A
DENGAN PNEUMONIA DI RUANG PINERE
RSUD SULTHAN ABDUL AZISSYAH PEUREULAK
OLEH:
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
2.1 Pneumonia
2.1.1 Pengertian
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi
terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi,
bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Somantri,
2012).
Menurut WHO (2015), Pneumonia adalah bentuk infeksi
pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru. Paru-paru terdiri
dari kantung kecil yang disebut Alveoli, yang mengisi dengan udara
ketika orang yang sehat bernafas. Ketika seorang individu memiliki
pneumonia, alveoli dipenuhi nanah dan cairan, yang membuat
berbafas asupan oksigen yang menyakitkan dan terbatas.
2.1.2 Etiologi
Menurut Amin dan Hardhi (2015), penyebaran infeksi terjadi
melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccuspneumonia,
melalui selang infus oleh staphylococcus aureus sedangkan pada
pemakaian ventilator oleh peruginosa dan enterobacter, dan masa
kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan dan penggunaan
antibiotik yang tidak tepat.
Setelah masuk keparu-paru organisme bermultiplikasi dan jika
telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahan paru, terjadi
pneumonia. Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai
penggolongannya (Asih & Effendy, 2014) yaitu:
1. Bakteri
Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolyticus, Streptokoccusaureus, Hemaphilus Influenza,
Mycobacterum Tuberkolosis, Bacillus Fre
2. Virus
Respiratory Syncytial virus, Adeno virus, V.Sitomegalitik, V.
Influenza.
3. Mycoplasma Pneumonia
4. Jamur
HistoplasmaCapsulatum, Cryptococcus Neuroformans,
Blastomyces Dermatitisdes, Coccidosdies Immitis, Aspergilus
Species, Candida Albicans.
5. Aspirasi
Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), Cairan Amnion,
Benda Asing.
6. Pneumonia Hipostatik.
7. Sindrom Loeffer.
2.1.3 Manifestai Klinis
Menurut Amin dan Hardhi (2015), tanda dan gejala pneumonia
adalah sebagai berikut:
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama.
Paling sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu
mencapai 39,5°C – 40,5°C bahkan dengan infeksi ringan.
Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euforia dan
lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan
tidak biasa.
2. Meningitis, yaitu tanda – tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awaitan demam tiba- tiba dengan disertai sakit
kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya
tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia merupakan hal yang umum yang disertai dengan
penyakit masa kanak- kanak. Sering kali merupakan bukti awal
dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih
sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang
sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit
yang merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya
berlangsung singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi
berat. Sering menyetai infeksi pernafasan, khususnya karena
virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, lubang hidung dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi
pernafasan dan menyusui pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin
encer dan sedikit lendir kental dan purulen, bergantung pada tipe
dan tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
10. Bunyi pernafasan, seperti mengi, mengorok, dan krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadipada
anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak
untuk minum dan makan peroral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusui atau
makan/minum, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis
atau tidak sadar, sianosis, distress pernapasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, terdapat napas cepat
a. Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan > 50kali/menit
b. Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun > 40kali/menit
2.1.4 Patofisiologi
Mikroorganisme mencapai paru melalui beberapa jalur, yaitu:
1. Ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara,
mikroorganisme dilepaskan ke dalam udara dan terhirup oleh
orang lain.
2. Mikroorganisme dapat juga terinspirasi denganaerosol dari
peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi.
3. Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal
orofaring dapat menjadi patogenik.
4. Staphilococccus dan bakteri garam negatif dapat menyebar
melalui sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV
yang terkontaminasi.
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru
dikeluarkan atau tertahan dalam pipi melalui mekanisme pertahanan
diri seperti reflek batuk, klirens mukosiliaris, dan fagositosis oleh
makrofag alveolar. Pada individu yang rentan, pathogen yang masuk
kedalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat
merusak dan menstimulasi respon inflamasi dan respon imun, yang
keduanya mempunyai efek samping merusak. Reaksi antigen-
antibodi dan endotoksin yang melepaskan oleh beberapa
mikroorganisme merusak membrane mukosa bronchial dan
membrane alveolokapilar inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel
acini dan brokhioventilasi perfusi (Asih & Effendy, 2014).
2.1.5 Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa
diberikan antibiotik per oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita
yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat antibiotik
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan,
cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan
penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan
umum yang dapat diberikan antara lain:
a. Oksigen 1-2 L/menit.
b. IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI
cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan
status hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastric dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport
mukosilier.
Penetalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,
antibiotic diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital based:
1. Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
2. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan penunjang
pneumonia adalah:
a. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi structural (missal: lobar,
bronchial dapa juga menyatakan abses)
b. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnose
c. Pemeriksaan kultur, sputum, dan darah : untuk dapat
mengindentifikasi semua organisme yang ada
d. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnose
organisme khusus
e. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paruparu,
menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
f. Spiometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang aspirasi
g. Bronkoskop : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing
2.2 Asuhan Keperawatan
2.1.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal atau dasar dalam proses
keperawatan dan merupakan tahap paling menentukan bagi tahap
berikutnya yang berasal dari berbagai macam sumber data.
Adapun Menurut Puspasari (2019), klien yang mengalami
Pneumonia tidak harus dirawat di rumah sakit. Sebaliknya, dirawat
jika akan atau beresiko mengalami Pneumonia berat. Data yang
harus dikumpulkan untuk mengakji klien dengan Pneumonia adalah:
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama/ Nama panggilan, tempat tanggal lahir, usia, jenis
kelamin, agama, pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi.
b. Identitas Orang Tua/Penanggung Jawab
Nama ayah dan ibu atau penanggung jawab, usia, pendidikan,
pekerjaan, sumber penghasilan, agama, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran dan GCS
b. Vital Sign
c. Sistem Respirasi
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastroinstentinal
f. Sistem Persarafan
g. Sistem Genetaliaurinaria/ Eliminasi
h. Sistem Integumen
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. Foto Rontgen
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai
seseorang, sebagai akibat dari masalah kesehatan. Adapun diagnosa
keperawatan pada klien dengan Pneumonia menurut Anisa (2019)
adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi alveoli
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
kapasitas pembawa oksigen darah
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
7. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang
tua tentang perawatan anak
8. Resiko tumbuh kembang berhubungan dengan hospitalisasi
2.1.3 Rencana Keperawatan
Menurut Oktiawati dan Julianti (2019), rencana tindakan
keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai
tiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan
tujuan tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan
pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan
dan keperawatan dapat diatasi. Rencana tindakan keperawatan dapat
dilihat pada uraian berikut ini:
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda
bersihan jalan tindakan vital (suhu, RR, HR)
nafas keperawatan …… 2. Pantau status
berhubungan jam, permbersihan pernafasan: irama,
dengan jalan nafas efektif. frekuensi, suara, dan
penumpukan Kriteria hasil: retraksi dada
secret - RR 30-50 x/menit 3. Atur posisi yang
-Bunyi nafas nyaman, posisi
vasikuler pronasi untuk bayi
- Tidak ada sputum dan semifowler untuk
-Irama nafas teratur anak
-Jalan nafas paten 4. Lakukan suction
-Sekresi yang sesuai indikasi
efektif 5. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
inhalasi ventolin
+NaCl 0.9% per 6jam
6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
oksigen nasal kanul
sesuai indikasi dokter
2.1.4 Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah
intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2013).
2.1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa
keperawatan, intervensi dan implementasi. Tujuan evaluasi adalah
untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan (Nursalam,
2013).
BAB III
FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN
Tgl Pengkajian : 12 Oktober 2021 No. Register: 05.93.15
Jam Pengkajian: 10.00 Wib Tgl MRS: 11 Oktober 2021
Ruang/Kelas : Pinere
3.1 IDENTITAS
Identitas Pasien Identitas Penanggung Jawab
Nama: Tn. A Nama: Ny. N
Umur: 58 Th Umur: 55 Th
JK: Laki-Laki JK: Perempuan
Agama: Islam Agama: Islam
Pendidikan: SD Pekerjaan: IRT
Pekerjaan: Wirausaha Alamat:Keumuning
Gol. Darah: - Hubungan: Istri
Alamat: Keumuning
2. Riawayat Psikologi
Klien mengatakn tidak pernah didiagnosis mengenai masalah psikologis
3. Riwayat Sosial
Klien mengatakan berhubungan baik dengan istri, anak-anak, tetangga,
dan masyarakat seluruh desa. Dan klien mengikuti kegiata-kegiatan yang
ada di Desa.
4. Riwayat Spiritual
Klien mengatakan kegiatan spiritual yang dilakukan adalah Shalat lima
waktu, berdoa, bersedakah, dll.
3.6 PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Compos Mentis
2. Tanta-tanda Vital
SAAT SEBELUM MRS SAAT PENGKAJIAN
TD:- TD: 158/84 mmHg
HR:- HR: 88 x/m
RR:- RR: 27 x/m
T:- T: 37,4 °C
SPO2: 84 %
3. Pemeriksaan Wajah
Normal, simetris, bersih
4. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Tidak ada lesi dikepala, simetris, dan bersih
5. Pemeriksaan Thoraks/Dada
Tidak ada tanda jejas, simetris, pergerakan dinding dada simetris
6. Pemeriksaan Abdomen
Tanpak Kembung, tidak ada nyeri tekan, sedikit kencang
7. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
Normal
8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang
Normal, seimetris, tidak ada tanda kelainan tulang belakang
9. Pemeriksaan Ekstremitas/Muskuluskeletal
Normal
10. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penciuman/Tenggorokan
Normal
11. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Klien mengatakan sedikit rabun dekat
12. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
Normal
13. Pemeriksaan Kulit /Integument
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik. Crt <2 detik
14. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medis
Laboratorium:
HB : 16,4 g/100ml Bilirubin :1,3 mg/100ml
Leukosit : 18,9/UIx10³ SGOT : 44 U/I
Eritrosit : 5,54/UIX10³ SGPT : 48 U/I
HT : 45,9% Ureum : 59 mg/100ml
Trombosit : 205/UIX10³ Creatinin :1,5 mg/100ml
GDS : 107 Uric Acid : 6,3 mg/dl
Radiologi:
- Severe Pneumonia curiga disertai efusi pleura kanan
- Cor Prominent
3.7 TINDAKAN TERAPI
- O2 15L/ menit NRM
- IVFD Nacl 0,9% 10 tts/m
- Iv. Dexamethason 1A/8 jam
- Iv. Ranitidin 1A/12 Jam
- Iv. Vit C 1000g/24 Jam
- Drip Iv. Remsedevir 200mg + 250 cc NaCl 0,9%/24 Jam
- Iv. Meropenem 1gr/ 8 Jam
- N Acetylcistein 2x1
- Paracetamol 3x1
- Curcuma 2x1
- Dulcolac Sub.
- Ventolin nebul 1A/8 Jam
3.8 Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 Data Subjektif Bersihan jalan Sputum
- Klien mengatakan anaknya sesak nafas tidak Berlebih
nafas efektif
- Klien mengatakan batuk berdahak
dan tidak bisa dikeluarkan
Data Objektif
- Terdapat suara tambahan nafas
ronkhi
- Hasil bacaan foto thorax Pneumonia
TD : 158/84 mmHg
HR : 88 kali/menit
RR : 27 kali/menit
T : 37,4°C
SPO2 : 84%
2 Data Subjektif Hipertermi Proses
- Klien mengatakan demam, badan penyakit (mis.
terasa hangat infeksi)
- Klien mengatakan tubuh pasien
hangat
- Sangat lemas
Data Objektif
- Pasien tubuhnya teraba hangat
- Suhu tubuh 37,4
3 Data Subjektif Konstipasi Ketidakteraturan
- Klien mengatakan belum BAB kebiasaan
sejak 7 hari yang lalu defekasi
- Klien mengatakan BAB terasa keras
- Klien mengatakan perut terasa
kembung
Data Objektif
- Perut tampak kembung
- Klien tampak kurang nyaman
dengan perutnya