Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ABDOMEN PAIN

Disusun Oleh :
ANDI AINUR AISYAH
22223048

CI LAHAN CI INSTITUSI

(………………………………) (……………………………….)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI
MAKASSAR
2023
LAPORAN PEDAHULUAN

I. Konsep Dasar Medis

1. PENGERTIAN

Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa


disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada
dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.

Nyeri Abdomen Akut

Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan


onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi nyeri
pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri.

Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut.
Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar
abdomen seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan menjadi
dua yaitu nyeri visceral dan nyeri somatik.

1. Nyeri Viseral :

Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi organ
intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peritoneum viseral tidak
sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Kita dapat melakukan sayatan atau
jahitan pada usus tanpa dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan,
regangan atau kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme) akan member rasa nyeri
yang tumpul disertai rasa sakit.

Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokalisasi nyeri,


digambarkan pada daerah yang luas dengan memakai seluruh telapak tangan. Karena
nyeri ini tidak pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif tanpa
menyebabkan bertambahnya rasa nyeri.

2. Nyeri somatik :

Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh


saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau
disayat dengan pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan
menunjukkannya memakai jari. Rangsanagn dapat berupa rabaan, tekanan, perubahan
suhu, kimiawi atau proses peradangan.

Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum parietal


akan menimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat
peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan
rasa nyeri atau perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang menjelaskan
nyeri kontralateral pasien dengan apendisitis akut. Setiap gerakan dari pasien juga
akan menambah rasa nyeri, baik itu berupa gerakan tubuh maupun gerakan pernafasan
yang dalam atau batuk. Hal inilah yng menerangkan mengapa pasien dengan abdomen
akut biasanya berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.

Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan gejala lain


memungkinkan kita dapat lebih mendekati diagnosis kemungkinan.

Nyeri Abdomen Kronis

Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri


berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri
kronis dapat behubungan dengan ekserbasi akut.

2. Penyebab
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran
pencernaan atau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. ulkus yang mengalami perforasi
b. irritable bowel syndrome
c. apendisitis
d. pankreasitis
e. batu empedu.
Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan ; yang lain mungkin bisa
berakibat fatal.
3. Tanda dan Gejala
Nyeri perut dapat muncul dalam beberapa cara. Berdasarkan lokasinya. Nyeri
perut dapat di bedakan secara menyeluruh atau tempat tertentu. Nyeri perut
menyeluruh merupakan nyeri yang muncul pada lebih dari satu bagian pada perut.
Gangguan pencernaan dan infeksi saluran cerna( Gastroenteritis) umumnya memiliki
gejala nyeri perut menyeluruh. Sementara nyeri perut tempat tertentu merupakan jenis
nyeri perut yang di rasakan pada daerah tertentu pada lokasi tersebut.
Banyak gejala lain yang menyertai gejala perut. Tergantung pada penyebabnya
antara lain demam, ikterus atau kulit menjadi kekuningan, nyeri saat berkemih,
kembung, muntah, dan perubahan pergerakan usus, timbul secara intermiten (hilang
timbul), tidak nafsu makan, lidah dan mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastik,
urine sedikit dan pekat, lemah dan kelelahan.
4. Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf
spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik
berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan
melibatkan visera mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih
dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf
otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan
menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik
pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh
tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri
abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus, misalnya pada
pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah abdomen
bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul dibagian
bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak pada saraf
yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jaras
sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih
menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf
A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan serosa
dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke
ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan
melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus,
kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh
regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini
khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri
dari visera abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ),
mencapai medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah
epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum
Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di
sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia
perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis
pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalr ke
labium atau skrotum. Jka proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri
dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang
disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum
jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
Etilogi Etilogi

Penyumbatan Tumor atau benda


Pathway
asing

Massa keras dari


feses Tekanan
intraluminal

Edema
Penghambatan
aliran limfe
Diapedesis
bakteri

Ulserasi mukosa Appendiks berisi


pus
Appendikst
Nyeri abdomen Sekresi mukus
is akut
pada kuadran meningkat
fokal
kanan bawah
Peningkatan tekanan

Infark dinding
appendiks

ganggrenosa

Massa lokal (infiltrat


appendikularis)

Nyeri hebat appendiksitis

appendiktomy
Spasme abdomen

Insisi bedah
Distensi abdomen

Nyeri post op
Menekan gaster

Pembatasan intake Kelemahan fisik


Peningkatan produksi cairan
HCL
Peningkatan produksi HCL Resiko kurang vol Intoleransi
aktivitas

Mual muntah
cairan

Nafsu makan berkurang

Resiko perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan
5. Komplikasi
a. Perporasi gastrointestinal
b. Obstruksi gastrointestinal

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan DL
c. Amilase :Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
d. β-HCG(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-HCG dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
e. Gas darah arteri :Asidosis metabolik(iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
f. Urin porsi tengah (MSU):infeksi saluran kemih
g. EKG:Infark miokard
h. Rotgen thorak:Viskus perforasi(udara bebas),Pneumonia
i. Rotgen Abdomen :Usus iskemik(dilatasi,usus yang edema dan menebal),
Pankreatitis(pelebaran jejunum bagian atas ’sentimel),Kolangitis(udara dalam
cababg bilier),Kolitis akut(Kolon mengalami dilatasi,edema dan gambaran
menghilang),obstruksi akut(Usus mengalami dilatasi,tanda ’string of pearl’) Batu
Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal )
j. Ultrasonografi
k. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi peritonium
yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis bandingnya
luas,pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan laparotomi.
l. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal

7. Penatalaksaan Medis
a. Pemberian analgetik
b. Pembedahan
II. Konsep Asuhan Keperawatan
1. pengkajian
a. Kaji nyeri dengan tehnik PQRST
b. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
c. Berikan posisi yang nyaman pada klien
d. Berikan HE tentang nyeri
Pasien mengeluh nyeri perut.
Nadi meningkat
Tekanan darah meningkat
RR meningkat
Pasien tampak meringis.
1. Pasien mengatakan nyeri ringan – sedang
2. Pasien mengatakan nyerinya bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit
dilokalisasi
3. Pasien hanya minum < 8 gelas sehari
4. Pasien muntah-muntah
5. Pasien tampak lemah.
6. Lidah dan mukosa bibir pasien kering.
7. Turgor kulit tidak elastis.
8. Urine sedikit dan pekat.
9. Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan.
10. Pasien hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan.
11. Berat badan pasien turun
12. Pasien tampak lemah dan kelelahan
13. Kekuatan otot
4444 4444
4444 4444
14. Pasien tidak bisa melakukan aktivitas.

• Pemeriksaan fisik
Dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita (status
generalis) untuk evaluasi keadaan sistim pemafasan, sistim kardiovaskuler dan sistim
saraf yang merupakan sistim vital untuk kelangsungan kehidupan. Pemeriksaan
keadaan lokal (status lokalis abdomen) pada penderita dilaksapakan secara sistematis
dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Tanda-tanda khusus pada akut
abdomen tergantung pada penyebabnya seperti trauma, peradangan, perforasi atau
obstruksi.
• Inspeksi
Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah :
- Penderita kesakitan. Pernafasan dangkal karena nyeri didaerah
- abdomen. Penderita pucat, keringat dingin.
- Bekas-bekas trauma pads dinding abdomen, memar, luka,prolaps omentum
atau usus. Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan
tanda-tanda khusus, maka harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter
yang sama untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya perubahan pada
pemeriksaan fisik.
- Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah,
dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalsis usus (Darm-
steifung).
• Palpasi
a) Akut abdomen memberikan rangsangan pads peritoneum melalui peradangan atau
iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah yang
terkena iritasi.
b) Palpasi akan menunjukkan 2 gejala :
1. Perasaan nyeri
Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus menerus akan bertambah pads
waktu palpasi sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis
lokal akan timbul rasa nyeri di daerah peradangan pads penekanan dinding abdomen
di daerah lain.
2. Kejang otot (defense musculaire, muscular rigidity)
Kejang otot ditimbulkan karena rasa nyeri pads peritonitis diffusa yang karena
rangsangan palpasi bertambah sehingga secara refleks terjadi kejang otot.
• Perkusi
Perkusi pads akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal. 1) Perasaan nyeri oleh
ketokan pads jari. Ini disebut sebagai nyeri ketok. 2) Bunyi timpani karena
meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan gas pads ileus obstruksi rendah.
• Auskultasi
Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen terjadi
perangsangan peritoneum yang secara refleks akan mengakibatkan ileus paralitik.
• Pemeriksaan rectal
Toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga merupakan pemeriksaan
rutin untuk mendeteksi adanya trauma pads rektum atau keadaan ampulla recti apakah
berisi faeces atau teraba tumor.

2. Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi ditandai dengan Pasien mengeluh
nyeri perut, nadi meningkat, tekanan darah meningkat, RR meningkat, Pasien
tampak meringis dan pasien mengatakan slaka nyeri ringan - sedang.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake cairan insisi
bedah ditandai dengan pasien tampak lemah, lidah dan mukosa bibir pasien kering,
turgor kulit tidak elastis, urine sedikit dan pekat, minum < 8 gelas.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi bedah
ditandai dengan pasien lemah, tampak kelelahan.
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah ditandai dengan Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan, pasien
hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan, dan berat badan pasien turun

3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi
Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam di harapkan nyeri dapat berkurang atau
terkontrol dengan kriteria hasil :
1. Nyeri pasien dapat berkurang
2. Skala intensitas nyeri berkurang 2 -3
3. Pasien tampak tenang
4. TTV tampak normal ( dalam batas normal )
Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada klien tindakan yang 1. klien mengetahui dan
akan di lakukan. dapat mengikuti tindakan
yang akan di lakukan

2. lingkungan tenang akan


2. Manajemen lingkungan: lingkungan
menurunkan stimulus nyeri
tenang, batasi pengunjung, dan
eksternal dan pembatasan
istirahatkan klien
pengunjung akan
membantu meningkatkan
kondisi okisigen (O2)
ruangan

3. Ajarkan dan dorong pasien tehnik 3. Dengan tehnik relaksasi nyeri


relaksasi napas dalam dapat mengurangi nyeri .

4. untuk menurunkan ketegangan


4. Bantu pasien untuk mendapatkan
atau spasme otot dan untuk
posisi yang nyaman, dan gunakan
mendistribusikan kembali
bantal untuk membebat atau
tekanan pada bagian tubuh
menyokong daerah yang sakit bila
diperlukan .

5. Kolaborasi pemberian analgetik 5. Kolaborasi dengan pemberian


analgetik sesuai indikasi dapat
memblok lintasan nyeri,
sehingga nyeri dapat
berkurang.
6. Observasi TTV
6. Peningkatan nadi menunjukkan
adanya nyeri.
7. Observasi skala nyeri
7. Untuk mengetahui intervensi
selanjutnya dan untuk melihat
skala nyeri.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake cairan insisi bedah
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam di harapkan volume cairan tetap adekuat
dengan kriteria hasil :
1. Tanda-tanda vital tetap stabil
2. Warna kulit dan suhu normal
3. Kadar elektrolit tetap dalam rentang normal
4. Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membran mukosa lembab
Intervensi Rasional
1. Pantau dan catat tanda-tanda vital 1. Takikardia, dispnea, atau
setiap 2 jam atau sesering mungkin hipotensi dapat
sesuai keperluan sampai stabil. mengindikasikan
Kemudian pantau dan catat tanda- kekurangan volume cairan
tanda vital setiap 4 jam. atau ketidakseimbangan
elektrolit.

2. Untuk mencegah
2. Selimuti pasien hanya dengan kain
vasodilatasi, terkumpulnya
yang tipis. Hindari terlalu panas
darah di ektremitas, dan
berkurangnya volume
darah sirkulasi.

3. Ukur asupan dan haluaran setiap 1 3. Haluaran urine yang


sampai 4 jam. Catat dan laporkan rendah dan berat jenis
perubahan yang signitifikan urine yang tinggi
termasuk urine, feses, muntahan, mengindikasikan
drainase luka. hopovolemia.

4. Untuk mengganti cairan


4. Berikan cairan, darah atau produk
dan kehilangan darah serta
darah, atau ekspander plasma
mempermudah pergerakan
cairan ke dalam ruang
intravaskular, pantau dan
catat keefektifan dan
semua efek yang tidak
diharapkan.

3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi bedah:


Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien akan menunjukkan tingkat peningkatan
aktivitas optimal dengan kriteria hasil :
1. Pasien menyatakan keinginannya untuk meningkatkan aktivitas
2. Pasien mengindentifikasi faktor-faktor terkontrol yang menyebabkan kelemahan
3. Tekanan darah, kecepatan nadi dan respirasi, tetap dalam batas yang ditetapkan selama
aktivitas
4. Pasien menyatakan rasa puas dengan setiap tingkat aktivitas baru yang dapat dicapai

Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan pasien tentang 1. Untuk
perlunya beraktifitas mengkomunikasikan
kepada pasien bahwa
aktivitas akan
meningkatkan
kesejahteraan fisik dan
psikososial

2. Untuk mrningkatkan
2. Identifikasi aktivitas-aktivitas pasien
motivasinya agar lebih
yang diinginkan dan sangat berarti
aktif
baginya
3. Dorong pasien untuk membantu 3. Partisipasi pasien dalam
merencanakan kemajuan aktivitas perencanaan dapat
yang mencakup aktivitas yang membantu memperkuat
diyakini sangat penting oleh pasien keyakinan pasien

4. Untuk menurunkan
4. Intruksikan dan bantu pasien untuk
kebutuhan oksigen tubuh
beraktivitas diselingi istirahat
dan mencegah keletihan

5. Identifikasi dan minimalkan faktor- 5. Untuk membantu


faktor yang dapat menurunkan meningkatkan aktivitas
toleransi latihan pasien pasien

6. Pantau dan respons fisiologis


terhadap peningkatan aktivitas 6. Untuk meyakinkan bahwa

(termasuk respirasi, denyut dan frekuensinya kembali

iramma jantung, tekanan darah)

4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh dapat tercukupi secara optimal dengan kriteria hasil :
1. Pasien makan secara mandiri tanpa di dorong
2. Berat badan pasien bertambah (kg) setiap minggu
3. Pasien dan anggota keluarga mengomunikasikan pemahaman kebutuhan diet khusus
Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada klien tindakan yang 1. klien mengetahui dan
akan di lakukan. dapat mengikuti
tindakan yang akan di
lakukan

2. Beri kesempatan pasien 2. untuk membantu

mendiskusikan alasan untuk tidak mengkaji penyebab

makan gangguan makan

3. Tentukan makanan kesukaan pasien


3. untuk meningkatkan
dan usahakan untuk mendapatkan
nafsu makan pasien
makan tersebut, tawarkan makanan
yang merangsang indra penciuman,
penglihatan dan taktil

4. Observasi dan catat asupan pasien 4. untuk mengkaji zat gizi


yang di konsumsi dan
suplemen yang
diperlukan

5. Tindakan ini
5. Timbang berat badan pasien pada
jam yang sama setiap hari. Beri memberikan data
penguatan penambahan berat badan akurat dan memberikan
dengan pujian atau penghargaan pengendalian pada
pasien tentang
makanan yang akan
dimakan dan pujian
atau penghargaan yang
di dapatkan

5. Implementasi
Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan (Effendi, 1995).

1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme abdomen


IMPLEMENTASI

1. Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.


2. Manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan
istirahatkan klien
3. Mengajarkan dan dorong pasien tehnik relaksasi napas dalam
4. Membantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman, dan gunakan
bantal untuk membebat atau menyokong daerah yang sakit bila diperlukan .
5. Berkolaborasi pemberian analgetik
6. Mengobservasi TTV
7. Mengobservasi skala nyeri

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah


IMPLEMENTASI

1. Memantau dan mencatat tanda-tanda vital setiap 2 jam atau sesering


mungkin sesuai keperluan sampai stabil. Kemudian pantau dan catat tanda-
tanda vital setiap 4 jam.
2. Menyelimuti pasien hanya dengan kain yang tipis. Menghindari kain yang
terlalu panas
3. Mengukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan
perubahan yang signitifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase
luka.
4. Memberikan cairan, darah atau produk darah, atau ekspander plasma

3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri


IMPLEMENTASI

1. Mendiskusikan dengan pasien tentang perlunya beraktifitas


2. mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pasien yang diinginkan dan sangat
berarti baginya
3. Mendorong pasien untuk membantu merencanakan kemajuan aktivitas
yang mencakup aktivitas yang diyakini sangat penting oleh pasien
4. Mengintruksikan dan membantu pasien untuk beraktivitas diselingi
istirahat
5. Mengidentifikasi dan meminimalkan faktor-faktor yang dapat menurunkan
toleransi latihan pasien
6. Memantau dan merespons fisiologis terhadap peningkatan aktivitas
(termasuk respirasi, denyut dan iramma jantung, tekanan darah)

4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


IMPLEMENTASI

1. Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.


2. Memberi kesempatan pasien mendiskusikan alasan untuk tidak makan
3. menentukan makanan kesukaan pasien dan usahakan untuk mendapatkan
makan tersebut, tawarkan makanan yang merangsang indra penciuman,
penglihatan dan taktil
4. Mengobservasi dan catat asupan pasien
5. Menimbang berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari. Beri
penguatan penambahan berat badan dengan pujian atau penghargaan
6. Evaluasi
1. Nyeri pasien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Volume cairan seimbang.
3. Pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali setelah dilakukan tindakan
keperawatan
4. Tidak terjadi kekurangan nutrisi
Daftar pustaka

www.scribd.com/doc/237668081/79204432-LP-Abdominal-Pain-doc
www.scribd.com/doc/185999364/Abdominal-Pain
Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal: TheHighPrevalenceofPain in Emergency
Medicalcare. Am J Emerg Med 20:165-169, 2002.
Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17. New
York. Mcgrawhill companies.
Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation. Emerg
MedClin North Am 19:123-136, 2001.
Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS
R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai