Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA NY.

M
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR
HIPERTENSI

OLEH :

ERINA MANURUNG
200202081

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik
diatas 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan
gagal ginjal. Disebut sebagai “ pembunuh diam – diam “ karena penderita hipertensi
sering tidak menampakan gejala (Brunner & Suddarth, 2012).

Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia maupun dunia
sebab diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di Negara
berkembang. pada tahun 2000 terdapat 639 kasus hipertensi diperkirakan meningkat
menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025. Sedangkan hipertensi diIndonesia
menunjukan bahwa di daerah pedesaan masih banyak penderita hipertensi yang belum
terjangkau oleh layanan kesehatan dikarenakan tidak adanya keluhan dari sebagian
besar penderita hipertensi (Adriansyah, 2012).

Ironinya, diperkirakan ada 76% kasus hipertensi di masyarakat yang belum


terdiagnosis, artinya penderitanya tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit
ini. Dari 31,7% prevalensi hipertensi, diketahui yang sudah memiliki tekanan darah
tinggi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 7,2% dan kasus yang minum
obat hipertensi 0,4%. Hal ini menunjukkan bahwa 76% masyarakat belum mengetahui
telah menderita hipertensi Artinya banyak sekali kasus hipertensi tetapi sedikit sekali
yang terkontrol (Adib, 2012). Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukkan prevelensi
hipertensi sebanyak 31,7%. Hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian utama di
perkotaan maupun perdesaan pada usia 55-64 tahun (Rosid, 2017).

Data statistik WHO (word Hearld Organization) melaporkan hingga tahun 2018
terdapat satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan diperkirakan sekitar 7,5
juta orang atau 12,8% kematian dari seluruh total kematian yang disebabkan oleh
penyakit ini, tercatat 45% kematian akibat jantung koroner dan 51% akibat stroke
yang juga disebabkan oleh hopertensi. Menurut American Haert Association (2018)
tercatat sekitar 77,9 juta orang di amerika serikat dengan perbandingan 1 dari 3 orang
dewasa menderita hipertensi. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat pada tahun
2030 sekitar 83,2 juta orang atau 7,2%. sementara itu menurut National Health
Nutrition Examination Survey (NHNES), di amerika orang dewasa dengan Angka
kejadian hipertensi di indonesia menurut riset Kesehatan Dasar Tahun 2017
menunjukan bahwa prevalensi hipertensi di indonesia berdasarkan pengukuran
tekanan darah mengalami peningkatan 5,9%, dari 25,8% menjadi 31,7% dari total
penduduk dewasa. Berdasarkan pengukuran sampel umur lebih dari 18 tahun
prevelansi hipertensi mengalami peningkatan yakni 7,6% pada tahun 2015 dan 9,5%
tahun 2017 dengan total presentase sebesar 25,8%. Prevelansi hipertensi tertinggi di
Bangka Belitung dengan presentase 25,8%, kalimantan selatan 30,8%, kalimantan
timur 29,6%, jawa barat 29,5% (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data dinas kesehatan Provinsi Sumatara Barat Tahun 2017 anggaka
kejadian hipertensi 53,6% dan jumlah kasus sebanyak 67.101 rata-rata kasus 9.800
kasus. Prevernsi hipertensi di padang mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan
data rekapitulasi tahun 2015 penderita hipertensi mencapai 30,218 jiwa (Sumbar,
2017).

Hipertensi sangat dipengaruhi berbagai faktor diantara faktor resiko dibagi dalam dua
golongan besar yaitu pertama faktor resiko yang dapat dikurangi, perbaiki atau
dimodifikasi dan kedua yang bersifat alami atau yang tidak bisa dikontrol. Adapun
golongan yang dapat dimodifikasi antara lain : pola makan, kegemukan/obesitas,
kurang aktivitas, merokok, dan komsumsi alkohol dan golongan resiko alami antara
lain : usia, keturunan, jenis kelamin, etnis/suku, jenis kelamin.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umun
Mahasiswa mampu memahami dan memberikan Asuhan keperawatan Medikal
Bedah Pada Ny.M Dengan Gangguan Sisitem Kardiovaskular :Hipertensi Di Jalan
Amal Luhur Gang Sejahtera.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. M Dengan
Masalah Hipertenis
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny. M dengan
masalah hipertensi
3. Mahasiswa mampu merancang Intervensi keperawatan pada Ny. M dengan
masalah hipertensi
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny. M dengan
masalah hipertensi
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Ny. M dengan Masalah
Hipertensi
1.3.Manfaat Penelitian
1.3.1 Bagi Penulis
Untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan yang telah diperoleh selama

dibangku kuliah pada pasien secara langsung.

1.3.2.Bagi Insitusi Pendidikan

Hasil Makalah Asuhan Keperawatan dapat digunakan untuk mahasiswa

dalam membuat Asuhan Keperawatan.

1.3.3.Bagi Lahan Penelitian

a. Bagi klien dan masyarakat, memberikan informasi tentang penyakit


hipertensi dan perawatannya.
b. Merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia pendidikan dan dapat menjadi
referensi atau kajian empiris untuk peneliti selanjutnya.
c. Bagi petugas kesehatan, dapat dijadikan masukan untuk petugas
kesehatan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang penyakit
hipertensi dan perawatannya dan memaksimalkan asuhan keperawatan
yang diberikan pada pasien dengan diagnosa medis hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hipertensi
2.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik
yang intermiten atau menetap.Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg
atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan
hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia.
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin
(Marliani, 20017).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg.

2.1.2 Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
1 Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2 Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol.
3. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol

Tekanan sistolik Tekanan


Tigkat (mmHg) diastolik Jadwal kontrol
(mmHg)
Tingkat
I
Tingkat 140-159 90-99
II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat 180-209 110-119 1 minggu sekali
III 210 satau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS
Tingkat
IV

2.1.3 Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia menurut Triyanto (2014)
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1 Elastisitas dinding aorta menurun
2 Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4 Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5 Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:

a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

d. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya


hipertensi adalah :
1. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
2. Kegemukan atau makan berlebihan
3. Stress
4. Merokok
5. Minum alcohol
6. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit
seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut,
Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga
diakibatkan karena Obat– obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.
2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin.Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.

fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan


tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare, 2018).Pada usia lanjut perlu
diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri
brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer .
2.1.5.Pathway hipertensi
2.1.6. Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,
Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel–sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor–factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
2. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes
mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan
katekolamin (meningkatkan hipertensi),
3. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
4. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi\
5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ).
6. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
7. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab ):
1. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
2. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
3. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalism.
4. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
5. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung.
6. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
7. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
2.1.8. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
a. Die
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.Intensitas olah raga yang baik
antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20
– 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks.
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.

Faktor penyebab dari hipertensi itu seperti perubahan gaya hidup sebagai
contohnya merokok, obesitas, inaktivitas fisik dan stres psikososial. Karena
angka prevalensi hipertensi di Indonesia yang semakin tinggi maka perlu
adanya penanggulan, diantaranya terapi farmakologi dan nonfarmakologi.
Latihan nafas dalam merupakan suatu bentuk terapi nonfarmakologi, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan
nafas dalam (nafas lambat dan menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, Selain dapat menurunkan
intensitas nyeri, latihan relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Pratiwi, 2016).

Pada tahun 2012 pernah dilakukan penelitian oleh Nurhayati (2012) tentang
Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Latihan
Relaksasi Imajinasi Terbimbing Pada pasien Hipertensi Di Wilayah
Puskesmas Kerobokan Semarang. Desain penelitian ini adalah
pre–experiment designdengan jenis one group pretest – posttest design.
Jumlah sampel 18 respondendengan teknik simple random sampling.
Penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test dengan nilai p <
0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah
sebelum dan sesudah pemberian latihan relaksasi imajinasi terbimbing pada
pasien hipertensi di wilayah Puskesmas Krobokan Semarang.

Stres fisik maupun stres psikologi menyebabkan ketidakstabilan emosional


serta memicu rangsangan di area pusat vasomotor yang terletak pada medulla
otak sehingga berpengaruh pada kerja sistem saraf otonom dan sirkulasi
hormon. Rangsangan ini akan mengakibatkan sistem saraf simpatis dan
pelepasan berbagai hormon, sehingga mempengaruhi teradinya peningkatan
tekanan darah (Corwin, 2009). Stress yang berlangsung lama dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang menetap, sehingga penangan
dengan manajemen yang tepat sangat diperlukan. Penangana yang tidak
diberikan akan mengakibatkan semakin tinggi tekanan darah sehingga
menimbulkan komplikasi kondisi darurat seperti penyakit jantung koroner,
stroke, penyakit ginjal hingga kematian.

Penangana hipertensi seharusnya dilakukan secara komprehensif mencakup


promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Penanganan hipertensi bertujuan
untuk menurunkan tekanan darah yang meliptuti terapi farmakologi dan non
farmakologi merupakan pengelolahan hipertensi dengan pemberian obat-
obatan antihipertensi. Sementara itu terapi non farmakologi pada penderita
hipertensi adalah terapi tanpa obat yang juga dilakukan untuk menurunkan
tekanan darah akibat stress dengan mengatur pola hidup sehat yaitu dengan
menurunkan asupan garam dan lemak, meningktkan mengkonsumsi buah dan
sayur, menghentikan kebiasaan merokok dan alkohol, menurunkan berat
badan berlebihan, istirahat cukup, olahraga teratur serta mengelola stress.
Salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan bagi penderita
hipertensi adalah terapi komplementer sebagai bagian dari sistem pengobatan
yang lengkap, tetapi komplementer tersebut antara lain latihan slow deep
breathing, akupuntur, fisioterapi, psikoterapi, yoga, mediasi, dan aromaterapi
(Susanti, 2015).

2.2. Konsep Teori Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan
mengidentifikasi masalah keperawatan yang terajadi pada tahap ini akan
menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan menentukan
desain perencanaan yang ditetapkan.(Adib, 2019).
Menurut Debora (2016) tahapan pengkajian sebagai berikut yaitu :

a. Biodata

Data lengkap dari klien meliputi : nama lengkap, umur, jenis kelamin,
kawin / belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan alamat identitas penanggung, meliputi : nama
lengkap, jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, hubungan dengan klien dan alamat.

b. Keluhan utama

Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala yang


disebabkan oleh peningkatan tekanan aliran darah ke otak.
c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang


Keadaan yang didapatkan pada saat pengkajian misalnya pusing,
jantung kadang berdebar-debar, cepat lelah, palpitasi, kelainan

pembuluh retina (hypertensi retinopati), vertigo dan muka merah


dan epistaksis spontan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan :

a) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak

diketahui penyebabnya. Banyak faktor yang mempengaruhi

seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf

simpatis dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko

seperti : obesitas, alcohol, merokok, serta polisetemia.

3) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebabnya seperti:


Penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Riwayat
kesehatan keluarga

Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria


dan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan yaitu
jika orang tua mempunyai riwayat hipertensi maka anaknya
memilik resiko tinggi menderita penyakit seperti orang tuanya.

d. Riwayat psikososial

Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah

kronik, factor stress multiple.

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu

perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati,

muka tegang, gerak fisik, pernafasan menghela nafas,


penurunan pola bicara.

e. Riwayat spiritual
Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan kasus hipertensi
belum dapat diuraikan lebih jauh, tergantung dari dan kepercayaan
masing-masing individu.

f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Klien nampak lemah
2) Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan dangkal dan nadi
juga cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolic
di atas 90 mmHg.

3) Review of sistem
a) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jan-
tung kongesti / katup dan penyakit
serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan tekanan darah
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, perbedaan denyut.
Denyut apical: titik point of maksimum impuls,
mungki bergeser atau sangat kuat.
Frekuensi / irama: takikardia, berbagai disritmia.

Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi jantung I,

pada dasar bunyi jantung II dan bunyi jantung III.

Murmur stenosis valvular.

Distensi vena jugularis/kongesti vena.

Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis,

femoralis atau epigastrium (stenosis arteri).

Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin,

pengisian kapiler mungkin lambat atau tertunda.


b) Neurosensori

Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub


occipital.
Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
Gangguan penglihatan dan episode statis staksis.
Tanda : Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi.
Pola/isi bicara, afek, proses fikir atau memori.
Respon motorik: penurunan kekuatan,
genggaman tangan

Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan


arteri ringan-mendatar, edema, papiladema,
exudat, hemoragi.

c) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan
jantung).Nyeri tungkai yang hilang
timbul/klaudasi. Sakit kepala oxipital berat.
Nyeri abdomen/massa.
d) Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap

lanjut dari hipertensi menetap/berat).

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja

tachypnea, ortopnea, dispnea, nocturnal

paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan

sputum, riwayat merokok.

Tanda : Distress respirasi / penggunaan otot aksesori

pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.


e) Keamanan
Keluhan: Gangguan koordinasi / cara berjalan.
Gejala : Episode parastesia unilateral transien,
hypotensi postural.
g. Aktivitas sehari-hari

1) Aktivitas

Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup

monoton. Tanda : Frekuensi jantung meningkat,

perubahan irama jantung,

tachypnea.
2) Eliminasi
Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya:
infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal masa lalu).
3) Makanan dan cairan
Gejala : Makanan yang disukai mencakup
makanan tinggi garam, lemak, kolesterol
serta makanan dengan kandungan tinggi
kalori.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas.Adanya
edema, kongesti vena, distensi vena jugulalaris,
glikosuria.

h. Pemeriksaan diagnostik

1) BUN / kreatinin : Memberikan informasi tentang


perfusi / fungsi
ginjal.
2) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum
dapat mening-
katkan hipertensi.

3) Urinalisa : Darah, protein, glukosa sangat


mengisyaratkan

disfungsi ginjal dan atau adanya


diabetes.

4) EKG : Dapat menunjukkan perbesaran


jantung, pola

regangan, gangguan konduksi.

i. Penatalaksanaan

1) Pengobatan non farmakologis dapat berupa


penurunan berat badan dan diet rendah garam.
2) Pengobatan farmakologis untuk regresi hipertrofi
ventrikel kiri pada hipertensi berdasarkan penelitian
yang didapatkan ACE inhibitor, beta-blocker,
antagonis kalsium dan diuretik mengurangi massa
ventrikel kiri dan ternyata ACE inhibitor
menunjukkan pengobatan yang paling efektif.

2.2.2.Diagnosa Keperawatan
Merujuk kepada defenisi NANDA yang digunakan pada diagnosa-
diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan. Ada tiga komponen
esensial suatu diagnosa keperawatan yang telah dirujuk sebagai yaitu
dimana “P” diidentifikasi sebagai problem, “E” menunjukkan etiologi
dari problem dan “S” menggambarkan sekelompok tanda dan gejala.
Ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan dengan
menggunakan “berhubungan dengan”.Menurut Dongoes (2017),
diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien hipertensi adalah :

1. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan


dengan peningkatan . afterload, vasokonstruksi, iskemia
miokardia, hipertrofi/rigiditas (kekuatan) ventrikuler.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


umum, ketidak seimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
4. Koping individual inefektif berhubunagn dengan krisis
situasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak
adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, sedikit atau tak
pernah olahraga, nutrisi buruk, harapan yang tak
terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak realistik,
metode koping tidak efektif.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
pegetahuan/ daya ingat, misinterpretasi informasi,
keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
2.2.3. Intervensi

Pada fokus intervensi meliputi tujuan, kriteria hasil,


intervensi, rasional, (Doengoes 2016).
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan, afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia,
hipertrofi/rigiditas (kekuatan) ventrikuler
Tujuan : Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu
yang dapat diterima.Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung
stabil dalam rentang dan pasien.
Kriteria Hasil :

1. Pasien berpartisipasi dalam akttifitas yang dapat


menurunkan tekanan darah.
2. Mempertahankan tekanan darah dalam rentan
individu yang dapat diterima.
3. Irama dan denyut jantung dalam batas normal.

Intervensi dan rasional :


1) Pantau tekanan darah.
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan / bidang masalah vaskuler.

2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan


perifer.
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan
femoralis mungkin diamati atau tekanan
palpasi. Denyutan pada tungkai
mungkin menurun: efek dari
vasokontraksi.

3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.


Rasional : Bunyi jantung IV umum terdengar pada
hipertensi berat dan kerusakan fungsi
adanya krakels mengi

dapat mengindikasi kongesti paru


sekunder terhadap atau gagal jantung
kronik.

4) Amati warna kulit, kelembaban suhu, dan masa


pengisian kapiler.

Rasional : Mungkin berkaitan dengan vasokontraksi

atau mencerminkan dekompensasi atau

penurunan curah jantung.

5) Catat edema umum/tertentu.

Rasional : Mengindikasi gagal jantung, kerusakan

ginjal atau vaskuler.

6) Beri lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas /

keributan lingkungan dan batasi jumlah pengunjung


dan lamannya tinggal. Rasional : Membantu untuk

menurunkan rangsangan simpatis,menurunkan relaksasi.

7) Pertahankan pembatasan aktivitas (jadwal istirahat

tanpa gangguan, istirahat di tempat tidur/kursi), bantu

pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai

kebutuhan.

Rasional : Menurunkan stress dan ketegangan yang

mempengaruhi tekanan darah dan

perjalanan penyakit hipertensi.

8) Lakukan tindakan yang nyaman (pijatan punggung

dan leher, meninggikan kepala tempat tidur).

Rasional : Mengurangi ketidaknyamanan

dan dapat menurunkan rangsang

simpatis.

9) Anjurkan tehnik relaksasi, distraksi, dan panduan


imajinasi.
Rasional : Menurunkan rangsangan stress membuat
efek tenang, sehingga akan menurunkan
tekanan darah.
10) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol
tekanan darah.
Rasional : Respon terhadap terapi obat tergantung
pada individu dan efek sinergis obat.
11) Berikan obat-obat sesuai indikasi seperti:

Diuretik tiazoid: diuril, esidrix, bendroflumentiazoid


Rasional : Dapat memperkuat agen antihipertensi lain
dengan membatasi retensi cairan.
Diuretic loop: furosemid, etakrinic, bumetanoid, dan
lain-lain.
Rasional : Menghasilkan diuresis kuat dengan
menghambat resorpsi natrium dan
klorida.
12) Berikan pembatasan cairan dan diet natrium sesuai
indikasi.
Rasional : Dapat menangani retensi cairan dengan
respon hipertensi yang dapat melibatkan
beban kerja jantung.
13) Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.
Rasional : Bila hipertensi berhubungan dengan
adanya feokro- mositoma maka
pengangkatan tumor dapat memper-
baiki kondisi.

j. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


umum, ketidak seimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan oksigen.
Tujuan :Berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan/diperlukan. Melaporkan
peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur, menunjukkan penurunan
dalam tanda-tanda toleransi fisiologis.
Kriteria Hasil :
1. Melaporkan peninkatan dalam toleransi aktifitas
yang dapat diukur.
2. Menunjukan penurunan dalam tanda-tanda
intoleransi fisiologi.

Intervensi dan rasional:


1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas frekuensi nadi,
peningkatan tekanan darah yang nyata
selama/sesudah aktivitas, dyspnea, nyeri dada,
keletihan, dan kelemahan, diasporesis, pusing, dan
pingsan.
Rasional : Menyebutkan parameter membantu dalam
mengkaji respon fisiologis stress
terhadap aktivitas dan bila ada
merupakan indicator dari kelebihan
kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktivitas.

2) Instruksikan tehnik penghematan energi


(menggunakan kursi saat mandi, duduk, menyisir
rambut atau menyikat gigi, lakukan aktivitas dengan
perlahan.

Rasional : Dapat mengurangi penggunaan energi


dan membantu keseimbangan antara
suplai antara suplai dan kebutuhan O2.
3) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas /
perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
penurunan kerja jantung tiba.
k. Nyeri (akut), berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Tujuan : - Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/tidak
terkontrol

- Mengungkapkan metode yang memberikan

pengurangan Kriteria Hasil :


1. Pasien akan melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
2. Pasien akan mengungkapkan metode yang memberikan
penguranganya.
3. Pasien akan mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Intervensi dan rasional:


1) Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : Meminimalkan stimulasi atau menurunkan
relaksasi.

2) Berikan kompres dingin pada dahi, pijat punggung, dan leher,


tenang, redupkan lampu kamar, tehnik relaksasi.

Rasional : Menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang

memperlambat / memblok respon simpatis efektif

dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasi.

3) Hilangnya / minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat

menurunkan dan sakit kepala, misalnya: batuk panjang,

mengejan saat BAB, dan lain-lain.

Rasional : Menyebabkan sakit kepala pada adanya tekanan


vaskuler serebral karena aktivitas yang
meningkatkan vaskonotraksi.
4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional : Pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan
dengan sakit kepala.
5) Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur
bila terjadi perdarahan hidung atau kompres di hidung telah
dilakukan untuk menghentikan perdarahan.
Rasional : Menaikkan kenyamanan kompres hidung dapat
mengganggu menelan atau membutuhkan nafas
dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral
dan mengeringkan mukosa.
l. Ketidakefektifan koping individu berhubunagn dengan krisis
situasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat,
sistem pendukung tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga,
nutrisi buruk, harapan yang tak terpenuhi, kerja berlebihan,
persepsi tidak realistik, metode koping tidak efektif
Tujuan : Mengidentifikasi kesadaran kemampuan koping/kekuatan
pribadi.
Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil
langkah untuk menghindari/mengubahnya.
Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan / metode
koping efektif.
Kriteria Hasil :
1. Mengidentifikasi pola koping yang efektif
2. Mengungkapkan secara verbal tentang koping yang efektif
3. Mengatakan penurunan stres
4. Klien mengatakan menerima tentang keadaanya Mampu
mengendifikasi srategi tentang koping.

Intervensi dan rasional :

1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,

misalnya: kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian,

keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.

Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup

seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan

mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam


kehidupan sehari-hari.

2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan

konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,

ketidakmampuan untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah.

Rasional : Manifestasi mekanisme koping maladaptik mungkin

merupakan indicator marah yang ditekan dan

diketahui telah menjadi penentu utama tekanan darah

diastolic.

3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan

kemungkinan strategi untuk mengatasi atau menyelesaikan

masalah.

Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama

dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor.

4) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan berikan


dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional : Memperbaiki keterampilan koping dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam regimen teraupetik.

5) Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup.

Rasional : Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada

relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang

diinginkan.

m. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya


pegetahuan/ daya ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan
kognitif, menyangkal diagnosa
Tujuan : - Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan
regimen pengobatan
- Mempertahankan tekanan darah dalam parameter
normal.

- Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan


komplikasi yang perlu diperhatikan.
Kriteria Hasil :

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang


penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar

3. Pasien dan keluaraga mampu menjelsakan kembali apa


dijelaskan perawat/tim kesehatan lainya
Intervensi dan rasional :

1) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang


terdekat.
Rasional : Mengidentifikasi kemampuan klien dalam menerima
pembelajaran.
2) Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal, jelaskan
tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah,
ginjal, dan otak.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang tekanan
darah normal dan efek hipertensi.
3) Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah
terkontrol dengan baik saat menggambarkan tekanan darah
pasien dalam batas yang diinginkan.
Rasional : Tekanan darah normal pada setiap orang berbeda
tergantung pada banyak faktor.
4) Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko
kardiovaskuler yang dapat diubah misalnya obesitas, diet, tinggi
lemak jenuh, kolesterol, pola hidup monoton, dan minum
alcohol, pola hidup stress.
Rasional : Mencegah meningkatnya tekanan darah dengan
memperhatikan faktor – faktor resiko.

5) Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang


penguapan, penggunaan alcohol yang berlebihan.
Rasional : Dapat menyebabkan tekanan darah berubah – ubah.

6) Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan


sebelum menggunakan obat.
Rasional : Menghindari terjadinya resiko overdosis obat.

7) Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan atau


cairan tinggi kalium.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1.PENGKAJIAN
3.2. ANALISA DATA

Kemungkinan
NO Masalah Data
penyebab (pohon masalah)
1. Nyeri Akut Hipertensi DS :
- mengatakan lemah sisi tubuh kanan
di ektermitas atas , sakit kepala, dan
Kerusakan vaskuler nyeri lutut bagian ektremitas bawah
pembuluh darah
-Perawat mengatakan nyeri skala 6.
Penyumbatan pembuluh
DO :
darahVasokonstriksi - Keadaan umum sedang
Gangguan sirkulasi Otak - Tanda-tanda vital : TD :
160/80 mmHg,
N : 72x/menit, S :
36,5°C,
Resistensi pembuluh darah
P : 20x/menit
otak meningkat

Nyeri
2. Intoleransi Gangguan sirkulasi DS :
aktivitas Pembuluh darah Sistemik - pada saat perubahan posisi
klien merasa sakit pada daerah
Vasokonstriksi Afterload kepala
Fatigue - Klien mengatakan
Intoleransi aktivitas jantungnya berdebar- debar saat
beraktifitas
DO :
- Keadaan umum lemah
- Klien tampak dibantu dalam
beraktivitas
- Denyut nadi lemah
76x/menit

3. Nutrisi Hipertensi
DS :
kurang
- Klien mengatakan nafsu makan
dari Tekanan intrakranial berkurang
meningkat - Klien mengatakan makan
kebutuhan
sedikit merasa mual
tubuh - Klien mengatakan porsi makan
Mual,muntah Intake yang tidak
tidak adekuat dihabiskan, hanya ¼ dari porsi
yang disediakan.
Nutrisi kurang dari -
kebutuhan DO :
- Keadaan umum lemah
- Perut klien nampak
hypertimpani
BB sebelum sakit : 70 kg dan
saat sakit BB :60kg.
-Mual dan Muntah

3.3.Diagnosa keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
3.4.Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Kaji skala nyeri, 1. Pasien biasanya
peningkatan tekanan vascular tindakan keperawatan
daerah, kualitas, dan melaporkan nyeri
serebral ditandai dengan: selam 3x24 jam
DS : diharapkan nyeri klien waktu. yang terdapat pada
dapat
2. Observasi tanda-tanda ekstremitas atau
- Klien mengatakan sakit kepala berkurang/hilang
sejak 3 hari yang lalu dengan kriteria hasil : vital : tekanan darah, daerah kepala yang
- Skala nyeri 5(sedang) - Klien
nadi,suhu, dan dapat terjadi hilang
- Klien mengatakan merasa melaporkan
nyeri atau pernapasan. timbul.
pusing.
ketidaknyam
3. Pertahankan tirah 2. Mengetahui
DO : anan
hilang/terkontrol baring selama fase perubahan keadaan
- Keadaa umum lemahTanda-tanda
akut. klien secara umum.
- Skala nyeri 2
vital :
(ringan) Klien 4. Beri tindakan non 3. Minimalkan stimulus
Tekanan darah:160/90 tampak rileks
farmakologi atau peningkatan
mmHg,suhu:37°C,
untuk menghilangkan relaksasi .
nadi:76x/menit, pernafasan:
nyeri,misalnya 4. Tindakan yang
24x/menit
kompres dingin pada menurunkan tekanan
dahi, pijat punggung vaskular serebral dan
dan leher,tenang, yang
redupkan lampu memperlambat/memb
kamar,tehknik lok respon simpatis
relaksasi imajinasi efektif dalam
(pandu imajinasi menghilangkan sakit
distraksi dan aktivitas kepala dan
waktu senggang). komplikasinya.
5. Bantu pasien dalam 5. Pusing dan
ambulasi sesuai penglihatan kabur
kebutuhan . sering berhubungan
6. Kolaborasi pemberian dengan sakit kepala.
analgetik, 6. Menurunkan atau
antihipertensi dan mengontrol nyeri dan
sesuai indikasi. menurunkan
rangsangan saraf
simpatis.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji repon pasien 1.Menyebutkan
dengan Kelemahan tindakan keperawatan terhadap aktivitas,
parameter, memba
ditandai dengan : selama 3x24 jam dipsnea atau nyeri
diharapkan terjadi mengkaji respon fisiologi
DS : dada, keletihan dan
- pada saat perubahan posisi peningkatan toleransi kelemahan berlebihan, terhadap stress aktivitas
klien merasa sakit pada daerah aktivitas kriteria hasil diaphoresis,pusing
dan bila ada merupakan
kepala : atau pingsan.
- Klien mengatakan jantungnya -Berpartisipasi dalam 2. Instruksikan pasien indikator dari kelebihan
berdebar-debar saat beraktifitas aktivitas yang tentang tehknik
kerja yang berkaitan
DO : dinginkan atau penghematan energi
dengan aktivitas.
- Keadaan umum lemah diperlukan. misalnya,
- Klien tampak dibantu dalam -Melaporkan menggunakan kursi 2. Tehnik menghemat
peningkatan toleransi saat mandi,duduk
beraktivitas. energi mengurangi
aktivitas yang dapat saat menyisir atau
-Denyut nadi lemah penggunaan energi,
diukur. menyikat gigi,
melakukan istirahat juga membantu,
dengan perlahan.
keseimbangan
3. Beri dorongan untuk
antarasuplei dan
melakukan aktivitas
perawatan diri bertahap kebutuhan oksigen.
jika dapat ditoleransi.
3. Kemajuan aktivitas
Berikan bantuan sesuai
bertahap mencegah
kebutuhan.
peningkatan kerja

jantung tiba-tiba.

Memberikan bantuan
hanya sebatas

kebutuhan akan

mendorong

kemandirian dalam

melakukan aktivitas.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan 1. Kaji intake 1.Mengetahui jumlah

berhubungan dengan intake yang tindakan keperawatan makan klien intake perhari sehingga

tidak adekuat ditandai dengan : selama 3x24 jam perhari. dapat diperhitungkan rasio

DS : diharapkan kebutuhan 2. Identifikasi makanan intake dan output.

- Klien mengatakan tidak nutrisi klien dapat yang disukai atau 2.Nafsu makan dapat

nafsu makan terpenuhi dengan dikehendaki agar meningkat jika penyusunan

- Klien mengatakan porsi kriteria hasil : dapat disesuaikan diet disesuaikan dengan

makan tidak - Klien mengatakan dengan program makanan kesukaan klien.

dihabiskan , hanya ¼ nafsu makan baik pembatasan diet 3.Mengurangi rasa bosan
dari porsi yang
-Tidak Terjadi klien. pada makanan dan
disediakan penurunan Berat Badan.
3. Anjurkanuntuk makan mememenuhi kebutuhan
- Klien mengatakan makan dipertahankan sedikit tapi sering nutrisi klien.

sedikit merasa mual -Porsi makan sesuaidengan 4.Dengan mengetahui dan


dihabiskan
DO : program diet. mengerti pola diet klien dan
4. Beri penjelasan
- Perut klien nampak keluarga dapat kooperatif
tentang diet hipertensi.
hypertimpani dalam aturan dietnya.
5. Beri HE tentang
- Keadaan umum lemah. 5.Meningkatkan pengetahuan
pentingnya nutrisi
- BB sebelum sakit : 70 kg dan klien tentang nutrisi sehingga
saat sakit BB 60 kg bagi tubuh.
dan meningkatkan derajat
6. Kolaborasi pemberian
vitamin sesuai indikasi kesehatan.

6.Membantu meningkatkan
daya tahan tubuh dan
meningkatkan nafsu makan.
3.5.Implementasi Dan Evaluasi

Diagnosa Hari Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan /Tanggal/Jam CI

1.Nyeri akut 21 Oktober 1.Melakukan pengkajian skala, Subyektif :


berhubungan 2021 daerah, kualitas, dan waktu.
dengan peningkatan 10.00 nyeri - Klien mengatakan nyeri
tekanan vascular Hasil : klien mengatakan nyerinya sudah mulai berkurang
serebral sudah berkurang dengan lokasi dengan skala 4 (sedang)
nyeri di kepala, kualitas nyeri - Klien mengatakan nyeri
tumpul, dan klien mengatakan berkurang dengan pijat
sakit kepalanya timbul saat
duduk. punggung dan leher,
2. Melakukan observasi tanda-
serta tenang
tanda vital :
Hasil :
- Klien mengatakan
sudah tidak merasa
Tekanan darah : 160/90 mmhg
pusing
Nadi : 76x/menit
Objektif :
Suhu : 37º C Pernapasan : 24x
/menit
- Keadaan umum lemah
3. Mempertahan kan tirah
baring selama fase akut
- Klien tampak
Hasil : klien mengatakan
rileks/tenang
merasa lebih nyaman
dan nyerinya dapat
- Skala nyeri 4 (sedang)
berkurang.
4. Memberikan tindakan
- Tanda-tanda vital :
non farmakologi untuk
menghilangkan
tekanan darah : 150/70
nyeri,misalnya
mmHg Asesment :
kompres dingin pada masalah belum teratasi
dahi, pijat punggung Planing : intervensi
dan punggung dan dilanjutkan
leher serta tenang.
5. Membantu pasien dalam
ambulasi sesuai
kebutuhan. Hasil : klien
merasa lebih terbantu
dan termotivasi.
6. Melakukan
penatalaksanaan dalam
pemberian obat analgetik,
antihipertensi,
antiansietas sesuai
indikasi. Hasil :
klien diberikan anlgetik :
ranitidine 2,5 cc/12
jam
ISDN (isosorbit dinitrat) 1
leher,tenang, redupan lampu
kamar,tehknik relaksasi
imajinasi (pandu imajinasi
distraksi dan aktivitas waktu
senggang).
Hasil : klien mengatakan nyeri
berkurang dengan tindakan
yang diberikan yaitu pijat tablet
dan amlodiphin 1x1tablet.
2.Intoleransi aktivitas 21 Oktober2021 1. Melakukan pengkajian Subyektif :
berhubungan dengan mengenai respon pasien
kelemahan 10.00 terhadap aktivitas, dipsnea - Klien mengatakan
atau nyeri dada, keletihan masih merasa lemah
dan kelemahan berlebihan, - Klien mengatakan dapat
diaphoresis,pusing atau berjalan tetapi dibantu
pingsan Hasil : klien hanya oleh suami/atau perawat
dapat bangun dari tempat Objektif :
tidurdan tidak ada dipsnea
dan nyeri dada, klien sedikit - Keadaan umum lemah
pusing.
2. Menginstruksikan pada pasien - Klien hanya bisa
tentang tehnik penghematan bangun dari posisi
energi misalnya menggunakan berbaring
kursi saat mandi,duduk saat - Klien tampak dibantu
menyisir atau menyikat gigi, oleh Suami
melakukan istirahat dengan - Denyut nadi lemah
perlahan. 76x/menit
Hasil : klien mau mengikuti apa - Asesment : masalah
yang dianjurkan. belum teratasi
3. Memberikan dorongan untuk - Planing : intervensi
melakukan aktivitas dilanjutkan
/perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi.
Hasil : Klien merespon baik
apayang di katakan perawat.
3. Nutrisi kurang dari 21 Oktober2021 1.Melakukan pengkajian Subyektif :
kebutuhan intake makan klien perhari
berhubungan dengan 12.10 - Klien mengatakan nafsu
intake yang Hasil : klien mengatakan makannya mulai
tidak adekuat. sudah nafsu makan, klien membaik
makan 3x sehari dengan - Klien mengatakan porsi
menghabiskan setengah dari makan 1/2 dari porsi
porsi yang disediakan. dihabiskan
2. Mengidentifikasi makanan Objektif :
yang disukai atau
dikehendaki agar dapat - Keadaan umum lemah
disesuaikan dengan program
pembatasan diet klien. Hasil : - Porsi makan 1/2 dari
klien mengatakan suka porsi dihabiskan
dengan makanan yang - Klien sudah
disediakan dirumah sakit. tidak mual
3. Menganjurkan untuk makan Asesment : masalah
belum teratasi
4. sedikit tapi sering sesuai Planing : intervensi di
dengan program diet. lanjutkan
Hasil : klien mengikuti apa
yang telah dianjurkan
5. Memberikan HE tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Hasil : klien dapat memahami
dan mau memenuhi kebutuhan
nutrisi tubuh.
6. Melakukan
pentalaksanaandalam
pemberian vitamin sesuai
indikasi.
7. Hasil : klien diberikan
neurosanbe 1cc drips

1.Nyeri akut 22 Oktober2021 1. Melakukan pengkajian skala Subyektif :


berhubungan dengan nyeri, daerah, kualitas dan
peningkatan tekanan 09.10 waktu. - Klien mengatakan
vascular serebral Hasil : klien mengatakan mulai bejalan perlahan-
nyerinya berkurang dengan lahan.
skala nyeri 2 (ringan), klien - Klien mengatakan
mengatakan daerah nyeri berjalan didampingi
yang di rasakan di daerah oleh suami.
kepala, dan waktu timbulnya Objektif :
nyeri saat duduk - Keadaan umum
2. Melakukan observasi tanda- mulai membaik
tanda vital : - Klien tampak berjalan
Hasil : Tekanan darah : dengan didampingi oleh
130/70 mmhg Nadi : suami.
80x/menit - Klien tampak berjalan
Suhu : 37,3º c berhati- hati.
Pernapasan : 20x - Asesment : masalah
/menit belum teratas
Hasil : klien mengatakan - Planing : intervensi
merasa lebih nyaman dan dipertahankan.
nyerinya dapat berkurang.
3.Memberikan tindakan non
farmakologi

untuk menghilangkan
nyeri,misalnya kompres
dingin pada dahi, pijat
punggung
dan
leher,tenang,redupan lampu
kamar,tehknik relaksasi
imajinasi (pandu imajinasi
distraksi dan aktivitas waktu
senggang).
Hasil : klien mengatakan
nyeri berkurang dengan
tindakan yang diberikan yaitu
pijat punggung dan leher serta
tenang.
4. Membantu pasien
dalam ambulasi sesuai
kebutuhan. Hasil :klien
merasa lebih nyaman.
5. Melakukan
penatalaksanaan

dalam pemberian analgetik,


antihipertensi, sesuai indikasi.
Hasil : klien diberikan:
ranitidine 2,5 cc/12 jam, dan
amlodiphin 1x1 tab.

3.Nutrisi kurang dari 22 Oktober2021 1. Melakukan pengakajian Subyektif :


kebutuhan intake makan klien perhari
berhubungan dengan 11.45 Hasil : klien mengatakan porsi - Klien mengatakan nafsu
intake yang makan dihabiskan. makannya kembali
tidak adekuat. membaik sperti biasa
2. Mengidentifikasi makanan - Klien mengatakan porsi
yang disukai atau dikehendaki makan dihabiskan
agar dapat disesuaikan Objektif :
dengan program pembatasan
diet klien. Hasil : klien - Keadaan umum sedang
mengatakan suka dengan
makanan yang disediakan - Porsi makan dihabiskan
dirumah sakit.
3.Menganjurkan untuk - Turgor kulit baik
makan -Asesment : masalah
sedikit tapi sering sesuai teratasi.
dengan program diet. - Planing :
Hasil : klien menerapkan apa intervensi dihentikan.
yang telah dianjurkan
4. Memberikan HE
tentang pentingnya nutrisi
bagi tubuh. Hasil : klien dapat
memahami dan mau
memenuhi kebutuhan nutrisi
tubuh.
5. Melakukan penatalksanaan
dalam pemberian vitamin
sesuai indikasi.
Hasil : klien diberikan
neurosanbe 1cc drips.
2.Intoleransi aktivitas 23 Oktober2021 1. Melakukan Subyektif :
berhubungan dengan pengkajian mengenai repon
kelemahan 08.45 pasien terhadap aktivitas, - Klien mengatakan
dipsnea atau nyeri dada, sudah mampu berjalan
keletihan dan kelemahan - Klien mengatakan
berlebihan , diaphoresis berjalan tanpa
,pusing atau pingsan didampingi oleh isteri
Hasil : klien sudah mampu Objektif :
berjalan tanpa dibantu
2. Menginstruksikan pada pasien - Keadaan umum baik
tentang tehknik penghematan
energi misalnya, - Klien tampak berjalan
menggunakan kursi saat dengan tanpa
mandi,duduk saat menyisir didampingi oleh
atau menyikat gigi, keluarga
melakukan istirahat dengan Asesment : masalah teratasi.
perlahan. Planing : intervensi
dihentikan
Hasil : klien mau mengikuti apa
yang dianjurkan.
3.Memberikan dorongan untuk
melakukan aktivitas/perawatan diri
bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai
kebutuhan.Hasil :klien sudah
mampu berjalan tanpa bantuan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien Ny.M. dengan
Hipertensi di jln Panglima Polem yang dilakukan pada hari sabtu tanggal
21 Oktober 2021 sampai dengan 23 Oktober 2021, maka penulis akan
mengemukakan kesenjangan data antara teori dengan data yang didapatkan
pada tinjauan kasus. Telah diuraikan pula sebelumnya mengenai tinjauan
kasus hipertensi baik ditinjau dari segi medis maupun segi keperawatan.

Di dalam memberikan asuhan keperawatan Tidak menutup kemungkinan

adanya perbedaan kita harus mengakui klien sebagian mahluk Bio Psiko

dan sosial dan spiritual yang utuh dan unik sehingga segala kemampuan

kecakapan yang dimiliki oleh perawat harus dipadukan dalam mencapai

tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan hal itulah tidak menutup kemungkinan munculnya perbedaan

antara teori dan praktek. Penulis akan mengemukakan kesenjangan itu

melalui beberapa tahap sebagai berikut:

4.1.Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny.M maka data yang

ditemukan adalah pasien mengatakan merasakan sakit pada daerah kepala,

skala nyeri yang didapatkan berdasarkan pemeriksaan dengan pengukuran

skala nyeri (0-10) didapatkan skala nyeri 5 (sedang), pusing, klien tidak

dapat berjalan tanpa dibantu, badan terasa lemas, tidak ada nafsu makan,

makanan tidak dihabiskan hanya dihabiskan ¼ dari porsi yang disediakan,

serta makan sedikit merasa mual, perut Ny. nampak hypertimpani, klien
sering mengatakan belum paham tentang komplikasi dari peyakitnya, klien

sering bertanya tentang diet yang harus di jalaninya, tekanan darah 150/80

mmHg, nadi 72x/menit dan teraba lemah, suhu 36,5,0°C , pernapasan

20x/menit.Sedangkan data yang ditemukan dalam teori yaitu Peningkatan

tekanan darah > 160/90 mmHg, sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang

disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,

Penglihatan kabur, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar

tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah, muka pucat , suhu tubuh

rendah.

Adapun data yang ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam

kasus yaitu : penglihatan kabur keadaan ini biasanya timbul akibat

hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati sehingga merusak organ

yang spesifik yaitu hipertensif pada retina dan menimbulkan gejala

penglihatan kabur. Epistaksis terjadi sebagai suatu kompensasi tubuh

terhadap adanya tekanan darah yang tinggi. pecahnya pembuluh darah

hidung dapat mengurangi tekanan aliran darah keotak sehingga penyakit

stroke dapat dicegah. Gejala ini tidak ditemukan pada Ny. “M” sehingga

klien mengalami nyeri kepala yang tergolong nyeri sedang, sukar tidur,

mata berkunang-kunang, muka pucat, suhu tubuh rendah.

Data yang ditemukan dalam kasus tetapi tidak ditemukan dalam teori yaitu:

tidak ada nafsu makan ini karena jika Ny.M mengkonsumsi makanan klien

selalu merasakan mual sehingga Ny.M tidak nafsu makan dan pemenuhan

kebutuhan nutrisi klien sehari-hari terganggu, mual pada Ny.M ini

disebabkan karena peningkatan tekanan darah otak yang mengakibatkan


peningkatan tekanan intrakranial yang merangsang medulla oblongata

sehingga timbul gejala mual.

Gelisah yang dirasakan oleh Ny.M akibat kurangnya informasi mengenai

pengobatan dan proses penyakit yang dialami sehingga timbul gejala

gelisah, tekanan darah meningkat 150/80 mmHg ini pencetusnya adalah

karena mengonsumsi daging sapi dan diperburuk dengan banyaknya jumlah

daging yang di konsumsiserta kurangnya beristirahat serta olahraga, nadi

teraba lemah.

3.2.Diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan untuk hipertensi menurut teori adalah :

1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan


afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas
(kekuatan) ventrikuler.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut, berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
4. Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis situasional,
perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung
tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga, nutrisi buruk,
harapan yang tak terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak realistik,
metode koping tidak efektif.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pegetahuan/
daya ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif,
menyangkal diagnosa.

Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus yaitu


1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
Diagnosa yang ditemukan dalam teori tetapi tidak
ditemukan dalam kasus yaitu, resiko penurunan curah
jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstruksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas
(kekuatan) ventrikuler, koping individual inefektif
berhubungan dengan krisis situasional, perubahan hidup
beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak
adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga, nutrisi buruk,
harapan yang tak terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi
tidak realistik, metode koping tidak efektif.Defisiensi
Pengetahuan sehubungan dengan kurangnya pengetahuan.

Diagnosa yang ditemukan dalam kasus tetapi tidak

ditemukan dalam teori yaitu, Nutrisi Mkurang dari

kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat.Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam

teori tidak semua ditemukan dalam kasus, hal ini karena

diagnosa yang diangkat pada kasus berdasarkan keluhan

yang dirasakan pasien, seperti kita ketahui setiap manusia

memiliki kebutuhan dan persepsi/respon yang berbeda-

beda antara satu dengan yang lainnya.Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana asupan nutrisi

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.

Hal ini terjadi karena pasien merasakan mual pada saat

lambung terisi oleh makanan, sehingga dapat beresiko


terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi.

4.3.Intervensi Keperawatan

Pembuatan rencana pada Ny M disesuaikan dengan tujuan dan kriteria


hasil, perencanaan ini dibuat berdasarkan keluhandata subjektif dan data
objektif yang ada, karena data ini sangat mendukung dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Diagnosa nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral
perencanaan yang dilakukan yaitu kaji skala nyeri, daerah, kualitas, dan
waktu hal ini dilakukan karena pasien biasanya melaporkan nyeri yang
terdapat pada ekstremitas atau daerah kepala yang dapat terjadi hilang timbul.
Observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan untuk
mengetahui perubahan keadaan klien secara umum. Pertahankan tirah baring
selama fase akut agar dapat meminimalkan stimulus atau peningkatan
relaksasi. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan nyeri,
misalnya kompres dingin pada
dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tehknik
relaksasi imajinasi (pandu imajinasi distraksi dan aktivitas waktu
senggang) sebab tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan
yang memperlambat/memblok respon simpatis efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya. Bantu pasien dalam
ambulasi sesuai kebutuhan hal ini dilakukan karena pusing dan
penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Kolaborasi
pemberian analgetik antihipertensi, dan antiansietas sesuai indikasi dengan
pemberian terapi analgetik dapat menurunkan atau mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsangan saraf simpatis.Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan perencanaan yang dilakukan yaitu kaji repon pasien
terhadap aktivitas, dipsnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan
berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan untuk mengetahui jumlah
intake perhari sehingga dapat diperhitungkan rasio intake dan output,
instruksikan pasien tentang tehknik penghematan energi misalnya,
menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir atau menyikat gigi,
melakukan istirahat dengan perlahan dengan pengkajian yang dilakukan
dapat menyebutkan parameter, membantu mengkaji respon fisiologi
terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan
kerja yang berkaitan dengan aktivitas, beri dorongan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi tekhnik ini dapat
menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu,
keseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen. Berikan bantuan
sesuai kebutuhan dapat memberikan kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba, memberikan bantuan hanya
sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan
aktivitas.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat perencanaan yang dilakukan yaitu kaji intake makan
klien perhari hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah intake perhari
sehingga dapat diperhitungkan rasio intake dan output, timbang berat
badan klien untuk memberi informasi tentang ketidak adekuatan masukan
diet atau penentuan kebutuhan nutrisi. Identifikasi makanan yang disukai
atau dikehendaki agar dapatdisesuaikan dengan program pembatasan diet
klien karena dengan tindakan ini nafsu makan dapat meningkat jika
penyusunan diet disesuaikan dengan makanan kesukaan klien. Anjurkan
untuk makan sedikit tapi sering sesuai dengan program diet untuk
mengurangi rasa bosan pada makanan dan mememenuhi kebutuhan nutrisi
klien. Beri penjelasan tentang diet hipertensi dengan mengetahui dan
mengerti pola diet klien dan keluarga dapat kooperatif dalam aturan
dietnya. Beri HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dengan pemberian
HE dapat meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga dan
meningkatkan derajat kesehatan. Kolaborasi pemberian vitamin sesuai
indikasi dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan
meningkatkan nafsu makan.
4.4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada Ny.M sesuai dengan rencana

keperawatan berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus

dan mencantumkan waktu pelaksanaan, implementasi sesuai dengan respon


dan kondisi pasien.Pada diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskuler serebral, implementasi yang di lakukan pada

25 oktober 2021 pukul yaitu pada pukul 09.05 melakukan pengkajian skala,

daerah, kualitas, dan waktu, nyeri, dan pada pukul 09.10 melakukan

observasi tanda-tanda vital, pukul 09.15 mempertahankan tirah baring

selama fase akut, dan pada puku 09.25 memberikan tindakan non

farmakologi untuk menghilangkan nyeri, misalnya kompres dingin pada

dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupan lampu kamar, tehknik

relaksasi imajinasi (pandu imajinasi distraksi dan aktivitas waktu senggang),

selanjutnya pukul 09.35 Membantu pasien dalam ambulansi sesuai

kebutuhan, pukul 13.00 melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian analgetik, antihipertensi, antiansietas sesuai indikasi.Selanjutnya

pada diagnosa kedua yaitu intoleransi aktvitas berhubungan dengan

kelemahan implementasi yang di lakukan pada hari Selasa 22 Oktober pada

pukul 10,00 Melakukan pengkajian mengenai respon pasien terhadap

aktivitas, dipsnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan berlebihan,

diaphoresis, pusing atau pingsan, dan pada pukul 10.40 menginstruksikan

pada pasien tentang tehnik penghematan energi misalnya, menggunakan

kursi saat mandi, duduk saat menyisir atau menyikat gigi, melakukan

istirahat dengan perlahan, selanjutnya pada pukul 10.55 memberikan

dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat

ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan. Selanjutya pada diagnosa

ketiga resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat implementasi yang di lakukan pada Rabu 23 Oktober 2021


pada pukul 12.10 melakukan pengakajian intake makan klien perhari, dan

pukul 12.15 mengidentifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki agar

dapat disesuaikan dengan program pembatasan diet klien. Selanjutnya pada

pukul 12.20 menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering sesuai dengan

program diet, kemudian pukul 12.30 memberikan HE tentang pentingnya

nutrisi bagi tubuh, selanjutnya pukul 12.50 melakukan kolaborasi dengan

tim medis dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.Pada diagnosa pertama

nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral,

implementasi yang di lakukan pada 21 Oktober 2021 pukul yaitu pada

pukul 09.10 melakukan pengkajian skala, daerah, kualitas, dan waktu, nyeri,

dan pada pukul 09.15 melakukan observasi tanda-tanda vital, dan pada pukul

09.25 memberikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan nyeri,

misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang,

redupan lampu kamar, tehknik relaksasi imajinasi (pandu imajinasi distraksi

dan aktivitas waktu senggang), selanjutnya pukul 09.35 Membantu pasien

dalam ambulasi sesuai kebutuhan, pukul 13.00 melakukan kolaborasi

dengan tim medis dalam pemberian analgetik, antihipertensi, antiansietas

sesuai indikasi.Selanjutnya pada diagnosa kedua yaitu intoleransi aktvitas

berhubungan dengan Kemudian pada diagnosa ketiga nutrisi kurang dari

kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat implementasi

yang di lakukan pada minggu 22 Oktober 2021 pada pukul 12.03

melakukan pengakajian intake makan klien perhari, dan pukul 12.10

mengidentifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki agar dapat

disesuaikan dengan program pembatasan diet klien. Selanjutnya pada pukul


12.15 menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering sesuai dengan program

diet, kemudian pukul 12.20 memberikan HE tentang pentingnya nutrisi bagi

tubuh, selanjutnya pukul 12.50 melakukan kolaborasi dengan tim medis

dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.

Selanjutnya diagnosa yang di implementasikan pada hari ke tiga yaitu

intoleransi aktvitas berhubungan dengan kelemahan implementasi yang di

lakukan pada hari selasa 23 Oktober 2021 pada pukul 09.40 Melakukan

pengkajian mengenai respon pasien terhadap aktivitas, dipsnea atau nyeri

dada, keletihan dan kelemahan berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan,

dan pada pukul 09.45 menginstruksikan pada pasien tentang tehnik

penghematan energi misalnya, menggunakan kursi saat mandi, duduk saat

menyisir atau menyikat gigi, melakukan istirahat dengan perlahan,

selanjutnya pada pukul 09.50 memberikan dorongan untuk melakukan

aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi, berikan bantuan

sesuai kebutuhan.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat,i dilakukan sesuai dengan perencanaan dan masalah

teratasi pada hari kedua, kemudian diagnosa intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan diagnosa ini teratasi pada hari ketiga

setelah dilakukan pengkajian dan pemberian asuhan keperawatan.

4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap

evaluasi ini penulis menilai sejauh mana tujuan dapat dicapai. Evaluasi

merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap evaluasi ini

penulis menilai sejauh mana tujuan dapat dicapai. Dari diagnosa yang telah
diangkat dalam kasus ini, yaitu diagnosa nyeri berhubungan dengan

peningkatan tekanan vascular serebral setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3x24 jam pada hari 21 Oktober 2021 pada pukul 14.00

pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 4 (sedang), klien

mengatakan merasa sangat tenang dengan diberi tindakan pijat leher dan

tenang, klien mengatakan masih merasa pusing, keadaan umum lemah,

klien tampak rileks/tenang dan tekanan darah 150/70 mmHg. Dari hasil

evaluasi assesment masalah belum teratasi dan intervensi yang mengenai

diagnosa nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

pada hari 21 Oktober2021 dilanjutkan pada hari selasa tanggal 22

Oktober2021.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pada hari selasa 22 Oktober

2021 pada pukul 13.00 klien mengatakan masih merasa lemah, klien

mengatakan dapat berjalan tetapi dibantu oleh suami/atau perawat, dan

keadaan umum lemah, klien hanya bisa bangun dari posisi berbaring, klien

tampak dibantu oleh suami, denyut nadi lemah 76x/menit, Dari hasil

evaluasi assesment masalah belum teratasi dan intervensi yang mengenai

diagnosa Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, setelah dilakukan

setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien mengatakan klien

mengatakan sudah mampu berjalan, klien mengatakan berjalan tanpa

didampingi oleh suami, keadaan umum baik, klien tampak berjalan dengan

tanpa dibantu diagnosa ini telah sesuai dengan apa yang telah diharapkan

sehingga intervensi dihentikan pada hari ketiga tanggal 23 Oktober2021


BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.M Dengan Gangguan Sistem

Cardiovaskuler : Hipertensi Jalan Panglima polem

4.1.Kesimpulan

1. Dalam melaksanakan pengkajian terhadap klien Ny.M penulis


memperoleh data dari klien melalui pemeriksaan fisik dan keluarga
dengan wawancara. Dimana didapatkan bahwa pada teori hampir
seluruh sistem dalam tubuh mengalami gangguan pada kasus
Hipertensi sedangkan pada kasus hanya didapatkan sebagian sistem
yang mengalami masalah.
2. Pada tahap diagnosa keperawatan pada teori didapatkan lima
masalah keperawatan sedangkan pada kasus hanya didapatkan
masalah keperawatan yaitu nyeri, intoleransi aktivitas,resiko nurisi
kurang dari kebutuhan
3. Dalam perencanaan penulis melibatkan keluarga dalam menentukan
prioritas masalah memilih tindakan yang tepat dalam proses
keperawatan Hipertensi. Pada tahap ini intervensi yang dilaksanakan
disesuaikan dengan intervensi yang terdapat dalam teori.
4. tahap pelaksanaan asuhan keperawatan Ny.M didasarkan pada
perencanaan yang telah disusun penulis bersama klien dan keluarga.
5. Dalam mengevaluasi proses keperawatan pada klien dengan
Hipertensi selalu mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan klien.
Hasil evaluasi yang dilakukan selama tiga hari menunjukkan semua
masalah dapat teratasi.
4.2. Saran

1. Kepada pihak institusi pendidikan diharapkan untuk kegiatan praktek


klinik Khususnya mahasiswa RPL dimasa akan datang waktunya
ditambah agar peserta dapat lebih memahami proses asuhan
keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah.
2. Untuk pihak lahan praktek, supaya membuat model pelayanan
keperawatan profesional yang dapat dijadikan model dalam proses
belajar mahasiswa perawat guna menjamin kualitas asuhan yang
diberikan pada klien.
3. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien secara
komprehensif perlu adanya hubungan kerjasama antara perawat
dengan klien, keluarga atau masyarakat serta tenaga kesehatan lainnya
untuk mencapai kesehatan optimal dengan prinsip pendekatan secara
terapeutik.
4. Beberapa proses keperawatan perlu kiranya didekomentasikan dan
dilaksanakan secara sistematis mulai dari pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini berguna untuk menjadikan bahan
pelajaran bagi tenaga kesehatan utamanya bagi perawat guna
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. (2019). Cara Mudah Memahami Dan Menghindar Hipertensi,


Jantung, Stroke. Lokapustaka : Yogyakarta.

Alim, Baitul.2018. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Binarupa Aksara : Tangerang

Amin & Hardi. 2016, Aplikasi asuhan keperawatan

keperawatan.Tamantirto :Yogyakarta

Brunner & suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. : Buku

Kedokteran EGC. Jakarta

Candra .(2018). Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Debora. 2019. Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik, Salemba Medika :


Jakarta.Depkes RI (2012); Indonesia Sehat 2014, Departemen Kesehatan
Republic Indonesia, Jakarta.

Dongoes M.E, (2018), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Indriayani, widian nur. 2019. Deteksi Dini Koletrol, Hipertensi Dan


Stroke.Jakarta : Millestone

Kozier, Barbara. (2018). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep Proses


dan Praktis Edisi 7 Volume 1. EGC : Jakarta.

Lukito A.A, dkk, (2008). Ringkasan eksekutif Krisis Hipertensi. Perhimpunan


Hipertensi Indonesia.

Mansjoer Arif, dkk (2017), Kapita Selakta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 2,
Penebit Media Aesculapius, FKUI, Jakarta.

Purwanto, 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Bandung: Karya


Medika.Puspitorini. 2018.Hiperetensi, Cara Mudah Mengatasi Tekanan
Darah Tinggi Image Press: Jogyakarta.

Nursalam. 2018. Proses dan dokumentasi keperawatan edisi 2. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai