Anda di halaman 1dari 76

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI
DI UPT PUSKESMAS GLUGUR DARAT
KECAMATAN MEDAN TIMUR
TAHUN 2021

Oleh:
TOMI JEREMIES HULU
190204058

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2021
SKRIPSI

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI
DI UPT PUSKESMAS GLUGUR DARAT
KECAMATAN MEDAN TIMUR
TAHUN 2021

Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan

Oleh:
TOMI JEREMIES HULU
190204058

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI
DI UPT PUSKESMAS GLUGUR DARAT
KECAMATAN MEDAN TIMUR
TAHUN 2021

Skripsi ini telah dibimbing dan diperiksa oleh kedua pembimbing dan layak
untuk dipresentasikan di sidang skripsi

Pembimbing (Ns. Galvani Volta Simanjuntak, S.Kep., M.Kep)

Disetujui oleh
Kepala Program Studi Ners
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

(Ns. Rinco Siregar, S.Kep., MNS )

i
PERNYATAAN KEASLIAN

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI
DI UPT PUSKESMAS GLUGUR DARAT
KECAMATAN MEDAN TIMUR
TAHUN 2021

SKRIPSI

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan
belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan peneliti, tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain dalam naskah
ini, kecuali tertulis dan tercantum dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2021


Peneliti

Tomi Jeremies Hulu

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri
Nama : Tomi Jeremies Hulu
NIM : 190204058
Tempat/Tanggal Lahir : Ombolata, 06 Juli 1998
Agama : Kristen Protestan
Anak ke : 4 (Keempat) dari 5 (Lima) bersaudara
Status Perkawinan : Belum Menikah
Nomor HP : 082125449018
Email : tomijeremies@gmail.com

II. Identitas Orang Tua


Nama Ayah : Yunimasari Hulu (Alm)
Pekerjaan :-
Nama Ibu : Enurliwati Hulu
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat Rumah : Desa Ombolata Kecamatan Alasa

III. Riwayat Pendidikan


Tahun 2004 – 2010 : SD Negeri 071150 Ombolata
Tahun 2010 – 2013 : SMP Negeri 1 Alasa
Tahun 2013 – 2016 : SMA Negeri 1 Alasa
Tahun 2016 – 2019 : Prodi DIII Keperawatan Gunungsitoli
Tahun 2019 – Sekarang : Sedang Menyelesaikan S1 Keperawatan di
Program Studi Ners Fakultas Farmasi Dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara
Indonesia

iii
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Skripsi, 19 Maret 2021


Tomi Jeremies Hulu
Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi Di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan
Timur Tahun 2021
Xiii + 38 Halaman + 4 Tabel + 2 Skema + 15 Gambar + 11 Lampiran

ABSTRAK

Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Salahsatu intervensi keperawatan pada pasien
hipertensi adalah dengan melakukan latihan yang dapat menurunkan tekanan darah
seperti teknik relaksasi otot progresif. Relaksasi progresif adalah salah satu cara dari
teknik relaksasi yang mengombinasikan latihan napas dalam dan serangkaian seri
kontraksi dan relaksasi otot tertentu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
“Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur tahun
2021”. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian quasi-eksperiment dengan pre
test-post test one grup only design. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 16
responden dengan teknik pengambilan sampel. Analisa data menggunakan uji
Wicolxon karena hasil uji normalitas menunjukkan data tidak berdistribusi normal
dengan tingkat kemaknaan 95% (p< 0,05). Hasil menunjukkan dari hasil uji
Wilcoxon diperoleh nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0.000 untuk tekanan darah sistolik
dan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0.001 hal ini menunjukkan adanya pengaruh terapi
relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada pasien di UPT
Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur.

Kata Kunci : Hipertensi, Terapi Relaksasi Otot Progresif

Daftar Pustaka : 21 (2012-2020)

iv
NURSING STUDY PROGRAM
FACULTY OF PHARMACY AND HEALTH SCIENCE
UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA

Essay, March 2021


Tomi Jeremies Hulu
The Effect of Progressive Muscle Relaxation Therapy on Decreasing Blood
Pressure in Hypertension Patients at UPT Puskesmas Glugur Darat, East Medan
District, in 2021
Xiii + 38 Page + 4 Table + 2 Scheme + 15 Picture + 11 Enclosure

ABSTRACT
Hypertension or what is commonly called high blood pressure is an increase in
systolic blood pressure above the normal limit, which is more than 140 mmHg
and diastolic blood pressure more than 90 mmHg. One of the nursing
interventions in hypertensive patients is to do exercises that can lower blood
pressure, such as progressive muscle relaxation techniques. Progressive relaxation
is a form of relaxation technique that combines deep breathing exercises and a
series of specific muscle contractions and relaxations. The purpose of this study
was to determine "The effect of progressive muscle relaxation therapy on blood
pressure reduction in hypertensive patients at the UPT Puskesmas Glugur Darat,
East Medan District in 2021". This type of research is a quasi-experimental
research type with pre-post-test one group only design. The number of samples in
this study were 16 respondents with the sampling technique. Data analysis used
the Wicolxon test because the results of the normality test showed that the data
were not normally distributed with a significance level of 95% (p <0.05). The
results show that the Wilcoxon test results obtained the Asymp.Sig value. (2-
tailed) 0.000 for systolic blood pressure and Asymp.Sig. (2-tailed) 0.001, this
indicates the effect of progressive muscle relaxation therapy on reducing blood
pressure in patients at the UPT Puskesmas Glugur Darat, East Medan District.

Keywords : Hypertension, Progressive Muscle Relaxation Therapy

Reference : 21 (2012-2020)

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul: “Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di UPT Puskesmas Glugur
Darat Kecamatan Medan Timur”. Penyelesaian skripsi ini merupakan salah
satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan pada
Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia.

Selama proses penyusunan skripsi ini, begitu banyak bantuan, nasehat dan
bimbingan yang penulis terima demi kelancaran penelitian ini. Dengan segala
kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada yang terhormat Bapak/Ibu :
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP. MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Rinco Siregar, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Galvani Volta Simanjuntak, S.Kep, M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Para dosen yang senantiasa sabar mengajar, mendidik dan membimbing
selama menjadi mahasiswa di Program Studi Ners Fakultas Farmasi Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
7. Kepada teman-teman Mahasiswa/I Jalur B Medan Program Studi Ners
Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan yang telah banyak memberikan
dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

vi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
penulis mengharapkan, kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini, sehingga
layak untuk diteliti, akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Februari 2021


Penulis

Tomi Jeremies Hulu


190204058

vii
DAFTAR ISI
Halaman

COVER
COVER DALAM
PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................ i
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 Konsep Teori Hipertensi ............................................................. 5
2.1.1 Defenisi ............................................................................. 5
2.1.2 Etiologi Hipertensi ............................................................ 5
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi ....................................................... 8
2.1.4 Manifestasi Klinis.............................................................. 9
2.1.5 Faktor-Faktor Resiko Hipertensi ....................................... 10
2.1.6 Komplikasi Hipertensi ........................................................ 12
2.2 Terapi Relaksasi Otot Progresif .................................................. 13
2.2.1 Pengertian Terapi Relaksasi Otot Progresif ...................... 13
2.2.2 Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif ............................ 13
2.2.3 Manfaat Terapi Relaksasi Otot Progresif .......................... 14
2.2.4 Mekanisme Fisiologis Terapi Relaksasi Otot Progresif ... 14
2.2.5 Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif ........................... 15
2.2.6 Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif ............................ 15
2.3 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 21
2.4 Hipotesis Penelitian .................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 22
3.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian ..................................................... 22

viii
3.3 Populasi ....................................................................................... 22
3.4 Sampel ........................................................................................ 23
3.5 Kriteria penelitian ....................................................................... 23
3.5.1 Kriteria Inklusi .................................................................. 23
3.5.2 Kriteria Eksklusi ................................................................ 23
3.6 Defenisi Operasional................................................................... 24
3.7 Aspek Pengukuran ...................................................................... 24
3.8 Alat Dan Prosedur Pengumpulan Data ....................................... 24
3.9 Etika Penelitian ........................................................................... 26
3.10 Pengolahan Data ........................................................................ 27
3.11 Analisa Data .............................................................................. 27

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian........................................................................... 29
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi penelitian .................................. 29
4.1.2 Analisa Univariat ............................................................... 29
4.1.3 Analisa Bivariat ................................................................. 33
4.2 Pembahasan.................................................................................. 34
4.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 34

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan................................................................................. 35
5.2 Saran ............................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis ....................................... 8

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 8 ..................................... 9

Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah AHA ..................................................... 9

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ........................................................................ 24

vi
DAFTAR SKEMA
Halaman

Skema 2.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 21

Skema 3.1 Skema Rancangan .......................................................................... 22

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat Izin Memperoleh Data Awal di Puskesmas Glugur Darat

Lampiran II : Surat Balasan Puskesmas Glugur Darat

Lampiran III : Surat Izin Pengambilan Data Awal Dari Dinas Kesehatan Kota
Medan

Lampiran IV : Surat Izin Penelitian Dari Dinas Kesehatan Kota Medan

Lampiran V : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran VI : Lembar Observasi Penelitian

Lampiran VII : Lembar Konsultasi

Lampiran VIII : Lembar SOP Terapi Relaksasi Otot Progresif

Lampiran X : Hasil Pengolahan Data SPSS

Lampiran XI : Lembar Tabel Master Data

Lampiran XII : Dokumentasi

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia.
Hingga saat ini hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar
untuk tetap diatasi. WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa
hipertensi menyerang 22% penduduk dunia, dan mencapai 36% angka
kejadian di Asia Tenggara. Hipertensi juga menjadi penyebab kematian
dengan angka 23,7% dari total 1,7 juta kematian di Indonesia tahun 2016
(Anitasari, 2019).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 mendapatkan bahwa terjadi


peningkatan penderita hipertensi dibandingkan hasil pada tahun 2013.
Prevalensi kejadian hipertensi berdasarkan hasil riskesdas 2018 sebesar
34,1%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yaitu 25,8%.
Hasil tersebut merupakan kejadian hipertensi berdasarkan hasil pengukuran
tekanan darah pada masyarakat Indonesia berusia 18 tahun ke atas
(Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Prevalensi hipertensi di Provinsi Sumatera Utara mencapai 6.7% dari jumlah


penduduk di Sumatera Utara, berdasarkan data Badan Litbangkes
Kementerian Kesehatan. Ini berarti bahwa jumlah penduduk Sumatera Utara
yang menderita hipertensi mencapai 12,42 juta jiwa tersebar di beberapa
Kabupaten (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Melakukan kontrol tekanan darah merupakan hal yang sangat penting bagi
penderita hipertensi (Roesmono, 2017). Dampak yang terjadi jika tidak
dilakukannya pengontrolan pada pasien hipertensi yaitu akan mengakibatkan
morbiditas yang memerlukan penanganan serius, dan mortalitas yang cukup
tinggi sehingga hipertensi disebut sebagai “The sillent killer” (Nuraini, 2015).

1
2

Upaya yang dapat dilakukan selain mengkonsumsi obat untuk pasien penderita
hipertensi adalah dengan melakukan latihan yang dapat menurunkan tekanan
darah seperti teknik relaksasi otot progresif. Relaksasi progresif adalah salah satu
cara dari teknik relaksasi yang mengombinasikan latihan napas dalam dan
serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu (Ayunani dkk 2018). Teknik
relaksasi otot progresif selain mudah untuk dilakukan juga dapat dilakukan
dimana saja tanpa membutuhkan alat (Ayunani & Alie, n.d, 2018). Selain untuk
mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi, relakasi otot progresif juga
bermanfaat untuk mengurangi tingkat kecemasan, mengurangi stress dan depresi,
menghilangkan kelelahan (Borneo, dkk 2016).

Terapi relaksasi otot progresif dapat meningkatkan relaksasi dengan menurunkan


aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis sehingga
terjadi vasodilatasi diameter arteriol. Saraf parasimpatis akan melepaskan
asetilkolin untuk menghambat aktivitas saraf simpatis dengan menurunkan
kontraktilitas otot jantung, vasodilatasi arteriol dan vena (Muttaqin, 2014).
Relaksasi otot progresif juga bersifat vasodilator yang efeknya memperlebar
pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung. Relaksasi
ini menjadi metode relaksasi termurah, tidak ada efek samping, mudah dilakukan,
membuat tubuh dan pikiran terasa tenang dan rileks (Jacob, 2010 dalam Erwanto,
dkk 2017).

Hasil penelitian Rahayu (2020) pada lansia dengan hipertensi di Puskesmas


Bojong Soang Kabupaten Bandung mendapatkan ada pengaruh latihan relaksasi
otot progresif terhadap Tekanan Darah. Hasil penelitian menunjukkan sebelum
dilakukan relaksasi otot progresif sebagian besar (63,6 %) atau 14 lansia memiliki
tekanan darah di rentang nilai 140/90-159/99 mmHg, dengan nilai rata-rata
149/89 mmHg. Hasil penelitian sesudah dilakukan relaksasi otot progresif hampir
setengahnya (40,9%) atau sebanyak 12 lansia memiliki tekanan darah di rentang
nilai140/90-159/99 mmHg, dengan nilai rata-rata 137/79 mmHg. Dalam hasil
penelitian menunjukkan terjadi penurunan nilai rata-rata yang sebelumnya 149/89
mmHg menjadi 137/79 mmHg atau terjadi penurunana sebanyak 21,8 mmHg.
3

Berdasarkan hasil survei awal yang peneliti lakukan pada Senin 1 Februari
2021 di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur ada 36 orang
yang mempunyai penyakit hipertensi khususnya yang telah terdata pada bulan
Januari 2021. Data ini di ambil dari Puskesmas UPT Puskesmas Glugur Darat
Kecamatan Medan Timur. Dari hasil wawancara pada kepala UPT Puskesmas
Glugur Darat Kecamatan Medan Timur belum pernah dilakukan terapi
relaksasi otot progresif pada masyarakat penderita hiperetensi di wilayah kerja
UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur. Penyakit hipertensi
merupakan salah satu penyakit yang paling banyak di wilayah kerja UPT
Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur tersebut selain dari
penyakit diabetes dan asam urat. Berdasarkan fenomena tersebut, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh terapi relaksasi
otot progresif terhadap pasien hipertensi di UPT Puskesmas Glugur Darat
Kecamatan Medan Timur

1.2 Rumusan Masalah


Berdasakan data diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian apakah ada
pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di UPT Puskesmas
Glugur Darat Kecamatan Medan Timur

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum
dilakukan terapi relaksasi otot progresif di UPT Puskesmas Glugur
Darat Kecamatan Medan Timur
b. Untuk mengetahui tekanan darah pada pasien hipertensi setelah
dilakukan terapi relaksasi otot progresif di UPT Puskesmas Glugur
Darat Kecamatan Medan Timur
4

c. Untuk mengetahui tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum


dan sesudah dilakukan terapi relaksasi otot progresif di UPT
Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Responden
Diharapkan penderita hipertensi khususnya di Wilayah kerja UPT
Puksesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur dapat melakukan terapi
relaksasi otot progresif sesuai dengan kemampuan dan berpengaruh pada
tekanan darah.

2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas untuk mengajarkan terapi
relaksasi otot progresif pada penderita hipertensi maupun yang sehat
secara efektif dan efisien serta diharapkan dengan penerapan penelitian ini
mampu mengurangi pemberian obat pada pasien penderita hipertensi.

3. Bagi Penelitian Keperawatan


Sebagai penambah informasi untuk pembangunan peneliti lebih lanjut,
khususnya bagi peneliti keperawatan yang ingin melakukan
pengembangan penelitian tentang relaksasi otot progresif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Hipertensi


2.1.1 Defenisi Hipertensi
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013;
Ferri, 2017). AHA (2018) Hipertensi adalah tekanan darah dengan Systolic
Blood Pressure (SBP) ≥ 130mmHg atau tekanan darah dengan Diastolic
Blood Pressure (DBP) ≥ 80mmHg. Menurut American Heart Association
atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi merupakan silent killer
dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan
hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit
kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah
lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.

2.1.2 Etiologi Hipertensi


Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah,
2012) :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90%
tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
1) Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi.

2) Jenis kelamin dan usia


Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause
berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.

5
6

3) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.


Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan
kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi.

4) Berat badan obesitas


Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi.

5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol


Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang
terkandung dalam keduanya.

b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,
yaitu :
1) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang
mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta
abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat
aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area
kontriksi.
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan
penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan.
3) Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah
ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan
hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim
ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur
serta fungsi ginjal.
7

4) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara


oral yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate
volume expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali
normal setelah beberapa bulan penghentian oral kontrasepsi.
5) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediate
hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan
katekolamin.
6) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
7) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah
untuk sementara waktu.
8) Kehamilan
9) Luka bakar
10) Peningkatan tekanan vaskuler
11) Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung serta menyebabkan vasokortison yang
kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif & Kusuma, 2016) :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar dari
160 mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya


perubahan-perubahan pada (Nurarif & Kusuma, 2016):
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
8

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan


menurunnya kontraksi dan volumenya
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi


a. Menurut Tambayong (dalam Nurarif & Kusuma, 2016), klasifikasi
hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu:
Tabel 2.1 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis
No Kategori Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
1 Optimal < 120 < 80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7 Grade 3 (berat) 180-209 100-119
8 Grade 4 (sangat berat) ≥ 210 ≥ 120
Sumber : Tambayong dalam Nurarif & Kusuma (2016).

b. Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, 2016)


klasifikasi hipertensi adalah :
1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.
3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95 mmHg.

c. Menurut Menurut JNC (Joint National Commite) 8, klasifikasi tekanan


darah dibedakan menjadi 4 yaitu normal, prehipertensi, hipertensi
tingkat I, dan hipertensi tingkat II dengan rentang tekanan sistolik dan
diastolik sebagai berikut
9

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 8


Klasifikasi Tekanan Tekanan Sistolik dan Diastolik
Darah (mmHg)
Normal Sistolik < 120 dan Diastolik < 80
Prehipertensi Sistolik 120-139 dan Diastolik 80-89
Hipertensi tingkat I Sistolik 140-159 dan Diastolik 90-99
Hipertensi tingkat II Sistolik >160 dan Diastolik >100
Sumber : JNC (Joint National Commite) 8 dalam Kayce Bell, 2015.

d. Menurut American Heart Association (AHA) (2018) terbagi menjadi


lima
Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah AHA
Klasifikasi Tekanan Tekanan Sistolik dan Diastolik
Darah (mmHg)
Normal Sistolik < 120 dan Diastolik < 80
Prehipertensi Sistolik 120-139 dan Diastolik < 80
Hipertensi Stadium I Sistolik 130-139 dan Diastolik 80-89
Hipertensi Stadium II Sistolik >140 dan Diastolik >90
Hipertensi Stadium III Sistolik > 180 dan Diastolik > 120

2.1.4 Manifestasi Klinis Hipertensi


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Pemeriksaan fisik dapat mengungkap bahwa tidak ada abnormalitas
lain selain tekanan darah tinggi
b. Perubahan pada retina disertai dengan hemoragi, eksudat, penyempitan
arteriol, dan bintik katun-wol (Cotton-wool spots) (Infarksio kecil),
dan papilledema dapat terlihat pada kasus hipertensi berat
c. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vascular yang
berhubungan dengan sistem organ yang dialiri oleh pembuluh darah
yang terganggu
d. Penyakit arteri coroner dengan angina atau infark miokardium adalah
dampak yang sering kali terjadi
e. Hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadi, berikutnya dapat gagal jantung
f. Perubahan patologis dapat terjadi pada ginjal
g. Dapat terjadi gangguan serebrovaskuler (stroke atau serangan iskemik
transien (TIA) (Brunner & Suddarth, 2015).
10

2.1.5 Faktor-Faktor Risiko Hipertensi


Menurut Aulia (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu:
a. Faktor yang tidak dapat diubah
Faktor yang tidak dapat berubah adalah :
1) Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak
kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi
lebih berisiko untuk terkena hipertensi.

2) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.
Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan
pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.

3) Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita.

4) Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri
hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada
Kaukasia atau Amerika Hispanik.

b. Faktor yang dapat diubah


Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi
antara lain yaitu :
1) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena
dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di
dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan
11

pembuluh darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena


tekanan darah yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea, 2013).

2) Kurang aktifitas fisik


Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya
aktifitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit
kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan
kematian secara global (Iswahyuni, 2017)

3) Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon
monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah
menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa darah lebih
kuat lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi (Komaling,
2018). Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah.

4) Kebiasaan minum kopi


Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk
peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah karena kopi
mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu zat
yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein
didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu produksi
hormon adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf
yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari
konsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan
hingga 12 jam (Indriyani dalam Bistara & Kartini, 2018).

5) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam


Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk
memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan
12

tekanan darah. Menurut Sarlina Dkk (2018), natrium merupakan


kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang berfungsi
menjaga keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih dapat
mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan
edema atau asites, dan hipertensi.

6) Kebiasaan konsumsi makanan lemak


Menurut Jauhari (Manawan 2016), lemak didalam makanan atau
hidangan memberikan kecenderungan meningkatkan kholesterol
darah, terutama lemak hewani yang mengandung lemak jenuh.
Kolesterol yang tinggi bertalian dengan peningkatan prevalensi
penyakit hipertensi

2.1.6 Komplikasi Hipertensi


Menurut Ardiansyah (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :
a. Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa
terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi
otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga
aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami
aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya
aneurisma.

b. Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami
arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium
apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah
melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan
hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
13

c. Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-
kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke
unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi
hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein
keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma
berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.

d. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna
(hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan
yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium
diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya
terjadi koma dan kematian.

2.2 Terapi Relaksasi Otot Progresif


2.2.1 Pengertian terapi relaksasi otot progresif
Latihan otot progresif adalah gerakan mengencangkan dan melemaskan
otot-otot bagian tubuh untuk memberikan relaksasi secara fisik (Amila,
2018). Terapi relaksasi otot progresif adalah teknis sistematis untuk
mencapai keadaan relaksasi metode yang diterapkan melalui penerapan
metode progresif dengan latihan bertahap dan berkesinambungan pada otot
skletal dengan cara menegangkan dan melemaskannya yang dapat
mengembalikan perasaan otot sehingga otot menjadi rileks ( Ayuningsih,
2017)

2.2.2 Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif


Setyoadi dan Kushariyadi (2011) bahwa tujuan dari teknik ini adalah:
a. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,
tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.
b. Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.
14

c. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokus perhatian seperti relaks.
d. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
e. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.
f. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia
ringan, gagap ringan
g. Membangun emosi positif dari emosi negatif.

2.2.3 Manfaat Terapi Relaksasi Otot Progresif


Relaksasi otot progresif memberikan hasil yang memuaskan dalam program
terapi terhadap ketegangan otot, menurunkan ansietas , memfasilitasi tidur,
depresi, mengurangi kelelahan, kram otot, nyeri pada leher dan punggung,
menurunkan tekanan darah yang tinggi, fobia ringan, serta meningkatkan
konsentrasi (Davis, 2012). Menurut Sheu dkk (2003) dikutip dari buku
Amila (2018), menurunkan denyut nadi, tekanan darah sistolik, tekanan
diastolik, frekuensi pernapasan, sakit kepala, nyeri, frekuensi serangan
kejang (pada pasien epilepsi), menurunkan efek samping kemoterapi,
meningkatkan sekresi saliva immunoglobulin A, menurunkan kecemasan
dan depresi dengan meningkatkan kontrol diri.

2.2.4 Mekanisme Fisiologi Relaksasi Otot


Kontraksi dari serat otot rangka mengarah kepada sensasi dari tegangan
otot yang merupakan hasil dari interaksi yang kompleks dari sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi dengan otot dan sistem otot rangka. Dalam hal
ini, sistem saraf pusat melibatkan sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis. Beberapa organ dipengaruhi oleh kedua sistem saraf ini.
Walaupun demikian, terdapat perbedaan antara efek sistem saraf simpatis
dan parasimpatis yang berasal dan saraf tulang belakang (Andreassi, 2009
dalam Conrad dan Roth, 2010).

Antara simpatik dan para simpatik bekerja saling timbal balik . Aktivasi
dan sistem saraf simpatik disebut juga ergotropic atau respon fight or flight
dimana organ diaktivasi untuk keadaan stress. Respon ini memerlukan
15

energi yang cepat, sehingga hati lebih banyak melepaskan glukosa untuk
menjadi bahan bakar otot sehingga metabolisme juga meningkat (Erliana,
2009). Mengobservasi efek dari saraf simpatis, yaitu meningkatkan denyut
nadi, tekanan darah, hiperglikemia dan dilatasi pupil, pernafasan
meningkat, serta otot menjadi tegang. Aktifnya saraf simpatis membuat
lansia tidak dapat santai dan rileks sehingga tidak memunculkan rasa
kantuk (Erliana, 2009).

Aktivasi dari dari sistem saraf parasimpatis disebut juga Trophotropic yang
menyebabkan perasaan ingin istirahat, dan perbaikan fisik tubuh. Aktivasi ini
merupakan dasar yang disebut Benson (1975,dalam Conrad dan Roth, 2010)
yaitu respon relaksasi. Respon parasimpatik meliputi penurunan denyut nadi
dan tekanan darah serta meningkatkan aliran darah (Conrad dan Roth,2010).
Oleh sebab itu, melalui latihan relaksasi lansia dilatih untuk dapat
memunculkan respon relaksasi sehingga dapat mencapai keadaan tenang.

2.2.5 Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif


Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) bahwa indikasi dari terapi
relaksasi otot progresif, yaitu:
a. Klien yang mengalami Hipertensi
b. Klien yang mengalami insomnia.
c. Klien sering stress.
d. Klien yang mengalami kecemasan.
e. Klien yang mengalami depresi.

2.2.6 Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif


Adapun Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif adalah
Gerakan 1.
Menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan ini semakin
kuat, sambil merasakan ketegangan, kemudian kepalan dilepaskan dan
rasakan rileks selama 10 detik. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua
kali. Setelah selesai tangan kiri kemudian dilanjutkan tangan kanan.
16

Gambar 1 : Menggenggam dan otot tangan bawah

Gerakan 2.
Menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga
otot-otot di tangan bagian belakang pada pergelangan tangan sehingga
otot-otot ditangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari
menghadap ke langit-langit.

Gambar 2. Melatih otot bagian belakang.

Gerakan 3.
Gerakan ini diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi
kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot
biceps akan menjadi tegang.

Gambar 3. Gerakan melatih otot-otot bisep

Gerakan 4.
Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa
hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah
kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.
Gerakan 4 seperti pada gambar 4.
17

Gambar 4. Latihan otot-otot bahu.

Gerakan 5.
Mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput.
Gerakan 5 seperti pada gambar 5.

Gambar 5. Latihan otot dahi

Gerakan 6.
Menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar
mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata. Gerakan 6 seperti
pada gambar 6.

Gambar 6. Latihan otot mata.

Gerakan 7
Mengatupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga
ketegangan di sekitar otot-otot rahang. Gerakan 7 seperti pada gambar.
18

Gambar 7. Latihan otot rahang

Gerakan 8.
Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan
di sekitar mulut. Gerakan 8 seperti pada gambar 8.

Gambar 8. Latihan otot mulut.

Gerakan 9.
Meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta untuk
menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga responden dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher
dan punggung atas. Gerakan 9 seperti pada gambar 9.

Gambar 9. Latihan otot leher belakang.

Gerakan 10.
Membawa kepala ke muka, kemudian diminta untuk membenamkan dagu
ke dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian
muka.
19

Gambar 10. Latihan Otot leher Muka

Gerakan 11.
Mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung
dilengkungkan, lalu busungkan dada. Kondisi tegang dipertahankan
selama 10 detik, kemudian rileks. Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali
ke kursi, sambil membiarkan otot-otot menjadi lemas. Gerakan 11 seperti
pada gambar 11.

Gambar 11. Latihan otot punggung.


Gerakan 12.
Menarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-
banyaknya. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan
dilepas, responden dapat bernafas normal dengan lega. Gerakan 12 seperti
pada gambar 12.

Gambar 12. Latihan otot dada.


20

Gerakan 13.
Menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai perut
menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian
diulang kembali seperti gerakan awal untuk perut ini. Gerakan 13 seperti
pada gambar 13.

Gambar 13. Latihan otot perut.

Gerakan 14.
Meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
Gerakan ini dilakukan sebanyak dua kali. Gerakan 14 seperti pada gambar 14.

Gambar 14. Latihan otot paha.


Gerakan 15.
Setelah gerakan 14 dilanjutkan dengan mengunci lutut, lakukan
penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan
dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan
gerakan ini dua kali. Gerakan 15 seperti pada gambar 15.

Gambar 15. Latihan otot betis.


Sumber : Amila, 2018
21

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Teknik Relaksasi Tekanan darah pada pasien


Otot Progresif hipertensi

Skema 2.1
Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis Penelitian


Ha: Ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi di UPT Puskesmas Glugur Darat
Kecamatan Medan Timur
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian quasi-eksperiment dengan pre test-
post test one grup only design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
terapi relaksasi otot progresif terhadap pasien hipertensi di UPT Puskesmas
Glugur Darat Kecamatan Medan Timur.

A1 X A2

Skema 3.1
Skema Rancangan
Keterangan :
A1: Tekanan darah Sebelum dilakukan terapi relaksasi otot progresif
X : Intervensi ( Terapi Relaksasi Otot Progresif)
A2: Tekanan darah Setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian


3.2.1 Waktu
Penelitian dimulai sejak bulan Oktober 2020-Februari 2021 di UPT
Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur.

3.2.2 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan oleh peneliti di UPT Puskesmas Glugur Darat
Kecamatan Medan Timur.

3.3 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami
hipertensi di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur
khususnya yang terdata pada bulan Januari 2021 sebanyak 36 orang.

22
23

3.4 Sampel
Besar sample dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan sampel 2
mean berpasangan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan teknik
purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan kriteria
inklusi dan ekslusi.

3.5 Kriteria Penelitian


3.5.1 Kriteria Inklusi
a. Tidak mengalami keterbatasan atau kelumpuhan
b. Dapat mendengar dan melihat
c. Cooperative
d. Penderita hipertensi grade 1 dan 2

3.5.2 Kriteria Eksklusi


a. Mengalami penyakit lain yang sudah berat seperti rematik dan asam
urat.
b. Tidak mengikuti latihan sampai selesai.
Besar sampel dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

n = Besar sampel
α = tingkat signifikansi (5%)
1-β = power of test (95%)
σ = population standard deviation (6)
σ2 = Population variance (36)
λo = test vlue of the population mean (90)
λa = anticipated population mean (85)
Berdasarkan rumus diatas besar sampel dalam penelitian ini adalah 16
orang.
24

3.6 Defenisi Operasional


Tabel 3.1
Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
Terapi Gerakan mengencangkan dan - SOP
Relaksasi otot melemaskan otot-otot untuk
Progresif memberikan perasaan
relaksasi secara fisik. Yang
dipraktekkan dengan duduk
dikursi. Terapi ini
dilaksanakan sebanyak 7 kali
dan dilakukakan selama 15
menit untuk setiap intervensi
.
Tekanan Tekanan darah sistolik (TDS) Sphygmomano Mean Interval
Darah dan tekanan darah diastolic Meter
(TDD) yang dikukur sebelum
dan setelah terapi relaksasi
otot progresif

3.7 Aspek Pengukuran


Tekanan darah akan diukur sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi otot
progresif yang hasilnya akan di tampilkan dalam bentuk rata-rata (mean).

3.8 Alat dan Prosedur Pengumpulan Data


3.8.1 Alat Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan lembar observasi.
Tekanan darah hipertensi akan diukur sebelum dan sesudah dilakukan
terapi relaksasi otot progresif menggunakan Sphygmomanometer aneroid.

3.8.2 Prosedur Pengumpulan Data


a. Prosedur administrative
1) Permohonan izin penelitian untuk dapat melakukan penelitian,
peneliti meminta surat izin rekomendasi mendapatkan awal dari
Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sari Mutiara dan diantarkan ke Dinas
Kesehatan Kota Medan. Setelah Surat izin dikeluarkan selanjutnya
25

peneliti menyerahkan surat izin untuk pengambilan data awal jumlah


penderita hipertensi di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan
Medan Timur. Tempat penelitian yaitu di UPT Puskesmas Glugur
Darat Kecamatan Medan Timur.
2) Setelah mendapatkan izin dari tempat penelitian, peneliti
melakukan penelitian.

b. Pelaksanaan
1) Pre intervensi
a) Peneliti menemui calon responden, kemudian memperkenalkan
diri, menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian.
b) Setelah memahami tujuan dan manfaat penelitian, calon
responden diminta menandatangani informed consent sebagai
kesediaan menjadi responden penelitian. (Informed consent
terlampir).

2) Intervensi
a) Pada hari pertama peneliti mengobservasi sampel penelitian di
rumah masing-masing dengan mengukur tekanan darah sampel
penelitian dengan hipertensi dengan selalu mengikuti protokol
kesehatan yaitu memakai masker
b) Setelah mendapatkan hasil pengukuran tekanan darah terhadap
sampel selanjutnya dilakukan terapi relaksasi otot progresif
sebanyak 15 gerakan mulai dari otot tangan, wajah hingga kaki
selama satu minggu. Pengukuran selalu dilakukan pada saat Pre
test dan Post test.
c) Intervensi dilakukan dengan durasi 15 menit. Intervensi dilakukan
selama 3 hari.

3) Post Intervensi
Setelah dilakukan intervensi 3 hari peneliti mengobservasi lagi
sampel penelitian dengan mengukur kembali tekanan darah sampel
untuk mengetahui apakah terdapat penurunan tekanan darah setelah
26

dilakukannya intervensi terapi relakssasi otot progresif. Kemudian


dilakukan pengolahan data.
3.9 Etika Penelitian
Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik penelitian menurut Polit
& Beck (2004) dalam Dharma (2011) adalah sebagai berikut :
1. Respect for human dignity (Menghormati harkat dan martabat manusia)
Peneliti harus dilaksanakan dengan menjungjung tinggi harkat dan martabat
manusia. Subjek memilki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan pilihan
ikut atau menolak penelitian (autonomy). Tidak boleh ada paksaan atau
penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut dalam penelitian. Subjek dalam
penelitian juga berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan lengkap
tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat penelitian,
prosedur penelitian, risiko penelitian, keuntungan yang mungkin didapat dan
kerahasiaan informasi. Setelah mendapat penjelasan yang lengkap dan
mempertimbangkan dengan baik, subjek kemudian menentukan apakah
akan ikut serta atau menolak sebagai subjek penelitian.

2. Respect for privacy and confidentiality (Menghormati privasi dan


kerahasiaan subjek)
Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi untuk
mendapatkan kerahasiaan informasi. Peniliti perlu merhasiakan berbagai
informasi yang meyangkut privasi subjek yang tidak ingin terekspos
secara luas. Prinsip ini dapat dilakukan dengan menggunakan kode
tertentu.

3. Respect for justice inclusiveness (Menghormati keadilan dan inklusitivitas)


Penelitian ini dilakukan secara jujur, tepat, cemat, hati-hati dan dilakukan
secara profesional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna bahwa
penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan subjek.
27

4. Balancing harm and benefits (Memperhitungkan manfaat dan kerugian


yang ditimbulkan)

3.10 Pengolahan Data


Pengolahan data tersebut kemudian diolah menggunakan SPSS dengan
tahap-tahap sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Data (Editing)
Editing dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan kelengkapan isi dari
kuisioner, kesesuaian skor yang dicantumkan peneliti dengan skor
masing-masing indikator dan pemeriksaan jumlah skor total.
2. Pemeriksaan Kode (Coding)
Hasil jawaban kuisioner diberi kode sesuai petunjuk sesuai karakteristik
responden.
3. Memasukkan Data (Entry)
Data-data penelitian ini dengan menginput data seperti jenis kelamin,
usia, pekerjaan, dan tingkat hipertensi yang telah diberikan kode kedalam
program komputer dengan menggunakan program computer.

4. Pembersih Data (Cleaning)


Pembersihan data dilakukan setelah semua data berhasil dimasukkan
kedalam tabel dengan melihat kembali apakah data telah benar atau tidak.

3.11 Analisa Data


1. Analisa Univariat
Analisa univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran distribusi responden serta menggambarkan variabel bebas
dan variabel terikat. Analisa univariat dalam penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui distribusi yang meliputi : umur, jenis kelamin, dan
tingkat pendidikan dalam bentuk frekuensi dan persen dan rata-rata
frekuensi insomnia dalam bentuk mean dan standar deviasi.
28

2. Analisa Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot
progresif terhadap pasien yang mengalami hipertensi di Tahun 2021.
Analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan uji Paired T test
jika data berdistribusi normal dan uji Wicolxon jika data tidak
berdistribusi normal dengan tingkat kemaknaan 95% (p< 0,05).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Lokasi dan Penelitian
Puskesmas Glugur Darat ini tepatnya terletak di Jalan Pendidikan Nomor 8
Medan. Untuk dapat mengakses Puskesmas tersebut terdapat berbagai
sarana transportasi. Alat transportasi tersebut diantaranya angkutan umum
nomor 48 berwarna kuning yang melintas tepat di depan Puskesmas
tersebut.
Letak Geografis Puskesmas Glugur Darat terletak di Jalan Pendidikan No. 8
Kecamatan Medan Timur Kota Medan. Batas wilayah yaitu : Sebelah Utara
Sebelah Timur Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Deli : Kecamatan
Medan Perjuangan dan Kecamatan Medan Tembung : Kecamatan Medan
Kota Sebelah Barat : Kecamatan Medan Barat Data Demografis terdiri dari :
Wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat, Kecamatan Medan Timur ini Luas
wilayah kerja : 776 Ha Jumlah kelurahan : 11 kelurahan Jumlah lingkungan
: 128 lingkungan Jumlah penduduk : jiwa Jumlah Kepala Keluarga : KK
Jumlah Posyandu : 81 Jumlah Neonatus : jiwa Jumlah Bayi : jiwa Jumlah
Batita : jiwa 43.
Puskesmas ini beroperasi 24 jam. Untuk pelayanan konsultasi dokter
spesialis THT dilakukan pada hari Rabu Minggu pertama dan minggu
ketiga. Ada pun jadwalnya adalah pukul wib sampai dengan pukul wib.
Untuk pelayanan pasien dilakukan jam wib (Pelayanan di Poli Rawat Jalan)
dan untuk Pelayanan Gawat Darurat di Rawat Inap dilakukan pada pukul
08.00 sampai dengan pukul 16.00.

4.1.2 Analisis Univariat

Pada bagian ini akan dilakukan analisis univariat. Analisis univariat

memberikan informasi mengenai distribusi frekuensi dan persentase

29
30

berdasarkan variabel penelitian. Berikut disajikan distribusi frekuensi dan

persentase berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 6 37.5 37.5 37.5
Perempuan 10 62.5 62.5 100.0
Total 16 100.0 100.0

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui terdapat 6 (37.5%) responden dengan jenis

kelamin laki-laki sementara terdapat 10 (62.5%) responden dengan jenis

kelamin perempuan. Tabel 4.2 disajikan distribusi frekuensi dan persentase

berdasarkan usia.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Usia


Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-44 Tahun 1 6.3 6.3 6.3
45-54 Tahun 2 12.5 12.5 18.8
55-59 Tahun 5 31.3 31.3 50.0
60-69 Tahun 6 37.5 37.5 87.5
>= 70 Tahun 2 12.5 12.5 100.0
Total 16 100.0 100.0

Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui terdapat 1 (6.3%) responden dengan usia

20-44 tahun, 2 (12.5%) responden dengan usia 45-54 tahun, 5 (31.3%)

responden dengan usia 55-59 tahun, 6 (37.5%) responden dengan usia 60-69

tahun dan 2 (12.5%) responden dengan usia 70 tahun Tabel 4.3 disajikan

distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pekerjaan.


31

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Karyawan 3 18.8 18.8 18.8
Pegawai 4 25.0 25.0 43.8
Petani 6 37.5 37.5 81.3
IRT 3 18.8 18.8 100.0
Total 16 100.0 100.0

Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui terdapat 3 (18.8%) responden dengan

pekerjaan karyawan, 4 (25%) responden dengan pekerjaan pegawai, 6

(37.5%) petani dan 3 (18.8%) IRT.

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif


Descriptive Statistics
Std.
N Range Minimum Maximum Sum Mean Deviation
Tekanan Darah 16 20.00 140.00 160.00 2330.00 145.6250 8.13941
Sistolik (Pre)
Tekanan Darah 16 10.00 90.00 100.00 1470.00 91.8750 4.03113
Diastolik (Pre)
Tekanan Darah 16 40.00 110.00 150.00 2060.00 128.7500 10.87811
Sistolik (Post)
Tekanan Darah 16 20.00 70.00 90.00 1310.00 81.8750 8.34166
Diastolik (Post)
Valid N (listwise) 16

Berdasarkan Tabel 4.4 rata-rata tekanan darah sistolik (pre) adalah

145.6250, sementara rata-rata tekanan darah sistolik (post) adalah 128.7500.

Rata-rata tekanan darah diastolik (pre) adalah 91.8750, sementara rata-rata

tekanan darah diastolik (post) adalah 81.8750.


32

4.1.3 Analisis Bivariat

Selanjutnya dilakukan analisis bivariat. Pada analisis bivariat menguji apakah

terdapat perbedaan tekanan darah yang signifikan, sebelum dan sesudah

perlakuan. Namun sebelumnya dilakukan pengujian normalitas terlebih dahulu.

 Jika data berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan

menggunakan uji t berpasangan.

 Namun jika data tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan

dengan menggunakan uji nonparametrik Wilcoxon.

Tabel 4.5 disajikan hasil pengujian normalitas.

Tabel 4.5 Pengujian Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tekanan Tekanan Tekanan
Tekanan Darah Darah Darah
Darah Diastolik Sistolik Diastolik
Sistolik (Pre) (Pre) (Post) (Post)
N 16 16 16 16
a,,b
Normal Parameters Mean 145.6250 91.8750 128.7500 81.8750
Std. Deviation 8.13941 4.03113 10.87811 8.34166
Most Extreme Absolute .380 .492 .227 .272
Differences Positive .380 .492 .227 .173
Negative -.245 -.321 -.162 -.272
Kolmogorov-Smirnov Z 1.521 1.966 .908 1.090
Asymp. Sig. (2-tailed) .020 .001 .382 .186
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil uji normalitas pada Tabel 4.5:

 Data tekanan darah sistolik (pre) dan tekanan darah diastolik (pre) tidak

berdistribusi normal, dengan nilai p masing-masing p = 0.020 < 0.05 dan p

= 0.001 < 0.05.

 Data tekanan darah sistolik (post) dan tekanan darah diastolik (post)

berdistribusi normal, dengan nilai p masing-masing p = 0.382 > 0.05 dan p

= 0.186 > 0.05.


33

Oleh karena terdapat data yang tidak berdistribusi normal, maka pengujian

dilanjutkan dengan uji nonparametrik Wilcoxon. Tabel 4.6 disajikan hasil

pengujian tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan.

Tabel 4.6 Pengujian Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 Tekanan Darah Sistolik (Pre) 145.6250 16 8.13941 2.03485
Tekanan Darah Sistolik 128.7500 16 10.87811 2.71953
(Post)
Pair 2 Tekanan Darah Diastolik 91.8750 16 4.03113 1.00778
(Pre)
Tekanan Darah Diastolik 81.8750 16 8.34166 2.08542
(Post)

b
Test Statistics
Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik (Post) - Diastolik (Post) -
Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik (Pre) Diastolik (Pre)
a a
Z -3.611 -3.176
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .001
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdasarkan hasil pada Tabel 4.6:

1. Uji Wilcoxon Tekanan Darah Sistolik (Pre-Post Test)

Rata-rata tekanan darah sistolik (pre) adalah 145.6250, sementara rata-rata

tekanan darah sistolik (post) adalah 128.7500. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon

diperoleh nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0.000 < 0.05, maka disimpulkan terdapat

perbedaan tekanan darah sistolik yang signifikan, sebelum dan sesudah.


34

2. Uji Wilcoxon Tekanan Darah Diastolik (Pre-Post Test)

Rata-rata tekanan darah diastolik (pre) adalah 91.8750, sementara rata-rata

tekanan darah diastolik (post) adalah 81.8750. Berdasarkan hasil uji

Wilcoxon diperoleh nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0.001 < 0.05, maka

disimpulkan terdapat perbedaan tekanan darah diastolik yang signifikan,

sebelum dan sesudah.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Tekanan Darah Pasien Hipertensi Sebelum Dilakukan Terapi Relaksasi
Otot Progresif (Pre Test)

Hasil penelitian rata-rata tekanan darah sistolik (pre) adalah 145.6250 dan
tekanan darah diastolik (pre) adalah 91.8750. Berbagai faktor yang
mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi
tekanan darah. Tekanan darah membutuhkan aliran darah melalui pembuluh
darah yang ditentukan oleh kekuatan pompa jatung (cardiac output) dan
tahanan perifer (peripheral resistance). Sedangkan cardiac output dan
tahanan perifer dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berinteraksi
(asupan natrium, stres, obesitas, genetik dan lain-lain). Hipertensi terjadi
jika terdapat abnormalitas faktor-faktor tersebut (Rakhmawati, 2013). Dari
hasil observasi peneliti pada pasien hipertensi yang berada di UPT
Puskesmas Glugur Darat, beberapa kurang melakukan aktivitas seperti
senam, maupun relaksasi karna rata-rata mereka setelah selesai bekerja dan
merawat diri mereka sendiri seperti mandi maupun makan, lansia lebih
memilih untuk berbaring ditempat tidur mereka, karena kurangnya aktivitas
hal ini dapat membuat otot-otot menjadi kaku maupun tegang hal ini dapat
mempengaruhi gaya hidup, maupun tingkat stress responden dan salah satu
faktor yang mempengaruhi para responden tersebut merupakan faktor
penyebab terjadinya hipertensi. Hal ini sesuai teori Kristian (2020) yang
menyatakan faktor penyebab hipertensi yang kelima adalah kurang aktivitas
tubuh. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya denyut jantung, sehingga
jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Kurang
35

beraktivitas dan olahraga juga dapat mengakibatkan peningkatan berat


badan, yang merupakan faktor risiko hipertensi.
4.2.2 Tekanan Darah Pasien Hipertensi Setelah Dilakukan Terapi Relaksasi
Otot Progresif (Post Test)
Hasil penelitian setelah dilakukannya terapi relaksasi otot progresif rata-rata
tekanan darah sistolik (post) adalah 128.7500 dan tekanan darah diastolik
(post) adalah 81.8750. Hal ini dikarenakan terapi relaksasi otot progresif
dapat meningkatkan relaksasi dengan menurunkan aktivitas saraf simpatis dan
meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis sehingga terjadi vasodilatasi
diameter arteriol. Saraf parasimpatis akan melepaskan asetilkolin untuk
menghambat aktivitas saraf simpatis dengan menurunkan kontraktilitas otot
jantung, vasodilatasi arteriol dan vena (Muttaqin, 2014). Relaksasi otot
progresif juga bersifat vasodilator yang efeknya memperlebar pembuluh darah
dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung. Relaksasi ini menjadi
metode relaksasi termurah, tidak ada efek samping, mudah dilakukan, membuat
tubuh dan pikiran terasa tenang dan rileks (Jacob, 2010 dalam Erwanto, dkk
2017). Suratini (2013) dalam penelitiannya, latihan relaksasi progresif
dengan keadaan tenang, relaks dan konsentrasi penuh terhadap tegangan dan
relaks selama 15 menit, akan mensekresi Corticotropin Releasing Hormon
(CRH) dan Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) pada hipotalamus akan
menyebabkan aktivitas kerja saraf simpatis menurun. Sehingga berdampak
pada penurunan denyut jantung, pelebaran pembuluh darah, dan penurunan
pompa jantung sehingga tekanan darh menurun. Hasil analisis menunjukkan
bahwa ada pengaruh relaksasi progresif terhadap tekanan darah sistolik dan
diastolik. Penelitian yang lain dilakukan Tyani (2015) melakukan relaksasi
dengan memusatkan perhatian pada aktivitas otot untuk mendapatkan
perasaan relaks. Hasil dari kelompok eksperimen sebelum dilakukan
perlakuan sistolik 156,60 mmHg sedangkan setelah diberi perlakuan sistolik
146,53 mmHg. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh relaksasi
otot progresif dapat menurunkan tekanan darah.
36

2.2.3 Perbedaan Tekanan Darah Sebelum (Pre Test) dan Sesudah (Post Test)
Terapi Relaksasi Otot Progresif
Rata-rata tekanan darah sistolik (pre) adalah 145.6250, sementara rata-rata
tekanan darah sistolik (post) adalah 128.7500. Berdasarkan hasil uji
Wilcoxon diperoleh nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0.000 < 0.05, maka
disimpulkan terdapat perbedaan tekanan darah sistolik yang signifikan,
sebelum dan sesudah. Rata-rata tekanan darah diastolik (pre) adalah
91.8750, sementara rata-rata tekanan darah diastolik (post) adalah 81.8750.
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0.001
< 0.05, maka disimpulkan terdapat perbedaan tekanan darah diastolik yang
signifikan, sebelum dan sesudah. Hasil penelitian yang mendukung
penelitian ini adalah penelitian Endar (2015) dengan judul “Efektifitas
Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru”
didapatkan rata-rata tekanan darah pada sebelum diberikan relaksasi otot
progresif yaitu sistole 156,60 mmHg dan diastole 94,47. Sedangkan hasil
rata-rata tekanan darah setelah diberikan relaksasi otot progresif yaitu sistole
146,53 mmHg dan diastole 88,20 mmHg, dari hasil tersebut didapatkan rata-
rata tekanan darah mengalami penurunan sebanyak sistole 10,07 mmHg dan
diastole 6,27 mmHg. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa relaksasi otot progresif adalah suatu metode untuk
membantu menurunkan tegangan sehingga otot tubuh menjadi rilek.
Relaksasi otot progresif bertujuan menurunkan kecemasan, tekanan darah
tinggi, stres, otot tegang dan kesulitan tidur. Pada saat tubuh dan pikiran
rileks, secara otomatis ketegangan yang seringkali membuat otot-otot
mengencang akan diabaikan (Sindhu, 2014). Penurunan tekanan darah
setelah penerapan terapi relaksasi otot progresif sesuai dengan teori
Baharrudin, 2016 yang mengatakan bahwa ketika melakukan relaksasi otot
progresif dengan keadaan tenang, rileks dan konsentrasi penuh terhadap
tegang dan rilek otot yang dilatih selama 15-30 menit, maka sekresi CRH
(Corticotropin releasing Hormone) dan ACTH (Adrenocorticotropic
Hormone) di hipotalamus menurun. Penurunan sekresi kedua hormon ini
menyebabkan aktifitas kerja saraf simpatik menurun, sehingga pengeluaran
37

adrenalin dan nonadrrenalin berkurang. Penurunan adrenalin dan


norepinefrin mengakibatkan terjadi penurunan denyut jantung, pembuluh
darah melebar, tahanan pembuluh darah berkurang dan penurunan pompa
jantung sehingga tekanan darah arterial jantung menurun.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya :

3. penelitian ini hanya bisa menggunakan penelitian dengan satu kelompok


saja yaitu kelompok intervensi dimana dalam penelitian ini peneliti tidak
bisa melakukan penelitian dengan menggunakan dua kelompok yaitu
kelompok intervensi dan kelompok kontrol, hal ini disebabkan waktu
penelitian yang terbatas.
4. Pada Penelitian ini, intervensi terapi relaksasi otot progresif dilakukan

secara door to door karena situasi pandemik yang tidak memungkinkan

untuk mengumpulkan pasien dalam satu tempat.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh terapi relaksasi otot
progresif terhadap kualitas tidur pada lansia di UPT Puskesmas Glugur Darat
Kecamatan Medan Timur Tahun 2021, dapat disimpulkan bahwa :
1. Rata-rata tekanan darah sistolik (pre) adalah 145.6250, sementara rata-rata
tekanan darah sistolik (post) adalah 128.7500. Berdasarkan hasil uji
Wilcoxon diperoleh nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0.000 < 0.05, maka
disimpulkan terdapat perbedaan tekanan darah sistolik yang signifikan,
sebelum dan sesudah.
2. Rata-rata tekanan darah diastolik (pre) adalah 91.8750, sementara rata-rata
tekanan darah diastolik (post) adalah 81.8750. Berdasarkan hasil uji
Wilcoxon diperoleh nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0.001 < 0.05, maka
38

disimpulkan terdapat perbedaan tekanan darah diastolik yang signifikan,


sebelum dan sesudah.
3. Nilai p value= 0,000 atau p< 0,05. Dari hasil uji statistik tersebut dapat
disimpulkan bahwa adanya pengaruh terapi relaksasi otot progresif
terhadap pasien hipertensi di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan
Medan Timur
5.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar institusi pendidikan dapat meningkatkan kemampuan
mahasiswa dengan memberikan materi tentang manfaat relaksasi otot
progresif sehingga mahasiswa dapat menerapkannya dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien penderita hipertensi

2. Bagi UPT Puskesmas Glugur Darat


Agar UPT menerapkan kegiatan relaksasi otot progresif secara teratur
bagi pasien yang menderita hipertensi

3. Bagi Responden
Diharapkan agar dapat aktif dalam melakukan kegiatan relaksasi otot
progresif dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
tekanan darah tetap dalam batas normal.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Di harapkan agar penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya
dengan menambahkan jumlah sampel dan menggunakan 2 kelompok
intervensi yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi
DAFTAR PUSTAKA

AHA. (2018). Hypertension Clinical Guidelines. Joernal American College Of


Cadiology. March 2018.

Amila, (2020). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Insomnia Pada
Lansia. Jurnal Health Reproductive.

Anitasari. (2019). Pelaksanaan Pemberdayaan Keluarga dan Senam Hipertensi


Sebagai Upaya Manajemen Diri Penderita Hipertensi. Jurnal Pengamas
Kesehatan Sasambo Vol I.

Aramal. (2018). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Primer di Wilayah Kerja
Puskesmas Sikumana Kota Kupang. Jurnal Keperawatan Priority 1(2).

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Aulia (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan


Hipertensi Oleh Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Salido
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2017. Diploma thesis, Universitas
Andalas.

Ayuningsih (2017). Penatalaksanaan Terapi Relaksasi Otot Progresif dengan


Masalah Penurunan Curah Jantung pada Pasien Hipertensi di RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen. Indonesian Journal On Medical Science Vol
5.

Baharrudin, 2016. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah


Pada Klien Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Iqra.

Brunner & Suddarth, (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12
Voume 1. Jakarta : EGC

Davis, (2012). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Pada Lansia Hipertensi
di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Tahun 2012. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Vol. 3 2012.

Dharma, (2011). Metodologi Penelitian keperawatan. Jakarta :CV. Trans Info


Media.

Erliana, E., Haroen, H., & Susanti, RD. (2009). Perbedaan Tingkat Insomnia
Lansia Sebelum Dan Sesudah Latihan Relaksasi Otot Progresif
(Progresif Muscle Relaxation) Di Badan Pelayanan Sosial Tresna Wreda
(BPSTW) Ciparay Bandung. Jakarta : Salemba Medika.
Iswahyuni, (2017). Hubungan Antara Aktivitas Fisik dan Hipertensi Pada Lansia.
PROFESI Vol.14 2017.

Kayce Bell, (2015). Hypertension the Sillent Killer Updated JNC-8 Guideline
Recommendation. Continuing Education 2015

Kementerian kesehatan RI. (2019). Laporan Riskesdas 2018. Jakarta : Badan


Litbangkes, Kemenkes

Manawan, (2016). Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan Kejadian


Hipertensi Di Desa Tandengan Satu Kecamatan Eris Kabupaten
Minahasa. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.

Nuraini, (2015). Faktor Resiko Hipertensi 2015. Lampung : Artikel Review Vol 4
No. 5 Februari 2015

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.

Rakhmawati, (2013). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Pada Penderita


Hipertensi Grade 2 di Posyandu Dusun Dagaran Bantul.Universitas
Aisyiyah Yogyakarta

Sartik, (2017). Faktor-faktor Resiko dan Angka Kejadian Hipertensi 2017.


Palembang : Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017.

Setyoadi, (2015). Pengaruh Immediet Instrumental Music Hearing Therapy


Dengan Progresive Muscle Relaxation Exercise Terhadap Rest Heart
Reat. Jurnal FKIP UNS 2015

Silviana, (2019). Prevalensi dan karakteristik Hipertensi 2019. Jakarta :


Tarumanegara Medical Journal Vol I 2019.

Sindhu, (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadapPenurunan


Tekanan Darah. Ners Jurnal Keperawatan Volume 10, No 1

Sri Muliyati, (2020). Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap


Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi di Puskesmas Bojong Soang
Kabupaten Bandung. Media Karya Kesehatan : Volume 3 No. 1 Mei
2020.
LAMPIRAN I
LAMPIRAN II
LAMPIRAN III
LAMPIRAN IV
LAMPIRAN V
LEMBAR PERSETUJUAN
MENJADI RESPONDEN
PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : TOMI JEREMIES HULU
NIM :190204058
Asal Institusi : Mahasiswa S1 Keperawatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan

Sehubungan dengan tugas akhir saya dalam penyusunan proposal, saya mohon
kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penulisan saya tentang
“PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI UPT
PUSKESMAS GLUGUR DARAT KECAMATAN MEDAN TIMUR”.
Semua jawaban yang diberikan dipergunakan untuk keperluan penyusunan
proposal dengan data yang lain, dan tidak mempengaruhi keberadaan Ibu/bapak
atau saudara, serta dijaga kerahasiaannya.
Atas kesediaan dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, ................

Mahasiswa Responden

TOMI JEREMIES HULU (……………….)


NIM. 190204058
LAMPIRAN VI

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI UPT
PUSKESMAS GLUGUR DARAT KECAMATAN MEDAN TIMUR

No Inisial Umur Jenis Pekerjaan Tekanan Darah (mmHg)


Kelamin
Pre Test Post Test
LAMPIRAN VII

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Tomi Jeremies Hulu

Nim : 190204058

Judul : Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di UPT Puskesmas Glugur
Darat Kecamatan Medan Timur

Dosen Pembimbing : Ns. Galvani Volta Simanjuntak, M.Kep

N Tanggal Materi yang Keterangan dan Paraf


o dikonsultasikan saran

1. 16 Pengajuan judul Membuat semua


Desemb proposal bab 1,2 dan 3
er 2020

2. 20 Cover
Januari BAB 1, 2, dan 3 - Perbaikan
Latar belakang
2021 - Rumusan
masalah
- Tujuan
penelitian
- Manfaat
penelitian
- Tinjauan
teoritis
- Lakukan
survey awal
3. 2 BAB 1, 2 dan 3 - Perbaikan
Februari latar
2021 belakang
- Tambahkan
teori
terbaru
- Tentukan
Populasi
- Perbaiki
Analisa
data
4. 3 BAB 1 2 dan 3 -Perbaikan latar
Februari belakang
2021
- Tambahkan
surat pernyataan

5. 4 BAB 1 2 dan 3 -Lengkapi


Februari Proposal
2021

6 5 BAB 1 2 dan 3 - Prosal Acc


Februari
2021
LAMPIRAN VIII

SOP TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF


Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk melakukan teknik ini
yaitu:
A. Persiapan Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang
tenang dan sunyi.
1. Pahami tujuan, manfaat, prosedur.
2. Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutu
menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan
kepala ditopang, hindari posisi berdiri.
3. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.
4. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat
B. Prosedur
1. Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.
a) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang
terjadi.
c) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.
d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang
dialami.
e) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
2. Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
a) Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan sehingga otot
di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang.
b) Jari-jari menghadap ke langit-langit.
3. Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar padabagian atas
pangkal lengan).
a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
b) Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot biseps akan
menjadi tegang.
4. Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
a) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyentuh
kedua telinga.
b) Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi di
bahu punggung atas, dan leher.
5. Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti
dahi, mata, rahang dan mulut).
a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot
terasa kulitnya keriput.
b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar
mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
6. Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga
terjadi ketegangan di sekitar otot rahang.
7. Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.
8. Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun
belakang.
a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot
leher bagian depan.
b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga
dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung
atas.
9. Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
a) Gerakan membawa kepala ke muka.
b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah
leher bagian muka.
10. Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
a) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
b) Punggung dilengkungkan
c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot
menjadi lurus.

11. Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.


a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-
banyaknya.
b) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian
dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
c) Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega. Ulangi sekali
lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan
relaks.
12. Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut
a) Tarik dengan kuat perut ke dalam.
b) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas.
c) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.
13. Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan
betis).
a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang
b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan
pindah ke otot betis.
c) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas. d) Ulangi setiap
gerakan masing-masing dua kali.
LAMPIRAN X

Univariat

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 6 37.5 37.5 37.5
Perempuan 10 62.5 62.5 100.0
Total 16 100.0 100.0

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-44 Tahun 1 6.3 6.3 6.3
45-54 Tahun 2 12.5 12.5 18.8
55-59 Tahun 5 31.3 31.3 50.0
60-69 Tahun 6 37.5 37.5 87.5
>= 70 Tahun 2 12.5 12.5 100.0
Total 16 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Karyawan 3 18.8 18.8 18.8
Pegawai 4 25.0 25.0 43.8
Petani 6 37.5 37.5 81.3
IRT 3 18.8 18.8 100.0
Total 16 100.0 100.0
Tekanan Darah Sistolik (Pre)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Grade 1 13 81.3 81.3 81.3
Grade 2 3 18.8 18.8 100.0
Total 16 100.0 100.0

Tekanan Darah Diastolik (Pre)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Grade 1 13 81.3 81.3 81.3
Grade 2 3 18.8 18.8 100.0
Total 16 100.0 100.0

Tekanan Darah Sistolik (Post)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Optimal 1 6.3 6.3 6.3
Normal 6 37.5 37.5 43.8
High Normal 9 56.3 56.3 100.0
Total 16 100.0 100.0

Tekanan Darah Diastolik (Post)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Optimal 4 25.0 25.0 25.0
Normal 5 31.3 31.3 56.3
High Normal 7 43.8 43.8 100.0
Total 16 100.0 100.0
Bivariat

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 Tekanan Darah Sistolik (Pre) 1.1875 16 .40311 .10078
Tekanan Darah Sistolik (Post) 2.5000 16 .63246 .15811
Pair 2 Tekanan Darah Diastolik (Pre) 1.1875 16 .40311 .10078
Tekanan Darah Diastolik (Post) 2.1875 16 .83417 .20854

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Tekanan Darah - .60208 .15052 -1.63333 -.99167 -8.720 15 .000
1 Sistolik (Pre) - 1.31250
Tekanan Darah
Sistolik (Post)
Pair Tekanan Darah - .73030 .18257 -1.38915 -.61085 -5.477 15 .000
2 Diastolik (Pre) - 1.00000
Tekanan Darah
Diastolik (Post)
LAMPIRAN XI

MASTER DATA

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI
DI UPT PUSKESMAS GLUGUR DARAT
KECAMATAN MEDAN TIMUR
TAHUN 2021

N Nama responden ( Jenis Usi Pekerja Tekanan Darah Pre Tekanan Darah Post
O Inisial) Kelamin a an Test Test
1 Ny. B 2 2 1 140/90 130/90
2 Ny.T 2 5 4 160/100 140/90
3 Ny. M 2 4 3 140/90 120/70
4 Ny. K 2 3 2 140/90 120/80
5 Ny. M 2 4 4 140/90 120/70
6 Ny. R 2 4 3 140/90 130/80
7 Tn. O 1 3 2 150/90 130/80
8 Ny. S 2 3 4 140/90 110/70
9 Tn.R 1 1 3 140/90 120/80
10 Ny.I 2 3 3 140/90 130/90
11 Tn. A 1 4 1 150/100 140/90
12 Ny. K 2 3 1 140/90 120/80
13 Tn. J 1 4 3 160/90 140/90
14 Tn. P 1 4 2 150/90 140/90
15 Tn. B 1 2 2 140/90 120/70
16 Ny. D 2 5 3 160/100 150/90
LAMPIRAN XII

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai