PENDAHULUAN
Zulfitri (2013) Lanjut usia akan mengalami penurunan fungsi tubuh akibat
Nyeri sendi adalah peradangan pada satu atau lebih persendian yang
disertai dengan rasa sakit dan keterbatasan bergerak. Nyeri sendi merupakan salah
satu keluhan yang paling sering dialami oleh lansia sekarang ini (Dewi Prawesti,
2013). Nyeri sendi merupakan nyeri kronis yang sering terjadi pada lansia yang
lansia tidak pernah berinteraksi dengan teman sebaya, gangguan tidur dan jatuh.
(Stanley, 2016).
Terdapat dua jenis masalah terbesar pada lansia di urutan pertama yaitu
hipertensi pada usia 55-64 tahun sebanyak 45,9% dan usia 65-74 tahun sebanyak
57,6%, untuk artritis menempati posisi kedua yaitu usia 55-64 tahun sebanyak
45% dan yang berusia 65-74 tahun sebanyak 51,9% (Kemenkes, 2014). Pravelensi
penduduk yang mengalami gangguan nyeri sendi di Indonesia tercatat 8,1% dari
sisanya atau 71% mengonsumsi obat bebas pereda nyeri. Sumatera Barat
merupakan salah satu provinsi yang memiliki angka kejadian penyakit nyeri sendi
yang cukup tinggi. Data dari Riskesdas pada tahun 2016, prevalensi penderita
berada diatas rata –rata prevalensi nasional yakni mencapai 33% (Riskesdas,
2016).
sebagai salah satu dari empat kondisi otot dan tulang yang membebani individu,
sistem kesehatan, serta sistem perawatan sosial dengan biaya yang cukup besar.
Menurut data WHO pada 2014, nyeri sendi telah diderita 151 juta jiwa di dunia
Nyeri sendi terjadi karena kartilago yang menebal mulai menipis secara
progresif, kartilago berfungsi sebagai bantalan antara tulang dan sendi. Kartilago
yang mulai menipis menyebabkan terjadinya gesekan terus menerus antar ujung
yang cukup menggangu para lansia dan sering terjadi adalah sakit atau terasa linu
atau nyeri di sekitar persendian. Kebanyakan sendi yang sakit adalah sendi di
lutut, bahu, pergelangan tangan atau pinggang bawah. Penyebab sakit atau nyeri
masih dapat berjalan dengan menggunakan kaki yang tidak sakit, bagian yang
sakit menjadi sering tidak digunakan sehingga dapat menyebabkan atrofi pada
otot. Risiko untuk lansia jatuh juga besar mengingat ada salah satu anggota
tubuh yang sakit. (Watson, 2015). Penyebab lain dari nyeri sendi adalah obesitas.
Kegemukan atau obesitas merupakan faktor lain penyebab terjadinya nyeri sendi
pada lutut. Orang yang mengalami obesitas terjadi peningkatan beban pada
persendian khususnya tulang pinggul dan lutut. Berat badan yang melebihi normal
menyebabkan tekanan yang berlebih pada pinggul dan lutut. Hal ini menyebabkan
resiko tinggi terjadinya nyeri sendi khususnya pada daerah lutut. Selain itu, zat
peradangan sendi, hal ini turut berkontribusi terhadap tingginya kejadian nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual.
tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Nyeri juga menandakan adanya
suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa,
menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-
Salah satu pencegahan nyeri sendi yaitu dengan merubah gaya hidup yang sesuai
seperti tidak merokok, pola makan yang tepat, menghindari makanan dan
minuman penyebab nyeri sendi, olahraga rutin dan benar, tidak meregangkan
sendi jari tangan dan memeriksakan kesehatan secara teratur. Menjaga berat badan
agar tidak obesitas juga sangat diperlukan agar terhindar dari nyeri sendi. Menjaga
agar tidak terjadi nyeri sendi memang sangat penting, maka dari itu hindarilah
aktivitas fisik yang memberi tekanan yang lebih kuat pada sendi (charlish, 2010).
Penatalaksanaan nyeri pada pasien nyeri sendi diberikan dengan terapi
yang sering dikonsumsi lansia obat untuk mengurangi nyeri pada persendian,
Padahal dampak langsung dari obat rematik adalah merusak dinding pelindung
radang, serta adanya efek samping yang mucul sangat berbahaya bagi
pencernaan, maka penggunaan obat tradisional dapat menjadi pilihan bagi para
lansia yang mengalami keluhan nyeri sendi. Pengobatan nyeri sendi secara
tradisional merupakan obat jaman kuno, selain itu obat tradisional juga dianggap
lebih aman, murah dan mudah di dapatkan. Salah satu obat tradisional yang sering
Jahe (Zinger Officinale (L) Rosc) mempunyai manfaat yang beragam, antara
lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat. Secara
tradisional, kegunaannya antara lain untuk mengobati rematik, asma, strok, sakit
gigi, diabetes, sakit otot, sakit tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam, dan
sifat khas dimana semua bagian dari tanaman ini mulai dari akar, batang, daun,
sampai kepala bunga mengandung minyak atsiri atau essential oil. Selain untuk
mengobati infeksi pada kulit, kandungan minyak atsiri dalam bunga cengkeh juga
jumlah keluhan nyeri sendi yaitu nyeri ringan sebanyak 30%, nyeri ringan
menjadi 80%, pretes nyeri sedang 70% menjadi 10%, dan terdapatnya kategori
tidak ada nyeri sebanyak 10%. Hal ini berarti pemberian olesan jahe merah efektif
terhadap penurunan keluhan nyeri sendi pada lansia di PSTW Budhi Luhur
jahe merah ini sebagai obat untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan nyeri
sendi.
penggunaan minyak atsiri cengkeh dengan instensitas nyeri skala 5 dan setelah
judul” Efektifitas Minyak Atsiri Cengkeh Dan Minyak Jahe Merah Terhadap
Merah Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di Medan Helvetia Tahun
2020?”
Minyak Jahe Merah Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di Medan
Adapun tujuan khusus dari studi kasus Efektifitas Minyak Atsiri Cengkeh
Dan Minyak Jahe Merah Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di Medan
2020.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Subjek penelitian
b. Layanan Masyarakat
Cengkeh Dan Minyak Jahe Merah Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada
Lansia.