Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A
DENGAN PNEUMONIA DI RUANG PINERE
RSUD SULTHAN ABDUL AZISSYAH PEUREULAK

OLEH:

DERY ANDIKA ANDRIAN


200202079

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia merupakan penyakit karena adanya inflamasi maupun
pembengkakan di sebabkan bakteri, virus, jamur yang mengakibatkan infeksi
pada saluran pernapasan dan jaringan paru (Agustyana dkk, 2019). Secara
umum pneumonia adalah pembunuh tunggal terbesar anak – anak di bawah 5
tahun serta penyebab infeksi utama kematian anak (Niluh GY & Efenddy C,
2010). Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan oleh bakteri
dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi
nafas > 50 kali/ menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah, dan
nafsu makan berkurang) (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan perkiraan World Health Organization (WHO), 15% dari
kematian anak dibawah umur 5 tahun disebabkan oleh pneumonia ditahun
2017 lebih dari 800.000 anak. Lebih dari 2 juta anak meninggal tiap tahun
karena pneumonia (WHO, 2019). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018, pneumonia masih menjadi penyebab tertinggi keatian pada
bayi di bawah usia lima tahun (balita) maupun bayi baru lahir. Pada tahun
2018 menunjukan prevalensi pneumonia naik dari 1,6% pada 2013 menjadi
2% dari populasi balita yang ada di Indonesia pada 2018.
Pasien dengan pneumonia akan mengalami gangguan pernapasan yang
disebabkan karena adanya inflamasi di alveoli paru-paru. Infeksi ini akan
menimbulkan peningkatan produksi sputum yang akan menyebabkan
gangguan bersihan jalan napas, pernapasan cuping hidung, dyspneu dan suara
krekels saat diauskultasi. Apabila keberhasilan jalan napas ini terganggu
maka menghambat pemenuhan suplai oksigen ke otak dan sel-sel di seluruh
tubuh, jika dibiarkan dalam waktu yang lama keadaan ini akan menyebabkan
hiposekmia kemudian terus berkembang menjadi hipoksia berat, dan
penurunan kesadaran serta kematian dari tanda klinis yang muncul pada
pasien dengan pneumonia (Maidarti, 2014).
Penanganan yang telah dilakukan perawat dalam mengatasi kasus
pneumonia ini diantaranya melalui pemberian pelayanan dan asuhan
keperawatan secara komprehensif kepada klien, memberikan pendidikan dan
informasi kepada orangtua klien tentang pneumonia yang diderita klien serta
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya tentang penanganan kasus
pneumonia pada anak dengan harapan penyakit pneumonia yang diderita
dapat teratasi dengan baik sehingga klien dapat segera disembuhkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
membuat laporan tugas akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. A
dengan Pneumonia di Ruang Pinere RSUD Sulthan Abdul Azissyah”.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn. A
dengan Pneumonia di Ruang Pinere RSUD Sulthan Abdul Azissyah
Peureulak.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
Pneumonia
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Pneumonia
c. Mampu melakukan perencaan keperawatan pada pasien dengan
Pneumonia
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan
Pneumonia
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
Pneumonia
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pneumonia
2.1.1 Pengertian
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi
terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi,
bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Somantri,
2012).
Menurut WHO (2015), Pneumonia adalah bentuk infeksi
pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru. Paru-paru terdiri
dari kantung kecil yang disebut Alveoli, yang mengisi dengan udara
ketika orang yang sehat bernafas. Ketika seorang individu memiliki
pneumonia, alveoli dipenuhi nanah dan cairan, yang membuat
berbafas asupan oksigen yang menyakitkan dan terbatas.
2.1.2 Etiologi
Menurut Amin dan Hardhi (2015), penyebaran infeksi terjadi
melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccuspneumonia,
melalui selang infus oleh staphylococcus aureus sedangkan pada
pemakaian ventilator oleh peruginosa dan enterobacter, dan masa
kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan dan penggunaan
antibiotik yang tidak tepat.
Setelah masuk keparu-paru organisme bermultiplikasi dan jika
telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahan paru, terjadi
pneumonia. Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai
penggolongannya (Asih & Effendy, 2014) yaitu:

