Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

A. Pengertian minuman peroral


Memberikan minuman per oral merupakan tindakan penting dalam perawatan pasien
untuk memastikan hidrasi yang adekuat.
Prosedur ini melibatkan beberapa langkah, termasuk;
1. Penilaian Pasien:
Evaluasi kemampuan pasien menelan.
Identifikasi kondisi yang mempengaruhi kemampuan menelan, seperti gangguan
neurologis atau kelemahan otot.
2. Pemilihan Jenis Minuman:
Menyesuaikan jenis minuman dengan kondisi kesehatan pasien.
Memilih suhu dan tekstur minuman yang sesuai.
3. Teknik Pemberian Minuman:
Pastikan pasien dalam posisi duduk atau setengah duduk untuk mengurangi risiko
aspirasi. Berikan minuman perlahan dengan menggunakan gelas atau sedotan sesuai
kebutuhan pasien.
4. Pemantauan Respons Pasien:
Awasi respon pasien selama dan setelah memberikan minuman.
Tanggapi secara cepat jika terdapat kesulitan menelan atau gejala lainnya.
5. Kebersihan dan Higiene:
Pastikan kebersihan wadah minuman dan sedotan.
Cuci tangan sebelum dan setelah prosedur.
6. Dokumentasi:
Catat jenis dan jumlah minuman yang diberikan.
Rekam respon pasien dan langkah-langkah yang diambil.

Prinsip-prinsip ini membantu meminimalkan risiko aspirasi atau komplikasi lainnya, serta
memberikan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

B. Tujuan Memberikan Minum Per oral


Tujuan memberikan minum per oral adalah untuk memastikan pasien mendapatkan
asupan cairan yang mencukupi untuk menjaga hidrasi tubuh. Beberapa tujuan
spesifik dari memberikan minuman per oral antara lain;
1. Mempertahankan Hidrasi:
Memastikan pasien tetap terhidrasi untuk mendukung fungsi organ dan sistem tubuh
yang optimal.
2. Meningkatkan Kenyamanan Pasien:
Memberikan minuman per oral dapat meningkatkan kenyamanan pasien dan
memberikan pengalaman yang positif dalam perawatan kesehatan.
3. Mendukung Proses Pemulihan:
Hidrasi yang baik mendukung proses penyembuhan pasien setelah pembedahan,
penyakit, atau kondisi medis lainnya.
4. Mencegah Dehidrasi:
Mencegah terjadinya dehidrasi yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi
kesehatan.
5. Menyediakan Nutrisi Cairan:
Memberikan minuman per oral juga dapat berfungsi sebagai cara untuk memberikan
nutrisi cairan jika diperlukan.
6. Evaluasi Fungsi Menelan:
Membantu dalam evaluasi kemampuan pasien untuk menelan, dan memberikan
informasi penting untuk perencanaan perawatan lebih lanjut.
7. Pengawasan Efek Samping atau Komplikasi:
Memantau respons pasien terhadap minuman per oral untuk mendeteksi potensi
masalah seperti kesulitan menelan atau reaksi alergi.

C. Indikasi Memberikan Minuman Per Oral:


1. Pasien Dengan Status Hidrasi Normal:
Memberikan minuman per oral dapat dilakukan pada pasien yang memiliki status
hidrasi normal untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
2. Proses Pemulihan Pasca Operasi:
Pasien dalam proses pemulihan pasca operasi sering diberikan minuman per oral
untuk mendukung pemulihan dan mencegah dehidrasi.
3. Pasien yang Dapat Menelan dengan Aman:
Memberikan minuman per oral pada pasien yang mampu menelan dengan aman, baik
dalam kondisi medis maupun keadaan kesadaran.
4. Dehidrasi Ringan:
Memberikan minuman per oral dapat menjadi metode yang efektif untuk mengatasi
dehidrasi ringan dan mengembalikan keseimbangan cairan tubuh.
5. Pasien yang Memerlukan Nutrisi Cairan:
Memberikan minuman per oral dapat menjadi cara untuk memberikan nutrisi cairan
pada pasien yang membutuhkan asupan kalori dan elektrolit.

D. Kontraindikasi Memberikan Minuman Per Oral:


1. Kesulitan Menelan atau Risiko Aspirasi:
Tindakan ini harus dihindari pada pasien dengan kesulitan menelan atau risiko tinggi
aspirasi.
2. Keadaan Medis yang Memerlukan Restriksi Cairan:
Pada kondisi tertentu, seperti gagal jantung kongestif, mungkin diperlukan
pembatasan asupan cairan, sehingga memberikan minuman per oral harus
disesuaikan.
3. Gangguan Kesadaran:
Pasien dengan gangguan kesadaran yang signifikan mungkin tidak dapat menelan
dengan aman, dan pemberian minuman per oral harus dihindari.
4. Kondisi Medis yang Menyebabkan Penurunan Respons Pasien:
Pada beberapa kondisi medis, seperti syok atau keadaan kritis lainnya, pemberian
minuman per oral dapat meningkatkan risiko komplikasi.
5. Tidak Dapat Menentukan Jenis atau Konsistensi Cairan yang Aman:
Jika tidak dapat dipastikan jenis atau konsistensi cairan yang aman untuk pasien,
pemberian minuman per oral harus dihindari.

E. Teknik Memberikan Minuman Per oral


Teknik memberikan minuman per oral melibatkan beberapa langkah yang dapat membantu
memastikan pasien dapat minum dengan aman dan nyaman. Berikut adalah panduan umum
untuk teknik ini:
1. Penilaian Awal:

Evaluasi kemampuan pasien menelan dan status hidrasi.


Identifikasi kondisi yang dapat mempengaruhi proses menelan, seperti gangguan neurologis
atau kelemahan otot.
2. Posisi Pasien:
Pastikan pasien dalam posisi duduk atau setengah duduk. Hal ini membantu mengurangi
risiko aspirasi cairan ke saluran pernapasan.
3. Pemilihan Jenis Minuman:

Pilih jenis minuman yang sesuai dengan kondisi pasien, seperti air, jus, atau larutan elektrolit.
Sesuaikan suhu minuman sesuai preferensi pasien dan keamanan.
4. Pemilihan Alat Bantu:

Gunakan gelas atau sedotan tergantung pada kemampuan pasien menelan dan preferensinya.
Pada pasien yang kesulitan menelan, sedotan mungkin lebih aman untuk mengurangi risiko
aspirasi.
5. Komunikasi dengan Pasien:

Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan tenang. Beri tahu pasien jenis minuman yang
akan diberikan dan minta persetujuan.
6. Berikan Minuman Perlahan:

Berikan minuman perlahan dan beri waktu untuk pasien menelan. Hindari memberikan
minuman terlalu cepat, terutama pada pasien yang mungkin kesulitan menelan.
7. Pantau Respons Pasien:

Pantau respon pasien selama dan setelah memberikan minuman. Tanggapi dengan cepat jika
terjadi kesulitan menelan atau tanda-tanda kesulitan lainnya.
8. Hindari Gangguan Lingkungan:

Pastikan lingkungan tenang dan tidak terburu-buru saat memberikan minuman. Hindari
kebisingan atau distraksi yang dapat mengganggu pasien.

F. Peran Perawat

Peran perawat dalam memberikan minuman per oral sangat penting dalam memastikan
pasien mendapatkan hidrasi yang cukup dengan aman dan efektif.
9. Menilai kemampuan pasien menelan dan status hidrasi.
10. Menentukan jenis dan konsistensi minuman yang sesuai.
11. Melaksanakan prosedur memberikan minuman per oral dengan memperhatikan
keamanan pasien.
12. Memantau respons pasien dan mencatat informasi yang relevan.
Perawat memegang peran sentral dalam memberikan perawatan dan memastikan keselamatan
serta kenyamanan pasien selama proses memberikan minuman per oral.

1. Pemeriksaan urine

Urinalisis atau tes urine adalah prosedur yang menggunakan urine sebagai sampel untuk membantu
mendeteksi masalah kesehatan pada tubuh. Contoh sederhananya yakni urine berwarna keruh dapat
mengindikasikan adanya infeksi, urine berwarna pekat menunjukkan dehidrasi, dan urine berbau
manis mengindikasi penyakit diabetes.

Selain dari warnanya, tes urine juga berfokus pada komposisi, konsentrasi, hingga bau urine. Di mana
hal-hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai zat tubuh yang terkandung dalam urine, seperti protein, sel
darah, bilirubin, glukosa, hingga bakteri.

2. Fungsi Tes Urine

Sebelum dibuang, urine akan melewati saluran kemih yang terdiri dari ginjal, lalu menuju ureter,
kandung kemih, kemudian uretra. Kerusakan atau gangguan yang terjadi pada salah satu organ
tersebut akan memengaruhi kondisi urine, baik itu perubahan pada warna, bau, atau kandungan di
dalamnya.

Fungsi tes urine adalah mendeteksi kerusakan atau gangguan tersebut sehingga dokter dapat
memberikan penanganan sesuai dengan kondisi pasien. Berikut merupakan beberapa fungsi tes urine
lainnya:

 Mendeteksi Zat Berbahaya dalam Tubuh

Zat berbahaya seperti kokain, opioid, ganja, dan benzodiazepine yang terdapat di dalam tubuh dapat
dideteksi melalui tes urine. Fungsi tes urine yang satu ini biasanya ditujukan bagi atlet, pegawai,
pecandu, atau pelajar dan mahasiswa yang dicurigai melakukan penyalahgunaan narkoba atau zat
terlarang.

 Menegakkan Diagnosis Penyakit

Tes urine adalah pemeriksaan penunjang untuk keperluan diagnosis penyakit, seperti batu ginjal,
diabetes, infeksi saluran kemih, protein dalam urine, dan kerusakan otot. Dokter akan menyarankan
tes urine bila pasien mengalami gejala seperti nyeri perut bagian bawah, sering buang air kecil,
terdapat darah dalam urine, dan sakit punggung bawah.

 Memantau Perkembangan Penyakit

Selain mendiagnosis penyakit, tak jarang tes urine juga diperlukan untuk memantau perkembangan
suatu penyakit yang diderita pasien sekaligus melihat respon tubuh terhadap perawatan atau
pengobatan yang dijalani sebelumnya.

 Memastikan Kehamilan

Untuk memastikan kehamilan, dibutuhkan alat tes kehamilan atau test pack yang dimasukkan ke
dalam urine yang telah ditempatkan pada wadah. Tes urine dapat mendeteksi adanya hormon HCG
yang dihasilkan oleh plasenta.

 Pemeriksaan Rutin

Fungsi tes urine selanjutnya yaitu untuk memantau kondisi kesehatan secara menyeluruh melalui
pemeriksaan secara rutin, seperti Pemeriksaan Urine Lengkap dari Siloam Hospitals. Pemeriksaan
urine lengkap tersebut telah mencakup gambaran makroskopi (glukosa dan protein) dan mikroskopik
(kristal, jamur, epitel, sel darah merah dan putih) yang bermanfaat untuk mendeteksi gangguan
kesehatan sejak dini.

3. Prosedur Melakukan Tes Urine

Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan selama menjalani prosedur tes urine adalah sebagai berikut.
Persiapan Sebelum Tes Urine
Sebelum menjalani tes urine, Anda akan diminta untuk minum air putih dengan cukup sehingga
memudahkan buang air kecil untuk mengambil sampel urine. Namun, terkadang Anda juga akan
diminta untuk berpuasa sebelum menjalani pemeriksaan.

Di sini, Anda juga harus menyampaikan informasi yang jelas terkait gejala yang Anda alami dan
menginformasikan obat, suplemen, dan vitamin yang dikonsumsi kepada dokter.
Tahap Pelaksanaan Tes Urine (Urinalisis)
Tes urine dilakukan dengan menampung urine di dalam wadah khusus. Adapun beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah:

Bersihkan area di sekitar lubang kencing menggunakan tisu khusus yang disediakan oleh tim medis.
Sebaiknya tampung urine yang keluar di tengah-tengah aliran.
Volume urine yang ditampung minimal 30-60 ml.
Hindari menyentuh bagian dalam wadah untuk menghindari kontaminasi bakteri.

4. Jenis Pemeriksaan Tes Urine

Jenis pemeriksaan tes urine dibagi menjadi tiga, yaitu pemeriksaan visual, dipstick, dan mikroskopis.

1. Pemeriksaan Visual

Uji visual bertujuan untuk memeriksa tampilan urine yang meliputi warna dan bau urine. Urine
normal biasanya ditandai memiliki warna yang jernih. Sementara itu, urine keruh dan berbau
umumnya menandakan adanya gangguan kesehatan, salah satunya infeksi.

2. Pemeriksaan Dipstick

Pemeriksaan ini menggunakan stik plastik tipis yang dimasukkan ke dalam sampel urine untuk
mendeteksi kadar keasaman (pH) stau zat tertentu. Apabila stik plastik tersebut berubah warna, maka
terdapat indikasi zat tertentu di dalam urine yang kadarnya berlebihan.

