Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipetensi merupakan penyakit yang dapat menyerang sipapa saja, baik muda
maupun tua.Hipetensi juga sering disebut silent killer karna termasuk penyakit yang
mematikan. Bahkan hipetensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya,
melainkan hipetensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolng kelas berat dan
mematikan serta dapat meningkatkan resiko serangan jantung koma gagal jantung,
stroke dan gagal ginjal (Pudiastuti, 2013)
Berdasarkan data world health organizazen (WHO) 2015, satu di antara 5
orang dewasa di seluruh dunia mengalami peningkatan tekanan darah. Frefalensi
kejadian hipertensi di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% masyarakat
dunia mengalami hipertensi. Angka ini kemungkinan mengalami peningkatan menjadi
29,2% di tahun 2030. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di Negara
maju dan sisanya (639 juta),berada di Negara berkembang prevalensi hipertensi
berada di daerah afrika yaitu 64% orang dewasa berusia di atas 25 tahun telah di
diagnosis hipertensi (WHO,2013).
Di Indonesia banyak penderita hipertensi di perkirakan 15 juta orang tetapi
hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol.Prevalensi 6- 15% pada orang
dewasa, 50% di antaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga
mereka cenderung untuk menjadi hiipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak
mengetahui factor resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Apapun
penyebapnya, tekanan darah tinggi mempunyai dampak yang besar di
masyarakat.tekanan darah tinggi merupakan factor resiko yang besar unt.ik serangan
jantung,stroke,dan gagal jantung. American hearth association melaporkan,69% dari
penderita serangan jantung,77% dari penderita stroke dan 74% dari penderita gagal
jantung mengidap hipertensi. Dengan meningkatnya tekanan darah meningkat pula
ancaman kesehatan. Sekitar 40% dari semua kematian di bawah usia 65 tahun adalah
akibat hipertensi. Sekitar 40% dari semua orang yang pension dini adalah akibat
penyakit penyakit karddio vaskuler, dimana hipertensi sering menjadi penyebabnya,
(ridwa amirudin,2007).
Dalam system kesehatan Indonesia terjadi perubahan epidemiologi dimana
terdapat penurunan penyakit menular dan peningkatan dalam penyakit tidak menular

1
salah satunya yaitu hipetensi (kemenkes RI, 2015).Prevalensi hipertensi di nusa
tenggara barat pada tahun 2017 terdapat 148.959 kasus hipertensi yang terdeteksi
melalui pengakuan tekanan darah.
Berdasarkan kabupaten/kota yang ada di nusa tenggara barat terdapat 10
kabupaten/kota yang memiliki angka tertinggi penderita-hipertensi yaitu bima
(69,2%),kota bima (62,7%), dompu (50%), Lombok tengah (11%), Lombok utara
(10%), Sumbawa (28%), Sumbawa barat (27%), Lombok tengah (33,8%), kota
mataram (7%) , Lombok barat (2,3%) (profil kesehatan kabupaten/kota provinsi
NTB,2017).
Berdasarkan data dari rumah sakit bhayangkara mataram pada tahun 2017
jumblah klien yang menderita hipertensi sebanyak 29 orang sedangkan tahun 2018
sebanyak 75 orang. Data tersebut menunjukan adanya peningkatan kasus hipertensi di
Rumah Sakit Bhayangkara mataram (Rekam Medis RS Bhayangkara Mataram,2018).
Hipertensi merupakan tantangan besar dalam system pelayanan kesehatan
Indonesia, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal
(gagal ginjal), jantung (penyakit jantung), dan otak (menyebapkan stroke).komplikasi
hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51%
kematian karena penyakit stroke (kemenkes 2014). Oleh karena itu penderita
hipertensi perlu menyadari bahwa pengendalian tekanan darah perlu di lakukan untuk
meminimalisir komplikasi.
Ada banyak factor yang menyebabkan hipertensi , faktor resiko tersebut antara
lain yaitu umur, jrnis kelamin, riwayat keluarga, obsesitas , kadar garam tinggi ,
kebiasaan merokok dan minum alcohol (baradero,2008). Adapun menurut sudoyo
(2009) faktor-faktor risiko yang mendorong peningkatan tekanan darah adalah faktor-
faktor seperti : diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok dan genetis.
Lansia merupakan orang yang mempunyai faktor risiko umur dan juga mungkin di
sertai faktor-faktor risiko yang lain, yang harus di waspadai benar-benar supaya
memperhatikan pola hidup yang sehat supaya tidak menimbulkan hipertensi yang
mungkin di sertai dengan komplikasi yang berbahaya. Hak ini sejalan dengan Arista
(2013) yang mengemukakan bahwa bagi individu yang mempunyai faktor risiko
hipertensi tersebut harus waspada serta melakukan upaya pencegahan sedini mungkin
contoh yang sederhana yaitu dengan rutin control tekanan darah lebih dari
satukali,dan juga berusaha untuk menghindari faktor pencetus seperti pola makan dan
gaya hidup (live style) yang baik. Penderita hipertensi yang tidak menjaga pola
2
makan dan gaya hidup yang sehat mempunyai risiko mengalami hipertensi berulang
dan kekambuhan hipertensi.
Pengelolaan atau menejemen perawatan diri hipertensi merupakan hal yanag
sangat penting bagi individu dalam penelolaan penyakit dan merupakan hal terpenting
dalam mengendalikan dan mencegah komplikasi hipertensi (Tthutsaringkarnaskul,
2012). Menejemen perawatan diri pada hipertensi dapat di lakukan dengan
menerapkan 5 komponen menejemen diri yang terdiri dari integrasi diri, regulasi diri,
interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainya, pemantauan tekanan darah, dan
kepatuhan terhadap aturan yang di anjurkan (Akhter, 2010).
Penatalaksanaan hipertensi di lakukan sebagai upaya pengurangan resiko
naiknya tekanan darah dan pengobatanya. Dalam penatalaksanaan hipertensi upaya
yang di lakukan berupa upaya famokologis (obat-obatan) dan upaya nonfarmakologis
(memodifikasi gaya hidup). Beberapa pola hidup sehat yang di anjurkan oleh banyak
guidelines (pedoman) adalah dengan penurunan berat badan, mengurangi asupan
garam, olah raga yang di lakukan secara teratur , mengurangi kosumsi alcohol dan
berhenti merokok.
Dalam penatalaksanaan hipertensi perawat memiliki peran dalam mengubah
perilaku sakit penderita dalam rangka menghindari satu penyakit atau memperkecil
resiko dari sakit yang di derita.Perawat mempunyai peran sebagai educator tentang
hipertensi dalam menambah pengetahuan pasien dan dapat membentuk sikap yang
positif agar dapat melakukan perawatan hipertensi secara mandiri sehingga
komplikasi dapat di cegah.(Damayanti, dkk, 2018).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil proposal
ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Hipertensi di Ruang
Perawatan Atau Rumah Sakit Bhayangkara Mataram Tahun 2019”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penukisan ini adalah “Bagaimana Asuhan
Keperawatan Pada klien dengan Diagnosa Hipertensi di Ruang Perawatan Atas
Rumah Sakit Bhayangkara Mataram Tahun 2019”.
C. Tujuan Penelitian
Menggambarkan Asuhan Keperawatan Pada klien dengan Diagnosa
Hipertensi di Ruang Perawatan Atas Rumah Sakit Bhayangkara Mataram Tahun
2019

3
D. Manfaat
1. Pasien
Pasien dapat melakukan Senam Hipertensi secara mandiri di rumah saat pasien
menderita penyakit hipertensi.
2. Bagi Pengembangan Ilmu Dan Teknologi Keperawatan.
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam
pemberian senam hipertensi dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi.
3. Bagi Instansi Kesehatan
Menambah informasi kepada tenaga kesehatan sehingga dapat memeberikan
dudukasi dan komunikasi tentang pemberian senam hipertensi dalam menurunkan
tekanan darah pasien hipertensi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Tekanan darah tinggi (hifertensi) adlah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri mengakibatkan
peningkatannya resiko terhadap stroke, aneurima, gagal jantung,serangan jantung
dan kerusakan ginjal. Sedangkan menurut (Tryanto, 2014) hipertensi adalah suatu
keadan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal
yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan ( morbiditas) dan angka
kematian / mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase
dalam setiap denyut jantung yaitu fase sitolik 140 menunjukan fase darah yang
sedang dikompa oleh jantung dan fase diastolic 90 menujukan fase darah yang
kembali ke jantung ( Anis, 2006).
Kategori Hipertensi sebagai berikut:
Kategori Hipertensi Tekanan Darah Sitolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Staium 1 (hipertesi 140-159 mmHg 90-99 mmHg
ringan)
Staium 2 (hipertesi 160-179 mmHg 100-109 mmHg
sedang)
Staium 3 (hipertesi 180-109 mmHg 110-119 mmHg
berat)
Staium 4 (hipertesi 210 mmHg atau lebih 120Hg atau lebih
maligna)

2. ANOTOMI FISIOLOGI
a. Anatomi
Jantung merupakan organ berupa otot, berbentuk kerucut berongga.Jantung
erada dalam toraks, antara kedua paru-paru dan dibelakang stemum dan lebih

5
menghadap kekiri dari pada kekanan.Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan
tangan.Jantung dewasa beratnya antara 220 sampai 260 gram.Jantung terbagi
oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan.Setiap
belahan dibagi menjadi dua ruang, yang atas disebut atrium, dan yang bawah
disebut ventrikel. Maka dikiri terdapat satu antrium dan satu ventrikel, dan
dikanan juga terdapat satu antrium dan satu ventrikel. Disetiap sisi ada
hubungan antara antrium dan ventrikel melalui lubang antrivertikuler dan pada
setiap lubang tersebut terdapat katup yang kanan benama katup (valvula)
trikuspidalis dan kiri katup miral atau katup bikuspidalis.Katup antrioventrikel
mengizinkan darah mengalir hanya kesatu jurusan, yaitu dari antrium ke
ventrikel dan dan menghindarkan darah mengalir kembali dari ventrikuler ke
antrium.Katup trikuspidalis terdiri atas tiga kelompok atau kuspa, katup mitral
terdiri atas dua kelopak.
Jatung tersusun atas otot dan terbukus sebuah membrane yang disebut
pericardium.Membrane ini terdiri atas dua lapis yaitu pericardium visceral
adalah membrane serus yang lekat sekali pada jatung, pericardium parietal
adalah lapisan fibrus yang terlipat keluar dari basis jantung dan membukus
jantung sebagai kantontong longgar.Kareana susunan ini jantung berada dalam
dua lapis katong pericardium dan diantara dua lapisan itu ada cairan
serus.Karena sifat minyak dari cairan serus jantung dapat bergearak bebas.
Disebalah dalam jantung dilapisi endhotelium atau endocardium.Tebal dinding
jantung terdiri dari tiga lapis yaitu pericardium (pembungkus luar), miokardium
(pembungkus dalsm), edndokarium (bats dalam). Dinding otot jantung tidak
sama tebalnya. Dinding ventrikel terdapat satu antrium dan satu ventrikel
paling tebal, disbanding dinding ventrikel dsebelah kanan sebab kekuatan
kontraksi ventrikel kiri jauh lebih besar dari ventrikel kanan, dinding antrium
tersusun atas otot yang lebih tipis.
Jantung adalah pompa, gerakan jantung berasal dari nodus sinus atrial,
kemudian kedua antrium berkontraksi.Gelombang kontraksi ini melalui melalui
berkas His kemudian ventrikel berkontraksi.Gerakan jantung terdiri atas dua
jenis yaitu kontraksi atau sistol dan pengeduran atau diastole.Kontaksi dari
kedua antium terjadi serentak dan disebut sebagai sistrol atrial,
pengendurannya adalah diastole atrial.Kontaksi dan pengenduran vebtrikel
disebut diastole dan diastole ventrikel. Lama kontraksi ventrikel 0,3 detik dan
6
tahap pengundurannya selama 0,5 detik. Dengan cara ini jantung berddenyut
secara terus menerus. Kontaksi kedua antrium pendek, sedangkan kontaksi
lebih lama dan lebih kuat.Dengan berkontaksi otot jantung memompa dan
darah, yang masuk sewaktu diastole, keluar dari ruang-ruangnya.Konduktivitas
(daya antar) adalah kontaksi yang diantrkan melalui setiap serabut otot jantung
secara halus sekali.Ritme yaitu jantung mempunyai kekuatan kontraksi ritmik
secara otomatis tanpa tergantung pada rangsangan saraf.
b. Fisiologi
Tekanan darah arteri merupakan produk total resistensi perifer dan curah
jantung. Curah jantung meningkat karena keadaan yang meningkat frekuensi
jantung, volume sekuncup atau keduanya.Resistensi perifer meningakat karena
faktor-faktor yang meningkatkan viskositas darah atau yang menurun lumen
pembuluh darah, khususnya pembuluh arteriol

Beberapa teori tentang hipertensi:

1) Perubahan pada bantalan dinding pembuluh darah arteriol yang


menyebabkan meningkatkan resistensi perifel
2) Peningkatan pada system saraf simpatik yang abnormal dan berasal dari
dalam pusat vasomotor, peningkatan tonus ini menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer
3) Penambahan volume darah yang terjadi karena difungsi renal atau
hormonal
4) Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor geenetik yang
menyebabkan peningkatan resistens vaskuler perifer
5) Pelepasan renin yang abnormal sehingga terbentuk angiotensiayang
menimbulkan kontriksi arteriol dan meningkatkan volume darah
Hipertensi yang berlangsung lama akan meningkatkan beban kerja jantung
karena terjadi peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Untuk
meningkatkan kontraksinya, ventrikel kiri mengalami hipertrofit sehingga
kebutuhan jantng akan oksigen dan beban jantung meningkat. Hipertensi
memicu proses atreloskelosis arteri koronaria maka jantung dapat mengalami
gangguan lebih lanjut akibat penurunan aliran darah kedalam miokardium
sehingga timbul angina pectoris atau infark miokardi.

7
3. ETIOLOGI
Menurut (Widjadja, 2009) penyebab hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu:
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab dengan
jelas.Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi
primer, seperti bertambahnya usia, sters psikologis, pola konsumsi yang tidak
sehat, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90 % pasien hipertensi diperkirakan
termasuk falam kategori ini.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah diketahui, umumnya
berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh,
misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral dan
terganggunya keseimbangan hormone yang merupakan faktor pengatur
tekanan darah.Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin dan
penyakit jantung.
4. MANIFESTASI KLINIS
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat,
edama pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun.Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifesatasi yang khas sesuai system orang yang divaskularisasi oleh pembuluh
darah bersangkutan.Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen
urea darah, BUN dan kreatinin).Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai
paralisys sementara pada satu sisi (hemiplegia atau gangguan tajam pengelihatan).
(Brunne & Sudarth, 2005) Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar
gejala klinis timbul
a) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intracranial
b) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
8
c) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan sarap pusat
d) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus
e) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kopiler.
5. PATOFISIOLOGI
Menurut (Tryanto, 2014) meninkatkan tekanan darah dalam arteri bias terjadi
melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuatsehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan
menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut. Darah disetiap denyutan jantung dipaksa
melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan. Ini yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arteritelah menebal dan
kaku karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokosentriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu untuk mengarut karena peraangsangan saraf atau hormone
didalam darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah.Hal ini terjadi jika terhadap kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dalam tubuh meningkat
sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aaktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian trhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam
fungsi ginjal dan system syaraf otonom (bagian dari system syaraf yang mengatur
berbagai fungsi tubuh secara otomatis ). Perubahan fungsi ginjal, ginjal
mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan darah meninkat,
ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya
volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal. Jika tekanan darah
menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume
darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga bisa meninkatkan
tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu
pembentukan hormone angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan
hormone aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam mengembalikan
tekanan darah; karena itu bagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat
menyenyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.Misalnya penyempitan arteri
yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan
9
hipertensi.Peradangan atau cidera pada salah satu atau dua gijal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto, 2014).
Pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertangguangjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuwensinya, aorta dan arteri besar brkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan meningkatkan tahanan perifer (Prima,
2015).
6. PATHWAY

10
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut (Widjadja, 2009) pemeriksaan penunjang pada penderita hipertensi antara
lain :
a. General check up
Jika seorang diduga menderita hipertensi, diberikan beberapa pemeriksaan,
yakni wawancara untuk mengetahui ada tidaknya riwayat keluarga penderita.
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan ECG, jika perlu
pemeriksaan khusus, seperti USG, Echocaediography (USG jantung), CT scan
, dan lain-lain. Tujuan pengobatan hipertensi adalah mencegah komplikasi yang
ditimbulkan.Langkah pengobatan adlah yang mengendalikan tensi atau tekanan
darah agar tetap normal.
b. Tujuan pemeriksaan
1. Panel evaluasi awal hipertensi : pemeriksaan ini dilakukan segera setelah
didiaknosa hipertensi dan sebelum pengobatan.
2. Panel hidup sehat dengan hipertensi : untuk memantau keberhasilan terapi.
8. KOMPLIKASI
Menurut (Triyyanto, 2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan sebagai
berikut:
a. Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi diotak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebalm sehingga tekanan
darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak
mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah saikt
kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung atau bertingkah laku seperti
orang mabuk, salah satu bagian tubuh tersa lemahatau sulit digerakan (misalnya
wajah,mulut, atau lenngan terasa kaku, tidak bicara secara jelas) serta tidak
sadar diri secara mendadak.
b. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.

11
Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantng
yang menyebabkan infrak. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikelsehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan.
c. Gejala ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal. Glumerolus, dengan rusaknya glomerulus, darah
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
brlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane
glomelorus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi
kronik.
d. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung
dengan cepat dengan mengakibatkan cairan terkumpul diparu, kaki dan
jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru menyebabkan
sesak nafas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering
dikatakan edema. Ensefolopati dapat terjadi utama pada hipertensi maligma
(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruangan
intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuroon disekitarnya kolap
dan terjadi koma.
Sedangkan menurut (Ahmad, 2011) hipertensi dapat diketahui dengan
mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipertensi, apabila tidak
ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal karena
komplikasi kardovaskuler seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal, target
kerusakan akibat hipertensi antara lain:
a. Otak : menyebabkan stroke
b. Mata : menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan
kebutaan
c. Jantung : menyebabkan penyakit jantung kroner (termasuk infark jantung)
d. Ginjal : menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal

12
9. PENATALAKSANAAN
Menurut (Junaedi, dkk, 2013) dalam penatalaksaan hipertensi berdasarkan sifat
terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut :
a. Terapi non-farmakologi
penatalaksaan non farmako merupakan pengobatan tanpa obat-obatan yang
diterapkan pada hipertensi. Dengan caea ini, perubahan tekanan darah
diupayakan melalui pengobatan dengan menjalani prilaku hidup sehat seperti :
1) Pembatasan asupan garam dan natrium
2) Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3) Olahraga secara teratur
4) Mengurangi / tidak minum-minuman beralkoho;
5) Mengurangi / tidak merokok
6) Menghindari stress
7) Menghindari obesitas
b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)
Selain cara terapi nin-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang utama.
Obat –obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pengobatan, antara
lain obat-obatan golongan diuretic, beta bloker, antagonis kalsium, dan
penghambat konfersi enzim angiotensi.
1) Diuretic merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran garam
dan air. Dengan mengonsumsi diuretic akan terjadi pengurangan jumlah
cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah pada
dinding pembuluh darah.
2) Beta bloker dapat menguragi kecepatan jantung dalam memompa darah
dan mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.
3) ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh darah
sehingga bila mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan menurunkan
tekanan darah.
4) Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan
pembuluh darah.
c. Terapi Herbal
Banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi domanfaatkan sebagai obat
hipertensi sebagai berikut :

13
1) Daun seledri (Apium graveolens, Linn), merupakan tanaman terna tegak
dengan ketinggian dari 50 cm. semua bagian tanaman seledri memiliki
bau yang khas, identik dengan sayur sop. Bentuk batangnya bersegi,
bercabang, memiliki ruas, dan tidak berambut. Bunganya berwarna putih,
kecil, menyerupai paying, dan majemuk. Buahmya berwarna hijau
kekuningan berbentuk kerucut. Daunnya memiliki pertulangan yang
menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai. Tangkai daun yang berair dapat
dimakan mentah sebagai lalapan dan daunnya digunakan sebagai
penyedap masakan, seperti sayur sop.
Contoh ramuan seledri secara sederhana sebagai berikut :
a) Bahan ; 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelas air
b) Cara membuat dan aturan pemakai : potong seledri secara kasar, rebus
seledri hingga mendidih dan tinggal setengah, minum air rebusnya
sehari dua kali setelah makan.

Hubungan dengan hipertensi, seledri berkhasiat menurunkan tekanan


darah (hipotensis atau anto hipertensi). Sebuah cobaan perfusi pembuluh
darah menunjukan bahwa apigenin mempunyai efek sebagai vasodilator
perifer yang berhubungan dengan efek hipotensifnya. Ppercobaan lain
menunjukkan efek hipotensif herbal seledri berhubungan dengan
integritas sistem saraf simpatik (Mun’im dan Hanani,2011).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN pada KLIEN dengan HIPERTENSI


1) PENGKAJIAN
a. Data biografi : Nama, alamat, umur, tanggal MRS, Diagnosa medis,
penanggung jawab, catatan kedatangan
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : biasanya pasien dating ke Rumah Sakit dengan keluhan
kepala pusing, bagian kuduk terasa berat, tidak bisa tidur
2) Riawayat kesehatan sekarang : biasanya pada saat dilakukan pengkajian
pasien masih mengeluh kepala terasa sakit dan berat, penglihatan
berkunang-kunang, tidaj bisa tidur.
3) Riwayat kesehatan dahulu : biasanya penyakit hipertensi ini adalah
penyakit yang menahun yang sudah lama dialami oleh pasien, dan
biasanya pasien mengonsumsi obat rutin seperti kaptropil

14
4) Riwayat kesehatan keluarga : biasanya penyakit hipertensi ini adalah
penyakit keturunan.
c. Data dasar pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung ,takipnea.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, arterosklerosis,penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskuler
Tanda : kenaikan Tekanan darah, hipotensi postural, takikardi, prubahan
warna kulit, suhu dingin.
3) Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas,depresi, euphoria, faktor
stress multipell.
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,
tangisan yag meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5) Makanan / cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencangkup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol.
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6) Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epitaksis
Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optic
7) Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala : Dipnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok
Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi
napas tambahan, sianosis
15
8) Keamanan
Gejala : Gagguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode prestesia unilateral transien, hipotensi postural
9) Pembelajaran atau Penyuluhan
Gejala : Faktor resiko keluarga ; hipertensi, asterosklerosis, penyakit
jantung, Diabetes Militus, Penyakit Ginjal, faktor resiko etnik,
prnggunaan pil KB atau hormone
2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan menurut Wijaya (2014)
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
c. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan 02
f. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan perawatan diri
3) PERENCANAAN
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi
iskemia miokard
Hasil yang diharapkan
1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah
2) Mempertahankan tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima
3) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

16
Intervensi keperawatan

1) Pantau tekanan darah, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik
yang tepat
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5) Catat edema umum
6) Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas
7) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur atau kursi
8) Bantu melaksanakan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9) Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
10) Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11) Pantau respon terhadap obat untuk mengonrrol tekanan darah
12) Berikan pembatasan cairan dan diit natrium swsuai indikasi
13) Kolaborasi untuk pemberian obat-obat sesuai indikasi
b. Nyei (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
Tujuan : Setelah dilakukan inervensi keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang
Hasil yang diharapkan
1) Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman

Intervensi keperawatan

1) Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan


2) Minimalkan gangguan limgkungan dan rangsangan
3) Batasi aktivitas
4) Hindari merokok atau menggunakan penggunaan nikotin
5) Berikan obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
6) Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es,
posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi
c. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi

17
Tujuan : Setelah dilakukan inervensi keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan sirkulasi tubuh tidak terganggu
Hasil yang diharapkan
1) Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti
ditunjukkan dengan : tekanan darah dalam batas yang dapat diterima tidak
ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas
normal.
2) Haluaran urin 30 ml/menit
3) Tanda-tanda vital stabil

Intervensi keperawatan

1) Pertahankan tirah baring ; tinggikan kepala tempat tidur


2) Kaji tekanan darah saat tidur, duduk dengan pemantauan arteri jika
tersedia
3) Amati adanya hipotensi
4) Ukur masukan dan pengeluaran
5) Pantau elektrolit, BUN, Kreatinin sesuai pesanan
6) Ambulasi sesuai kemampuan, hindari kelelahan
d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan inervensi keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nutrisi klien terpenuhi
Hasil yang diharapkan
1) Klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan
kegemukan
2) Menunjukkan perubahan pola makan
3) Melakukan/ memprogram olahraga yang tepat secara individu

Intervensi keperawatan

1) Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi


dengan kegemukan
2) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
lemak, garam dan gula sesuai indikasi
3) Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan

18
4) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
5) Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien
6) Dorong klien untuk mempertahankan makanan harian termasuk kapan dan
dimana makan dilakukan dan lingkungan dan
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan 02
Tujuan : Setelah dilakukan inervensi keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
Hasil yang diharapkan
1) Klien mampu melakukan ADL secara mandiri
2) Klien tidak tampak lelah

Intervensi keperawatan

1) Kaji intoleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter


TD, dispnea atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,
pusing atau pingsan
2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan
atau kelelahan, TD stabil, frekuensi nadi, peningkatan perhatian pada
aktivitas pada aktivitas dan perawatan diri
3) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri
f. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan : Setelah dilakukan inervensi keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan klien terpenuhi dalam informasi dalam informasi tentang
hipertensi
Hasil yang diharapkan
1) Pasien mengungkapkan pengetahuan dan keterampilan penatalaksanaan
perawatan diri
2) Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan

Intervensi keperawatan

1) Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur


2) Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress

19
3) Diskusikan tentang obat-obatan : nama. Dosis, waktu pemberian, tujuan
dan wefek samping atau efek toksis
4) Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan
dokter
5) Diskusikan gejala kambhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan
dokter : sakit kepala,pusing,pingsan, mual dan muntah
6) Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
7) Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan dan mengangkat beban
berat
8) Diskusi perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
9) Jelaskan pentingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat,jumlah
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, the serta
alcohol
10) Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan

4) IMPLEMENTASI
Implementasi /pelaksanaan adalah merealisasikan perencanaan yang disusun
sesuai ketentuan dan program. Implementasi ini didapatkan sebagai sumber data
yang baru yang digunakan dalam catatan perkembangan (Hidayat, 2006)
5) EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan adalah suatu tindakan
untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang dicapai dari tujuan yang telah
dibuat. Evaluasi merupakan aspek yang penting dari proses keperawatan karena
kesimpulan yang didapat dari evaluasi menentukan apakah intervensi dihentikan,
di lanjutkan atau di ubah. Tolak ukur yang digunakan untuk menilai pencapaian
tujuan pada tahap evaluasi ini adalah criteria yang telah dibuat pada tahap
perencanaan. Berpatokan pada sebagian atau belum sama sekali atau justru timbul
masalah baru. Selanjutnya perkembangan respon klien dituangkan dalam catatan
perkembangan klien dan diuraikan berdasarkan urutan SOAP
S(Subyektif) : Keluhan –keluhan klien
O( Obyektif) : Apa yang dilihat, dicium, diraba, diukur dan didengar perawat
A(Analisa) : Kesimpulan perawat tentang kondisi klien
P(Plan of Care) :Rencana tindakan keperawatan selanjutnya untuk mengatasi
masalah klien
20
C. Kerangka Konsep

D. Senam Hipertensi

Senam anti hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya bertujuan
untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan rangka
yang aktif khususnya terhadap otot jantung. Mahardani (2010) mengatakan dengan
senam atau berolah raga kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat untuk proses
pembentukan energi, sehingga terjadi peningkatan denyut jantung, sehingga curah
jantung dan isi sekuncup bertambah.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diatas normal. Hipertensi


menurunkan umur harapan hidup lansia. Banyak lansia yang menderita hipertensi
tidak menyadarinya terutama hipertensi ringan. Hipertensi ringan yang tidak terawat
cenderung menjadi hipertensi berat dan dapat menyebabkan komplikasi. Lansia yang
menderita hipertensi dapat terkena stroke, gagal ginjal dan serangan jantung
(Dalimartha, 2013)

E. Jenis Senam Hipertensi

senam utuk mencegah terjadinya stoke adalah Peningkatan aktifitas saat


senam, akan meningkatkan metabolisme dan membakar lemak, serta mencegah

21
terjadinya penyakit kardiovaskuler seperti stroke dan penyakit jantung (Lutfiasih &
Nailul, 2018).

Cara pencegahan yang dapat dilakukan oleh lansia agar terhindar dari penyakit
hipertensi dengan semboyan SEHAT yaitu seimbangkan gizi, enyahkan rokok,
hindari stress, awasi tekanan darah dan teratur berolahraga. Teratur berolahraga dapat
dilakukan dengan cara latihan fisik yang sesuai dengan lansia diantaranya berjalan-
jalan, bersepeda, berenang, melakukan pekerjaan rumah dan senam hipertensi
(Maryam dkk,2008).

F. Tehnik Prosedur Senam Hipertensi


Dengan adanya latihan fisik atau senam lansia yang teratur dan terus menerus
maka katup-katup jantung yang tadinya mengalami sklerosis dan penebalan berangsur
kembali pada kondisi dasar atau normal, miokard tidak terjadi kekakuan lagi, adanya
kontraksi otot jantung, isi sekuncup dan curah jantung tidak lagi mengalami
peningkatan. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah tidak lagi meningkat atau
mengalami penurunan tekanan darah (Maryam, 2008)

22
BAB III
METODE STUDI KSUS

A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang di susun sedemikian
rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban teerhadap penelitian.Desain
penelitian yang di gunakan adalah penelitian deskriftif.Desain penelitian deskritif
bertujuan untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa peristiwa penting
yang terjadi pada saat sekarang secara sistematis dan fictual dengan tujuan untuk
memaparkan serta penyelesaian dari masalah yang di teliti.
Menurut Arikunto (2010) penelitian deskritif adalah penelitian yang di maksut
untuk menyidiki keadaan,kondisi atau hal-hal lain yang sudah di sebutkan , yang
hasilnya di paparkan dalam bentuk laporan penelitian. Sedangkan jenis desain
pada penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan crossectional
pendekatan crossional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi
antara faktor dan resiko dengan cara pendekatan, ovservasi atau pengumpulan
data sekaligus pada saat itu (Nursalam, 2002).
Penelitian study kasus bertujuan untuk menggambarkan kasus secara
mendalam, dengan dengan cara mengumpulkan data dari klien dan keluarga klien
yang dengan diagnose hipertensi yang rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara
Mataram.

B. Subyek Studi Kasus


Subjek penelitian adalah subjek yang di tuju untuk di teliti oleh peneliti atau
yang menjadi pusat perhatian sasaran penelitian (Arikumonto, 2006;145). Subjek
yang di teliti dalam kasus ini adalah klien yang menderita hipertensi dengan
kriteria sebagai berikut:

1. Klien yang bersedia menjadi responden

2. Rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram

C. Fokus Studi
Fokus studi identic dengan variabel penelitian yaitu objek penelitian atau apa
yang menjadi titik perhatian (Arikunto, 2006; 118). Pokus setudi kasus pada

23
penelitian ini adalah asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose,
perencanaan, impelementasi dan epaluasi pada stau kelien dengan hipertensi
dengan miniml perwawtan selama tiga hari.
D. DEFENISI OPRASIONAL
Adapun defenisi oprasional dalam penelitian ini adalh sebagai berikut:
Variabel Definisi Oprasional Alat Ukur Hasil Pengukuran

Asuhan
Asuhan keperawatan Format 1. Masalah
keperawatan
dengan hipertensi pengkajian, belim
pada klien
yang meliputi analiasa data, teratasi
dengan
pengkajian diagnose, 2. Masalah
hipertensi
diagnose,perencanaan, perencanaan, teratasi
implmentasi dan implementasi dan sebagian
evaluasi keperawatan epaluasi 3. Maslah
teratasi

E. Instrumen Studi Kasus


Teori yang digunakan dalam pada studi kasus ini adalah
1. Lampiran penjelasan tentang penelitian ,lampiran persetujuan menjadi
responden
2. Format pengkajian,format analisa data,format diagnosa ,format intervensi
Format implementasi dan format evaluasI
F. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan impormasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis menentukan masalah-masalah ,serta kebutuhan -
Kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Metode pengumpulan Data
meliputi :
1. Wawancara
Biasanya juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau Tanya
jawab yangberhubungan dengan masalah yang di hadapi klen dan merupakan
suatu komunikasi yang direncanakan.dalam berkomunikasi perawat mengajak
klien dan kluarga untuk bertukar pikiran dan perasannya yang diistilahkan
teknik komunikasi terapeutik. Teknik tersebut mencakup keterampilan cecara
verbal maupun non verbal, empati dan ras kepedulian yang dinggi.Teknik
24
verbal meliputi pertanyaan tebuka maupun tertutup, menggali jawaban dan
memvalidasi respon klien, teknik non verbal meliputi mendengarkan secara
aktif, diam, sentuahan dan, kontak mata, secara aktifmerupakan satu hal yang
perlu dilatih.
2. Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan kesadaran pasien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan pasien. Tujuan
dari obsevasi adalah mengumpulkan data tentang maslah yang dihadapi pasien
melalui kepekaan dan panca indra.
G. Lokasi, Waktu Penelitian
1. Waktu peneliti
Penelitian dilakukan pada tanggal 16 mei sampai dengan 19 Mei 2019
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara
Mataram
H. Analisa Data Dan Penyajian Data
1. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan 5 tahap yaiitu: pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi keperawatan.
I. Eitka Setudi Kasus
Prinsip etika dalam penelitian/ pengumpulan data dapatdibedakan menjadi tiga
bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek,
Dan prinsip keadilan. (Nursalam,2008;114)
1. Prinsip Manfaat
Penelitian harus dilakukan tanpa mengakibatkan penderitan kepada subjek,
khususnya jikamenggunakan tindakan kusus.partisipasi subjek dalam
penelitian, harus dhindarkan dari keadaan yng tidak menguntungkan.
Subyek harus diyakinkan bahwa prinsipnya dalam penelitian atau informasi
yng telah diberikan,tidak akan dipergunakan hal-hal yng dapat merugikan
subjek dalam bentuk apapun .peneliti juga harus hati-hati mempertimbangkan
resiko dan keuntungan yng akan berakibat kepada subjek pada stiap tindakan .
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia(respect human dignity)

25
Hak untuk ikut/tidak menjadi responden,hak untuk menjadi jaminan
dari perlakuan yang diberika, serta hak untuk mendapat jaminan dan perlakuan
yang diberikan ,serta hak untuk mendapat informasi secara lengkap tentang
tjuan penelitian yang akan di laksanakan,mempunyai hak untuk bebas
berpartisifasi atau menolak menjadi respnden (inpormed consent).
3. Prisnsip keadilan (rugt to justice)
Hak untuk mendaftkan pengobatan yng adil dan hak dijaga
kerahasianya. Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan

26
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006;118. fokus studi penelitian

Brunner & Suddarth.(2005),Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Doengoes, Marlynn E,et al, 1999, Reancana Asuhan Keperawatan : Pedoman

Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, .Edisi Ketiga.


Jakarta: ECG

Nanda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA North

American Nursing Diagnosis Asspciation NIC NOC. Yogyakarta: Gosyen


Publishing

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.


Jakarta: salemba Medika

Rahajeng. 2009. Prevalensi Hopertensi dan Determinannya di Indonesia. Pusat


Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitiian Kesehatan
Depertemen Kesehatan RI, Jakarta

Smeltzer, Suzanne C,(2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuj mahasiswa keperawatan. Jakarta: ECG


Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi
Secara Terpadu. Yogyakarta: Ggraha Ilmu

World Health Organization(WHO). 2013. Data Hipertensi Global. Asia


Tenggara: WHO

Wijaya dan Putri, 2013. KMB Keperawatan Medikan Bedah(Keperawatan


Dewasa ). Yogyakarta : Nuhu Medika

Wijayaningsih. 2013. Standar Asuhan Keperawatan : Trans Info Media. Jakarta


Timur

27

Anda mungkin juga menyukai