1. Bakteri
Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolyticus, Streptokoccusaureus, Hemaphilus Influenza,
Mycobacterum Tuberkolosis, Bacillus Fre
2. Virus
Respiratory Syncytial virus, Adeno virus, V.Sitomegalitik, V.
Influenza.
3. Mycoplasma Pneumonia
4. Jamur
HistoplasmaCapsulatum, Cryptococcus Neuroformans,
Blastomyces Dermatitisdes, Coccidosdies Immitis, Aspergilus
Species, Candida Albicans.
5. Aspirasi
Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), Cairan Amnion,
Benda Asing.
6. Pneumonia Hipostatik.
7. Sindrom Loeffer.
2.1.3 Manifestai Klinis
Menurut Amin dan Hardhi (2015), tanda dan gejala pneumonia
adalah sebagai berikut:
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama.
Paling sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu
mencapai 39,5°C – 40,5°C bahkan dengan infeksi ringan.
Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euforia dan
lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan
tidak biasa.
2. Meningitis, yaitu tanda – tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awaitan demam tiba- tiba dengan disertai sakit
kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya
tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia merupakan hal yang umum yang disertai dengan
penyakit masa kanak- kanak. Sering kali merupakan bukti awal
dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih
sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang
sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit
yang merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya
berlangsung singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi
berat. Sering menyetai infeksi pernafasan, khususnya karena
virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, lubang hidung dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi
pernafasan dan menyusui pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin
encer dan sedikit lendir kental dan purulen, bergantung pada tipe
dan tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
10. Bunyi pernafasan, seperti mengi, mengorok, dan krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadipada
anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak
untuk minum dan makan peroral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusui atau
makan/minum, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis
atau tidak sadar, sianosis, distress pernapasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, terdapat napas cepat
a. Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan > 50kali/menit
b. Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun > 40kali/menit
2.1.4 Patofisiologi
Mikroorganisme mencapai paru melalui beberapa jalur, yaitu:
1. Ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara,
mikroorganisme dilepaskan ke dalam udara dan terhirup oleh
orang lain.
2. Mikroorganisme dapat juga terinspirasi denganaerosol dari
peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi.
3. Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal
orofaring dapat menjadi patogenik.
4. Staphilococccus dan bakteri garam negatif dapat menyebar
melalui sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV
yang terkontaminasi.
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru
dikeluarkan atau tertahan dalam pipi melalui mekanisme pertahanan
diri seperti reflek batuk, klirens mukosiliaris, dan fagositosis oleh
makrofag alveolar. Pada individu yang rentan, pathogen yang masuk
kedalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat
merusak dan menstimulasi respon inflamasi dan respon imun, yang
keduanya mempunyai efek samping merusak. Reaksi antigen-
antibodi dan endotoksin yang melepaskan oleh beberapa
mikroorganisme merusak membrane mukosa bronchial dan
membrane alveolokapilar inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel
acini dan brokhioventilasi perfusi (Asih & Effendy, 2014).
2.1.5 Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa
diberikan antibiotik per oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita
yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat antibiotik
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan,
cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan
penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan
umum yang dapat diberikan antara lain:
a. Oksigen 1-2 L/menit.
b. IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI
cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan
status hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastric dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport
mukosilier.
Penetalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,
antibiotic diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital based:
1. Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
2. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan penunjang
pneumonia adalah:
a. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi structural (missal: lobar,
bronchial dapa juga menyatakan abses)
b. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnose
c. Pemeriksaan kultur, sputum, dan darah : untuk dapat
mengindentifikasi semua organisme yang ada
d. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnose
organisme khusus
e. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paruparu,
menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
f. Spiometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang aspirasi
g. Bronkoskop : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing
2.2 Asuhan Keperawatan
2.1.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal atau dasar dalam proses
keperawatan dan merupakan tahap paling menentukan bagi tahap
berikutnya yang berasal dari berbagai macam sumber data.
Adapun Menurut Puspasari (2019), klien yang mengalami
Pneumonia tidak harus dirawat di rumah sakit. Sebaliknya, dirawat
jika akan atau beresiko mengalami Pneumonia berat. Data yang
harus dikumpulkan untuk mengakji klien dengan Pneumonia adalah:
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama/ Nama panggilan, tempat tanggal lahir, usia, jenis
kelamin, agama, pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi.
b. Identitas Orang Tua/Penanggung Jawab
Nama ayah dan ibu atau penanggung jawab, usia, pendidikan,
pekerjaan, sumber penghasilan, agama, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran dan GCS
b. Vital Sign
c. Sistem Respirasi
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastroinstentinal
f. Sistem Persarafan
g. Sistem Genetaliaurinaria/ Eliminasi
h. Sistem Integumen

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. Foto Rontgen
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai
seseorang, sebagai akibat dari masalah kesehatan. Adapun diagnosa
keperawatan pada klien dengan Pneumonia menurut Anisa (2019)
adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi alveoli
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
kapasitas pembawa oksigen darah
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
7. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang
tua tentang perawatan anak
8. Resiko tumbuh kembang berhubungan dengan hospitalisasi
2.1.3 Rencana Keperawatan
Menurut Oktiawati dan Julianti (2019), rencana tindakan
keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai
tiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan
tujuan tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan
pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan
dan keperawatan dapat diatasi. Rencana tindakan keperawatan dapat
dilihat pada uraian berikut ini:
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda
bersihan jalan tindakan vital (suhu, RR, HR)
nafas keperawatan …… 2. Pantau status
berhubungan jam, permbersihan pernafasan: irama,
dengan jalan nafas efektif. frekuensi, suara, dan
penumpukan Kriteria hasil: retraksi dada
secret - RR 30-50 x/menit 3. Atur posisi yang
-Bunyi nafas nyaman, posisi
vasikuler pronasi untuk bayi
- Tidak ada sputum dan semifowler untuk
-Irama nafas teratur anak
-Jalan nafas paten 4. Lakukan suction
-Sekresi yang sesuai indikasi
efektif 5. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
inhalasi ventolin
+NaCl 0.9% per 6jam
6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
oksigen nasal kanul
sesuai indikasi dokter
2.1.4 Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah
intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2013).
2.1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa
keperawatan, intervensi dan implementasi. Tujuan evaluasi adalah
untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan (Nursalam,
2013).
BAB III
FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN
Tgl Pengkajian : 12 Oktober 2021 No. Register: 05.93.15
Jam Pengkajian: 10.00 Wib Tgl MRS: 11 Oktober 2021
Ruang/Kelas : Pinere

3.1 IDENTITAS
Identitas Pasien Identitas Penanggung Jawab
Nama: Tn. A Nama: Ny. N
Umur: 58 Th Umur: 55 Th
JK: Laki-Laki JK: Perempuan
Agama: Islam Agama: Islam
Pendidikan: SD Pekerjaan: IRT
Pekerjaan: Wirausaha Alamat:Keumuning
Gol. Darah: - Hubungan: Istri
Alamat: Keumuning

3.2 KELUHAN UTAMA


1. Keluhan Utama Saat MRS
Klien mengatakan sesak nafas sejak 2 minggu yang lalu, pagi ini
sesaknya bertambah berat, sangat lemas, batuk berdahak, namun dahaknya
tidak bisa keluar, badan terasa hangat, tidak nafsu makan. Bab tidak bisa
keluar ± 7 hari yang lalu. Perut kembung
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien mengatakan sesak nafas, sangat lemas, batuk berdahak, namun
dahaknya tidak bisa keluar, badan terasa hangat, tidak nafsu makan. BAB
tidak bisa keluar ± 7 hari yang lalu. Perut kembung.
3.3 DIAGNOSA MEDIS
Susp. Pneumonia Covid Berat + PPOK
3.4 RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sesak nafas, sangat lemas, batuk berdahak, namun
dahaknya tidak bisa keluar, badan terasa hangat, tidak nafsu makan. BAB
tidak bisa keluar ± 7 hari yang lalu. Perut kembung.
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien mengatakan memiliki penyakit Hipertensi, ± 6 bulan ini
mengalami sesak sekali-sekali.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan Alm.Ibu klien memiliki penyakit Hipertensi.
3.5 RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN
1. Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL)
ADL Dirumah Di Rumah Sakit
Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi dan Mandiri Dibantu
cairan (Makan dan Minum)
Pola Eliminasi Mandiri Dibantu
BAK: Lancar
BAB: ± 7 hari belum BAB
Pola Istirahat Tidur Frekuensi 5-6 Sulit Tidur
jam perhari karena sesak
nafas 4-5 jam
Pola kebersihan Diri/ Personal Hygiene Mandiri Dibantu
Aktivitas Lain Mandiri Dibantu

2. Riawayat Psikologi
Klien mengatakn tidak pernah didiagnosis mengenai masalah psikologis
3. Riwayat Sosial
Klien mengatakan berhubungan baik dengan istri, anak-anak, tetangga,
dan masyarakat seluruh desa. Dan klien mengikuti kegiata-kegiatan yang
ada di Desa.
4. Riwayat Spiritual
Klien mengatakan kegiatan spiritual yang dilakukan adalah Shalat lima
waktu, berdoa, bersedakah, dll.
3.6 PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Compos Mentis
2. Tanta-tanda Vital
SAAT SEBELUM MRS SAAT PENGKAJIAN
TD:- TD: 158/84 mmHg
HR:- HR: 88 x/m
RR:- RR: 27 x/m
T:- T: 37,4 °C
SPO2: 84 %

3. Pemeriksaan Wajah
Normal, simetris, bersih
4. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Tidak ada lesi dikepala, simetris, dan bersih
5. Pemeriksaan Thoraks/Dada
Tidak ada tanda jejas, simetris, pergerakan dinding dada simetris
6. Pemeriksaan Abdomen
Tanpak Kembung, tidak ada nyeri tekan, sedikit kencang
7. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
Normal
8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang
Normal, seimetris, tidak ada tanda kelainan tulang belakang
9. Pemeriksaan Ekstremitas/Muskuluskeletal
Normal
10. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penciuman/Tenggorokan
Normal
11. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Klien mengatakan sedikit rabun dekat
12. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
Normal
13. Pemeriksaan Kulit /Integument
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik. Crt <2 detik
14. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medis
Laboratorium:
HB : 16,4 g/100ml Bilirubin :1,3 mg/100ml
Leukosit : 18,9/UIx10³ SGOT : 44 U/I
Eritrosit : 5,54/UIX10³ SGPT : 48 U/I
HT : 45,9% Ureum : 59 mg/100ml
Trombosit : 205/UIX10³ Creatinin :1,5 mg/100ml
GDS : 107 Uric Acid : 6,3 mg/dl
Radiologi:
- Severe Pneumonia curiga disertai efusi pleura kanan
- Cor Prominent
3.7 TINDAKAN TERAPI
- O2 15L/ menit NRM
- IVFD Nacl 0,9% 10 tts/m
- Iv. Dexamethason 1A/8 jam
- Iv. Ranitidin 1A/12 Jam
- Iv. Vit C 1000g/24 Jam
- Drip Iv. Remsedevir 200mg + 250 cc NaCl 0,9%/24 Jam
- Iv. Meropenem 1gr/ 8 Jam
- N Acetylcistein 2x1
- Paracetamol 3x1
- Curcuma 2x1
- Dulcolac Sub.
- Ventolin nebul 1A/8 Jam
3.8 Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 Data Subjektif Bersihan jalan Sputum
- Klien mengatakan anaknya sesak nafas tidak Berlebih
nafas efektif
- Klien mengatakan batuk berdahak
dan tidak bisa dikeluarkan
Data Objektif
- Terdapat suara tambahan nafas
ronkhi
- Hasil bacaan foto thorax Pneumonia
TD : 158/84 mmHg
HR : 88 kali/menit
RR : 27 kali/menit
T : 37,4°C
SPO2 : 84%
2 Data Subjektif Hipertermi Proses
- Klien mengatakan demam, badan penyakit (mis.
terasa hangat infeksi)
- Klien mengatakan tubuh pasien
hangat
- Sangat lemas
Data Objektif
- Pasien tubuhnya teraba hangat
- Suhu tubuh 37,4
3 Data Subjektif Konstipasi Ketidakteraturan
- Klien mengatakan belum BAB kebiasaan
sejak 7 hari yang lalu defekasi
- Klien mengatakan BAB terasa keras
- Klien mengatakan perut terasa
kembung
Data Objektif
- Perut tampak kembung
- Klien tampak kurang nyaman
dengan perutnya

3.9 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sputum berlebih
2. Hipertemi b/d proses penyakit infeksi
3. Konstipasi b/d Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
3.10Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Manajemen jalan nafas
b/d penumpukan sekret 3x24 jam, bersihan jalan nafas efektif. - Ajarkan latihan batuk efektif
Kriteria hasil: - Pengaturan posisi semi fowler
- RR 12-20 x/menit - Pemberian terapi Oksigen
- Bunyi nafas vasikuler - Pemberian terapi inhalasi
- Tidak ada sekret
- Irama nafas teratur
- Jalan nafas paten
- Sekresi yang efektif
- Ronki (-)
2 Hipertermi b.d Proses penyakit Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 - Manajemen hipertemia
(mis. infeksi) ditandai dengan jam maka termogulasi tidak efektif membaik - Kompres Dingin
suhu tubuh fluktuatif dan pucat dengan kriteria hasil : - Manajemen Cairan
- Suhu tubuh membaik - Pemantauan Cairan
- Perfusi perifer membaik - Pemberian obat Oral
- Pemberian obat intravena
3 Konstipasi b.d Ketidakteraturan Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam maka - Manajemen Konstipasi
kebiasaan defekasi konstipasi membaik dengan Kriteria Hasil : - Dukungan Perawatan Diri :
- Klien sudah bisa BAB BAB/BAK
- Perut Tidak kembung - Manajemen Cairan
- Rasa Nyaman Meningkat - Pemantauan Cairan
- Pemberian obat oral
- Pemberian obat rektal
3.11Implementasi dan Evaluasi
Waktu Implementasi Evaluasi
12 Oktober Dx. I S:
2021 Melakukan manajemen Tn.M mengatakan masih sesak
jalan nafas nafas, batuk berdahak belum
Mengajarkan latihan keluar, lemas, badan masih terasa
batuk efektif hangat, BAB +, perut terasa
Mengatur posisi semi nyaman.
fowler O:

Melakukan pemberian K/U: lemas

terapi Oksigen - Perut sudah tidak kembung

Melakukan pemberian - Terpasang O2 15 L/m NRM

terapi inhalasi (ventolin) - Sputum (-)


TD : 158/84 mmHg
Dx. II
HR : 88 kali/menit
- Manajemen hipertemia
RR : 26 kali/menit
- Kompres Dingin
T : 37,4°C
- Manajemen Cairan
SPO2 : 96%
- Pemantauan Cairan
A:
- Pemberian obat Oral
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Pemberian obat
2. Hipertermi
intravena
3. Konstipasi Teratasi
Dx. III
P:
- Manajemen Konstipasi
Intervensi Dilanjutkan
- Dukungan Perawatan
Diri : BAB/BAK
- Manajemen Cairan
- Pemantauan Cairan
- Pemberian obat oral
- Pemberian obat rektal
13 Oktober Dx. I S:
2021 Melakukan manajemen Tn.M mengatakan masih sedikit
jalan nafas sesak nafas, batuk berdahak sudah
Mengajarkan latihan mulai keluar, lemas, badan masih
batuk efektif terasa hangat, BAB +, perut terasa
Mengatur posisi semi nyaman.
fowler O:
Melakukan pemberian K/U: lemas
terapi Oksigen - Perut sudah tidak kembung
Melakukan pemberian - Terpasang O2 15 L/m NRM
terapi inhalasi (ventolin) - Sputum (+)
Dx. II TD : 150/90 mmHg

- Manajemen hipertemia HR : 85 kali/menit


RR : 25 kali/menit
- Kompres Dingin
T : 36,9°C
- Manajemen Cairan
SPO2 : 97%
- Pemantauan Cairan
A:
- Pemberian obat Oral
1. Bersihan jalan nafas tidak
- Pemberian obat
efektif
intravena
2. Hipertermi Teratasi
P:
Intervensi Dilanjutkan
15 Oktober Dx. I S:
2021 Melakukan manajemen Tn.M mengatakan tidak sesak
jalan nafas nafas, batuk berdahak, sedikit
Mengajarkan latihan lemas, BAB +, BAK +.
batuk efektif O:
Mengatur posisi semi K/U: sedang
fowler - Perut sudah tidak kembung

Melakukan pemberian - Terpasang O2 4 L/m

terapi Oksigen - Sputum (+)

Melakukan pemberian TD : 143/86 mmHg


HR : 82 kali/menit
terapi inhalasi (ventolin)
RR : 22 kali/menit
Dx. II
T : 36,6°C
- Manajemen hipertemia
SPO2 : 96%
- Kompres Dingin
A:
- Manajemen Cairan
- Pemantauan Cairan 1. Bersihan jalan nafas tidak
- Pemberian obat Oral efektif teratasi
- Pemberian obat 2. Hipertermi Teratasi
intravena P:
Intervensi Dihentikan:
Discharge Planning
Klien PBJ
DAFTAR PUSTAKA
Agustyana. 2019. Hubungan kondisi fisik rumah dengan kejadian pneumonia
pada balita di daerah perkotaan.Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 7,
Nomor 1, Januari 2019.
Amin & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis &NANDA NIC-NOC (jilid I). Yogyakarta: mediaction.
Anwar, A. & Dharmayanti, I. 2014. ‘’Pneumonian pada Anak Balita di
Indonesia’’ jurnal kesehatan masyarakat Nasional vol.8, hal 359360
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.
Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta:Salemba Medika
PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Wahid, A. & Imam, S. 2013 .Asuhan Keperawatan pada gangguan sistem
respirasi. Jakarta:CV Trans Info Media.
World Health Organization. 2019. Pneumonia. (Online),
(https://www.who.int/topics/pneumococcal_infections/en/

Anda mungkin juga menyukai