Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ABDOMINAL PAIN
DI RUANG ASOKA RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH

DHIMAS ANGGIT PRASETYO


1811040075

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2018
A. DEFINISI
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa
disetiap region abdomen. Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk mengobati
nyeri dengan onset mendadak, dan atau durasi pendek (Pierce A. Grece & Neil
R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen
kronis.

Nyeri Abdomen Akut


Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan
onset mendadak, dan durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi nyeri
pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri.
Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut.
Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau diluar
abdomen seperti organ-organ di rongga toraks.

Nyeri Abdomen Kronis


Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri berlanjut,
baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri kronis dapat
berhubungan dengan ekserbasi akut.

Nyeri abdomen dibedakan menjadi dua yaitu nyeri visceral dan nyeri somatic.
1. Nyeri Viseral
Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi organ
intraperitonial yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom.
a. Mulainya perlahan-lahan lalu agak tumpul (dullness)
b. Lokalisasinya tidak jelas
c. Biasanya berada di garis tengah. Oleh karena sifat-sifat sensoris itu akan secara
simetris meneruskan rasa nyeri tadi ke sumsum tulang belakang
2. Parietal Pain
a. Sifatnya lebih akut, lebih tajam
b. Biasanya tidak di Midline tapi mendekati organ yang terkena
3. Referred Pain
a. Rasa nyeri yang timbul jauh dari organ penyebabnya
Contohnya : rasa nyeri karena radang kandung empedu atau oleh rangsang
diafragma kanan, rasa nyeri dirasakan di daerah bahu kanan.
4. Shifting Pain
Contoh 1 : radang appendicitis
Permulaan appendicitis, rasa nyeri berada di oara umbilical (sekitar daerah pusat).
Setelah proses lebih lanjut, nyeri berpindah kea rah kuadran kanan bawah oleh
karena lebih banyak peritoneum yang terkena iritasi.

Contoh 2 : Ulcus pepticum


Mulai didekat pusat, lalu ulcus pecah, sekretnya jatuh ke bawah didaerah para colica
kanan. Biasanya rasa nyeri yang dirasakan bersifat combined. Akan tetapi yang
paling sering adalah pada radang subdiaphragmatica nyeri dirasakan di bahu kanan.
Nyeri abdomen biasanya timbul spontan, non traumatis. Oleh karena itu
pemeriksaan dari abdomen harus sangat teliti.

B. ETIOLOGI
Penyebab utama dari abdominal pain atau nyeri abdomen adalah cedera
intraabdomen. Cedera intraabdomen ini terdiri dari dua macam cedera yang mungkin
terjadi Antara lain trauma tembus abdomen dan trauma tumpul abdomen. Di samping
dari cedera yang dapat menyebabkan abdominal pain atau nyeri abdomen ada pula
penyebab lain yang dapat menyebabkan abdominal pain atau nyeri abdomen yaitu nyeri
abdomen bias disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan atau di
berbagai bagian abdomen, yang bias berupa :
- Ulkus yang mengalami perforasi
- Irritable bowel syndrome
- Appendicitis
- Pankreatitis
- Batu empedu

Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan yang lainnya mungkin bisa berakibat
fatal.

1. Faktor resiko
a. Nyeri akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non erbal
2) Menunjukan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Gerakan untuk melindungi
5) Tingkah laku berhati-hati
6) Muka dengan ekspresi nyeri
7) Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam, menyeringai)
8) Focus pada diri sendiri
9) Focus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat dan orang)
10) Tingkah laku distraksi
11) Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dilatasi pupil)
12) Tingkah laku ekspresif (geisha, merintih,nafas panjang, mengeluh)
13) Perubahan nafsu makan
b. Nyeri kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara nyerbal dan non verbal
3) Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
4) Perubahan pola tidur
5) Kelelahan
6) Atrofi yang melibatkan beberapa otot
7) Takut cedera
8) Intrekasi dengan orang lain menurun

2. Faktor predisposisi
a. Trauma
1) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami kerusakan,
misalmya akibat benturan, gesekan, luka
2) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas, dingin, misalnya api atau air panas
3) Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam
atau basa kuat
4) Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
resptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
b. Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
c. Peradangan
d. Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
e. Trauma psikologis
3. Faktor presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi

C. TANDA GEJALA
Pada dasarnya nyeri perut bisa menjadi gejala dari sejumlah penyakit lain, tanda dan
gejala yang sering muncul, yaitu :
a. Muntah-muntah selama beberapa hari
b. Serangan demam
c. Tidak bisa buang air besar
d. Buang air kecil terasa sakit atau terlalu sering
e. Rasa sakit berasal dari cedera pada perut
f. Perut terasa sakit jika disentuh
g. Muntah darah
h. Buang air besar bercampur darah
i. Kesulitan bernafas

