Anda di halaman 1dari 15

ABDOMINAL PAIN

A. PENGERTIAN

Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa


disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada dua
yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.

Nyeri Abdomen Akut

Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan


onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi nyeri pada
suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri.

Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut. Rasa
nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar abdomen
seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan menjadi dua yaitu nyeri
visceral dan nyeri somatik.

1. Nyeri Viseral :

Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi organ
intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peritoneum viseral tidak
sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Kita dapat melakukan sayatan atau
jahitan pada usus tanpa dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan
atau kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme) akan member rasa nyeri yang tumpul
disertai rasa sakit.

Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokalisasi nyeri,


digambarkan pada daerah yang luas dengan memakai seluruh telapak tangan. Karena nyeri
ini tidak pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif tanpa menyebabkan
bertambahnya rasa nyeri.
2. Nyeri somatik :

Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh saraf
tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau disayat dengan
pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan menunjukkannya memakai
jari. Rangsanagn dapat berupa rabaan, tekanan, perubahan suhu, kimiawi atau proses
peradangan.

Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum parietal akan
menimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat peradangannya
sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan rasa nyeri atau
perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral
pasien dengan apendisitis akut. Setiap gerakan dari pasien juga akan menambah rasa nyeri,
baik itu berupa gerakan tubuh maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk. Hal
inilah yng menerangkan mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya berusaha untuk
tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.

Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan gejala lain memungkinkan
kita dapat lebih mendekati diagnosis kemungkinan.

Nyeri Abdomen Kronis

Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri berlanjut,


baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri kronis dapat
behubungan dengan ekserbasi akut.

B. ETIOLOGI
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan
atau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. ulkus yang mengalami perforasi
b. irritable bowel syndrome
c. apendisitis
d. pankreasitis
e. batu empedu.
Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan ; yang lain mungkin bisa
berakibat fatal.

C. PATOFISIOLOGI

Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf
spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik berasal
dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan melibatkan visera
mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih dapat meneruskan rasa
nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui
pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera,
tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa
nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan
gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan
nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan
timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar
akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus
terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa
usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri
lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf
A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan serosa dari
organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia
pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati
medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus, kemudian ke korteks
serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan
ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan
berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas ( lambung,
duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ), mencapai medula spinalis pada segmen
torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen
usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen
torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar
umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia perempuan,
impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri
dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalr ke labium atau skrotum. Jka
proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen
somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang disebabkan oleh kelainan metabolik
seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri abdomen
2. Mual, muntah
3. Tidak nafsu makan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
5. Turgor kulit tidak elastis
6. Urine sedikit dan pekat
7. Lemah dan kelelahan

E. KOMPLIKASI
a. Perporasi gastrointestinal
b. Obstruksi gastrointestinal

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan DL
c. Amilase :Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
d. β-HCG(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-HCG dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
e. Gas darah arteri :Asidosis metabolik(iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
f. Urin porsi tengah (MSU):infeksi saluran kemih
g. EKG:Infark miokard
h. Rotgen thorak:Viskus perforasi(udara bebas),Pneumonia
i. Rotgen Abdomen :Usus iskemik(dilatasi,usus yang edema dan
menebal),Pankreatitis(pelebaran jejunum bagian atas ’sentimel),Kolangitis(udara
dalam cababg bilier),Kolitis akut(Kolon mengalami dilatasi,edema dan gambaran
menghilang),obstruksi akut(Usus mengalami dilatasi,tanda ’string of pearl’) Batu
Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal )
j. Ultrasonografi
k. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi peritonium yang
tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis bandingnya luas,pada
pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan laparotomi dan diagnosis
belum pasti,,pankreatitis,trauma hati/limpa/mesenterium,divertikulitis,aneurisma
l. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pemberian analgetik
b. Pembedahan

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

a. Kaji nyeri dengan tehnik PQRST


b. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
c. Berikan posisi yang nyaman pada klien
d. Berikan HE tentang nyeri
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ABDOMINAL PAIN

1. Pengkajian
Pasien mengeluh nyeri perut.
Nadi meningkat
Tekanan darah meningkat
RR meningkat
Pasien tampak meringis.
Pasien mengatakan nyeri ringan – sedang
Pasien mengatakan nyerinya bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit
dilokalisasi
Pasien hanya minum < 8 gelas sehari
Pasien muntah-muntah
Pasien tampak lemah.
Lidah dan mukosa bibir pasien kering.
Turgor kulit tidak elastis.
Urine sedikit dan pekat.
Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan.
Pasien hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan.
Berat badan pasien turun
Pasien tampak lemah dan kelelahan
Kekuatan otot
4444 4444
4444 4444
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas.

