Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LANSIA DENGAN

PENYAKIT HIPERTENSI

Disusun Oleh :

Ahmad Fauzan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LANSIA DENGAN PENYAKIT

HIPERTENSI

Asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan penyakit hipertensi

melibatkan pendekatan yang holistik untuk memastikan kesehatan dan

kesejahteraan mereka. Berikut adalah panduan teoritis untuk asuhan keperawatan

pada pasien lansia dengan hipertensi:

1. Pengkajian

Pengkajian komprehensif pada pasien lansia dengan penyakit

hipertensi melibatkan pengumpulan informasi yang menyeluruh untuk

memahami kondisi pasien secara holistik. Berikut adalah beberapa aspek

yang perlu diperhatikan dalam pengkajian komprehensif:

a. Riwayat Kesehatan:

 Identifikasi riwayat penyakit pasien, termasuk hipertensi, diabetes,

penyakit jantung, dan gangguan lainnya.

 Tanyakan riwayat pengobatan sebelumnya dan respons terhadap

pengobatan tersebut.

 Perhatikan riwayat alergi terhadap obat-obatan.

b. Riwayat Kesehatan Keluarga:

 Ketahui riwayat hipertensi atau penyakit kardiovaskular dalam

keluarga pasien.

 Identifikasi faktor-faktor genetik yang mungkin memengaruhi tekanan

darah.

c. Pengukuran Tekanan Darah:


 Lakukan pengukuran tekanan darah secara berkala sesuai dengan

prosedur yang benar.

 Catat hasil pengukuran tekanan darah dan identifikasi pola tekanan

darah pasien.

d. Pola Makan:

 Tinjau pola makan pasien, khususnya asupan garam dan lemak.

 Identifikasi kebiasaan makan, seperti konsumsi makanan tinggi kalori

atau makanan cepat saji.

e. Aktivitas Fisik:

 Evaluasi tingkat aktivitas fisik pasien dan tingkat kebugaran.

 Diskusikan aktivitas fisik yang dapat dijalani pasien tanpa

menimbulkan risiko tambahan.

f. Kebiasaan Merokok dan Konsumsi Alkohol:

 Tanyakan apakah pasien merokok dan seberapa sering.

 Evaluasi konsumsi alkohol pasien dan berikan edukasi tentang

pengaruhnya terhadap tekanan darah.

g. Pemantauan Berat Badan:

 Catat berat badan pasien dan pantau perubahan berat badan yang

signifikan.

 Identifikasi kebiasaan makan yang dapat berkontribusi pada masalah

berat badan.

h. Pola Tidur:

 Tinjau pola tidur pasien, termasuk durasi tidur dan kualitas tidur.
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi tidur, seperti nyeri

atau kecemasan.

i. Stres dan Dukungan Sosial:

 Evaluasi tingkat stres pasien dan faktor-faktor yang dapat memicu

stres.

 Identifikasi dukungan sosial pasien, termasuk keluarga, teman, atau

kelompok dukungan.

j. Pemeriksaan Fisik:

1. Pengukuran Tekanan Darah:

 Lakukan pengukuran tekanan darah pada kedua lengan untuk

mendeteksi perbedaan yang signifikan.

 Catat tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan dengan

catatan sebelumnya.

2. Pemeriksaan Jantung:

 Dengarkan bunyi jantung menggunakan stetoskop untuk

mendeteksi irama, denyut, dan suara tambahan seperti bising.

 Perhatikan adanya pembengkakan di leher yang dapat

mengindikasikan gagal jantung.

3. Pemeriksaan Pembuluh Darah:

 Periksa pulsasi pada arteri utama, seperti arteri karotis, arteri

brakialis, arteri radialis, dan arteri dorsalis pedis.

 Identifikasi tanda-tanda aterosklerosis, seperti bruit (bising

pembuluh darah) pada pembuluh darah leher atau abdomen.


4. Pemeriksaan Mata:

 Lakukan pemeriksaan mata untuk mengidentifikasi tanda-tanda

retinopati hipertensi, seperti perdarahan atau eksudat pada fundus

mata.

 Perhatikan adanya pembengkakan atau merah pada mata.

5. Pemeriksaan Neurologis:

 Periksa fungsi saraf kranial, termasuk pemeriksaan refleks,

penglihatan, pendengaran, dan koordinasi.

 Identifikasi tanda-tanda gangguan neurologis, seperti gangguan

bicara atau kelemahan otot.

6. Pemeriksaan Paru-paru:

 Dengarkan suara napas menggunakan stetoskop untuk mendeteksi

tanda-tanda penyakit paru, seperti krekels atau ronki.

 Evaluasi tingkat napas dan detak jantung untuk mengevaluasi

fungsi pernapasan.

7. Pemeriksaan Abdomen:

 Periksa abdomen untuk mendeteksi pembesaran organ, seperti

hati atau limpa.

 Evaluasi adanya nyeri tekan, distensi abdomen, atau tanda-tanda

peritonitis.

8. Pemeriksaan Ekstremitas:

 Periksa adanya edema pada tungkai bawah, yang dapat menjadi

tanda gagal jantung atau penyakit vaskular.


 Tinjau tanda-tanda gangguan sirkulasi, seperti warna kulit yang

pucat, merah, atau biru.

9. Pemeriksaan Kulit:

 Amati tanda-tanda perubahan kulit yang dapat terkait dengan

hipertensi, seperti sianosis atau kulit yang kemerahan.

 Perhatikan luka atau bintik yang mungkin menjadi tanda penyakit

kulit atau gangguan vaskular.

10. Pemeriksaan Gerak dan Fungsi:

 Tinjau kekuatan otot dan kelincahan gerak pasien.

 Identifikasi tanda-tanda ketidakseimbangan atau kesulitan

berjalan.

asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien. Data

yang diperoleh dari pengkajian ini membantu dalam identifikasi masalah

kesehatan utama, perencanaan intervensi yang sesuai, dan evaluasi respon

pasien terhadap perawatan.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien lansia dengan penyakit hipertensi

dapat melibatkan berbagai aspek kesehatan. Setiap pasien memiliki kondisi

yang unik, oleh karena itu, diagnosa keperawatan harus disesuaikan dengan

kebutuhan individu pasien. Berikut beberapa contoh diagnosa keperawatan

yang mungkin relevan untuk pasien lansia dengan hipertensi:

1. Resiko Tekanan Darah Tidak Terkendali:


 Berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap pengobatan atau

perubahan gaya hidup.

2. Manajemen Perubahan Gaya Hidup Tidak Efektif:

 Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau dukungan.

3. Resiko Komplikasi Kardiovaskular:

 Berhubungan dengan adanya faktor risiko seperti hipertensi,

dislipidemia, atau diabetes.

4. Kurang Pengetahuan tentang Penyakit dan Pengelolaannya:

 Berhubungan dengan kurangnya informasi atau pemahaman tentang

penyakit hipertensi dan cara mengelolanya.

5. Resiko Cedera:

 Berhubungan dengan efek samping obat antihipertensi atau penurunan

kemampuan sensorik.

6. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer:

 Berhubungan dengan penyempitan pembuluh darah atau

aterosklerosis.

7. Intoleransi Aktivitas:

 Berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pasokan dan

kebutuhan oksigen.

8. Resiko Obesitas:

 Berhubungan dengan pola makan tidak sehat atau kurangnya aktivitas

fisik.

9. Gangguan Pola Tidur:


 Berhubungan dengan nyeri, kecemasan, atau ketidaknyamanan fisik.

10. Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan:

 Berhubungan dengan retensi natrium atau gangguan fungsi ginjal.

3. Intervensi

Intervensi keperawatan pada pasien lansia dengan penyakit hipertensi

dirancang untuk mengelola tekanan darah, mempromosikan perubahan gaya

hidup sehat, memberikan pendidikan kesehatan, dan mencegah komplikasi.

Berikut adalah beberapa contoh intervensi yang dapat diterapkan:

1. Pengelolaan Tekanan Darah:

 Monitor tekanan darah secara teratur sesuai dengan rencana

perawatan.

 Kolaborasi dengan tim medis untuk penyesuaian dosis obat atau

penggantian obat jika diperlukan.

 Ajarkan pasien dan keluarga cara mengukur tekanan darah di rumah.

2. Pendidikan Kesehatan:

 Berikan informasi tentang penyakit hipertensi, termasuk penyebab,

gejala, dan komplikasi.

 Edukasi tentang pentingnya kepatuhan terhadap rencana perawatan,

termasuk penggunaan obat dan perubahan gaya hidup.

 Jelaskan konsep diet rendah garam, pentingnya mengurangi konsumsi

lemak jenuh, dan pentingnya konsumsi buah dan sayuran.

3. Perubahan Gaya Hidup:


 Bantu pasien dalam merancang dan mengadopsi rencana diet sehat

dan seimbang.

 Dorong peningkatan aktivitas fisik dengan memberikan saran tentang

olahraga yang sesuai untuk usia dan kondisi fisik pasien.

 Diskusikan pengelolaan stres dan ajarkan teknik relaksasi seperti

meditasi atau pernapasan dalam.

4. Manajemen Berat Badan:

 Monitor berat badan secara teratur dan berikan dukungan untuk

mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat.

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merancang rencana makan yang

sesuai dan memberikan dukungan nutrisi.

5. Pemantauan dan Pengelolaan Obat:

 Pastikan pasien memahami dan mengikuti resep obat dengan benar.

 Monitor efek samping obat dan laporkan ke tim medis jika diperlukan.

 Ajarkan pasien untuk tidak menghentikan obat tanpa konsultasi

dengan dokter.

6. Pengelolaan Stres:

 Identifikasi sumber stres dan bantu pasien mengembangkan strategi

pengelolaan stres.

 Ajarkan teknik relaksasi seperti meditasi atau olah napas untuk

mengurangi kecemasan.

7. Pemantauan dan Evaluasi Komplikasi:


 Lakukan pemantauan terhadap tanda-tanda dan gejala komplikasi

seperti retinopati, gangguan neurologis, atau gagal jantung.

 Kolaborasi dengan tim medis untuk manajemen komplikasi yang

mungkin timbul.

8. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan:

 Berkoordinasi dengan dokter, ahli gizi, ahli farmasi, dan terapis fisik

untuk memberikan pendekatan perawatan yang komprehensif.

9. Pendukung Psikososial:

 Berikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga dalam

mengatasi perubahan gaya hidup dan kondisi kesehatan.

 Pertimbangkan untuk merujuk pasien ke kelompok dukungan atau

layanan kesehatan mental jika diperlukan.

10. Monitoring dan Edukasi Sendiri:

 Ajarkan pasien dan keluarga untuk memantau tanda-tanda vital dan

gejala yang perlu diperhatikan.

 Berikan informasi tentang tanda-tanda alarm yang memerlukan

perhatian medis segera.

4. Implementasi

Implementasi intervensi dalam asuhan keperawatan pada pasien lansia

dengan penyakit hipertensi melibatkan pelaksanaan rencana perawatan yang

telah dirancang. Berikut adalah beberapa langkah implementasi yang dapat

diambil:

1. Monitor Tekanan Darah:


 Lakukan pengukuran tekanan darah sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan.

 Catat hasil pengukuran tekanan darah dengan teliti.

2. Pendidikan Kesehatan:

 Berikan informasi tentang penyakit hipertensi, gejala, dan dampaknya

pada kesehatan.

 Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang cara mengukur

tekanan darah di rumah.

3. Perubahan Gaya Hidup:

 Bantu pasien merancang rencana diet sehat dan sesuai dengan kondisi

kesehatannya.

 Dorong pasien untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai dengan

kemampuannya.

4. Manajemen Berat Badan:

 Monitor berat badan secara teratur dan diskusikan strategi untuk

mencapai atau mempertahankan berat badan yang sehat.

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana makan yang

sesuai.

5. Pemantauan dan Pengelolaan Obat:

 Pastikan pasien memahami petunjuk penggunaan obat dan

mengonsumsinya sesuai resep.


 Monitor efek samping obat dan ajarkan pasien untuk melaporkan

perubahan kepada tim medis.

6. Pengelolaan Stres:

 Bantu pasien mengidentifikasi sumber stres dan kembangkan strategi

pengelolaan stres.

 Ajarkan teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam.

7. Pemantauan dan Evaluasi Komplikasi:

 Lakukan pemantauan terhadap tanda-tanda dan gejala komplikasi.

 Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan komplikasi yang

mungkin timbul.

8. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan:

 Berkoordinasi dengan dokter, ahli gizi, ahli farmasi, dan terapis fisik

untuk menyelaraskan rencana perawatan.

 Berpartisipasi dalam rapat tim kesehatan untuk membahas

perkembangan dan penyesuaian perawatan.

9. Pendukung Psikososial:

 Berikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga.

 Pertimbangkan rujukan ke layanan dukungan psikososial atau

kelompok pendukung.

10. Monitoring dan Edukasi Sendiri:

 Ajarkan pasien dan keluarga untuk memantau tanda-tanda vital dan

gejala yang perlu diperhatikan.


 Berikan informasi tentang tanda-tanda alarm yang memerlukan

perhatian medis segera.

11. Evaluasi dan Revisi Rencana Perawatan:

 Lakukan evaluasi berkala terhadap respons pasien terhadap intervensi

yang telah diimplementasikan.

 Revisi rencana perawatan jika diperlukan berdasarkan perubahan

kondisi atau respon pasien.

5. Evaluasi

Evaluasi dalam konteks asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan

penyakit hipertensi sangat penting untuk menilai keberhasilan intervensi yang

telah dilakukan dan membuat penyesuaian yang diperlukan pada rencana

perawatan. Berikut adalah beberapa langkah evaluasi yang dapat diambil:

1. Pengukuran Tekanan Darah:

 Evaluasi hasil pengukuran tekanan darah dan tentukan apakah tekanan

darah pasien telah terkendali sesuai target yang ditetapkan.

2. Pemantauan Perubahan Gaya Hidup:

 Tinjau kemajuan pasien dalam mengadopsi perubahan gaya hidup

sehat, seperti peningkatan dalam pola makan dan aktivitas fisik.

 Diskusikan hambatan atau tantangan yang mungkin dihadapi pasien

dalam mengubah gaya hidup.

3. Manajemen Berat Badan:

 Evaluasi perubahan berat badan dan tentukan apakah pasien telah

mencapai atau mempertahankan berat badan yang sehat.


4. Pemantauan dan Pengelolaan Obat:

 Tinjau kepatuhan pasien terhadap penggunaan obat.

 Evaluasi efek samping obat dan identifikasi langkah-langkah

perbaikan jika diperlukan.

5. Perkembangan Pendidikan Kesehatan:

 Tinjau pemahaman pasien dan keluarga tentang penyakit hipertensi,

manajemen, dan pencegahan komplikasi.

 Identifikasi kebutuhan tambahan untuk pendidikan kesehatan.

6. Pengelolaan Stres:

 Evaluasi efektivitas strategi pengelolaan stres yang telah diajarkan.

 Diskusikan perubahan atau tantangan baru yang dapat memengaruhi

tingkat stres pasien.

7. Pemantauan dan Evaluasi Komplikasi:

 Evaluasi apakah tanda-tanda dan gejala komplikasi telah dikendalikan

atau memburuk.

 Kolaborasi dengan tim medis untuk memantau perkembangan

penyakit dan mengatasi komplikasi yang mungkin timbul.

8. Evaluasi Psikososial:

 Tinjau tingkat dukungan emosional yang diberikan kepada pasien dan

keluarga.

 Diskusikan perubahan atau perasaan yang mungkin muncul selama

proses pengelolaan penyakit.

9. Pemantauan Tanda-tanda Vital dan Fisik:


 Evaluasi tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik secara berkala.

 Tentukan adanya perubahan yang perlu diatasi atau dipantau lebih

lanjut.

10. Revaluasi Rencana Perawatan:

 Tinjau kembali rencana perawatan dan tentukan apakah perubahan

atau penyesuaian diperlukan.

 Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai kemajuan dan

harapan masa depan.

11. Evaluasi Kendala atau Hambatan:

 Identifikasi faktor-faktor yang mungkin menjadi kendala atau

hambatan dalam mencapai tujuan perawatan.

 Ajukan pertanyaan kepada pasien mengenai perasaan mereka terhadap

perubahan dan keterlibatan dalam perawatan mereka.

6. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan dan

merupakan catatan yang memberikan gambaran lengkap tentang kondisi

pasien, intervensi yang dilakukan, dan hasil evaluasi. Dokumentasi yang baik

memberikan dasar informasi yang diperlukan untuk perawat berikutnya,

anggota tim kesehatan lainnya, serta untuk pemantauan dan peningkatan

kualitas asuhan keperawatan. Berikut adalah beberapa poin yang perlu

diperhatikan dalam dokumentasi asuhan keperawatan untuk pasien lansia

dengan penyakit hipertensi:

1. Identifikasi Pasien:
 Pastikan untuk mencatat informasi identitas pasien dengan lengkap,

termasuk nama, nomor identifikasi, dan tanggal lahir.

2. Tujuan Asuhan Keperawatan:

 Dokumentasikan tujuan perawatan yang telah ditetapkan bersama

pasien dan keluarga.

 Tentukan parameter atau kriteria keberhasilan yang dapat diukur.

3. Pengkajian Awal:

 Catat hasil pengkajian awal pasien, termasuk riwayat kesehatan,

riwayat penyakit hipertensi, dan faktor risiko lainnya.

4. Diagnosa Keperawatan:

 Dokumentasikan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan

berdasarkan hasil pengkajian dan analisis data.

5. Rencana Perawatan:

 Catat rencana perawatan yang telah dirancang bersama pasien dan tim

kesehatan.

 Sertakan intervensi yang akan dilakukan, frekuensinya, dan metode

evaluasi.

6. Implementasi:

 Dokumentasikan intervensi yang telah dilaksanakan dengan jelas dan

spesifik.

 Catat setiap respons pasien terhadap intervensi yang telah dilakukan.

7. Edukasi Kesehatan:
 Catat informasi yang telah diberikan kepada pasien dan keluarga

tentang penyakit hipertensi, pengelolaan, dan perubahan gaya hidup.

8. Pengukuran Tekanan Darah:

 Rekam hasil pengukuran tekanan darah secara teratur.

 Catat pola tekanan darah dan perubahan yang signifikan.

9. Pantauan dan Evaluasi Komplikasi:

 Dokumentasikan hasil pemantauan tanda-tanda dan gejala komplikasi

seperti retinopati, gangguan neurologis, atau gagal jantung.

10. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan:

 Catat hasil kolaborasi dengan dokter, ahli gizi, ahli farmasi, dan

terapis fisik.

11. Evaluasi:

 Rekam hasil evaluasi dan revisi rencana perawatan berdasarkan

kemajuan atau perubahan keadaan pasien.

12. Pendukung Psikososial:

 Catat upaya yang telah dilakukan untuk memberikan dukungan

emosional kepada pasien dan keluarga.

13. Rencana Pemantauan Sendiri:

 Dokumentasikan petunjuk atau panduan yang diberikan kepada pasien

untuk memantau tekanan darah atau gejala lain di rumah.

14. Komunikasi dengan Pasien dan Keluarga:

 Catat setiap komunikasi dengan pasien dan keluarga, termasuk

pertanyaan, kekhawatiran, atau persetujuan terkait perawatan.


15. Evaluasi Kendala atau Hambatan:

 Catat faktor-faktor yang mungkin menjadi kendala atau hambatan

dalam mencapai tujuan perawatan dan langkah-langkah yang diambil

untuk mengatasinya.

Dokumentasi harus dilakukan secara akurat, jelas, dan sesuai dengan

kebijakan dan standar operasional yang berlaku di lembaga pelayanan

kesehatan. Semua informasi yang dicatat harus relevan dan memberikan

gambaran lengkap tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada

pasien.

Anda mungkin juga menyukai