Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN An.

M USIA 2
TAHUN 11 BULAN DENGAN TUMOR ABDOMEN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Anak


Di Ruang 7B RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Disusun Oleh :

TIM MURNI
190070300111047

PROGRAM PROFESI NERS


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA An. M USIA 2 TAHUN 11 BULAN DENGAN TUMOR ABDOMEN
di RUANG 7B RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Anak


Di Ruang 7B RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Oleh:
Kelompok 2A
Program Pendidikan Profesi Ners

Tim Murni
190070300111047

Telah diperiksa kelengkapannya pada:


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(...........................................) (..............................................)
TUMOR ABDOMEN

1. DEFINISI
a. Tumor adalah merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terorganisasi dengan jaringan di
sekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh (Sjamsuhidayat, 2010)
b. Tumor abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-
beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh
secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut
berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini
mudah terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi
ureter atau vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan
struktur yang di bungkusnya tetapi tidak menginvasinya (E. Oswari, 2011).

2. ETIOLOGI
Terdapat beberapa penyebab terjadinya tumor abdomen tergantung dari besarnya
penyimpangan dalam bentuk dan fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan,
kemampuanya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis dan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut E. Oswari (2011) diantaranya:
a. Karsinogen adalah zat-zat yang menyebabkan penyakit kanker. Zat-zat karsinogen
menyebabkan kanker dengan mengubah asam deoksiribonukleat (DNA) dalam sel-
sel tubuh, dan hal ini menganggu proses-proses biologis
b. Hormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan sel yang cenderung
mendorong terjadinya kanker, sedangkan progesterone melindungi terjadinya
pertumbuhan sel yang berlebihan.
c. Gaya Hidup berkaitan dengan kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan
makan makanan yang kurang berserat.
d. Parasit Schistososma hematobin yang mengakibatkan karsinoma planoseluler
e. Genetik atau disebut juga faktor keturunan juga menjadi penyebab memiliki resiko
paling tinggi untuk menderita tumor.
f. Hipersensitivitas terhadap obat-obatan.
g. Faktor radiasi
Radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) digunakan dalam sinar rontgen
dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom yang bisa
menjangkau jarak yang sangat jauh

3. KLASIFIKASI
Klasifikasi tumor abdomen menurut Sjamsu hidayat (2012) terdiri dari:
1) Neuroblastoma
Neuroblastoma  merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-
sel crest neuralis yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem
saraf simpatis. Neuroblastoma dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf
simpatis. Tempat tumor primer yang umum adalah abdomen, kelenjar adrenal
atau ganglia paraspinal toraks, leher dan pelvis. Tumor ini paling banyak berasal
dari kelenjar adrenal dan gejala yang ditimbulkan merupakan akibat
dilepaskannya metabolit katekolamin secara berlebihan yaitu berupa hipertensi,
kemerahan (flushing), keringat yang berlebihan dan demam. Gejala akibat
adanya neuroblastoma meliputi benjolan-benjolan subkutis terutama di daerah
kepala atau proptosis dan ekimosis periorbita, merupakan gambaran penyakit
yang lanjut atau metastasis. Menurut Willie (2008) manifestasi klinis dari
neuroblastoma berbeda tergantung dari  lokasi metastasenya:
a. Neuroblastoma retroperitoneal
Massa menekan organ dalam abdomen dapat timbul nyeri abdomen,
pemeriksaan menemukan masa abdominal yang konsistensinya keras dan
nodular, tidak bergerak, massa tidak nyeri dan sering melewati garis tengah.
Pasien stadium lanjut sering disertai asites, pelebaran vena dinding
abdomen, edema dinding abdomen.
b. Neurobalstoma mediastinal
Kebanyakan di paravertebral mediastinum posterior, lebih sering di
mediastinum superior  daripada inferior. Pada awalnya tanpa gejala, namun
bila massa besar dapat menekan dan timbul batuk kering, infeksi saluran
nafas, sulit menelan. Bila penekanan terjadi pada radiks saraf spinal, dapat
timbul parastesia dan nyeri lengan.
c. Neuroblastoma leher
Mudah ditemukan, namun mudah disalahdiagnosis sebagai limfadenitis atau
limfoma maligna. Sering karena menekan ganglion servikotorakal hingga
timbul syndrome paralisis saraf simpatis leher(Syndrom horner), timbiul
miosis unilateral, blefaroptosis dan diskolorasi iris pada mata.
d. Neuroblastoma pelvis
Terletak di posterior kolon presakral, relative dini menekan organ sekitarnya
sehingga menimbulkan gejala sembelit sulit defekasi, dan retensi urin.
e. Neuroblastoma berbentuk barbell
yaitu neuroblastoma paravertebral melalui celah intervertebral ekstensi ke
dalam canalis vertebral di ekstradural. Gejala klinisnya berupa tulang
belakang kaku tegak, kelainan sensibilitas, nyeri. Dapat terjadi hipomiotonia
ekstremitas bawah bahkan paralisis.

2) Nefroblastoma (Tumor Wilms’)


Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenchym renal. Penyebabnya tidak di ketahui
secara pasti,tetapi < 2 % terjadi karena faktor keturunan.Kebanyakan kasus
terjadi secara sporadik dan merupakan hasil dari mutasi genetik yang
mempengaruhi perkembangan sel-sel di ginjal. Dapat berhubungan dengan
kelainan bawaan tertentu,seperti :
a. Kelainan saluran kemih
b. Anridia ( tidak memiliki iris )
c. Hemyhipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh)
Tumor tersebut tumbuh dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau
bilateral. Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar
renal. Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang primitif
atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di
kelilingi stroma sel kumparan. Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami
distorsi,tetapi kemudian di invasi oleh sel tumor.
Menurut NWTS (National Wilm’s Tumor Study ) setelah di lakukan tindakan
Nefroktomi,tingkat penyebaran di bagi menjadi 5 stadium dan rekuren:
Stadium Keterangan
Stadium I Tumor terbatas pada ginjal dan dapat di eksisi sempurna
Stadium II Tumor meluas keuar ginjal dan dapat di eksisi
sempurna,mungkin telah mengadakan penetrasi ke jaringan
lemak perirenal,limfonodi paraaorta atau ke vasa renalis
Stadium III Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin berasal dari
biopsi atau ruptur yang terjadi sebelum atau selama operasi
Stadium IV Metastasis ke hematogen,paru-paru,hati,tulang,dan otak
Stadium V Tumor Bilateral. Rekuren = terjadi lagi kanker setelah di
terapi,dapat di tempat pertama kali terjadi atau di organ lain

Keluhan utama biasanya hanya benjolan di perut, hematuri karena invasi tumor
yang menembus sistem pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi
anafilaksis tubuh terhadap protein tumor.Gejala lain yang bisa muncul adalah :
a. Malaise (merasa tidak enak badan)
b. Anorexia
c. Anemia
d. Lethargi
e. Hemihypertrofi
f. Nafas pendek,dyspnea,batuk,nyeri dada (karena ada metastase)

3) Limfoma Abdomen
Limfoma abdomen dapat timbul dari kelenjar getah bening di hati, limpa dan
usus. Apabila timbul di hati atau limpa akan menyebabkan hepatomegali atau
splenomegali atau keduanya. Tetapi bila timbulnya di usus, maka massa tumor
dapat menyebabkan obstruksi usus atau sebagai leading point untuk terjadinya
intususepsi. Gejala yang dapat timbul ialah nyeri disertai pembengkakan perut
dan perubahan kebiasaan buang air besar serta gejala obstruksi usus serta mual
dan muntah. Perdarahan saluran cerna jarang terjadi apalagi perforasi usus.

4) Teratoma
Tumor yang berasal dari sel germinativum ini dapat timbul di mana–mana.
Tumor yang asalnya dari rongga abdomen hanya sekitar 1-2% dan biasanya
letaknya retroperitoneal. Kira-kira 29% teratoma berasal dari ovarium. Teratoma
retroperitoneal harus dibedakan dengan tumor Wilms, neuroblastoma atau
rhabdomiosarkoma.
5) Rhabdomiosarkoma
Tumor ini berasal dari rongga pelvis, tetapi bila sudah besar dapat mendesak ke
rongga abdomen.Tumor ini dapat memberikan gejala hematuria, sekret berdarah
ataupun obstruksi saluran kemih.

4. MANIFESTASI KLINIS
Terdapat beberapa manifestasi akibat tumor di intra abdomen menurut (),
diantaranya:
1) Nyeri Perut
a. Nyeri Viseral
Terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga perut.
Peritonium visceral yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf
otonom dan tidak peka terhadap rabaan atau pemotongan. Akan tetapi bila
dilakukan regangan organ atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot yang
menyebabkan iskhemia akan timbul nyeri. Pasien biasanya tidak dapat
menunjukkan secara tepat letak nyeri. Nyeri visceral disebut juga sebagai nyeri
sentral. Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan
organ embrional yang terlibat meliputi:
- Saluran cerna yang berasal dari usus depan (foregut) menyebabkan nyeri di
ulu hati atau epgastrium.
- Saluran cerna yang berasal dari usus tengah (midgut) menyebabkan nyeri di
sekitar umbilikus.
- Bagian saluran cerna yang berasal dari usus belakang (hindgut)
menyebabkan nyeri di perut bagian bawah.
- Demikian juga nyeri dari buli-buli atau rektosigmoid. Karena tidak disertai
rangsang peritonium nyeri ini tidak dipengaruhi gerakan sehingga penderita
dapat aktif bergerak. Persarafan sensorik organ perut:
Organ atau struktur Saraf Tingkat persarafan
Bagian tengah diafragma n. frenikus C3-5
Tepi diafragma, lambung, pankreas, Pleksus seliakus Th. 6-9
kandung empedu, usus halus
Apendiks, kolon proksimal, dan organ Pleksus mesenterikus Th. 10-11
panggul
Kolon distal, rektum, ginjal, ureter, dan n. splanknikus kaudal Th. 11-L1
testis
Buli-buli, rektosigmoid Pleksus hipogastrik S2-S3
b. Nyeri Somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh
saraf tepi, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakan seperti ditusuk atau
disayat, dan pasien dapat menunjukkan secara tepat letaknya dengan jari.
Rangsang yang menimbulkan nyeri ini berupa rabaan, tekanan, rangsang
kimiawi atau proses radang.
Gesekan antara visera yang meradang menimbulkan rangsang peritoneum
dan menyebabkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun gesekan antar kedua
peritoneum menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang
menjelaskan nyeri kontralateral pada apendisitis akut.
Letak nyeri somatik :
Letak Organ
Abdomen kanan atas Kandung empedu, hati, duodenum,
pankreas, kolon, paru, miokard
Epigastrium Lambung, pankreas, duodenum, paru, kolon
Abdomen kiri atas Limpa, kolon, ginjal, pankreas, paru
Abdomen kanan bawah Apendiks, adneksa, sekum, ileum, ureter
Abdomen kiri bawah Kolon, adneksa, ureter
Suprapubik Buli-buli, uterus, usus halus
Periumbilikal Usus halus
Pinggang/punggung Pankreas, aorta, ginjal

2) Hiperplasia adalah meningkatnya ukuran dari sel sehingga merubah ukuran dari
organ.
3) Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
4) Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila berasal dari
masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan elastic kenyal atau
lunak.
5) Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
6) Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
7) Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
8) Anoreksia, mual, muntah.
9) Penurunan berat badan

5. PATOFISIOLOGI
(terlampir)
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik yang biasa dilakuakan dalam mengevakluasi malignansi di intra
abdomen menurut Williams & Wilkins (2012) meliputi:
a. Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang dibentuk oleh
tumor atau oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.
b. Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan
gambatan berbagai struktur tubuh.
c. CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan
jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang.
d. Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar jaringan;
dapat, mencakup penggunaan bahan kontras.

e. Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,
digunkan untuk mengkaji jarinagn yang dalam di dalam tubuh.
f. Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran denagan memasukan suatu ke
dalam rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy
jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
g. Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan radiosisotope yang diikuti
dengan pencitraan yang menkadi yempat berkumpulnya radioisotope.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terdapat beberapa penatalaksaan medis yang digunakan untuk meminimalisir
perkembangan tumor intraabdomen menurut Williams & Wilkins (2012), yaitu:
a. Pembedahan
Modalitas penanganan utama, proses pembedahan yang dilakukan berupa
laparotomy. Laparotomi adalah prosedur yang membuat irisan vertikal besar pada
dinding perut ke dalam rongga perut. Jenis laparotomy yang dilakukan biasanya
gasterektoni subtotal atau total,dan digunakan untuk baik pengobatan maupun
paliasi.
b. Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh
harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah
pasien harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan
dengan tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.

c. Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam pengobatan
tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor. Bentuk energy
yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam
spektrum elektromagnetik.
d. Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi tumor,
untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan terapi
radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi
pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
e. Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatankeempat untuk kanker
dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM) berupa
antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin

8. KOMPLIKASI
Terdapat beberapa komplikasi yang berkaitan dengan tindakan menurut Sujono (2011),
yaitu:
a. Stitch Abscess : biasanya muncul pada hari ke-10 pasca operasi atau bisa juga
sebelumnya, sebelum jahitan insisi tersebut diangkat. Abses ini dapat superfisial
atau lebih dalam. Jika dalam ia dapat berupa massa yang teraba dibawah luka, dan
terasa nyeri jika diraba.
b. Infeksi Luka Operasi : biasanya jahitan akan terkubur didalam kulit sebagai hasil dari
edema dan proses inflamasi sekitarnya. Infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam
pasca operasi. Penyebabnya dapat berupa Staphylococcus aureus, E. Colli,
Streptococcus faecalis, Bacteroides. Pasien biasanya akan mengalami demam, sakit
kepala, anorexia dan malaise.
c. Gas Gangrene : biasanya berupa rasa nyeri yang sangat pada luka operasi,
biasanya 12-72 jam pasca operasi, peningkatan temperature (39-41°C), takikardia,
dan syok yang berat.
d. Hematoma :kejadian ini kira-kira 2% dari komplikasi operasi. Keadaan ini biasanya
hilang dengan sendirinya.
e. Keloid Scar: penyebab dari keadaan ini hingga kini tidak diketahui, hanya memang
sebagian orang mempunyai kecenderungan untuk mengalami hal ini lebih dari orang
lain.
f. Abdominal Wound Disruption and Evisceration : disrupsi ini dapat partial ataupun
total. Insidensinya sendiri bervariasi antara 0% sampai 3% dan biasanya lebih umum
terjadi pada pasien lebih dari 60 tahun. Jika dilihat dari jenis kelamin, perbandingan
laki-laki dan perempuan adalah 4: 1.

9. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian klien :
1. Aktivitas istirahat
Gelaja : kelemahan dan keletihan
2. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
3. Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
4. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darh pada feces, nyaeri pada
defekasi.
Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar pada saat
berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk ( rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan pengawet).
Anoreksisa, mual/muntah.
Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkuranganya
massa otot.
Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
6. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses
penyakit)
8. Pernafasan
Gejala : sesak karena tumor mendesak paru-paru
9. Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik. Karsinogen
10. Pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
11. Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan perubahan pada
tingkat kepuasan.
12. Interaksi social
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung

B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
b. Nyeri (akut) b/d proses penyakit
c. Resiko tinggi terhadap diare b.d mekanisme koping yang tidak adekuat atau
stress
d. Kurang pengetahuan mengenai prognisis dan kebutuhan pengobatan.

Post operasi
a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
b. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
d. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
e. Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.
C. Intervensi Keperawatan
Pre operasi :
a) Ansietas b/d perubahan status kesehatan
Tujuan : Cemas tidak terjadi dengan kriteria hasil :
 Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya
rasa takut
 Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat
diatasi.
 Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan
partisipasi aktif dalam pengaturan obat.
Intervensi :
1) Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
R/ Memberikan kesempatan untuk memeriksa takut realistis serta
kesalahan konsep tentang diagnosis.
2) Berikan lingkungan terbuka dimana klien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaannya.
R/ Membantu klien untuk merasa diterima pada adanya kondisi
tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat.
3) Pertahankan kontak sesering mungkin dengan klien.
R/ Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak.
4) Bantu klien/keluarga dalam mengenali dan mengklasifikasikan
rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping.
R/ Dukungan dan konseling sesering diperlukan untuk
memungkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut.
5) Berikan informasi yang akurat
R/ Dapat menurunkan ansietas
b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat
Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
 Klien mengungkapkan nafsu makan baik, badan tidak lemah, dan
HB normal.
Intervensi :
1) Kaji intake dan out put klien.
R/ Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi dan merupakan asupan
dalam tindakan selanjutnya.
2) Timbang berat badan sesuai indikasi.
R/ Mengidentifikasi status cairan serta memastikan kebutuhan
metabolic.
3) Identifikasi kesukaan/ketidak sukaan diet dari pasien. Anjurkan
pilihan makanan tinggi protein dan vitamin C
R/ Meningkatkan kerja sama pasien dengan aturan diet. Protein/
vitamin C adalah contributor utama unatuka pemeliharaan jaringan
dan perbaikan.
4) Kolaborasi pemberian therapy cairan dan obat-obatan
R/ Memperbaiki keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah
muntah dan menetralkan atau menurunkan prmbentukan asam untuk
mencegah erosi mukosa
c) Hambatan mobilitas fisik b/d adanya odema
Tujuan : hambatan mobilitas fisik tidak terjadi dengan kriteria hasil :
 Mampu melakukan aktivitas secara mandiri / dengan bantuan
orang lain.
Intervensi :
1) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
R/ Membantu merencanakan pemenuhan kebutuhan klien
2) Bantu aktivitas klien
R/ Memenuhi kebutuhan klien yang tidak dapat ia penuhi secara
mandiri
3) Anjurkan keluarga membantu aktivitas klien dalam memenuhi
personal hyginenya
R/ Menjaga serta memenuhi kebutuhan personal hygine klien

Post operasi
a) Nyeri b/d terputusnya kontiniutas jaringan
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria hasil :
 Klien mengungkapkan nyeri berkurang dan ekspresi wajah
normal.
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri.
R/ Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien sebagai acuan
untuk intervensi selanjutnya.
2) Observasi tanda-tanda vital
R/ Mengetahui kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
3) Ajarkan tehnik relaksasi
R/ Mengurangi nyeri yang dirasakan
4) Penatalaksanaan pemberian obat analgetik.
R/ Obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.
b) Resti infeksi b/d adanya luka operasi
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil :
 Luka sembuh dengan baik, verband tidak basah dan tidak ada
tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor).
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda infeksi
R/ Mengetahui tanda-tanda infeksi dan menentukan intervensi
selanjutnya.
2) Observasi suhu tubuh
R/ Peningkatan suhu tubuh menandakan adanya proses infeksi
3) Lakukan perawatan luka dengan teknik septik dan antiseptic
R/ Dapat mencegah terjadinya kontaminasi dengan kuman penyebab
infeksi.
4) Kolaborasi pemberian antibiotic
R/ Obat antibiotik dapat membunuh kuman penyebab infeksi.
c) Gangguan pola tidur b/d nyeri operasi
Tujuan : Gangguan pola tidur tidak terjadi dengan kriteria hasil :
 Klien dapat tidur dengan nyenyak
 Klien merasa segar saat bangun tidur
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi
R/ Mengidentifikasi dan menentukan intervensi yang tepat
2) Atur posisi yang nyaman bagi klien menjelang tidur
R/ Istirahat tidur cukup dapat dapat mengurangi kelemahan
3) Ciptakan suasana tenang menjelang dan pada saat pasien tidur
R/ Mengubah area tekanan dan meningkatkan area istirahat.
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat & de jong. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Sujono Riyadi, S. M. 2011. Buku Keperawatan Medikal Bedah.Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Williams & Wilkins. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC
E. Oswari. 2011. Patofisiologi. Jakarta: Hipokrates

Anda mungkin juga menyukai