• Pemeriksaan fisik
Dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita (status generalis)
untuk evaluasi keadaan sistim pemafasan, sistim kardiovaskuler dan sistim saraf yang
merupakan sistim vital untuk kelangsungan kehidupan. Pemeriksaan keadaan lokal (status
lokalis abdomen) pada penderita dilaksapakan secara sistematis dengan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. Tanda-tanda khusus pada akut abdomen tergantung pada
penyebabnya seperti trauma, peradangan, perforasi atau obstruksi.
• Inspeksi
Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah :
- Penderita kesakitan. Pernafasan dangkal karena nyeri didaerah
- abdomen. Penderita pucat, keringat dingin.
- Bekas-bekas trauma pads dinding abdomen, memar, luka,prolaps omentum atau
usus. Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan tanda-tanda
khusus, maka harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter yang sama untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya perubahan pada pemeriksaan fisik.
- Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan
bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalsis usus (Darm-steifung).
• Palpasi
a) Akut abdomen memberikan rangsangan pads peritoneum melalui peradangan atau
iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah yang terkena
iritasi.
b) Palpasi akan menunjukkan 2 gejala :
1. Perasaan nyeri
Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus menerus akan bertambah pads waktu
palpasi sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis lokal akan
timbul rasa nyeri di daerah peradangan pads penekanan dinding abdomen di daerah lain.
2. Kejang otot (defense musculaire, muscular rigidity)
Kejang otot ditimbulkan karena rasa nyeri pads peritonitis diffusa yang karena
rangsangan palpasi bertambah sehingga secara refleks terjadi kejang otot.

• Perkusi
Perkusi pads akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal. 1) Perasaan nyeri oleh
ketokan pads jari. Ini disebut sebagai nyeri ketok. 2) Bunyi timpani karena meteorismus
disebabkan distensi usus yang berisikan gas pads ileus obstruksi rendah.
• Auskultasi
Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen terjadi perangsangan
peritoneum yang secara refleks akan mengakibatkan ileus paralitik.
• Pemeriksaan rectal
Toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga merupakan pemeriksaan rutin
untuk mendeteksi adanya trauma pads rektum atau keadaan ampulla recti apakah berisi
faeces atau teraba tumor.

2. Diagnosa Keperawatan :
Nyeri akut berhubungan dengan post operasi ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri
perut, nadi meningkat, tekanan darah meningkat, RR meningkat, Pasien tampak
meringis dan pasien mengatakan slaka nyeri ringan - sedang.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake cairan insisi bedah

ditandai dengan pasien tampak lemah, lidah dan mukosa bibir pasien kering, turgor kulit
tidak elastis, urine sedikit dan pekat, minum < 8 gelas.
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi bedah ditandai
dengan pasien lemah, tampak kelelahan.
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

muntah ditandai dengan Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan, pasien hanya
makan sedikit dari porsi yang diberikan, dan berat badan pasien turun

3. Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan post operasi
Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam di harapkan nyeri dapat berkurang atau
terkontrol dengan kriteria hasil :
1. Nyeri pasien dapat berkurang
2. Skala intensitas nyeri berkurang 2 -3
3. Pasien tampak tenang
4. TTV tampak normal ( dalam batas normal )
Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada klien tindakan yang 1. klien mengetahui dan dapat
akan di lakukan. mengikuti tindakan yang
akan di lakukan

2. Manajemen lingkungan: lingkungan 2. lingkungan tenang akan

tenang, batasi pengunjung, dan menurunkan stimulus nyeri

istirahatkan klien eksternal dan pembatasan


pengunjung akan
membantu meningkatkan
kondisi okisigen (O2)
ruangan

3. Ajarkan dan dorong pasien tehnik 3. Dengan tehnik relaksasi nyeri


relaksasi napas dalam dapat mengurangi nyeri .

4. Bantu pasien untuk mendapatkan


4. untuk menurunkan ketegangan
posisi yang nyaman, dan gunakan
atau spasme otot dan untuk
bantal untuk membebat atau mendistribusikan kembali
menyokong daerah yang sakit bila tekanan pada bagian tubuh
diperlukan .

5. Kolaborasi pemberian analgetik 5. Kolaborasi dengan pemberian


analgetik sesuai indikasi dapat
memblok lintasan nyeri,
sehingga nyeri dapat berkurang.
6. Observasi TTV

7. Observasi skala nyeri 6. Peningkatan nadi menunjukkan


adanya nyeri.

7. Untuk mengetahui intervensi


selanjutnya dan untuk melihat
skala nyeri.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake cairan insisi bedah
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam di harapkan volume cairan tetap adekuat
dengan kriteria hasil :
1. Tanda-tanda vital tetap stabil
2. Warna kulit dan suhu normal
3. Kadar elektrolit tetap dalam rentang normal
4. Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membran mukosa lembab

Intervensi Rasional
1. Pantau dan catat tanda-tanda vital 1. Takikardia, dispnea, atau
setiap 2 jam atau sesering mungkin hipotensi dapat
sesuai keperluan sampai stabil. mengindikasikan
Kemudian pantau dan catat tanda- kekurangan volume cairan
tanda vital setiap 4 jam. atau ketidakseimbangan
elektrolit.

2. Selimuti pasien hanya dengan kain 2. Untuk mencegah


yang tipis. Hindari terlalu panas vasodilatasi, terkumpulnya
darah di ektremitas, dan
berkurangnya volume darah
3. Ukur asupan dan haluaran setiap 1 sirkulasi.
sampai 4 jam. Catat dan laporkan
3. Haluaran urine yang
perubahan yang signitifikan
rendah dan berat jenis
termasuk urine, feses, muntahan,
urine yang tinggi
drainase luka.
mengindikasikan
4. Berikan cairan, darah atau produk hopovolemia.
darah, atau ekspander plasma
4. Untuk mengganti cairan
dan kehilangan darah serta
mempermudah pergerakan
cairan ke dalam ruang
intravaskular, pantau dan
catat keefektifan dan semua
efek yang tidak diharapkan.

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi bedah:


Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien akan menunjukkan tingkat peningkatan aktivitas
optimal dengan kriteria hasil :
1. Pasien menyatakan keinginannya untuk meningkatkan aktivitas
2. Pasien mengindentifikasi faktor-faktor terkontrol yang menyebabkan kelemahan
3. Tekanan darah, kecepatan nadi dan respirasi, tetap dalam batas yang ditetapkan selama
aktivitas
4. Pasien menyatakan rasa puas dengan setiap tingkat aktivitas baru yang dapat dicapai

Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan pasien tentang 1. Untuk
perlunya beraktifitas mengkomunikasikan
kepada pasien bahwa
aktivitas akan
meningkatkan
kesejahteraan fisik dan
2. Identifikasi aktivitas-aktivitas pasien
psikososial
yang diinginkan dan sangat berarti
baginya 2. Untuk mrningkatkan
3. Dorong pasien untuk membantu motivasinya agar lebih
merencanakan kemajuan aktivitas aktif
yang mencakup aktivitas yang
3. Partisipasi pasien dalam
diyakini sangat penting oleh pasien
perencanaan dapat
4. Intruksikan dan bantu pasien untuk membantu memperkuat
beraktivitas diselingi istirahat
keyakinan pasien
5. Identifikasi dan minimalkan faktor-
4. Untuk menurunkan
faktor yang dapat menurunkan
kebutuhan oksigen tubuh
toleransi latihan pasien
dan mencegah keletihan
6. Pantau dan respons fisiologis
5. Untuk membantu
terhadap peningkatan aktivitas
meningkatkan aktivitas
(termasuk respirasi, denyut dan
pasien
iramma jantung, tekanan darah)

6. Untuk meyakinkan bahwa


frekuensinya kembali

Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh dapat tercukupi secara optimal dengan kriteria hasil :
1. Pasien makan secara mandiri tanpa di dorong
2. Berat badan pasien bertambah (kg) setiap minggu
3. Pasien dan anggota keluarga mengomunikasikan pemahaman kebutuhan diet khusus

Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada klien tindakan yang 1. klien mengetahui dan
akan di lakukan. dapat mengikuti
tindakan yang akan di
lakukan
2. Beri kesempatan pasien 2. untuk membantu
mendiskusikan alasan untuk tidak mengkaji penyebab
makan gangguan makan
3. Tentukan makanan kesukaan pasien
3. untuk meningkatkan
dan usahakan untuk mendapatkan
nafsu makan pasien
makan tersebut, tawarkan makanan
yang merangsang indra penciuman,
penglihatan dan taktil

4. Observasi dan catat asupan pasien 4. untuk mengkaji zat gizi


yang di konsumsi dan
suplemen yang
diperlukan

5. Timbang berat badan pasien pada 5. Tindakan ini

jam yang sama setiap hari. Beri memberikan data

penguatan penambahan berat badan akurat dan memberikan

dengan pujian atau penghargaan pengendalian pada


pasien tentang
makanan yang akan
dimakan dan pujian
atau penghargaan yang
di dapatkan

Implementasi
Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan (Effendi, 1995).

Nyeri akut berhubungan dengan spasme abdomen

IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.
2. Manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan
istirahatkan klien
3. Mengajarkan dan dorong pasien tehnik relaksasi napas dalam
4. Membantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman, dan gunakan
bantal untuk membebat atau menyokong daerah yang sakit bila diperlukan .
5. Berkolaborasi pemberian analgetik
6. Mengobservasi TTV
7. Mengobservasi skala nyeri

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah

IMPLEMENTASI

1. Memantau dan mencatat tanda-tanda vital setiap 2 jam atau sesering


mungkin sesuai keperluan sampai stabil. Kemudian pantau dan catat tanda-
tanda vital setiap 4 jam.
2. Menyelimuti pasien hanya dengan kain yang tipis. Menghindari kain yang
terlalu panas
3. Mengukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan
perubahan yang signitifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase luka.
4. Memberikan cairan, darah atau produk darah, atau ekspander plasma

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri

IMPLEMENTASI

1. Mendiskusikan dengan pasien tentang perlunya beraktifitas


2. mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pasien yang diinginkan dan sangat
berarti baginya
3. Mendorong pasien untuk membantu merencanakan kemajuan aktivitas
yang mencakup aktivitas yang diyakini sangat penting oleh pasien
4. Mengintruksikan dan membantu pasien untuk beraktivitas diselingi
istirahat
5. Mengidentifikasi dan meminimalkan faktor-faktor yang dapat menurunkan
toleransi latihan pasien
6. Memantau dan merespons fisiologis terhadap peningkatan aktivitas
(termasuk respirasi, denyut dan iramma jantung, tekanan darah)

Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

IMPLEMENTASI

1. Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.


2. Memberi kesempatan pasien mendiskusikan alasan untuk tidak makan
3. menentukan makanan kesukaan pasien dan usahakan untuk mendapatkan
makan tersebut, tawarkan makanan yang merangsang indra penciuman,
penglihatan dan taktil
4. Mengobservasi dan catat asupan pasien
5. Menimbang berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari. Beri
penguatan penambahan berat badan dengan pujian atau penghargaan

6. Evaluasi
1. Nyeri pasien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Volume cairan seimbang.
3. Pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali setelah dilakukan tindakan keperawatan
4. Tidak terjadi kekurangan nutrisi
Daftar pustaka

1. www.scribd.com/doc/237668081/79204432-LP-Abdominal-Pain-doc
2. www.scribd.com/doc/185999364/Abdominal-Pain
3. Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
4. CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal: TheHighPrevalenceofPain in Emergency
Medicalcare. Am J Emerg Med 20:165-169, 2002.
5. Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17. New
York. Mcgrawhill companies.
6. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation. Emerg
MedClin North Am 19:123-136, 2001.
7. Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS
8. R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.
9. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai