KOTA KENDARI
Hipertensi merupakan satu dari penyakit tidak menular yang menjadi masalah
darah sistolik dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istrahat/tenang
(Robbins, 2010)
WHO mencatat pada tahun 2013 sedikitnya sejumlah 839 juta kasus
hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari
total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak pada wanita (30%)
dibanding pria (29%). Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di
Indonesia berada dalam peringkat ke 6 dari 10 kategori penyakit tidak menular kronis
sebesar 25,8% dan tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 34,1 %. Berdasarkan
penyakit yang paling sering berada dalam daftar 10 penyakit terbanyak di Sulawesi
Tenggara. Pada tahun 2016 angka kejadian Hipertensi sebesar 31.817 kasus dengan
2016). Sedangkan berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun
Hipertensi pada tahun 2019 sebesar 15.316 kasus (4,2%) dan pada tahun2019
Lepo-lepo pada tahun 2018 penderita Hipertensi sebesar 1.337 kasus (5,2%)
Sementara untuk jumlah kasus usia 20-44 tahun sebesar 300 orang (3%).
Banyak faktor yang berperan untuk terjadiya hipertensi meliputi risiko yang
tidak dapat dikendalikan dan faktor risiko yang dapat dikendalikan. Faktor risiko
yang tidak dapat dikendalikan seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan yaitu Pola makan, Asupan Natrium
obesitas, kurang olahraga atau aktivitas, merokok, minum kopi, kadar kalium rendah,
Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor risiko yang meningkatkan
mengalami tekanan darah tinggi sebesar 2,643 kali dibanding pasien dengan pola
jantung dan tekanan darah. Natrium menyebabkan tubuh menahan air dengan tingkat
melebihi ambang batas normal tubuh sehingga dapat meningkatkan volume darah
dan tekanan darah tinggi. Asupan natrium tinggi menyebabkan hipertropi sel adiposit
akibat proses lipogenik pada jaringan lemak putih, jika berlangsung terus-menerus
akan menyebabkan penyempitan seluran pembulu darah oleh lemak dan berakibat
sebesar 26,1% (Aripin, dkk. 2015). Secara teori aktivitas fisik sangat memengaruhi
stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktiv melakukan kegiatan cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan
otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras otot jantung
dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang membebankan pada dinding
Kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang
olahraga memiliki risiko 30-50% lebih besar mengalami hipertensi. Contoh aktivitas
fisik (olahraga) yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan darah adalah jalan
pagi, jalan kaki, senam, persepeda, dan berenang. Kegiatan aktivitas ini disarankan
A. Rumusan Masalah
apakah Pola Makan dan Aktifitas Fisik merupakan faktor resiko hipertensi di
B. Tujuan Penelitian.
Tenggara
Tenggara
C. Manfaat Penelitian
1. Masyarakat
Memberi informasi tentang Pola Makan dan aktivitas fisik merupakan faktor
penyakit ini dan dapat melaksanakan pencegahan dan pengendaliannya secara dini
2. Puskesmas
terjadinya hipertensi
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat. Tekanan sistolik menunjukkan
fasedarah yang dipompa oleh jantung dan tekanan diastolic menunjukkan fase darah
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu jenis penyakit
pembunuh paling dasyat di dunia saat ini.Usia merupakan salah satu factor resiko
hipertensi. Lebih banyak dijumpai bahwa penderita penyakit tekanan darah tinggi atau
2. Jenis Hipertensi
Hipertensi Primer atau Esensial adalah suatu peningkatan tekanan arteri yang
yaitu kerusakan ginjal, diabetes, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Sekitar 10% dari
adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pemakaian pil
(Udjianti, 2011).
3. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2
Klasifikasi Tekanan Darah
4. Gejala Hipertensi
kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual muntah akibat meningkatnya
tekanan intra kranial, edema dependent, adanya pembengkakan akibat adanya
peningkatan kapiler.
5. Patofisiologi Hipertensi
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi
maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang berfungsi
mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan
sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem
pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi
cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoseptor, respon
iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos.
sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensi dan
vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang
yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan
6. Pencegahan Hipertensi
melalui upaya promosi kesehatan, yaitu komunikasi, informasi dan edukasi (Kemenkes
b. Mengatasi obesitas
c. Olahraga teratur
d. Berhenti merokok
B. Faktor Risiko Hipertensi
a. Usia
seperti penebalan dinding uteri akibat adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan
b. Jenis Kelamin
perempuan, dengan rasio sekitar 2,29% untuk peningkatan tekanan darah sistolik.
Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan. Pria
diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah
kemungkinan menderita pula. Jika kedua orang tua menderita hipertensi maka
a. Konsumsi Natrium
Asupan natriummerupakan hal yang sangat penting pada mekanisme
menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal ini meningkatkan volume darah
di dalam tubuh yang berarti jantung harus memompa lebih giat sehingga tekanan
b. Konsumsi lemak
dalam darah. Simpanan ini nantinya akan menumpuk pada pembuluh darah menjadi
ini menjadikan elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga volume dan tekanan
darah meningkat. Hal inilah yang memicu terjadinya hipertensi (Poedjiadi. 2009).
c. Alkohol
kesehatan jangka panjang. Salah satu akibat dari konsumsi alkohol yang berlebihan
Alkohol merupakan salah satu penyebab hipertensi karena alkohol memiliki efek
sehingga darah dapat menjadi kental dan jantung dipaksa untuk memompa
d. Obesitas
Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk
dengan peningkatan volume intravascular dan curah jantung. Daya pompa jantung
dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan
penderita hipertensi dengan berat badan normal (Widyanto dan Cecep. 2013)
e. Aktivitas Fisik
dimana pada orang yang kurang aktivitas akan cenderung mempunyai frekuensi
denyut jantung lebih tinggi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras
pada tiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin
Tabel 4
Kategori Aktivitas Fisik
Aktivitas
No Skala Tingkat Rumus
Fisik
Aktivitas fisik dikategorikan menjadi aktivitas fisik ringan, dan berat. Aktivitas fisik
ringan bila skor < 7,9 dan aktivitas berat bila skor ≥ 7,9 sesuai metode Baecke.
C. Kerangka Teori
Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah di paparkan, kerangka teori dalam
Aktivitas Fisik
Stress
Merokok
Sumber :Widjaya, dkk. 2018. Herber, dkk. 2012. Mannan, dkk. 2012. Maria, dkk. 2012.
Poedjiadi. 2009. Komaling, dkk, 2013.Widyanto dan Cecep. 2013.Sundari, dkk.
2013. Sari, dkk. 2018.Aulia, 2010.
D. Kerangka Konsep
Pola Makan
Keterangan:
Gambar 1
Kerangka Konseptual
E. Hipotesis
Tenggara
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah Deskriptif Analitik dengan desain cross sectional study.Cara
Pengambilan sampel dengan metode Purposive Sampling, yaitu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti,
Populasi dalam penelitian adalah pasien hipertensi diwilayah kerja Puskesmas Lepo-
Besar sampel
1. Data Primer
Data karakteristik sampel yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan
riwayat keluarga dan aktifitas fisik yang hipertensi diperoleh dari hasil wawancara dengan
2. Data Sekunder
Data yang diambil dari catatan rekam medik Puskesmas Lepo-Lepo, tentang
1. Analisis Univariat
dengan cara menyusun tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, baik variabel
bebas maupun variabel terikat kemudian dideskripsikan dalam bentuk tabel atau grafik, serta
ukuran pemusatan dan penyebaran data untuk memberikan gambaran umum hasil penelitian
dan melihat ada atau tidaknya perbedaan antara kedua kelompok penelitian.
2. Analisis Bivariat
bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dependent dan independent. Dasar
(nilai p), jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak, dan jika nilai p < 0,05, maka
hipotesis penelitian diterima. Syarat uji chi squre adalah tidak terdapat sel dengan nilai
observed nol (0) dan sel dengan nilai expected (E) kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah
sel.
B. Definisi Operasional
1. Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah
Kriteria:
2. Pola Makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam mengatur frekuensi, jumlah dan
jenis makanan seseorang yang berhubungan dengan kebutuhan makan setiap harinya [
CITATION Kem18 \l 1057 ] . Pola makan dapat diukur dengan Formulir FFQ dengan
metode FFQ.
Kriteria Objektif:
3. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan
energi.
Kriteria:
DAFTAR PUSTAKA