Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR ABDOMEN

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Surgikal


Ruang 19 RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Disusun Oleh:
Luluk Wulandari
170070301111080
Kelompok 2A

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
TUMOR ABDOMEN
DI RUANG 19 RSUD dr SAIFUL ANWAR MALANG

Untuk memenuhi tugas Profesi Ners Departemen Surgikal Ruang 19 RSSA


Malang

Oleh :
Luluk Wulandari
NIM. 170070301111080

Telah diperiksa dan disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )
TUMOR ABDOMEN

1. DEFINISI
a. Tumor adalah merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terorganisasi dengan
jaringan di sekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh (Sjamsuhidayat, 2010)
b. Tumor abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang
berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi
dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal,
sehingga sel tersebut berada dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya
(Corwin, 2009).

2. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI


Terdapat beberapa penyebab terjadinya tumor abdomen tergantung dari
besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi aotonomnya dalam
pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis
dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Corwin (2009) dan Grace &
Borley (2006). diantaranya:
a. Karsinogen adalah zat-zat yang menyebabkan penyakit kanker. Zat-zat
karsinogen menyebabkan kanker dengan mengubah asam deoksiribonukleat
(DNA) dalam sel-sel tubuh, dan hal ini menganggu proses-proses biologis
b. Hormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan sel yang cenderung
mendorong terjadinya kanker, sedangkan progesterone melindungi terjadinya
pertumbuhan sel yang berlebihan.
c. Gaya Hidup berkaitan dengan kelebihan nutrisi khususnya lemak dan
kebiasaan makan makanan yang kurang berserat.
d. Parasit Schistososma hematobin yang mengakibatkan karsinoma planoseluler
e. Genetik atau disebut juga faktor keturunan juga menjadi penyebab memiliki
resiko paling tinggi untuk menderita tumor.
f. Hipersensitivitas terhadap obat-obatan.
g. Faktor radiasi
Radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) digunakan dalam sinar
rontgen
dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom yang
bisa menjangkau jarak yang sangat jauh

KLASIFIKASI tumor abdomen menurut Sjamsuhidayat (2010)terdiri dari:


1 Neuroblastoma
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel crest
neuralis yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf
simpatis. Neuroblastoma dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf
simpatis. Tempat tumor primer yang umum adalah abdomen, kelenjar adrenal
atau ganglia paraspinal toraks, leher dan pelvis. Tumor ini paling banyak
berasal dari kelenjar adrenal dan gejala yang ditimbulkan merupakan akibat
dilepaskannya metabolit katekolamin secara berlebihan yaitu berupa hipertensi,
kemerahan (flushing), keringat yang berlebihan dan demam. Gejala akibat
adanya neuroblastoma meliputi benjolan-benjolan subkutis terutama di daerah
kepala atau proptosis dan ekimosis periorbita, merupakan gambaran penyakit
yang lanjut atau metastasis.
Menurut Willie (2008) manifestasi klinis dari neuroblastoma berbeda
tergantung dari lokasi metastasenya:
a. Neuroblastoma retroperitoneal
Massa menekan organ dalam abdomen dapat timbul nyeri abdomen,
pemeriksaan menemukan masa abdominal yang konsistensinya keras dan
nodular, tidak bergerak, massa tidak nyeri dan sering melewati garis tengah.
Pasien stadium lanjut sering disertai asites, pelebaran vena dinding
abdomen, edema dinding abdomen.
b. Neurobalstoma mediastinal
Kebanyakan di paravertebral mediastinum posterior, lebih sering di
mediastinum superior daripada inferior. Pada awalnya tanpa gejala, namun
bila massa besar dapat menekan dan timbul batuk kering, infeksi saluran
nafas, sulit menelan. Bila penekanan terjadi pada radiks saraf spinal, dapat
timbul parastesia dan nyeri lengan.
c. Neuroblastoma leher
Mudah ditemukan, namun mudah disalahdiagnosis sebagai limfadenitis
atau limfoma maligna. Sering karena menekan ganglion servikotorakal
hingga timbul syndrome paralisis saraf simpatis leher(Syndrom horner),
timbiul miosis unilateral, blefaroptosis dan diskolorasi iris pada mata.
d. Neuroblastoma pelvis
Terletak di posterior kolon presakral, relative dini menekan organ sekitarnya
sehingga menimbulkan gejala sembelit sulit defekasi, dan retensi urin.
e. Neuroblastoma berbentuk barbell
yaitu neuroblastoma paravertebral melalui celah intervertebral ekstensi ke
dalam canalis vertebral di ekstradural. Gejala klinisnya berupa tulang
belakang kaku tegak, kelainan sensibilitas, nyeri. Dapat terjadi hipomiotonia
ekstremitas bawah bahkan paralisis.

2 Nefroblastoma (Tumor Wilms’)


Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenchym renal. Penyebabnya tidak di ketahui
secara pasti,tetapi < 2 % terjadi karena faktor keturunan.Kebanyakan kasus
terjadi secara sporadik dan merupakan hasil dari mutasi genetik yang
mempengaruhi perkembangan sel-sel di ginjal. Dapat berhubungan dengan
kelainan bawaan tertentu,seperti :
a. Kelainan saluran kemih
b. Anridia ( tidak memiliki iris )
c. Hemyhipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh)
Tumor tersebut tumbuh dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau
bilateral. Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar
renal. Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang primitif
atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di
kelilingi stroma sel kumparan. Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami
distorsi,tetapi kemudian di invasi oleh sel tumor.
Menurut NWTS (National Wilm’s Tumor Study ) setelah di lakukan tindakan
Nefroktomi,tingkat penyebaran di bagi menjadi 5 stadium dan rekuren:
Stadium Keterangan
Stadium I Tumor terbatas pada ginjal dan dapat di eksisi sempurna
Stadium II Tumor meluas keuar ginjal dan dapat di eksisi
sempurna,mungkin telah mengadakan penetrasi ke jaringan
lemak perirenal,limfonodi paraaorta atau ke vasa renalis
Stadium III Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin berasal dari
biopsi atau ruptur yang terjadi sebelum atau selama operasi
Stadium IV Metastasis ke hematogen,paru-paru,hati,tulang,dan otak
Stadium V Tumor Bilateral. Rekuren = terjadi lagi kanker setelah di
terapi,dapat di tempat pertama kali terjadi atau di organ lain

Keluhan utama biasanya hanya benjolan di perut, hematuri karena invasi


tumor yang menembus sistem pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai
reaksi anafilaksis tubuh terhadap protein tumor.Gejala lain yang bisa muncul
adalah :
a. Malaise (merasa tidak enak badan)
b. Anorexia
c. Anemia
d. Lethargi
e. Hemihypertrofi
f. Nafas pendek,dyspnea,batuk,nyeri dada (karena ada metastase)

3 Limfoma Abdomen
Limfoma abdomen dapat timbul dari kelenjar getah bening di hati, limpa dan
usus. Apabila timbul di hati atau limpa akan menyebabkan hepatomegali atau
splenomegali atau keduanya. Tetapi bila timbulnya di usus, maka massa tumor
dapat menyebabkan obstruksi usus atau sebagai leading point untuk terjadinya
intususepsi. Gejala yang dapat timbul ialah nyeri disertai pembengkakan perut
dan perubahan kebiasaan buang air besar serta gejala obstruksi usus serta
mual dan muntah. Perdarahan saluran cerna jarang terjadi apalagi perforasi
usus.

4 Teratoma
Tumor yang berasal dari sel germinativum ini dapat timbul di mana–mana.
Tumor yang asalnya dari rongga abdomen hanya sekitar 1-2% dan biasanya
letaknya retroperitoneal. Kira-kira 29% teratoma berasal dari ovarium. Teratoma
retroperitoneal harus dibedakan dengan tumor Wilms, neuroblastoma atau
rhabdomiosarkoma.
5 Rhabdomiosarkoma
Tumor ini berasal dari rongga pelvis, tetapi bila sudah besar dapat mendesak
ke rongga abdomen.Tumor ini dapat memberikan gejala hematuria, sekret
berdarah ataupun obstruksi saluran kemih.

3. MANIFESTASI KLINIS
Terdapat beberapa manifestasi akibat tumor di intra abdomen menurut (),
diantaranya:
1) Nyeri Perut
a. Nyeri Viseral
Terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga
perut. Peritonium visceral yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh
sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap rabaan atau pemotongan.
Akan tetapi bila dilakukan regangan organ atau terjadi kontraksi yang
berlebihan pada otot yang menyebabkan iskhemia akan timbul nyeri.
Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri. Nyeri
visceral disebut juga sebagai nyeri sentral. Penderita memperlihatkan pola
yang khas sesuai dengan persarafan organ embrional yang terlibat meliputi:
- Saluran cerna yang berasal dari usus depan (foregut) menyebabkan
nyeri di ulu hati atau epgastrium.
- Saluran cerna yang berasal dari usus tengah (midgut) menyebabkan
nyeri di sekitar umbilikus.
- Bagian saluran cerna yang berasal dari usus belakang (hindgut)
menyebabkan nyeri di perut bagian bawah.

- Demikian juga nyeri dari buli-buli atau


rektosigmoid. Karena tidak disertai rangsang
peritonium nyeri ini tidak dipengaruhi gerakan
sehingga penderita dapat aktif bergerak.
Persarafan sensorik organ perut:
Organ atau struktur Saraf Tingkat persarafan
Bagian tengah diafragma n. frenikus C3-5
Tepi diafragma, lambung, pankreas, Pleksus seliakus Th. 6-9
kandung empedu, usus halus
Apendiks, kolon proksimal, dan organ Pleksus mesenterikus Th. 10-11
panggul
Kolon distal, rektum, ginjal, ureter, dan n. splanknikus kaudal Th. 11-L1
testis
Buli-buli, rektosigmoid Pleksus hipogastrik S2-S3

b. Nyeri Somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi
oleh saraf tepi, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakan seperti ditusuk
atau disayat, dan pasien dapat menunjukkan secara tepat letaknya dengan
jari. Rangsang yang menimbulkan nyeri ini berupa rabaan, tekanan,
rangsang kimiawi atau proses radang.
Gesekan antara visera yang meradang menimbulkan rangsang
peritoneum dan menyebabkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun
gesekan antar kedua peritoneum menyebabkan perubahan intensitas nyeri.
Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada apendisitis akut.

Letak nyeri somatik :


Letak Organ
Abdomen kanan atas Kandung empedu, hati, duodenum,
pankreas, kolon, paru, miokard
Epigastrium Lambung, pankreas, duodenum, paru, kolon
Abdomen kiri atas Limpa, kolon, ginjal, pankreas, paru
Abdomen kanan bawah Apendiks, adneksa, sekum, ileum, ureter
Abdomen kiri bawah Kolon, adneksa, ureter
Suprapubik Buli-buli, uterus, usus halus
Periumbilikal Usus halus
Pinggang/punggung Pankreas, aorta, ginjal

2) Hiperplasia adalah meningkatnya ukuran dari sel sehingga merubah ukuran


dari organ.
3) Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
4) Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila berasal
dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan elastic
kenyal atau lunak.
5) Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
6) Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
7) Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
8) Anoreksia, mual, muntah.
9) Penurunan berat badan

4. PATOFISIOLOGI
(terlampir)

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik yang biasa dilakuakan dalam mengevakluasi malignansi di
intra abdomen menurut Williams & Wilkins (2012) meliputi:
a. Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang dibentuk
oleh tumor atau oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.
b. Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan
gambatan berbagai struktur tubuh.
c. CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan
jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang.
d. Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar
jaringan; dapat, mencakup penggunaan bahan kontras.
e. Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,
digunkan untuk mengkaji jarinagn yang dalam di dalam tubuh.
f. Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran denagan memasukan suatu
ke dalam rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy
jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
g. Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan radiosisotope yang
diikuti dengan pencitraan yang menkadi yempat berkumpulnya radioisotope.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terdapat beberapa penatalaksaan medis yang digunakan untuk meminimalisir
perkembangan tumor intraabdomen menurut Williams & Wilkins (2012), yaitu:
a. Pembedahan
Modalitas penanganan utama, proses pembedahan yang dilakukan berupa
laparotomy. Laparotomi adalah prosedur yang membuat irisan vertikal besar
pada dinding perut ke dalam rongga perut. Jenis laparotomy yang dilakukan
biasanya gasterektoni subtotal atau total,dan digunakan untuk baik pengobatan
maupun paliasi.

b. Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh
harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah
pasien harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan
dengan tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran
anastomoisis.
c. Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam
pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel
tumor. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi
yaitu energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
d. Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi
tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan
terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan
fraksi pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
e. Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatankeempat untuk
kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM)
berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon,
interleukin

7. KOMPLIKASI
Terdapat beberapa komplikasi yang berkaitan dengan tindakan menurut Sujono
(2011), yaitu:
a. Stitch Abscess : biasanya muncul pada hari ke-10 pasca operasi atau bisa juga
sebelumnya, sebelum jahitan insisi tersebut diangkat. Abses ini dapat
superfisial atau lebih dalam. Jika dalam ia dapat berupa massa yang teraba
dibawah luka, dan terasa nyeri jika diraba.
b. Infeksi Luka Operasi : biasanya jahitan akan terkubur didalam kulit sebagai
hasil dari edema dan proses inflamasi sekitarnya. Infeksi luka sering muncul
pada 36-46 jam pasca operasi. Penyebabnya dapat berupa Staphylococcus
aureus, E. Colli, Streptococcus faecalis, Bacteroides. Pasien biasanya akan
mengalami demam, sakit kepala, anorexia dan malaise.
c. Gas Gangrene : biasanya berupa rasa nyeri yang sangat pada luka operasi,
biasanya 12-72 jam pasca operasi, peningkatan temperature (39-41°C),
takikardia, dan syok yang berat.
d. Hematoma :kejadian ini kira-kira 2% dari komplikasi operasi. Keadaan ini
biasanya hilang dengan sendirinya.
e. Keloid Scar: penyebab dari keadaan ini hingga kini tidak diketahui, hanya
memang sebagian orang mempunyai kecenderungan untuk mengalami hal ini
lebih dari orang lain.
f. Abdominal Wound Disruption and Evisceration : disrupsi ini dapat partial
ataupun total. Insidensinya sendiri bervariasi antara 0% sampai 3% dan
biasanya lebih umum terjadi pada pasien lebih dari 60 tahun. Jika dilihat dari
jenis kelamin, perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 4: 1.

8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian klien :
1. Aktivitas istirahat
Gelaja : kelemahan dan keletihan
2. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
3. Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
4. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darh pada feces, nyaeri
pada defekasi.
Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar pada saat
berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk ( rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan
pengawet). Anoreksisa, mual/muntah.
Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkuranganya
massa otot.
Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
6. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses
penyakit)
8. Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup denan sesoramh yang
merokok.)Pemajanan asbes.
9. Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik. Karsinogen
10. Pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
11. Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan perubahan
pada tingkat kepuasan.
12. Interaksi social
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung

B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
b. Nyeri (akut) b/d proses penyakit
c. Resiko tinggi terhadap diare b.d mekanisme koping yang tidak adekuat atau
stress
d. Kurang pengetahuan mengenai prognisis dan kebutuhan pengobatan.

Post operasi
a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
tindakan pembedahan.
b. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
d. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
e. Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta:
Aditya Media
Grace, Pierce A & Borley Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Surabaya: Erlangga
Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Sujono Riyadi, S. M. 2011. Buku Keperawatan Medikal Bedah.Pustaka Pelajar:
Yogyakarta
Williams & Wilkins. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai