Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI : KATARAK

D
I
S
U
S
U
N

Oleh

KELOMPOK II

1. Lyla Malinda Siringo Ringo


2. Cut Anidar
3. Shientia Riska Ananda

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Tn.P Dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori Katarakdi
Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi
maupun cara penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini.   

Medan,  Desember 20

                                                                                                           Penulis


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

              Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini

menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan - lahan.

Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.

              Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat

dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan

merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap

negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)

memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan

mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan

meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi

usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan

mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.

              Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada

di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di

Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok

Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia

harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata

disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua,

semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.

              Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak

(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan

mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam keadaan normal

1
2

jernih dan tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia

tua.Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat

berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang

Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 -

55 tahun.

              Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara

mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena

proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data

statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55

persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak

(Irawan, 2008).

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Untukmemberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan pada

Tn.P dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Rumah Sakit Sari Mutiara

Medan.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk melakukan pengkajian Pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi

Sensori : Katarak

2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem

Persepsi Sensori : Katarak

3. Untuk menyusun rencana tindakan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem

Persepsi Sensori : Katarak


3

4. Untuk melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada Tn.P dengan

Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak

5. Untuk mengevaluasi hasiltindakan keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan

Sistem Persepsi Sensori : Katarak

1.3. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit diharapkan laporan kasus ini sebagai bahan masukan dalam

melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi

Sensori : Katarak

2. Bagi pasien diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan masukan

dalam  menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P Gangguan

Sistem Persepsi Sensori : Katarak

3. Bagi institusi diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan bacaan

dengan kegiatan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan

Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak

6. Manfaat bagi penulis diharapkan hasil penulisan laporan ini sebagai Matahari

pengalaman langsung dan masukan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P

dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak


BAB 2
LANDASAN TEORITIS

2.1  Katarak

2.1.1   Defenisi

              Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya

(Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah

gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum

kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)

              Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau

bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang

terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

2.1.2        Anatomi Fisiologi

              Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm,

yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat

dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata

dan memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.

            Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :

1.    Lapisan luar, yang terdiri dari :

-          Sclera

-          Kornea

2.    Lapisan tengah, yang terdiri dari :

-          Koroid

-          Badan (korpus) siliare

4
5

-          Iris

3.    Lapisan dalam, yang terdiri dari :

-          Retina

-          Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus

              Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar

bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.Pergerakan

mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan

fovea sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu

yang sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke

area optic darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai

suatu gambaran (Istiqomah, 2003).

2.1.3   Etiologi Katarak

              Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1.      Fisik

2.      Kimia

3.      Penyakit predisposisi

4.      Genetik dan gangguan perkembangan

5.      Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

6.      Usia

 (Tamsuri, 2008)

2.1.4   Klasifikasi Katarak

              Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.

2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.


6

3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

1.    Katarak traumatika

     Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun

tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak

monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif,

dan benda asing.

2.    Katarak toksika

     Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia

tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti

kortikosteroid dan chlorpromazine.

3.    Katarak komplikata

     Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu,

katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,

hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia

atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

     Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak insipient

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –

bercak kekeruhan yang tidak teratur.

2. Katarak imatur

Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan

terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi

dangkal.
7

3. Katarak matur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan

lensa.

4. Katarak hipermatur

Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat

mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).
8

PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(misalnya
DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi
lensa prosedur tindakan
pembedahan
Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
penglihatan Degenerasi pd lensa

KATARAK

Post op Nyeri

     2.1.5 Manifestasi Klinis Katarak


9

              Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien

mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional

sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan

objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil

sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

              Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya

ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah

pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi

bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan

tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama

bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang

lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).

2.1.6        Komplikasi

              Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami

penyakit katarak adalah sebagai berikut :

1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,

sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga

mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).

2.1.8.      Pemeriksaan Diagnostik

1. Uji mata

2. Keratometri

3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis

4. A-scan ultrasound (echography)


10

5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya

bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).

Darah putih: dibawah 10.000 normal

2.1.9.Penatalaksanaan

          Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan

laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru

yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar

melalui kanula.

          Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai

ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan

biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari

pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja,

ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling

cocok bagi masing - masing penderita.

          Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut

untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam

penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk

lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang

berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia

local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang

cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan

draping bedah.

          Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :

ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya

penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang


11

menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler

lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001).

2.2    Asuhan Keperawatan

       2.2.1. Pengkajian

            Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001)

` Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:

a. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi

sehubungan dengan gangguan penglihatan.

b.Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)

c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar

terang menyebabkan silau  dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,

kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).

Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,

kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu

Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan

merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),danPeningkatan

air mata.

d. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair

(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan

sekitar mata, sakit kepala  (glaukoma akut).

e. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma,

diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan


12

vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan

endokrin, diabetes (glaukoma).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

            Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok.

Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi

secara pasti untuk menjaga status kesehatan , menurunkan,membatasi,  mencegah dan

merubah (Nursalam, 2001)

Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien

dengan  penyakit katarak adalah:

1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,

kehilangan vitreous.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).

3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status

organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,

gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.s

4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan

b/d  tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan

kognitif.
13

Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Hambatan Hambatan NOC: NIC: Fall


berjalan berjalan prevention 1. Mengetahui
(00088) akan dapat Fall prevention kebiasaan-
berhubungan dikontrol behaviour 1. Identifikasi kebiasaan
dengan oleh klien kebiasaan dan klien yang
Indikator: faktor-faktor
adanya setelah berpotensi
gangguan diberikan a. Penggunaan yang mengakibatka
penglihatan intervensi alat bantu mengakibatka n jatuh pada
(katarak) keperawatan dengan n risiko jatuh klien
selama 1x24 benar 2. Kaji riwayat 2. Mengetahui
jam b. Tidak ada jatuh pada penyebab
penggunaan klien dan jatuh klien
karpet keluarga agar untuk
c. Hindari selanjutnya
barang- 3. Identifikasi dapat
barang karakteristik dihindari
berserakan lingkungan 3. Memodifikasi
di lantai yang dapat lingkungan
meningkatkan yang berisiko
terjadinya menyebabkan
risiko jatuh jatuh klien
(lantai licin)
4. Sediakan alat
bantu 4. Membantu
(tongkat, klien untuk
walker) berjalan, agar
dapat
5. Ajarkan cara menghindari
penggunaan benda yang
alat bantu menghalangi
(tongkat atau klien ketika
walker) berjalan
6. Instruksikan 5. Agar klien
pada klien dapat
untuk menggunakan
meminta alat bantu
bantuan dengan tepat
ketika 6. Bantuan
melakukan dibutuhkan
perpindahan, klien untuk
joka melakukan
14

diperlukan mobilitas
7. Ajarkan pada karena
keluarga terganggunya
untuk penglihatan
menyediakan klien karena
lantai rumah katarak
yang tidak 7. Lantai rumah
licin yang licin
8. Ajarkan pada dapat
keluarga mengakibatka
untuk n klien
meminimalka tergelincir dan
n risiko jatuh
terjadinya 8. Keluarga juga
jatuh pada harus berperan
pasien serta dalam
meminimalka
n risiko
terjadinya
jatuh pada
klien
2. Ansietas Ansietas NIC: Anxiety NIC: Anxiety
berhubungan klien self control reduction 1. Agar klien
dengan berkurang dapat
stress setelah Indikator: 1. Berikan memperoleh
situasional dilakukan informasi informasi yang
1. mencari faktual
akibat perawatan informasi sesuai fakta
prosedur 1x24 jam meliputi
untuk dignosa,
medis mengurangi 2. Pendampingan
prognosis, bertujuan agar
ansietas dan terapi
2. menggunaka klien tidak
sesuai kondisi merasa sendiri
n koping klien
yang efektif sehingga
2. Dampingi menimbulkan
3. mengontrol klien untuk
respon ketakutan
mengurangi 3. Respon
ansietas ketakutan
4. menggunaka kecemasan
klien digunakan
n teknik
relaksasi untuk
3. Kaji respon mengetahui
untuk kecemasan
mengurani adanya
verbal perubahan
ansietas maupun non emosi pada
verbal klien klien
15

4. Komunikasi
4. Gunakan terapeutik
komunikasi untuk
terapeutik dan membina
pendekatan hubungan
yang baik saling percaya
pada klien dan
mengurangi
5. Berikan terapi kecemasan
nonfarmakolo klien akan
gis untuk terapi
mengurangi 5. Terapi non
ansietas klien farmakologis
digunakan
6. Kolaborasi untuk
dengan tim membuat klien
medis terkait nyaman
pemberian sekaligus
obat untuk mengurangi
menurunkan kecemasan
kecemasan yang dialami
klien klien
6. Obat-obatan
digunakan jika
kecemasan
klien
meningkat dan
mengganggu
kehidupan
klien.
BAB 3
STUDI KASUS

3.1.  PENGKAJIAN

3.1.1   Riwayat klien / Data Biologis

     Nama                                               :Tn.P

     Alamat                                             :Binjai

     Telp                                                 :-

     Tempat, Tanggal lahir/Umur            :Tanjung keliling,4 maret 1932          

Jenis kelamin                                   :Laki - Laki

     Suku                                                 :Jawa

     Agama                                              :Islam

     Status perkawinan                             :Duda

     Pendidikan                                        :-

     Alamat                                               :Binjai

     Orang yang paling dekat di hubungi   :Anak Kandung

3.1.2.Riwayat Keluarga

              Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian menantunya

mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P

dirumah.Anak perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga

kurang memperhatikan Tn,P istrinya  sudah meninggal dunia dikarenakan

kelumpuhan. Setelah tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang

mana mereka bertemu dipanti sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di

wisma Matahari, tetapi Tn.P mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S hanya

sekitar 5 tahun. Karena Tn.P keluarga telah meninggal dunia pada umur 100 tahun

16
17

akibat kelumpuhan dan serangan jantung dan Tn,P keluargadikebumikan di kawasan

panti sosial tersebut.

3.1.3.Riwayat Pekerjaan

            Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja

sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi

kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup

untuk bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.

3.1.4.Riwayat Lingkungan Hidup

Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat dari

bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam rumah

terdapat dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.P tersebut adalah 11

orang, yang mana 8 orang adalah cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan menantu

dari An.S sendiri. Tetangga terdekat Tn.P adalah Ny. A yang selalu membantu dikala

Tn.P mengalami kesulitan.

3.1.5.Riwayat Rekreasi

                 Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.P hidup dengan rukun bersama anak -

anaknya, Dalam keluarga Tn.P tidak mempunyai kegiatan rekreasi.

3.1.6.Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan

            Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal

jauh.   

3.1.7.Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur)

                 Sebelum tiggal dipanti, Tn,P tidak mempunyai kegiatan atau kebiasaan

waktu tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,P tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya Tn.P

menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau waktu makan

saja.
18

3.1.8.Status kesehatan saat ini

                 Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada.Tn.

Pmengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa dia terus

mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.p berobat di klinik baru

Tn.Ptahu kalau Tn.P sakit hipertensi.Biasanya Tn.P mengonsumsi captopril 12, 5 mg

2x1 dan kalau sakit dadanya kumat Tn.P mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam

sehari.

                 Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi, baik

alergi terhadap obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn. P

mempunyai berat badan : 50 kg, Tn.P tidak punya masalah dalam mengkonsumsi

makanan.

3.1.9. Status kesehatan masa lalu

                 Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah di

rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P mengatakan kalau Tn.P pernah mengalami trauma

yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.P terkena batang padi, sehingga

menyebabkan Tn.P tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.P juga mengatakan

sewaktu terjadinya kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada waktu itu

menurut keteranganTn.P belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di obati

dengan obat kampung saja.

3.1.10. Riwayat keluarga

       Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn.Ptelah

meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi. Dan ayah

dari Tn.P sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.P 13 tahun. Sedangkan

ibunya meninggal karna kelumpuhan di waktu usia Tn.P 35 tahun.

3.1.11. Pemeriksaan Fisik


19

a.         Vital sign

       TD    :190/100 Mmhg

       RR    :         28 x/i

       Pols   :         84 x/i

       Temp:          36 c

b.        Pemeriksaan lain

   Kepala

Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak - acakan

dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang khas.Dan

Tn.P juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala.

    Mata

Tn.Pmengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan mata Tn.P

hanya satu yang bisa melihat.Hal itu dikarenakan adanya trauma yang terjadi pada

Tn.P sehingga mengakibatkan mata kanannya tidak lagi berfungsi.Tn.Ptidak

menggunakan kacamata, sehingga dengan begitu Tn.Ptidak terlalu bisa melihat

dengan baik.

Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah

kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik dikarenakan usia

lanjut.

         Telinga

Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa mendengar

detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal.Di dalam telinga Tn.P tidak ada

keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga tidak menggunakan alat bantu

pendengaran.
20

Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa mendengar

dengan baik dikarenakan usia Tn.P yang semakin bertambah.

           Hidung

Tn.P dapat mencium dengan baik.Didalam hidung tidak terdapat polip dan tidak

ada obstruksi didalam hidung.Dan didalam hidung Tn.P juga tidak ditemukan

adanya pendarahan maupun peradangan.

Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan baik.

           Mulut

Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat.Gigi Tn.P hanya tinggal 3 batang itu

pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan pucat.Tn.P

mengalami perubahan suara.Suara sesak, dan Tn.P mengalami kesulitan menelan.

Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah dikarenakan

gigi yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.P

           Leher

Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid.Nyeri tidak

ada, dan pada leher Tn.P juga tidak ditemukan benjolan.

           Payudara

Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya kelainan

pada payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan adanya

benjolan dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting susu.

           Pernapasan

Inspeksi : simetris kedua lapangan paru

Perkusi  : sonor kedua lapangan paru

Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru

Auskultasi :vesikuler kedua lapangan paru


21

           Kardiovaskuler

Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering

mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum neo

napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi dapat berjalan

dengan baik, Tn.P berjalan bungkuk dan terdapat perubahan warna kaki pada Tn.P

           Gastrointestinal

Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.dan Tn.Pjuga

mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi walaupun

Tn.Pmengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat mencerna makanan dengan baik,

walaupun sedikit demi sedikit.

           Musculoskeletal

Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.P tidak mempunyai

masalah dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri tanpa

menggunakan alat bantu seperti tongkat.

           Sistem saraf pusat

Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan kalau

dirinya belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena semakin

meningkatnya usia maka Tn.P mengalami masalah pada memorinya, sehingga

Tn.P tidak mampu mengingat semua masa lalunya.

           Sistem endokrin

Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika

diberi respon, dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut, rambut Tn.P

putih dengan uban.

           Integument
22

Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan

karena Tn.P tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya

sering mengalami gatal - gatal.

           Psikososial

Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga

mengaku kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan

Tn.P juga mengatakan kalau dia sering mengalami kesulitan dalam

berkonsentrasi.

3.2. Analisa Data

No                      Data            Etiologi      Masalah


1.  Ds : Klien mengatakan
pandangan tidak jelas, Penurunan tajam Penurunan
pandangan berkabut. penglihatan persepsi sensori :
 Do :visus berkurang, penurunan Penglihatan
ketajaman penglihatan, dan
terdapat kekeruhan pada lensa
mata.

2.  Ds : Pasien mengatakan cemas


dan takut. Kurang pengetahuan Ansietas
 Do : Nadi meningkat, tekanan tentang proses penyakit
darah meningkat, wajah tampak
gelisah, wajah murung dan
sering melamun.

3.  Ds : Klien mengatakan tidak bisa


melihat dengan jelas, pandangan
kabur. Penurunan fungsi Gangguan
 Do : Klien tidak dapat banyak penglihatan perawatan diri
bergerak, kondisi tubuh
tidakrapidan tampak acak -
acakan.
23

4.  Ds : Klien mengatakan pedih di


daerah mata. Luka dimata Nyeri
 Do: Wajah meringis menahan
sakit, klien berusaha memegang
daerah mata

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan

d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan

pada lensa mata

2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,

tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering

melamun.

3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat

banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.

4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha

memegang daerah mata.


24

3.4 Catatan Perkembangan

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan


           3 April 2012 Penurunan persepsi sensori S:   pasien mengatakan pandangan
Penglihatan b/d penurunan masih tak jelas
ketajaman penglihatan d/d O:masih terdapat penurunan
visus berkurang, ketajaman penglihatan dan
penurunan ketajaman visus berkurang
penglihatan, dan terdapat A: masalah belum teratasi
kekeruhan pada lensa P : intervensi dilanjutkan
mata.
I:
- Kaji ketajaman penglihatan
klien
- Identifikasikan alternatif untuk
optimalisasi sumber
rangsangan
- Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap
ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan
yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
E : masalah belum teratasi
R : R/T dilanjutkan

Ansietas b/d kurang S:pasien mengatakan sedikit


pengetahuan tentang tenang
proses penyakit d/d nadi O : pasien sudah  tenang
meningkat, tekanan darah A : masalah sedikit teratasi
meningkat, wajah tampak P : intervensi dilanjutkan
gelisah, wajah murung dan I:
sering melamun. - Kaji adanya tanda dan gejala
ansietas.
- Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang dan
meyakinkan klien.
- Jelaskan mengenai penyakit
yang dialami oleh klien, dan
25

berikan klien dukungan untuk


membangkitkan semangat
hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur dan
berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk minum
obat tepat waktu.
E : masalah sedikit teratasi
R : R/T dilanjutkan.

Gangguan perawatan diri S : klien mengatakan pandangan


b/d Penurunan fungsi masih kabur
penglihatan d/d Klien tidak O : klien tidak bisa bergerak
dapat banyak bergerak, banyak
kondisi tubuh tidak rapi A : masalah belum teratasi
dan tampak acak - acakan. P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan diri
pada klien
- Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya,
mis : ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan klien
dalam memenuhi kebutuhan
diri.
E : masalah belum teratasi
R : intervensi dilakukan

Nyeri b/d luka dimata d/d S : pasien mengatakan pedih


Wajah meringis menahan daerah mata
sakit, klien berusaha O : pasien meringis menahan sakit
memegang daerah mata. A : masalah sedikit teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji skala nyeri setiap hari
- Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak
- Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba - tiba
yang dapat memprovokasi
nyeri
- Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien
- Lakukan tindakan kolaboratif
26

untuk pemberian analgesic


topical/sistemik.
E : masalah sedikit teratasi
R : intervensi dilanjutkan

           4 April 2012 Penurunan persepsi sensori S:   pasien mengatakan pandangan
Penglihatan b/d penurunan masih tak jelas
ketajaman penglihatan d/d O:masih terdapat penurunan
visus berkurang, ketajaman penglihatan dan
penurunan ketajaman visus berkurang
penglihatan, dan terdapat A : masalah belum teratasi
kekeruhan pada lensa P : intervensi dilanjutkan
mata. I:
- Kaji ketajaman penglihatan
klien
- Identifikasikan alternatif untuk
optimalisasi sumber
rangsangan
- Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap
ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan
yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
E : masalah belum teratasi
R : R/T dilanjutkan

Ansietas b/d kurang S : pasien mengatakan sedikit


pengetahuan tentang tenang
proses penyakit d/d nadi O : pasien sudah  tenang
meningkat, tekanan darah A : masalah sedikit teratasi
meningkat, wajah tampak P : intervensi dilanjutkan
gelisah, wajah murung dan I:
sering melamun. - Kaji adanya tanda dan gejala
ansietas.
- Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang dan
meyakinkan klien.
- Jelaskan mengenai penyakit
27

yang dialami oleh klien, dan


berikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur dan
berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk minum
obat tepat waktu.
E : masalah sedikit teratasi
R : R/T dilanjutkan.

Gangguan perawatan diri S : klien mengatakan pandangan


b/d Penurunan fungsi masih kabur
penglihatan d/d Klien tidak O : klien tidak bisa bergerak
dapat banyak bergerak, banyak
kondisi tubuh tidak rapi A : masalah belum teratasi
dan tampak acak - acakan. P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan diri
pada klien
- Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya,
mis : ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan klien
dalam memenuhi kebutuhan
diri.
E : masalah belum teratasi
R : intervensi dilakukan

Nyeri b/d luka dimata d/d S : pasien mengatakan pedih


Wajah meringis menahan daerah mata
sakit, klien berusaha O : pasien meringis menahan sakit
memegang daerah mata. A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Kaji skala nyeri setiap hari
- Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak
- Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba - tiba
yang dapat memprovokasi
nyeri
- Ajarkan teknik distraksi dan
28

relaksasi kepada klien


- Lakukan tindakan kolaboratif
untuk pemberian analgesic
topical/sistemik.
E : masalah sedikit teratasi
R : intervensi dilanjutkan
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan – kesenangan yang penulis

jumpai antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus pada Asuhan Keperawatan Pada

Tn.P Dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak diWisma Matahari UPT

Pelayanan Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan. Selanjutnya penulis akan

memaparkan hambatan dan dukungan dalam melakukan asuhan keperawatan yang

meliputi : pengkajian, diagnosakeperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1  Pengkajian

Selama pengkajian penulis tidak ada mengalami kesulitan/ hambatan dalam

mengumpulkan data atau informasi, mengenai status kesehatan pasien ataupun data

lain tentang penulisan, di perlukan dalam penyusunan studi kasus ini penulis

mendapat bantuan penuh dari pasien, perawat, dan dokter yang merawat pasien atau

tim terkait.

4.2  Diagnosa keperawatan

        Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang  jelas tentang

masalah kesehatan pasien yang dapat disertai dengan tindakan keperawatan.

Berdasarkan kepustakaan yang ada penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan pada

kasus dengan gangguan sistem penglihatan katarak ini.

Adapun diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis ini adalah :

1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,

kehilangan vitreous.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
30

3. Gangguan sensori–perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan

sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya

ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.

4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan

b/d  tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan

kognitif.

Sedangkan diagnosa keperawatan dalam tinjauan kasus adalah :

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan

d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan

pada lensa mata

2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,

tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering

melamun.

3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat

banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.

4.3 Perencanaan

              Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan keperawatan

yang teritik tolak pada perrmasalahan yang terjadi setelah msalah keperawatan di

tetapkan sesuai dengan prioritas masalah maka langkah selanjutnya adalah

merumuskan tinjauan berdasarkan hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang di yang

dilakukan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tindaakan ini.

              Pada tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan

kesulitan di karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan

orang -orang disekitar klien.


31

4.4.       Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan yang direncanakan oleh

perawat untuk dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung

adalah pasien mau bekerja sama dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat

oleh perawat.

Dalam hal ini penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan

berpartisipasi aktif bersama pasien, selama penulis melakukan tindakan keperawatan

penulis juga melanjutkan pengkajian data-data untuk melihat perkembangan pasien

selanjutnya.

4.5  Evaluasi

Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan keperawatan

dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap keberhasilan

dalam menggunakan proses keperawatan dalam  pelaksanaan tindakan. Dalam tahap

ini penulis tidak menemukan hambatan karna hasil yang diharapkan dapat d lihat

dengan jelas semua tindakan keperawatan yang penulis laksanakan dapat berhasil

dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta

Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta

Ilyas, 2008.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta

Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta

Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses, dan Aplikasi.

Salemba Medika ; Jakarta

Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta

Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal

Bedah.EGC : Jakarta

http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html

Anda mungkin juga menyukai