Anda di halaman 1dari 19

HIPERTENSI

Kelompok 3
1. AGNES DIVANIA YONA PRILITA 2002003
2. HESTISETYANINGTYAS 2002039
3. JOSE BASTIAN RICARD 2002043
4. MARLINA EKA DAPPA MERA 2002050
5. NI KOMANG ARI ANJALI 2002054
6. YUSTINA KRISTIANI 2002083
Definisi

American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi merupakan silent killer
dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain.
Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar,
mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan
.
Menurut Khuswardhani, 2006 Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung dan
penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan, lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih
muda. Dan menurut Nurarif huda, 2013 hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang
persisten
Epidemiologi
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang
di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi.
Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun
2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya
10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya. Hari Hipertensi Dunia yang
digelar setiap 17 Mei ini bertujuan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
bahwa hipertensi dapat dicegah dan diobat.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan
yang penting adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran untuk cek kesehatan.“Kita
tumbuhkan kesadaran diri kita semua untuk melakukan cek kesehatan, melakukan
pengukuran tekanan darah secara berkala, dan mencegah serta mengendalikan hipertensi,”
Etiologi
Etiologi hipertensi:berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan antara lain:
1. hipertensi primer (esensial), disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. faktor
yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatik sistem renin. Angiotensin
dan peningkatan Na+ Ca intraseluler. faktor-faktor yang meningkatkan jenis resiko antara lain: obesitas,
merokok, alkohol dan polisitemia.
2. Hipertensi sekunder penyebabnya yaitu, penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Tanda & Gejala

penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada:
1. elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
4. kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi
5. meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani, 2014)
a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan akibat embolus yang terlepas
dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi.
b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium dan apabila membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh
darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan
waktu hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan.
c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan
meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung
tidak mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas (eudema)
kondisi ini disebut gagal jantung.
d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem penyaringan dalam ginjal
akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan
terjadi penumpukan dalam tubuh.
Klasifikasi

Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik kurang dari 120
mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi
bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder
(Aspiani, 2014). Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui
penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi primer. Beberapa faktor yang
diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin, usia,
diet, berat badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu
kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus
hipertensi merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara
lain: penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar dan
stres (Aspiani, 2014).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Hipertensi Terapi pada penyakit hipertensi menurut Marya (2013) dibagi menjadidua yaitu terapi
farmakologis dan non farmakologis.
Terapi farmakologis
- DiureticPeranan sentral retensi garam dan air dalam proses terjadinya hipertensi essensial, penggunaan
diuretic dalam pengobatan hipertensi dapat masuk akal. Akan tetapi, akhir-akhir ini rasio manfaat terhadap
resikonya masih belum jelas. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan diuretic seperti hypokalemia,
hipereurisemia, dan intoleransi karbohidrat dapat meniadakan efek manfaat obat tersebut dalam menurunkan
tekanan darah tinggi.
- VasodilatorPeningkatan resistensi perifer merupakan kelainan utama hipertensi essensial, maka pemberian
obat vasodilator dapat menjawab kelainan ini. Obat-obat vasodilator akan menyebabkan vasodilatasi atau
pelebaran pembuluh darah yang akan menurunkan tekanan darah.
Terapi non farmakologisTerapi non farmakologis bagi penderita hipertensi, yaitu :
- Mengurangi atau menghilangkan factor-faktor seperti stress, merokokdan obesitas
- Melakukan aktivitas olahraga aerobic secara teratur
- Membatasi asupan jumlah kalori, garam, kolesterol, lemak dan lemakjenuh dari makanan.
UUD Yang Berlaku

• Permenkes No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis


Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063)
Dasar Hukum

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2015


tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1775)
Promosi Kesehatan
C : Cek kondisi kesehatan secara berkala
E : Enyahkan asap rokok
R : Rajin aktivitas fisik
D : Diet sehat dengan kalori seimbang
I : Istirahat yang cukup
K : Kendalikan stress

Promosi kesehatan untuk berperilaku CERDIK dalam mengatasi PTM (orang


/ kelompok masyarakat yang masih sehat / memiliki factor resiko PTM )
Promosi Kesehatan
P : periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
A : atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
T : tetap diet sehat dengan gizi seimbang
U : upayakan beraktifitas fisik dengan aman
H : hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya. 

Program PATUH bagi yang sudah menyandang PTM di


selenggarakan agar mereka rajin kontrol dan minum obat
Layanan SPM PERMENKES NO.43 Tahun 2016

1. Pelayanan Antenatal
2. Pelayanan persalinan
3. Pelayanan kesehatan BBL
4. Pelayanan kesehatan balita
5. Skrining kesehatan pada usia pendidikan dasar
6. Skrining kesehatan usia 15-59 tahun
7. Skrining kesehatan usia >60 tahun
8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi
9. Pelayanan kesehatan penderita DM
10. Pelayanan kesehatan ODGJ
11. Pelayanan TB sesuai standar
12. Pemeriksaan HIV untuk orang beresiko
SPM pelayanan kesehatan penderita hipertensi

Sumber Daya Manusia

1. Dokter/DLP
2. Bidan
3. Perawat
4. Apoteker
5. Pengelola program PTM
6. Sarjana kesehatan masyarakat terlatih suveilans
7. Ahli gizi
8. Penyuluh kesehatan masyarakat
SPM pelayanan kesehatan penderita hipertensi
Dinas Kesehatan
Melaksanakan kebijakan
dan peraturan
Advokasi dan sosialisasi
LS/LP SDK
LOGISTIK
Sosialisasi NSPK Dana :
Posbindu kit
Deteksi dini HT APBN (dekon), APBD
Media KIE
Surveilans (PAD, DAU, DAK,
Obat dan alkes
Promosi : KIE BOK, dana
(metode
Kemitraan perimbangan, pajak
morbiditas dan
Fasilitasi UKBM rokok, cukai rokok,
konsumsi)
Bintek dll).
Monev.
Alur Pencatatan dan Pelaporan
Puskesmas

1. Setiap penduduk usia 15 tahun ke atas harus mengetahui tekanan


darahnya
2. Pengukuran tekanan darah di catat dalam register kunjungan di
puskemas / KTP berdasarkan nama, alamat domisili, dan nomor induk
kependudukan (NIK)
3. Setiap penderita hipertensi memiliki buku pemantauan status kesehatan
sehingga dapat di nilai kepatuhan terhadap pengobatan (kohort hipertensi)
4. Penderita kunjungan baru dan kunjungan ulang di catat dan direkapitulasi
oleh Puskesmas dan merupakan capaian hasil kegiatan
Alur Pencatatan dan Pelaporan
5. Penemuan penderita di peroleh dari data lainnya, yaitu data kunjungan
rumah (PIS-PK), data posbindu PTM, data deteksi dini pada kegiatan GERMAS,
data CERDIK di sekolah (UKS), serta data dari P-Care BPJS. Untuk penduduk
pendatang yang memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan dan
didiagnosis sebagai hipertensi maka diberikan tatalaksana sesuai standar,
tetapi yang bersangkutan tidak dicatat dan tidak dilaporkan sebagai hasil
capaian FKTP/puskesmas tersebut. Penderita hipertensi tersebut harus
melapor dan melanjutkan pengobatan di FKTP / puskesmas tempat domisili
dengan membawa buku kohort
6. Catatan dan laporan disampaikan oleh setiap puskesmas/FKTP kepada
kepala dinas kesehatan kabupaten / kota Setiap bulan.  
Daftar Pustaka
Aspiani, R.Y. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta:
EGC
Marya, R. 2013. Buku Ajar Patofisiologi. Tangerang : Binarupa Aksara Publisher

Anda mungkin juga menyukai