Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zulfitri (2013) Lanjut usia akan mengalami penurunan fungsi tubuh akibat

perubahan fisik, psikososial, kultural, spiritual. Perubahan fisik akan

mempengaruhi berbagai sistem tubuh salah satunya adalah system penyakit

muskuloskeletal (penyakit sendi dan tulang). Penyebab munculnya penyakit-

penyakit tersebut, akibat dari penurunan kemampuan fungsional dalam berbagai

organ karena proses menua (Siswono, 20018).

Nyeri sendi adalah peradangan pada satu atau lebih persendian yang

disertai dengan rasa sakit dan keterbatasan bergerak. Nyeri sendi merupakan salah

satu keluhan yang paling sering dialami oleh lansia sekarang ini (Dewi Prawesti,

2013). Nyeri sendi merupakan nyeri kronis yang sering terjadi pada lansia yang

berdampak pada penurunan aktivitas (immobilisasi), isolasi sosial akibat dari

lansia tidak pernah berinteraksi dengan teman sebaya, gangguan tidur dan jatuh.

(Stanley, 2016).

Terdapat dua jenis masalah terbesar pada lansia di urutan pertama yaitu

hipertensi pada usia 55-64 tahun sebanyak 45,9% dan usia 65-74 tahun sebanyak

57,6%, untuk artritis menempati posisi kedua yaitu usia 55-64 tahun sebanyak

45% dan yang berusia 65-74 tahun sebanyak 51,9% (Kemenkes, 2014). Pravelensi

penduduk yang mengalami gangguan nyeri sendi di Indonesia tercatat 8,1% dari

total penduduk. Sebanyak 29% di antaranya melakukan pemeriksaan dokter, dan

sisanya atau 71% mengonsumsi obat bebas pereda nyeri. Sumatera Barat

merupakan salah satu provinsi yang memiliki angka kejadian penyakit nyeri sendi
yang cukup tinggi. Data dari Riskesdas pada tahun 2016, prevalensi penderita

nyeri sendi di Sumatra Barat menduduki peringkat ketujuh di Indonesia dan

berada diatas rata –rata prevalensi nasional yakni mencapai 33% (Riskesdas,

2016).

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah mengkatagorikan nyeri sendi

sebagai salah satu dari empat kondisi otot dan tulang yang membebani individu,

sistem kesehatan, serta sistem perawatan sosial dengan biaya yang cukup besar.

Menurut data WHO pada 2014, nyeri sendi telah diderita 151 juta jiwa di dunia

dengan 24 juta jiwa diantaranya berada di kawasan Asia Tenggara. Prevalensi

penyakit sendi di Indonesia mencapai 34,4 juta orang dengan perbandingan

penyakit sebesar 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita.

Nyeri sendi terjadi karena kartilago yang menebal mulai menipis secara

progresif, kartilago berfungsi sebagai bantalan antara tulang dan sendi. Kartilago

yang mulai menipis menyebabkan terjadinya gesekan terus menerus antar ujung

tulang penyusun sendi, gesekan berulang ini menyebabkan inflamasi sendi

sehingga menimbulkan sensasi nyeri pada sendi (Therkleson, 2014). Penyakit

yang cukup menggangu para lansia dan sering terjadi adalah sakit atau terasa linu

atau nyeri di sekitar persendian. Kebanyakan sendi yang sakit adalah sendi di

lutut, bahu, pergelangan tangan atau pinggang bawah. Penyebab sakit atau nyeri

tersebut bisa karena rematik, gout, osteoarthritis, dll (Stanley, 2016).

Lansia yang mengalami nyeri pada persendian mengalami kesulitan dalam

melakukan aktivitas sehari – hari, mereka menjadi immobilisasi bahkan mereka

masih dapat berjalan dengan menggunakan kaki yang tidak sakit, bagian yang

sakit menjadi sering tidak digunakan sehingga dapat menyebabkan atrofi pada
otot. Risiko untuk lansia jatuh juga besar mengingat ada salah satu anggota

tubuh yang sakit. (Watson, 2015). Penyebab lain dari nyeri sendi adalah obesitas.

Kegemukan atau obesitas merupakan faktor lain penyebab terjadinya nyeri sendi

pada lutut. Orang yang mengalami obesitas terjadi peningkatan beban pada

persendian khususnya tulang pinggul dan lutut. Berat badan yang melebihi normal

menyebabkan tekanan yang berlebih pada pinggul dan lutut. Hal ini menyebabkan

resiko tinggi terjadinya nyeri sendi khususnya pada daerah lutut. Selain itu, zat

lemak yang menumpuk pada penderita obesitas menyebabkan terjadinya

peradangan sendi, hal ini turut berkontribusi terhadap tingginya kejadian nyeri

sendi pada orang yang mengalami obesitas. (Stanley, 20017).

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual.

Dikatakan individual karena respon individu terhadap sensasinya beragam dan

tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Nyeri juga menandakan adanya

suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa,

menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-

lain.  (Asmadi, 2013).

Pencegahan dini sangat penting untuk menghindari terjadinya nyeri sendi.

Salah satu pencegahan nyeri sendi yaitu dengan merubah gaya hidup yang sesuai

seperti tidak merokok, pola makan yang tepat, menghindari makanan dan

minuman penyebab nyeri sendi, olahraga rutin dan benar, tidak meregangkan

sendi jari tangan dan memeriksakan kesehatan secara teratur. Menjaga berat badan

agar tidak obesitas juga sangat diperlukan agar terhindar dari nyeri sendi. Menjaga

agar tidak terjadi nyeri sendi memang sangat penting, maka dari itu hindarilah

aktivitas fisik yang memberi tekanan yang lebih kuat pada sendi (charlish, 2010).
Penatalaksanaan nyeri pada pasien nyeri sendi diberikan dengan terapi

farmakologi dan nonfarmakologi. Salah satu penanganan medis untuk

menghilangkan nyeri sendi dengan menggunakan agens antiinflamasi. Obat

antiinflamsi nonsteroid (OAINS/NSAID) merupakan obat penghilang rasa sakit

yang sering dikonsumsi lansia obat untuk mengurangi nyeri pada persendian,

Padahal dampak langsung dari obat rematik adalah merusak dinding pelindung

lambung (Anonim, 2008).

Mengingat obat rematik hanya bertujuan sebagai pengurang nyeri dan

radang, serta adanya efek samping yang mucul sangat berbahaya bagi

pencernaan, maka penggunaan obat tradisional dapat menjadi pilihan bagi para

lansia yang mengalami keluhan nyeri sendi. Pengobatan nyeri sendi secara

tradisional banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia dengan alasan obat

tradisional merupakan obat jaman kuno, selain itu obat tradisional juga dianggap

lebih aman, murah dan mudah di dapatkan. Salah satu obat tradisional yang sering

digunakan adalah jahe merah dan cengkeh

Jahe (Zinger Officinale (L) Rosc) mempunyai manfaat yang beragam, antara

lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat. Secara

tradisional, kegunaannya antara lain untuk mengobati rematik, asma, strok, sakit

gigi, diabetes, sakit otot, sakit tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam, dan

infeksi (Ali et al, 2008 dalam Hernani & Winarti, 2010).

Sedangkan tanaman cengkeh (Eugenia aromatic) merupakan tanaman dengan

sifat khas dimana semua bagian dari tanaman ini mulai dari akar, batang, daun,

sampai kepala bunga mengandung minyak atsiri atau essential oil. Selain untuk
mengobati infeksi pada kulit, kandungan minyak atsiri dalam bunga cengkeh juga

bisa digunakan untuk mengobati nyeri rematik (Rukmana, 2016).

Hasil penelitian Novi (2019) menunjukkan bahwa terdapat penurunan

jumlah keluhan nyeri sendi yaitu nyeri ringan sebanyak 30%, nyeri ringan

menjadi 80%, pretes nyeri sedang 70% menjadi 10%, dan terdapatnya kategori

tidak ada nyeri sebanyak 10%. Hal ini berarti pemberian olesan jahe merah efektif

terhadap penurunan keluhan nyeri sendi pada lansia di PSTW Budhi Luhur

Yogyakarta. Lansia yang mempunyai keluhan nyeri sendi dapat memanfaatkan

jahe merah ini sebagai obat untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan nyeri

sendi.

Niken (2014) nyeri sendi ekstremitas bawah pada lansia sebelum

penggunaan minyak atsiri cengkeh dengan instensitas nyeri skala 5 dan setelah

di uji menunjukan adanya perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah

intervensi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

minyak atsiri cengkeh.

Berdasarkan survei awal di ..

Setelah penulis melakukan survei maka penulis tertarik untuk mengangkat

judul” Efektifitas Minyak Atsiri Cengkeh Dan Minyak Jahe Merah Terhadap

Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di Medan Helvetia Tahun 2020”


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah penelitian

“Bagaimana Gambaran Efektifitas Minyak Atsiri Cengkeh Dan Minyak Jahe

Merah Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di Medan Helvetia Tahun

2020?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Setelah melaksanakan studi kasus penulis mampu menerapkan studi kasus

secara komprehensif untuk mengetahui Efektifitas Minyak Atsiri Cengkeh Dan

Minyak Jahe Merah Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di Medan

Helvetia Tahun 2020.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari studi kasus Efektifitas Minyak Atsiri Cengkeh

Dan Minyak Jahe Merah Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di Medan

Helvetia Tahun 2020, meliputi:

a. Mengukur intensitas nyeri Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di

Medan Helvetia Tahun 2020..

b. Menganalisis efektifitas Minyak Atsiri Cengkeh Dan Minyak Jahe Merah

Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di Medan Helvetia Tahun

2020.
1.4 Manfaat Penelitian

a. Subjek penelitian

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan

khususnya studi kasus tentang pelaksanaan Minyak Atsiri Cengkeh Dan

Minyak Jahe Merah Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia.

b. Layanan Masyarakat

Masyarakat dapat membiasakan dalam memanfaatkan Minyak Atsiri

Cengkeh Dan Minyak Jahe Merah Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada

Lansia.

c. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

tentang pelaksanaan Minyak Atsiri Cengkeh Dan Minyak Jahe Merah

Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia.

Anda mungkin juga menyukai