Beberapa zat yang diperhatikan dalam pemeriksaan dipstick pada tes urine adalah:

 Bilirubin
 Protein
 Glukosa
 Leukosit
 Urobilinogen
 Asam Askorbat
 Hemoglobin
 Sel darah merah

3. Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan menganalisis endapan urine melalui mikroskop. Tes ini
akan direkomendasikan kepada pasien yang mendapatkan hasil tes abnormal pada pemeriksaan visual
dan dipstick. Beberapa hal yang diperiksa dalam pemeriksaan mikroskopis adalah:
 Sel darah merah
 Sel darah putih
 Sel silinder (casts)
 Kristal
 Bakteri atau jamur

PPT

Pengertian memberikan minuman peroral

Memberikan minuman per oral merupakan tindakan penting dalam perawatan pasien untuk
memastikan hidrasi yang adekuat.

Tujuan Memberikan Minum Per oral


Tujuan memberikan minum per oral adalah untuk memastikan pasien mendapatkan asupan
cairan yang mencukupi untuk menjaga hidrasi tubuh. Beberapa tujuan spesifik dari
memberikan minuman per oral antara lain;
1. Mempertahankan Hidrasi
2. Meningkatkan Kenyamanan Pasien
3. Mendukung Proses Pemulihan
4. Mencegah Dehidrasi
5. Menyediakan Nutrisi Cairan
6. Evaluasi Fungsi Menelan
7. Pengawasan Efek Samping atau Komplikasi

Indikasi Memberikan Minuman Per Oral:


1. Pasien Dengan Status Hidrasi Normal
2. Proses Pemulihan Pasca Operasi
3. Pasien yang Dapat Menelan dengan Aman
4. Dehidrasi Ringan
5. Pasien yang Memerlukan Nutrisi Cairan

Kontraindikasi Memberikan Minuman Per Oral:


1. Kesulitan Menelan atau Risiko Aspirasi
2. Keadaan Medis yang Memerlukan Restriksi Cairan
3. Gangguan Kesadaran
4. Kondisi Medis yang Menyebabkan Penurunan Respons Pasien
5. Tidak Dapat Menentukan Jenis atau Konsistensi Cairan yang Aman
G. Peran Perawat

Peran perawat dalam memberikan minuman per oral sangat penting dalam memastikan
pasien mendapatkan hidrasi yang cukup dengan aman dan efektif.
 Menilai kemampuan pasien menelan dan status hidrasi.
 Menentukan jenis dan konsistensi minuman yang sesuai.
 Melaksanakan prosedur memberikan minuman per oral dengan memperhatikan
keamanan pasien.
 Memantau respons pasien dan mencatat informasi yang relevan.
Pemeriksaan urine
Urinalisis atau tes urine adalah prosedur yang menggunakan urine sebagai sampel untuk membantu
mendeteksi masalah kesehatan pada tubuh. Contoh sederhananya yakni urine berwarna keruh dapat
mengindikasikan adanya infeksi, urine berwarna pekat menunjukkan dehidrasi, dan urine berbau
manis mengindikasi penyakit diabetes.
Selain dari warnanya, tes urine juga berfokus pada komposisi, konsentrasi, hingga bau urine. Di mana
hal-hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai zat tubuh yang terkandung dalam urine, seperti protein, sel
darah, bilirubin, glukosa, hingga bakteri.

Fungsi Tes Urine


Fungsi tes urine adalah mendeteksi kerusakan atau gangguan sehingga dokter dapat memberikan
penanganan sesuai dengan kondisi pasien. Berikut merupakan beberapa fungsi tes urine lainnya:
 Mendeteksi Zat Berbahaya dalam Tubuh
 Menegakkan Diagnosis Penyakit
 Memantau Perkembangan Penyakit
 Memastikan Kehamilan
 Pemeriksaan Rutin

Jenis Pemeriksaan Tes Urine


1. Pemeriksaan Visual
Uji visual bertujuan untuk memeriksa tampilan urine yang meliputi warna dan bau urine.
2. Pemeriksaan Dipstick
Pemeriksaan ini menggunakan stik plastik tipis yang dimasukkan ke dalam sampel urine
untuk mendeteksi kadar keasaman (pH) stau zat tertentu.

Kandungan zat yang diperhatikan dalam pemeriksaan dipstick pada tes urine;
 Bilirubin
 Protein
 Glukosa
 Leukosit
 Urobilinogen
 Asam Askorbat
 Hemoglobin
 Sel darah merah

3. Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan menganalisis endapan urine melalui mikroskop. Tes ini
akan direkomendasikan kepada pasien yang mendapatkan hasil tes abnormal pada pemeriksaan visual
dan dipstick.

Anda mungkin juga menyukai