ABDOMINAL PAIN
DISUSUN OLEH :
SEMARANG
TAHUN 2017/2018
LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN.
PENGERTIAN
1. Nyeri Viseral
2. N y e r i s o m a t i k
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh saraf tepi
diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk'tusuk atau
disayatdengan pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat ole h pasien
dengan menunjukkannyamemakai jari. Rangsan gan dapat berupa rabaan,
tekanan, perubahan suhu, kimia-i atau proses peradangan.
1. Irritablbowel syndrome
2. Apendisitis
3. Pankreasitis
4. Batu Empedu
PATOFISIOLOGI
D.MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri Abdomen
2. Mual muntah
3. Tidak nafsu makan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
5. Turgor kulit tidak elastis.
6. Urine sedikit dan tidak pekat
7. Lemah dan kelelahan.
E.KOMPLIKASI
1. Perporasi gastrointestinal
2. Obstruksi gastrointestinal
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksan fisik
b. Pemeriksaan DL
c. Amilase: kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
d. Β-HCG(serum) : kehamilan ektopik (kadar β-HCG dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
e. Gas darah arteri : Asidosis metabolik (iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
f. EKG : Infrak miokard
g. Rotgen thorak : viskus perforasi (udara bebas), Pneumonia
h. Urine porsi tengah (MSU) : infeksi saluran kemih
i. Rotgen abdomen : Usus iskemik (dilatasi, usus yang edema dan menebal),
Pankreatitis(pelebaran jejunum bagian atas “sentimel”), Kolangitis (udara
dalam cabang bilier), Obstruksi akut (usus mengalami dilatasi, tanda “string of
pearl”) Batu ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal).
j. Ultrasonografi
k. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk informasi
peritonium yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang di diagnosis
bandingnya luas, pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan
laparotomi dan diagnosis belum pasti, pankreatitis, trauma
hati/limfa/mesenterium, divertikulitis, aneurisma.
l. IVU (urografi intravena) : batu ginjal, obstruksi saluran ginjal.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pemberian analgesik
b. Pembedahan
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Pasien mengeluh nyeri perut
2. Nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. RR meningkat
5. Pasien tampak meringis
6. Pasien mengatakan nyeri ringan-sedang
7. Pasien mengatakan nyerinya bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak
jelas serta sulit dilokasikan.
8. Pasien hanya minum <8 gelas sehari
9. Pasien muntah-muntah
10. Pasien tampak lemah
11. Lidah dan mukosa bibir kering
12. Turgor kulit tidak elastis
13. Urine sedikit dan pekat
14. Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan
15. Pasien hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan
16. Berat badan pasien turun
17. Pasien tampak lemah daan kelelahan
18. Kekuatan otot
Pemeriksaan Fisik
Dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita
(status generalis) untuk evaluasi keadaan sistem pernafasan,
sistem kardiovaskuler, dan sistem saraf yang meruakan sistem
vital untuk kelangsungan kehidupan. Pemeriksaan keadaan
lokal (status lokalis abdomen) pada penderita dilaksanakan
secara sistematis dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Tanda-tanda khusus pada akut abdomen tergantung
pada penyebabnya seperti trauma, peradangan, perforasi atau
obstruksi.
Inspeksi
Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah :
Penderita kesakitan. Pernafasan dangkal karena nyeri
didaerah abdomen
Penderita pucat, keringat dingin
Bekas-bekas trauma pada dinding abdomen,memar,
luka, prolaps ometum atau usus. Kadang-kadang pada
trauma abdomen sukar ditemukan tanda-tanda khusus,
maka harus dilakukan pemeriksaan penunjangn
berulang oleh dokter yang sama untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya perubahan pada pemeriksaan
fisik.
Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila
obstruksinya letak rendah, dan bila orangnya kurus
kadang-kadang terlihat peristaltis usus (Darm-steifung).
Palpasi
a. Akut abdomen memberikan rangsangan pads
peritoneum melalui peradangan atau iritasi peritonium
serta lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah
yang terkena iritasi.
b. Palpasi akan menunjukan 2 gejala :
Perasaan nyeri
Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus
menerus akan bertambah pads waktu palpasi
sehingga dikenal gejala nyeri lepas dan nyeri
tekan. Pada peitonitis lokal akan timbul rasa
nyeri di daerah peradangan pada penekanan
dinding abdomen di daerah lain.
Kejang otot (defense musculaire, muscular
rigidity)
Kejang otot ditimbulkan karena rasa nyeri pada
peritonitis diffusa yang karena rangsangan
palpasi bertambah sehingga secara refleks
terjadi kejang otot.
Perkusi
Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukan 2 hal
1. Perasaan nyeri oleh ketokan pada jari. Ini disebut
sebagai nyeri ketok.
2. Bunyi timpani karena meteorismus disebabkan distensi
usus yang beridikan gas pada ileus obstruksi rendah.
Auskultasi
Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen
terjadi perangsangan peritoneum yang secara refleks akan
mengakibatkan ileus paralitik.
Pemeriksaan Rectal
Toucher atau perabaan rectum dengan jari telunjuk juga
merupakan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma
pada rectum atau keadaan ampulla recti apakah berisi feses atau
teraba tumor.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri perut, nadi meningkat, tekanan darah meningkat, RR
meningkat, pasien tampak meringis dan pasien mengatakan skala nyeri
ringan-sedang.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake
cairan insisi bedah ditandai dengan pasien tampak lemah, lidah dan
mukosa kering, turgor kulit tidak elastis, urine sedikit dan pekat,
minum <8 gelas.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi
bedah ditandai dengan pasien lemah, tampak kelelahan.
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah ditandai dengan pasien mengatakan mual dan
muntah, tidak nafsu makan, pasien hanya makan sedikit dari porsi yang
diberikan, dan berat badan pasien turun.
III. INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24jam di harapkan
nyeri dapat berkurang atau terkontrol dengan kriteria hasil :
a. Nyeri pasien dapat berkurang
b. Skala intensitas nyeri berkurang 2-3
c. Pasien tampak tenang
d. TTV tampak normal (dalam batas normal)
Intervensi Rasional
Jelaskan kepada klien Klien mengetahui dan dapat
tindakan yang akan dilakukan mengikuti tindakan yang akan
dilakukan
Manajemen lingkungan : Lingkungan tenang akan
lingkungan tenang, batasi menurunkan stimulasi nyeri
pengunjung, dan istirahatkan eksternal dan pembatasan
klien. pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen
ruangan.
Ajarkan dan dorong pasien Dengan teknik relaksasi nyeri
teknik relaksasi nafas dalam dapat terkurangi
Bantu pasien untuk Untuk menurunkan ketegangan
mendapatkan posisi yang atau spasme otot dan untuk
nyaman, dan gunakan bantal mendistribusikan kembali
untuk membebat atau tekanan pada bagian tubuh
menyokong daerah yang sakit
bila diperlukan
Kolaborasi pemberian Kolaborasi dengan pemberian
analgesik anagetik sesuai indikasi dapat
memblok lintasan nyeri,
sehingga dapat berkurang
Observasi TTV Peningkatan nadi menunjukan
adanya nyeri
Observasi skala nyeri Untuk mengetahui intervensi
selanjutnya dan untuk melihat
skala nyeri
Intervensi Rasional
Pantau dan catat tanda-tanda Takikardia, dispnea, atau
vital setiap 2jam atau hipotensi dapat
sesering mungkin sesuai mengindikasikan kekurangan
keperluan sampai stabil. volume cairan atau
Kemudian pantau dan catat ketidakseimbangan elektrolit.
tanda tanda vital setiap 4 jam
Selimuti pasien hanya
Untuk mencegah vasodalatasi,
dengan kain yang tipis. terkumpulnya darah di
Hindari terlalu panas ekstremitas, dan berkurangnya
volume darah sirkulasi
Ukur asupan dan haluaran Haluaran urine yang rendah dan
setiap 1 sampai 4 jam. Catat berat jenis urine yang tinggi
dan laporkan perubahan mengindikasikan hopovolemia
yang signifikan termasuk
urine, feses, muntahan,
drainase luka
Berikan cairan, darah atau Untuk mengganti cairan dan
produk darah, atau kehilangan darah serta
ekspander plasma mempermudah pergerakan
cairan ke dalam ruang
intravaskuler, pantau dan catat
keefektifan dan semua efek
yang tidak diharapkan.
Intervensi Rasional
Diskusikan dengan pasien Untuk mengkomunikasikan
tentang perlunya beraktifitas kepada pasien bahwa aktivitas
akan meningkatkan
kesejahteraan fisik dan
psikososial.
Identifiksi aktivitas-aktivitas Untuk meningkatkan
pasien yang diinginkan dan motivasinya agar lebih aktif.
sangat berarti baginya.
Dorong pasien untuk Partisipasi pasien dalam
membantu merencanakan perencanaan dapat membantu
kemajuan aktivitas yang memperkuat keyakinan pasien.
mencakup aktivitas yang
diyakini sangat penting oleh
pasien.
Intruksikan dan bantu pasien Untuk menurunkan kebutuhan
untuk beraktivitas diselingi oksigen tubuh dan mencegah
istirahat. keletihan.
Identifikasi dan minimalkan Untuk membantu
faktor-faktor yang dapat meningkatkan aktivitas pasien.
menurutkan toleransi latihan
pasien.
Pantau dan respons fisilogis Untuk membantu
terhadap peningkatkan meningkatkan aktivitas
aktivitas (termasuk pasien.
respirasi,denyut dan irama
jantung, tekanan darah)
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh dapat tercukupi secara optimal
dengan kriteria hasil :
a. Pasien makan secara mandiri tanpa di dorong.
b. Berat badan pasien bertambah (kg) setiap minggu.
c. Pasien dan anggota keluarga mengomunikasikan pemahaman
kebutuhan diet khusus .
Intervensi Rasional
Jelaskan kepada klien tindakan Klien mengetahui dan dapat
yang akan di lakukan. mengikuti tindakan yang akan
di lakukan
Beri kesempatan pasien Untuk membantu mengkaji
mendiskusikan alasan untuk penyebab gangguan makan.
tidak makan.
Tentukan makanan kesukaan Untuk meningkatkan nafsu
pasien dan usahakan untuk makan pasien
mendapatkan makan tersebut,
tawarkan makanan yang
merangsang indra penciuman,
pengliatan dan taktil.
Observasi dan catat asupan Untuk mengkaji zat gizi yang
pasien di konsumsi dan suplemen
yang diperlukan.
Timbang berat badan pasien Tindakan ini memberikan data
pada jam yang sama setiap akurat dan memberikan
hari. Beri penguatan pengendalian pada pasien
penambahan berat badan tentang makanan yang akan
dengan pujian atau dimakan dan pujian atau
penghargaan. penghargaan yang didapatkan.
IV. IMPLEMENTASI
Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi,1995).
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme abdomen
Implementasi
Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.
Manajemen lingkungan : lingkungan teang, batasi pengunjung, dan
istirahatkan klien.
Mengajarkan dan dorong pasien teknik relaksasi nafas dalam
Membantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman, dan gunakan
bantal untuk menyokong daerah yang sakit bila diperlukan.
Berkolaborasi pemberian analgetik
Mengobservasi TTV
Mengobservasi skala nyeri.
Implementasi
Memantau dan mencatat tanda tanda vital setiap 2 jam atau sesering
mungkin sesuai keperluan sampai stabil. Kemudian pantau dan catat tanda
tanda vital setiap 4 jam.
Menyelimuti pasien hanya dengan kain yang tipis. Menghindari kain yang
terlalu panas.
Mengukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan aporkan
perubahan yang signifikan termasuk urine, fases, muntahan, drainase luka.
Memberikan cairan, darah atau produk darah atau ekspander plasma.
Implementasi
Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.
Memberi kesempatan pasien mendiskusikan alasan untuk tidak makan
Menentukan makanan kesukaan pasien dan usahakan untuk mendapatkan
makan tersebut, tawarkan makanan yang merangsang indra penciuman,
pengliatan dan taktil.
Menimbang berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari. Beri
penguatan penambahan berat badan dengan pujian atau penghargaan.
Mengobservasi dan catat asupan pasien.
V. EVALUASI
1. Nyeri pasien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
2. Volume cairan seimbang.
3. Pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
4. Tidak terjadi kekurangan nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
www.scribd.com/doc/237668081/79204432-LP-Abdominal-Pain-doc
www.scribd.com/doc/185999364/Abdominal-Pain
arief Mansjoerr, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta ; Balai Penerbit FKUI.
Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17, New
York. Mecgrawhill companies.
Pierce A. Grace & Neil R. Borley,2007. At a Glance ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta :
EMS
Sudoyo, Aru W, dkk, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta ;
Balai Penerbit FKUI.