Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PEDAHULUAN

ABDOMINAL PAIN

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa
disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace & Neil R.Borley, 2016). Nyeri di perut
adalah gejala paling penting dari proses patologis perut akut.
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan diantara dada dan regio inguinalis. Nyeri
perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri akut
abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi
tiba-tiba serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Nyeri perut
adalah sakit perut berulang sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3
kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu
aktivitas sehari-hari (Appley, 2015) .

2. Klasifikasi
Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
Menurut Herlman, T. Heather.2012:
a. Nyeri Abdomen Akut
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset
mendadak, dan durasi pendek. Nyeri akut (referred pain) adalah persepsi nyeri pada
suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri.
keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut.Rasa
nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan'kelainan di abdomen atau di luar
abdomen seperti organ-organ di rongga toraks.
b. Nyeri abdomen kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya di gunakan untuk mengambarkn nyeri berlanjut, baik
yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri kronis dapat
berhubungan dengan ekserbasi akut.

3. Etiologi
Nyeri abdomen dapat di sebabkan oleh masalah di sepanjang saluran pencernaan atau
di berbagai bagain abdomen yang bisa berupa :
a. Ulkus yang mengalami perforasi
b. Irritable bowel syndrome
c. Apendisitis
d. Pankreasitis
e. Batu empedu
4. Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf
spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik
berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan
melibatkan visera mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih dapat
meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf
otonom. Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual
yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena
adanya rangsangan nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal
dari usus halus akan timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa
nyeri dari usus besar akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam
traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf
otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat
meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan
dari kulit oleh serabut saraf A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa,
lapisan muskularis, dan serosa dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan
dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa
ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus
lateralis menuju talamus, kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen dari visera
biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang
meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit
dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas,
hati, dan sistem empedu ), mencapai medula spinalis serta dirasakan didaerah
epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum
Treitz sampai fleksura hepatika dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis,
ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen
torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah
suprapubik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jka proses penyakit
meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke
radiks spinal. nyeri yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan
timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya. (Ami& Hardi. 2016.)
5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri abdomen
b. Mual muntah
c. Tidak nafsu makan
d. Lidah dan mukosa bibir kering
e. Turgor kulit tidak elastis
f. Urine sedikit dan pekat
g. lemah dan kelelahan

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. EKG
c. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi,
osteoartritis atau scoliosis.
d. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari
seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan
masalah diskus intervertebralis.
e. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
f. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi
patologi tulang belakang.
g. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi
atau protrusi diskus.
h. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
i. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf
tulang belakang ( Radikulopati )

7. Penatalaksaan medis
a. Penatalaksanaan farmakologi
 Pemberian analgetik
 pembedahan
b. Penatalaksanaan nonfarmakologi
 Kaji nyeri dengan teknik PQRST
 Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
 Berikan posisi yang nyaman pada pasien
 Berikan HE tentang nyeri
8. Komplikasi
a. Perforasi gastrointesnital
b. Obstruksi gastrointesnital
c. Gangguan pola tidur
d. Syok neurogenik
DAFTAR PUSTAKA

1. Arief Mansjoer, A..,Suprohaita,Wardhani, W.I.,dkk.2000.Kapita selekta kedokteran jilid 2


Edisi ketiga.Jakarta : Balai penerbit FKUI.

2. Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta:EGC

3. Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

4. Ami& Hardi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa


Nanda, NIC, NOC, dalam Berbagai Kasus. Jakarta: EGC.

5. Judith & Nancy. 2015. BUKU SAKU Diagnosis Keperawatan; Diagnosis NANDA ,
INTERVENSI NIC, KRITERIAHASIL NOC, ed.9 Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai