Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ABDOMINAL PAIN

A. PENGERTIAN
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang
terasa disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri
abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
Nyeri Abdomen Akut
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
dengan onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah
persepsi nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri.
Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut.
Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar
abdomen seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan menjadi
dua yaitu nyeri visceral dan nyeri somatik.
1. Nyeri Viseral :
Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi
organ intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peritoneum viseral
tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Kita dapat melakukan
sayatan atau jahitan pada usus tanpa dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila
dilakukan tarikan, regangan atau kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme) akan
member rasa nyeri yang tumpul disertai rasa sakit.
Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokalisasi nyeri,
digambarkan pada daerah yang luas dengan memakai seluruh telapak tangan.
Karena nyeri ini tidak pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif tanpa
menyebabkan bertambahnya rasa nyeri.
2. Nyeri somatik :
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh
saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau
disayat dengan pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan
menunjukkannya memakai jari. Rangsanagn dapat berupa rabaan, tekanan,
perubahan suhu, kimiawi atau proses peradangan.
Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum parietal
akan menimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat
peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat
menyebabkan rasa nyeri atau perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang
menjelaskan nyeri kontralateral pasien dengan apendisitis akut. Setiap gerakan dari
pasien juga akan menambah rasa nyeri, baik itu berupa gerakan tubuh maupun
gerakan pernafasan yang dalam atau batuk. Hal inilah yng menerangkan mengapa
pasien dengan abdomen akut biasanya berusaha untuk tidak bergerak, bernafas
dangkal dan menahan batuk.
Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan gejala lain
memungkinkan kita dapat lebih mendekati diagnosis kemungkinan.
Nyeri Abdomen Kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri
kronis dapat behubungan dengan ekserbasi akut.

B. ETIOLOGI
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran
pencernaan atau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. ulkus yang mengalami perforasi
b. irritable bowel syndrome
c. apendisitis
d. pankreasitis
e. batu empedu.
Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan ; yang lain mungkin bisa
berakibat fatal.

C. PATOFISIOLOGI

Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya


selalu bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada
susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada
abdomen somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh
peritoneum dan melibatkan visera mesentrium yang beisi banyak ujung saraf
somatik, yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi
rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera
pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti
oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang
dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas
peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan
nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus
akan timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari
usus besar akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam
traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem
saraf otonom pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C
yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri
yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. reseptor nyeri pada abdomen
terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan serosa dari organ abdomen. Serabut
C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan
paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati
medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus, kemudian ke
korteks serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat
penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat
tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera
abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ),
mencapai medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah
epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari
ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10,
dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus
gnetalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen
lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang
menjalr ke labium atau skrotum. Jka proses penyakit meluas ke peritorium maka
impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinal segmentalis
1,3. nyei yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan timah,
dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
Pathway
Etilogi Etilogi

Penyumbatan Tumor atau benda


asing

Massa keras dari


feses Tekanan
intraluminal

Edema
Penghambatan
aliran limfe
Diapedesis
bakteri

Ulserasi mukosa Appendiks berisi


pus
Appendikst
Nyeri abdomen Sekresi mukus
is akut
pada kuadran meningkat
fokal
kanan bawah
Peningkatan tekanan

Infark dinding
appendiks

ganggrenosa

Peningkatan produksi HCL


Massa lokal (infiltrat appendikularis)

Mual muntah Nyeri hebat appendiksitis

Nafsu makan berkurang appendiktomy


Spasme abdomen

Insisi bedah
Distensi
Resiko abdomen
perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
D. MANIFESTASI KLINIS Nyeri post op
Menekan gaster
1. Nyeri abdomen
2. Mual, muntah Pembatasan intake Kelemahan fisik
3. Tidak nafsu makan
Peningkatan produksi cairan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
HCL
5. Turgor kulit tidak elastis
Resiko kurang vol Intoleransi
6. Urine sedikit dan pekat aktivitas

cairan
7. Lemah dan kelelahan

E. KOMPLIKASI
a. Perporasi gastrointestinal
b. Obstruksi gastrointestinal

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan DL
c. Amilase :Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
d. β-HCG(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-HCG dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
e. Gas darah arteri :Asidosis metabolik(iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
f. Urin porsi tengah (MSU):infeksi saluran kemih
g. EKG:Infark miokard
h. Rotgen thorak:Viskus perforasi(udara bebas),Pneumonia
i. Rotgen Abdomen :Usus iskemik(dilatasi,usus yang edema dan
menebal),Pankreatitis(pelebaran jejunum bagian atas
’sentimel),Kolangitis(udara dalam cababg bilier),Kolitis akut(Kolon mengalami
dilatasi,edema dan gambaran menghilang),obstruksi akut(Usus mengalami
dilatasi,tanda ’string of pearl’) Batu Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal )
j. Ultrasonografi
k. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi peritonium
yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis
bandingnya luas,pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan laparotomi
dan diagnosis belum pasti, pankreatitis, trauma
hati/limpa/mesenterium,divertikulitis,aneurisma
l. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pemberian analgetik
b. Pembedahan

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Kaji nyeri dengan tehnik PQRST
b. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
c. Berikan posisi yang nyaman pada klien
d. Berikan KIE tentang nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2
Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI..

Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS

R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.

Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai