Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN HEMATEMESIS MELENA

1. DEFINISI MELENA
Hematemesis adalah muntah darah atau darah kehitaman (coffe grounds) menunjukkan
perdarahan proksimal dari ligament treitz, dan Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang
berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas.
BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah berwarna merah
terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur dengan tinja. Sebagian besar
BAB darah berasal dari luka di usus besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja
tergantung dari lokasi perdarahan. Umumnya, semakin dekat sumber perdarahan dengan
anus, semakin terang darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di anus, rektum
dan kolon sigmoid cenderung berwarna merah terang dibandingkan dengan perdarahan di kolon
transversa dan kolon kanan (lebih jauh dari anus) yang berwarna merah gelap atau merah tua.

2. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan diare.
b. Demam, berat badan turun, lekas lelah
c. Ascites, hidratonaks dan edema
d. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
e. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis. Bila secara klinis didapati
adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan
sirosis dalam keadaan aktif.
f. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral di dinding,koput, medusa, wasir dan varises
esofagus.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan radiologi
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pemeriksaan USG dan scanning hati
d. Pemeriksaan endoskopik

4. PATOFISIOLOGI
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan
tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esopagus
dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari
sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya teklanan dalam vena ini, maka
vena tsb menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises).
Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan
curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh
melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini
merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika
volume darah tidak digantikan , penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi seluler.
Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime anaerob, dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran
darah akan memberikan efek pada seluruh system tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang
mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan.

6. PENATALAKSANAAN
a. Tirah baring
b. Diit makanan lunak
c. Pemeriksaan hb, ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
d. Pemberian transfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas
e. Infus cairan langsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi
f. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu CVP monitor
g. Pemeriksaan Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan
h. Transfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan mempertahankan kadar Hb
50-70% nilai normal
i. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10 mg/hari, karbosokrom (adona AC),
antasida dan golongan H2 reseptor antagonis berguna untuk menanggulangi perdarahan
j. Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh usus,
sebagai tindakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan
produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik..

7. PENGKAJIAN FOKUS
a. Riwayat Kesehatan
 Riwayat mengidap : Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus peptikum
 Kanker saluran pencernaan bagian atas
 Riwayat penyakit darah, misalnya DIC
 Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik
 Kebiasaan/gaya hidup :Alkoholisme, kebiasaan makan
b. Pengkajian Umum
 Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan.
 Eliminasi :
- BAB : konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam, konsistensi pekat, jumlahnya)
- BAK : warna gelap, konsistensi pekat
 Neurosensori : adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma).
 Respirasi : sesak, dyspnoe, hypoxia
 Aktifitas : lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot Pengkajian Fisik Kesadaran, tekanan
darah, nadi, temperatur, respirasi

 Inspeksi,
Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)
Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah
Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat
Kulit : dingin
 Auskultasi
Jantung : irama cepat atau lambat
Usus : peristaltik menurun
 Perkusi
Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak
Reflek patela : menurun

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL


1. Ketidakefektifan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk
memproses/mencerna makanan
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
4. Resiko syok (hipovolemik) b/d perdarahan dilambung
5. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang perawatan penyakitnya
6. Difisiensi pengetahuan

9. RENCANA DAN TUJUAN KEPERAWATAN NOC NIC


No Diagnosa NOC NIC
1 Ketidakefektifan  Respiratori status: Airway management
pola nafas b/d ventilation, airway1. Buka jalan nafas,
penurunan patency gunakan teknik chin lift
ekspansi paru  Vital sign status atau jaw thrust bila perlu
Kriteria hasil: 2. Posisikan pasien untuk
1. Mendemonstrasikan memaksimalkan ventilasi
batuk efektif dan suara3. Lakukan fisioterapi dada
nafas yang bersih, tidak4. Keluarkan secret dengan
ada sianosi dan dypsnea batuk atau suction
2. Menjukkan jalan nafas5. Auskultasi suara nafas,
yang paten catat adanya suara nafas
3. TTV dalam rentang tambahan
normal 6. Berikan bronkodilator
jika perlu
7. Monitor respirasi dan
status O2
2 Ketidakseimbang Nutritional status Nutritional management
an nutrisi kurang Kriteria hasil: 1. Kaji adanya alergi
dari kebutuhan1. Adanya peningkatan makanan
tubuh b/d BB sesuai dengan2. Kolaborasi dengan ahli
ketidakmampuan tujuan gizi untuk menetukan
untuk 2. BB sesuai dengan TB jumlah kalori an nutrisi
memproses/menc3. Mampu yang dibutukan pasien
erna makanan mengidentifikasi 3. Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan asupan Fe
4. Tidak terjadi penurunan4. Anjurkan pasien untuk
BB yang berarti meningkatkan konsumsi
protein dan Vit.C
5. Berikan substansi gula
6. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
7. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
3 Intoleransi Energy conservation Activity therapy
aktivitas b/d Activity tolerance 1. Bantu klien untuk
kelemahan Self care :ADLs mengidentifikasi aktivitas
1. Berpartisifasi dala, yang mampu dilakukan
aktivitas fisik tanpa2. Bantu untuk
disertai peningkatan mengidentifikasikan dan
TD,RR dan nadi mendapatkan sumber
2. Mampu melakukan yang sesuai dengan
aktivitas sehari-hari kemampuan fisik,
secara mandiri psikolog dan social
3. TTV normal 3. Sediakan penguatan
4. Energy psikomotor positif bagi yang aktif
5. Level kelemahan beraktivitas
6. Mampu berpindah :4. Bantu pasien untuk
dengan atau tanpa mengembangkan motivasi
bantuan alat diri dan penguatan
7. Status kardiopulmunary5. Monitor respon
adekuat fisik,emosi, sosial dan
spiritual
4 Resiko syok Syok prevention Syok prevention
(hipovolemik) 1. Nadi dalam batas yang1. Monitor status sirkulasi
b/d perdarahan diharapan BP, warna kulit, suhu
dilambung 2. Irama jantung dalam kulit, dan TTV
batas yang diharapkan 2. Monitor tanda inadekuat
3. Frekuensi nafas dalam oksigenasi jaringan
batas normal 3. Monitor suhu dan
4. Natrium serum, kalium pernafasan
serum, klorida serum,4. Pantau nilai labor
kalsium serum,5. Monitor tanda dan gejala
magnesium serum, PH asites
darah serum dbn. 6. Monitor tanda awal syok
7. Berikan vasodilator yang
tepat
8. Ajarkan keluarga dan
pasien tentang tanda dan
gejalany adatangnya syok
5 Ansietas b/d Anxiety self control Anxiety reduction
kurang Anxiety level 1. Gunakan pendekatan
pengetahuan Coping yang menenangkan
tentang Kriteria hasil: 2. Dengarkan dengan penu
perawatan 1. Klien mampu perhatian
penyakitnya mengidentifikasikan dan3. Identifikasi tingkat
mengungkapkan gejala kecemasan
cemas 4. Bantu pasien mengenal
2. Mengidentifikasi, situasi yang menimbulkan
mengungkapkan dan kecemasan
menunjukkan teknik5. Dorong pasien untuk
untuk mengontrol cemas mengungkapkan
3. TTV dalam batas perasaan, ketakutan,
normal persepsi
6. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
6 Difisiensi Knowledge :desease Teaching :
pengetahuan process 1. Berikan penilaian tentang
Knowledge : health tingkat pengetahuan
behaviour pasien tentang proses
1. Pasien dan keluarga penyakit yang spesifik
menyatakan 2. Jelaskan patofisiologi dari
pemahaman tentang penyakit
penyakit, kondisi,3. Jelaskan tanda dan gejala
prognosis dan program yang muncul dari
pengobatan penyakit
2. Pasien dan keluarga4. Gambarkan proses
mampu melaksanakan penyakit dengan cara
prosedur yang yang tepat
dijelaskan secara benar 5. Sediakan informasi pada
3. Pasien dan keluarga pasien tentang kondisi
mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Arief.2000. Kapita selekta kedokteran.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;Jakarta


Carpenito Linda Juall. 1999 .Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Penerbit
Buku Kedokteran EGC ; Jakarta
Inayah.2004.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pencernaan.
SelembaMedika;Jakarta.
Nurarif, Amin Huda& Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Dagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC jilid 2. Yogyakarta: Medi Action

A. PENGERTIAN
Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran cerna bagian
atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang mengandung campuran
darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (Grace & Borley, 2007).
Hematesis melena merupakan suatu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) yang
termasuk dalam keadaan gawat darurat yang dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus,
gastritis erosif, atau ulkus peptikum. (Arief Mansjoer, 2000 : 634)
Hematemesis didefinisikan sebagai mutah darah dan melena sebagai berak berwarna hitam,
lembek karena mengandung darah yang sudah berubah bentuk (acid hematin). (I Made Bakta,
1999:53)

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hematemesis melena, antara lain :
1. Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
2. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan lain-lain.
3. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura
trombositopenia
4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan lai-
lain.
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan bagian atas,
karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan
bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di
Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran
makan bagian atas.

a) Kelainan di esophagus
1) Varises esophagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises esophagus, tidak
pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium.Pada umumnya sifat perdarahan timbul
spontan dan masif.Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku
karena sudah bercampur dengan asam lambung.
2) Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan melena daripada hematemesis.Disamping
mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali penderita muntah darah dan
itupun tidak masif.
3) Sindroma Mallory – Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah-muntah hebat yang pada akhirnya baru timbul
perdarahan.misalnya pada peminum alkohol atau pada hamil muda. Biasanya disebabkan oleh
karena terlalu sering muntah - muntah hebat dan terus - menerus.
4) Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermiten atau kronis dan
biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena daripada hematemesis.Tukak di esophagus
jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika dibandingka dengan tukak lambung dan duodenum.

b) Kelainan di lambung
1) Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-obatan yang
menyebabkan iritasi lambung.Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati.
2) Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri ulu hati dan sebelum hematemesis
didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang berhubungan dengan makanan. Sifat
hematemesis tidak begitu masif dan melena lebih dominan dari hematemesis.
c) Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili, trombositopenia
purpura.

C. PATOFISIOLOGI
Usaha mencari penyebab perdarahan saluran makanan dapat dikembalikan kepada factor-faktor
penyebab perdarahan, antara lain : factor pembuluh darah (vasculopathy) seperti pada tukak
peptic, pecahnya varises esophagus; factor trobosit (thrombopathy) seperti pada ITP, factor
kekurangan zat-zat pembentuk darah (coagulopathy) seperti pada hemophilia, sirosis hati dan
lain-lain. Malahan pada serosis hati dapat terjadi ketiganya : vasculopathy, pecahnya varises
esophagus, thrombopathy, terjadinya pengurangan trombosit di sirkulasi perifer akibat
hipersplenisme, dan terdapat pula coagulophaty akibat kegagalan sel-sel hati. Khusus pada
pecahnya varises esophagus ada 2 teori, yaitu teori erosi yaitu pecahnya pembuluh darah karena
erosi dari makanan yang kasar (berserat tinngi dan kasar), atau minum OAINS (NSAID), dan
teori erupsi karena tekanan vena porta yang terlalu tinggi, yang dapat pula dicetuskan oleh
peningkatan tekanan intra abdomen yang tiba-tiba seperti pada mengejan, mengangkat barang
berat, dan lain-lain.
Perdarahan saluran makan dapat pula dibagi menjadi perdarahan primer, seperti pada :
hemophilia, ITP, hereditary haemorrhagic telangiectasi, dan lain-lain. Dapat pula secara
sekunder, seperti pada kegagalan hati, uremia, DIC, dan iatrigenic seperti penderita dengan terapi
antikoagulan, terapi fibrinolitik, drug-induce thrombocytopenia, pemberian transfuse darah yang
massif, dan lain-lain. (I Made Bakta, 1999 :55)
Adanya riwayat dyspepsia memperberat dugaan ulkus peptikum. Begitu juga riwayat muntah-
muntah berulang yang awalnya tidak berdarah, konsumsi alkohol yang berlebihan mengarahkan
ke dugaan gastritis serta penyakit ulkus peptikum. Adanya riwayat muntah-muntah berulang
yang awalnya tidak berdarah lebih kearah Mallory-Weiss. Konsumsi alkohol berlebihan
mengarahkan dugaan ke gastritis (30-40%), penyakit ulkus peptikum (30-40%), atau kadang-
kadang varises. Penurunan berat badan mengarahkan dugaan ke keganasan. Perdarahan yang
berat disertai adanya bekuan dan pengobatan syok refrakter meningkatkan kemungkinan varises.
Adanya riwayat pembedahan aorta abdominalis sebelumnya meningkatkan kemungkinan fistula
aortoenterik. Pada pasien usia muda dengan riwayat perdarahan saluran cerna bagian atas singkat
berulang (sering disertai kolaps hemodinamik) dan endoskopi yang normal, harus
dipertimbangkan lesi Dieulafoy (adanya arteri submukosa, biasanya dekat jantung, yang dapat
menyebabkan perdarahan saluran pencernaan intermitten yang banyak).
D. PATHWAYS
E. MANIFESTASI KLINIS
Perdarahan yang lebih banyak dan cepat akan menyebabkan penurunan venous return ke jantung,
penurunan cardiac out put dan meningkatkan tahanan perifer yang merangsang reflex
vasokonstriksi. Terjadinya hipotensi ortostatik lebih dari 10 mmHg (Till Test), menandakan
perdarahan minimal 20% dari volume total darah. Gejala yang sering menyertai antara lain
adalah : sincop, kepala terasa ringan, mual, berkeringat dan haus. Bila darah yang keluar sekitar
40% akan terjadi renjatan (syok) dengan segala manifestasinya. (I Made Bakta, 1999 : 57)
Manifestasi Klinis yang dapat di temukan pada pasien hematemesis melena adalah syok
(frekuensi denyut jantung,suhu tubuh), penyakit hati kronis (sirosis hepatis), dan koagulopati
purpura serta memar, demam ringan antara 38°C-39°C, nyeri pada lambung, hiperperistaltik,
penurunan Hb dan Ht yang tampak setelah beberapa jam, leukositosis dan trombositosis pada 2-5
jam setelah perdarahan, dan peningkatan kadar ureum darah setelah 24-48 jam akibat
pemecahan protein darah oleh bakteri usus.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien Hematemesis Melena adalah koma hepatik (suatu
sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan perubahan kesadaran, penurunan intelektual, dan
kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati), syok hipovolemik (kehilangan
volume darah sirkulasi sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun), aspirasi pneumoni
(infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk saluran napas), anemi posthemoragik
(kehilangan darah yang mendadak dan tidak disadari).

G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan sebaiknya
diraat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih
baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :
1. Pengawasan dan pengobatan umum
a. Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek sedatif morfin,
meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.
b. Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila perdarahan berhenti
dapat diberikan makanan cair.
c. Infus cairan langsung dipasang & diberilan larutan garam fisiologis slama belum ada darah.
d. Pengawasan tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan
perdarahan.
f. Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan mempertahankan kadar
hemoglobin 50-70 % harga normal.
g. Pemberian obat hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari, karbasokrom (Adona AC),
antasida dan golongan H2 reseptor antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk
menanggulangi perdarahan.
h. Dilakukan klisma atau lavemen dgn air biasa disertai pemberian antibiotika yg tidak diserap
oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan dapat menimbulkan
ensefalopati hepatik.

2. Pemasangan pipa naso-gastrik


Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung, lavage (kumbah
lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung akan
menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa
lambung, dengan demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan
berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila
perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan
setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.

3. Pemberian pitresin (vasopresin)


Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan mengakibatkan
kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan
demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat
menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-
hati dengan pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena
itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit
jantung koroner/iskemik.

4. Pemasangan balon SB Tube


Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat pecahnya varises.
Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga
penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya
dan kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan.
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalam
menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises esofagus.
Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan
napas tidak pernah dijumpai.

5. Pemakaian bahan sklerotik


Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml dengan
bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan dengan
balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali.
Cara pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam
menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises
esofagus.

6. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan perdarahan tetap
berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan
adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-kaval. Operasi efektif
dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik.
Selain cara-cara tersebut diatas, adapula metode lain untuk menghentikan perdarahan varises
esophagus, antara lain :
a. Cyanoacrylate glue injection, memakai semacam lem jaringan (His-toacryl R) yang langsung
disuntikkan intravena.
b. Endoscopic band ligator
Sedangkan pada perdarahan non variceal, dapat dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
a. Laser photo coagulation
b. Diathermy coagulation
c. Adrenalin injection
d. Sclerotheraphy injection. (I Made Bakta, 1999 : 60)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah esofagus dan
diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan duodenum. emeriksaan
tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan
fundus lambung untuk mencari ada/tidaknya varises. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan,
dianjurkan pemeriksaan radiologik ini sedini mungkin, dan sebaiknya segera setelah
hematemesis berhenti.
2. Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan secara endoskopik
menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber perdarahan.
Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk
dokumentasi, aspirasi cairan, dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan
saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan
secara darurat atau sedini mungkin setelah hematemesis berhenti.
3. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit hati kronik
seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran makan bagian atas.
Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat
dikota besar saja.

DAFTAR PUSTAKA
Davey, Patrick (2005). At a Glance Medicine (36-37). Jakarta: Erlangga.
Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1(3rd ed.). Jakarta: Media. Aesculapius.
Mubin (2006).Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis Dan Terapi(2ndEd.). Jakarta:
EGC.
Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Edisi 4.Jakarta : EGC
Sylvia, A Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Keperawatan.Edisi 6.Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai