Anda di halaman 1dari 1

Evolution of swallowing in post-acute stroke: a descriptive study

Judul : Study deskriptif : Perubahan proses menelan pada pasien post stroke akut
Latar Belakang : Disfagia dapat terjadi pada 40- 70% pada 3 hari pertama pasien post stroke
yang disebabkan karena aspirasi saliva, makanan ataupun cairan. Disfagia sendiri dapat
mengakibatkan terjadinya malnutrisi pada pasien hingga komplikasi pada paru-paru seperti
pneumonia.
Tujuan : untuk menganalisis perubahan (evolusi) menelan post stroke
Metode :
 Desain : deskriptif study dengan teknik non probability sample.
 Waktu : Mei - November 2008
 Tempat : Regional Public Hospital Betim
 Sasaran : 100 pasien stroke dengan kriteria inklusi pasien stroke akut dengan disfagia atau
tidak dan disertai gangguan berbicara dan kriteria eksklusi yaitu pasien koma atau pasien
dengan menggunakan bantuan pernafasan
 Uji statistik : chi square or fisher exact with SPSS 16
 Metode : penelitian ini menggunakan standar penilaian (kuesioner) Gugging Swallowing
Screen - GUSS dengan 2 tahap penilaian yaitu tahap pertama dinilai setelah 48 jam setelah
stroke dan tahap kedua dilihat selama pasien dirawa di rumah sakit. Standar penilaian GUSS
memiliki 2 tahap yaitu menilai kemampuan menelan secara tidak langsung atau menelan air
liur, dan menilai kemampuan secara langsung.

Tes menelan tidak langsung : diawali denga menelan ludah dan dilakukan assessmen
terhadap kewaspadaan (vigilance), batuk yang disengaja (voluntary cough), berdehem atau batuk kecil
yang tertahan (throat clearing) dan penelanan Saliva (Saliva swallowing). Setiap poin dinilai dari 0 atau 1,
jika pasien mendapatkan 1-4 poin maka penilaian diberhentikan untuk tahap selanjutnya, jika nilai 5
dilanjutkan ke tahap selanjutnya.

Tes Menelan langsung : tes ini meliputi 3 tahap yaitu menelan semi padat (puding), menelan cairan, dan
menelan zat yang padat. Kriteria dari Disfagia dilihat dari waktu untuk menelan, baru yang tak disengaja
sebelum, selama atau setelah proses menelan dan adanya perubahan suara. Pada tes tahap ini jika
pasien mendapatkan nilai 1-4 pasien pada setiap stepnya maka pasien perlu evaluasi lebih lanjut dan
tidak boleh lanjut ke tes tahap selanjutnya, misalnya tahap menelan semi solid mendapatkan nilai 4
maka pasien tidak boleh lanjut ke tahap menelan cair. Nilai tertinggi yang didapat adalah 20, yang
artinya normal tanpa adanya resiko aspirasi.

Hasil : pada evaluasi awal, frekuensi disfagia adalah 52%, dan 28% pasien diklasifikasikan disfagia parah
dengan risiko aspirasi yang tinggi. Waktu rata-rata antara evaluasi awal dan keluar dari rumah sakit
adalah 22,1 hari. Saat keluar dari rumah sakit, hanya 2,1% pasien yang masih mengalami disfagia parah.

Kesimpulan : frekuensi disfagia pasca stroke tinggi, tetapi ada perubahan progresif kemampuan
menelan pada pasien stroke selama dirawat di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai