• Letakkan tangan di atas dada
• Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang
• Tahan napas untuk beberapa detik
• Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi
• Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak  2-3 kali
• Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu
keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara
• Ulangi sesuai kemampuan pasien
• Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah bekas
operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk,
untuk menghindari terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri
3. Posisi yang baik
• Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru
maksimal karena isi abdomen tidak menekan diafragma
• Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan
posisi, ambulasi dan latihan
4. Pengisapan lender (suctioning)
Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan
napas, suction dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakhealatau trak
heostomi tube.
D. PEMBERIAN OBAT BRONKHODILATOR
Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema
mukosa bronchus dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan 
pertukaran udara. Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan
nebulisasi atau menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.
1. Mobilisasi sekresi paru
a. Hidrasi
Cairan diberikan 2±secara oral dengan cara menganjurkan pasien 
mengkonsumsi cairan yang banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas
kemampuan/cadangan jantung.
b. Humidifikasi Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau
melarutkan lendir.
c. Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di
dalam pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam
bronkhus dan trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap
sekresinya. Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum
tidur/ istirahat. Tekniknya:
•Sebelum  postural drainage, lakukan:
- Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
- Perkusi sekitar 1 – 2 menit
- Vibrasi 4 – 5 kali dalam satu periode
• Lakukan postural drainage, tergantung letak secret dalam paru.
d. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
Latihan napas Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan
deficit pernapasan melalui peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghem
atan energy melalui pengontrolan pernapasan Jenis. 
Latihan napas:
• Pernapasan diafragma
• Pursed lips breathing
• Pernapasan sisi iga bawah
• Pernapasan iga dan lower back
• Pernapasan segmenta
1. Pemasangan ventilasi mekanik Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan
pengaliran / penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat
mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam periode yang lama.Ada dua tipe yaitu
ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
2. Pemasangan chest tube dan chest drainage Chest tube drainage / intra pleural drainage
digunakan setelah prosedur thorakik, satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura
melalui pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke system drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks,
open pneumothoraks, flail chest. Tujuannya :
• Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau
rongga thoraks dan rongga mediastinum
• Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal kardiorespirasi
pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan
membuat tekanan negative dalam rongga pleura. Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water
c. The three bottle water
5. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat melalui:
• Nasal canule
• Bronkhopharingeal khateter
• Simple mask
• Aerosol mask / trakheostomy collars
• ETT (endo tracheal tube)
6. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output
Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas
B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau
mulut ke hidung
C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi buatan
Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :
a. Health promotion
• Ventilasi yang memadai
• Hindari rokok
• Pelindung/masker saat bekerja
• Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
• Pakaian yang nyaman
b. Health restoration and maintenance
• Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan sekret
• Teknik batuk dan postural drainage Suctioning
• Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler,
significant other
• Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat, fasilitasi
lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM
• Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis dan hangat,
hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi
• Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan
yang mudah dikunyah dan dicerna
• Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan ajarkan latihan
• Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip
medical asepsis
• Terapi O2
• Terapi ventilasi
• Drainage dada

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai tujuan dan
kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Syamsul. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit. Jakarta:

https://rosfina26.wordpress.com/2015/05/20/pemenuhan-kebutuhan-dasar-pada-manusia-
oksigenasi/

http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.co.id/2012/12/kebutuhan-oksigenasi.html

http://citratriwahyuningtyas.blogspot.co.id/2013/04/makalah-oksigenasi.html

Anda mungkin juga menyukai