D. PATOFISIOLOGI
Pendarahan pada abdomen dapat terjadi akibat hampir semua gangguan dari
jaringan dinding abdomen. Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun
berulang, biasanya bersumber pada : visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi
pada susunan saraf spinal, gangguan metabolic, dan psikomatik. Rasa nyeri pada
abdomen somatic berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh
peritoneum dan melibatkan visera mesentrium yang berisi banyak ujung saraf somatic,
yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri
daripada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya
akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri
somatic pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatic yang dalam akan disertai
oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa
nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervous frenikus, misalnya
pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah
abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul
dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak pada
saraf yang tidak bermielin yang berasal dari system saraf otonom pada mukosa usus.
Jaras saraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri
menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf
A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submucosa, lapisan muskularis, dan serosa
dari organ abdomen. Serabut c ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke
ganglia pre dan paravertebral dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen dari
visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada
jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan terbatas tak jelas
serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas (lambung, duodenum,
pancreas, hati, dan system empedu), mencapai medulla spinalis pada segmen torakalis
6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus
yang meluas dari ligamentum treitz sampai fleksura hepatica memasuki segmen
torakalis 9, 10, dirasakan di sekitar umbilicus. Dari kolon distalis, ureter, kandung
kemih, dan traktus genetalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan
12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubic dan
kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke
peritoneum maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatic ke radiks spinal
segmentalis 1,3. Nyeri yang disebabkan oleh kelainan metabolic seperti pada keracunan
timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Urinalisis sebagai pedoman unuk kemungkinan infeksi saluran urinari.
- Seri kadar hematocrit : cenderung menggambarkan ada atau tidaknya pendarahan
- Hitung darah lengkap (HDL) : jumlah sel darah putih meningkat pada trauma adalah
umum
- Penentuan amylase serum : peningkatan kadar menandakan cedera pancreas atau
perforasi saluran gastrointestinal
- DPL : Leukositosis, penyakit infeksi/inflamasi, anemia, keganasan
tersembunyi,pud
- LFT : Biasanya abnormal pada kolangitis, dapat abnormal pada kolesistitis akut.
- Amylase : kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostic
pankreatitis
- Β-HCG (serum) : Kehamilan ektopik (kadar Β-HCG dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
- Gas darah arteri : Asidosis metabolic (iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
- Urin porsi tengah (MSU) : Infeksi salurah kemih
-
b. Pemeriksaan sinar-x
- Pemindaian tomografi computer (CT) : memungkinkan evaluasi detail tentang isi
abdomen dan pemeriksaan retroperitoneal.
- Sinar x dada dan abdomen : menunjukan udara bebas dibawah diafragma yang
menunjukan rupture viskus berongga (organ interior besar)

G. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital
2) Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
3) Beri rasa aman
4) Sentuhan theraupetik
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan
energy Antara tubuh dengan lingkungan luar. Orang saki berarti ada
ketidakseimbangan energy, dengan memberikan sentuhan pada pasien,
diharapkan ada transfer enrgy.
5) Akuressure
Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri
6) Guided imagery
Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan,
tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang terang, serta konsentrasi
dari pasien.
7) Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio
(mendengar music), distraksi sentuhan massage, memgang mainan), distraksi
intelektual (merangkai puzzle).
8) Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri.
9) Hipnotis
Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif
10) Biofeedback
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang
respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control volunteer terhadap
respon. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren dengan
cara memasang elektroda pada pelipis.

b. Penatalaksanaan medis
1. Pemberian analgesic
Obat golongan aanlgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri dengan
jalan mendpresi system saraf pusat pada thalamus dan korteks serebsi.
Analgesic akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang
berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesic yakni asam
silisilat (non narkotil), morphin (narkotik) dll.
2. Plasebo
Placebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesic
seperti gula, larutan garam/normal saline atau air. Terapi ini dapat menurunkan
rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
H. FOCUS PENGKAJIAN
Pengkajian berdasarkan PQRST
P (Provoking) : faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri
Q ( Quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat atau tertusuk
R (Region) : daerah perjalanan nyeri
S (Severety) : parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (0-10 skala)
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-7 : nyeri sedang
8-10 : nyeri berat
T (Time) : waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi nyeri
a. Data subjektif
Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, sering
mengubah posisi dan menghindar tekanan nyeri
b. Data objektif
Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area
yang nyeri, suhu meningkat

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis
2) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri karena tarikan
3) Nyeri akut berhubungan dengan eliminasi urine ditandai dengan sakit/nyeri saat
pengeluaran urin
J. RENCANA TINDAKAN
a. Kaji faktor penyebab, kualitas, lokasi, frekuensi dan skala nyeri
b. Monitor tanda-tanda vital, perhatikan takikardia, hipertensi, dan peningkatan
pernafasan
c. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
d. Beri posisi yang nyaman untuk pasien
e. Beri edukasi tentang nyeri
f. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgesik
REGIO ABDOMEN

Anda mungkin juga menyukai