Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

“ANEMIA”

OLEH :

Vivi Andriani 2114901052

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( Ns. Revi Neini Iqbal, M.Kep ) (Ns.Widia Wati, M.Kep, Sp. Kep, M.B )

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

( Ns. Wilyadi Rasyid, M.Kep, Sp.Kep, M.B) (Ns. Hidayatul Rahmi, M.Kep )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN 2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mengenai “ANEMIA”
dengan tepat waktu. Tugas ini disusun guna memenuhi tugas siklus interne
Program Studi Pendidikan Profesi Ners STIKes Alifah Padang. Penyusunan tugas
ini tentu tidak lepas dari kontribusi dan bantuan berbagai pihak.

Kami menyadari dalam menyelesaikan tugas ini banyak kekurangan dari


teknik penulisan dan kelengkapan materi yang jauh dari sempurna. Kami juga
menerima kritik dan saran yang membangun sebagai bentuk pembelajaran agar
meminimalisir kesalahan dalam tugas berikutnya.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam proses penyusunan tugas ini dari awal hingga akhir.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya

Padang, November 2021


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh

dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk

dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat

terutama pada remaja dan ibu hamil. Anemia pada remaja putri sampai

saat ini masik cukup tinggi, menurut World Health Organization (WHO,

2013), prevelensi anemia dunia berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia

remaja (10-19 tahun) di indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9%

laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI, 2013).

Indonesia merupakan salahsatu dari 45besar negara dengan

jumlah penderita Anemiaterbanyak.Pada tahun 2014, Negara yang

tergolong tengah berkembang ini baru menempati peringkat ke30,

dengan jumlah penduduk yang pernah menderita Anemiasebanyak

3,2juta jiwa. Peringkat ini diprediksi akan naik duatingkat

(menjadiperingkatke-28) pada tahun 2025.

Sumatera Barat yang mengalami anemia sebesar 72%.Dari hasil

laporan Dinas Kesehatantahun 2013kejadian anemia adalah 18,7%,

tahun 2014 sebanyak 11,2% (Dinas KesehatanSumbar, 2013).

Jenis anemia yang dialami dan gangguan yang dialami oleh klien

atau bila keadaan klien memburuk. Anemia bias menyebabkan

kerusakan sel otak secara permanen, lebih berbahaya dari kerusakan sel-
sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak mungkin

dikembalikan seperti semula.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan tindakan keperawatan
pada pasien dengan Anemia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar dari Anemia (definisi, etiologi,
epidemiologi, tanda dan gejala, komplikasi, prognosis,
patofisiologi, pengobatan, penatalaksanaan medis, dan
pencegahan).
b. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Anemia
(Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi, Evaluasi).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar


hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga
menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa
oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan
eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan
anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka
wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat
gangguan fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau
kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang
sehat.  Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi
yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe
anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta,
2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi sistem hematologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah
diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpa.Darah
adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lainkarena
berbentuk cairan.Darah merupakan medium transport tubuh,
volume darah manusia sekitar 7% - 10% berat badan normal
dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap
orangtidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan
jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri atas 2 komponen
utama, yaitu sebagai berikut :

1) Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas
air, elektrolit, dan protein darah.
2) Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-
komponen berikut ini.
3) Eritrosit : sel darah merah (Sel Darah Merah ± red blood cell).

Gambar 2.1 Sel Darah

4) Leukosit : sel darah putih (Sel Darah Putih ± white blood cell).
5) Trombosit : butir pembeku darah ± platelet.

Tabel 2.1

Kriteria kadar / nilai HB pada Anemia


No Jenis kelamin/ usia Kadar hemoglobin
1 laki-laki <13gr/dl
2 perempuan dewasa tidak hamil <12gr/dl
3 Perempuan <11gr/dl
4 Anak usia 6-14 tahun <12gr/dl
5 Anak usia 6 bulan-6 tahun <11gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada

umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut.

1. Hemoglobin<10gr/dl

2. Hematokrit <30%

3. Eritrosit <2,8juta
Tabel 2.2

Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer


Institute)

DERAJAT WHO NCI

Derajat 0 (nilai normal) >11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL

Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL


Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
< 6.5 g/Dl

2. Sel darah merah (Eritrosit)


Sel darah merah merupakan cairan bikonkaf dengan
diameter sekitar 7 mikron.Bikonkavitas memungkinkan gerakan
oksigen masuk dan keluar sel secara cepatdengan jarak yang
pendek antara membran dan inti sel.Warna kuning kemerahan-
merahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat yang dsebut
Hemoglobin. Komponen eritrosit adalah membrane eritrosit, sistem
enzim; enzim G6PD ( Glucose6-Phosphatedehydrogenase) dan
hemoglobin yang terdiri atas heme dan globin.Jumlah eritrosit
normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gr dalam 100 cc
darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%.
Sel darah merah memiliki bermacam antigen :
1) Antigen A, B dan O
2) Antigen Rh
Proses penghacuran sel darah merah terjadi karena
proses penuaan dan proses patologis. Hemolisis yang
tejadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya
komponen hemoglobin yaitu komponen protein dan
komponen heme.

3. Sel Darah Putih (Leukosit)

Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan

perantaraan kaki kapsul(pseudopodia). Mempunyai macam-macam

inti sel, sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya serta

warna bening (tidak berwarna). Sel darah putih dibentuk di

sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis jenis dari golongan sel

ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit T dan B ;

monosit dan makrofag; serta golongan yang bergranula yaitu :

1) Eosinofil

2) Basofil

3) Neutrofil

Fungsi sel darah putih :


1) Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh kuman dan memakan
bibit penyakit, bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan
RES (sistem retikulo endotel).
2) Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/ membawa zat lemak
dari dinding ususmelalui limpa terus ke pembuluh darah.
Jenis sel darah putih

1) Agranulosit

Memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki

diameter 10- 12mikron. Dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan

pewarnaannya :

• Neutrofil

Granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang

terangkai, kadangseperti terpisah pisah,

protoplasmanya banyak berbintik- bintik halus/granula,

serta banyaknya sekitar 60-70%.

• Eusinofil

Granula berwarna merah, banyaknya kira-kira 24%.

• Basofil

Granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini

lebih kecil daripadaeosinofil, tetapi mempunyai inti yang

bentuknya teratur.

Eusinofil, neutrofil dan basofil berfungsi sebagai fagosit

dalam mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan

sisa-sisa sel.

2) Granulosita
a) Limfosit

Limfosit memiliki nucleus bear bulat dengan

menempati sebagian besar sel limfosit berkembang

dalam jaringan limfe.

 Limfosit T

Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan

berkembang lama,kemudian bermigrasi menuju timus.

Setelah meninggalkan timus, sel-sel ini beredar dalam

darah sampai mereka bertemu dengan antigen dimana

mereka telah di program untuk mengenalinya. Setelah

dirangsang oleh antigennya, sel- sel ini

menghasilkanbahan-bahankimia yang menghancurkan

mikrooranisme dan memberitahu sel darah putih

lainnya bahwa telah terjadi infeksi.

 Limfosit B

Terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam

darah sampaimenjumpai antigen dimana mereka

telah diprogram untuk mengenalinya.Pada tahap ini

limfosit B mengalami pematangan lebih lanjut dan

menjadi sel plasma serta menghasilkan antibodi.

b) Monosit

Monosit dibentuk dalam bentuk imatur dan mengalami proses


pematanganmenjadi makrofag setelah msuk ke jaringan.

Fungsinya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total

komponen yang ada di sel darah putih.

4. Keping Darah (Trombosit)

Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam


sumsum tulang yang terbentuk cakram bulat, oval, bikonveks,
tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari. Trombosit berperan penting
dalam pembentukan bekuan darah. Fungsi lain dalam trombosit
yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan
dengan pembuluh darah yang cedera.
5. Plasma Darah

Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya


bening kekuning- kuningan.Hampir 90% plasma terdiri atas air.
Plasma diperoleh dengan memutar sel darah, plasma diberikan
secara intravenauntuk: mengembalikan volume darah,
menyediakan substansi yang hilang dari darah klien.
6. Limpa

Limpa merupakan organ ungu lunak kurang lebih

berukuran satu kepalan tangan. Limpa terletak pada pojok atas

kiri abdomen dibawah kostae. Limpa memiliki permukaan luar

konveks yang berhadapan dengan diafragma dan permukaan

medialyang konkaf serta berhadapan dengan lambung, fleksura,

linealis kolon dan ginjalkiri.Limpa terdiri atas kapsula jaringan

fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limpa),dan pilpa merah

( jaringan ikat, sel eritrost, sel leukosit). Suplai darah oleh

arterilinealis yang keluar dari arteri coeliaca.


Fungsi Limpa

a. Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin).

b. Destruksi sel eritrosit tua.

c. Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan.

d. Produksi bilirubin dari eritrosit.

e. Pembentukan limfosit dalam folikel limpa.

7. Fisiologi sistem hematologia.

Sebagai alat pengangkut yaitu :


 Mengambil O2/zat pembakaran dari paru-paru
untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
 Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui
paru-paru.
 Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan
dan dibagikankeseluruh jaringan/alat tubuh.
 Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
 Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
 Mengatur panas tubuh.
 Berperan serta dala, mengatur pH cairan tubuh
 Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi
 Mencegah perdarahan. (Handayani, 2008)
C. Etiologi

1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)


2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi,
folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:


1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,
vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi
rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah
menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat
besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-
menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus
buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan
perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya
dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan
vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi).
Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat
besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit
ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan
penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena
mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing
tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan
darah yang parah.
D. Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:


1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah
merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
 agen neoplastik/sitoplastik
 terapi radiasi
 antibiotic tertentu
 obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas,
fenilbutason
 benzene
 infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala:
 Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
 Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis,
perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih,
perdarahan susunan saraf pusat.
 Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah
tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel
darah merah maupun defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang
berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik
(sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). 
Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru,
osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
 Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat
selama hamil, menstruasi
 Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
 Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip,
gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)
Gejala-gejalanya:
 Atropi papilla lidah
 Lidah pucat, merah, meradang
 Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
 Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
 Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi
asam folat
 Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
 Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan
segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
a. Pengaruh obat-obatan tertentu
b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple,
leukemia limfositik kronik
c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Proses autoimun
e. Reaksi transfusi
f. Malaria
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)

DERAJAT WHO NCI


Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL < 6.5 g/dL

E. Manifestasi Klinis

Selain beratnya anemia, bebagai faktor mempengaruhi berat dan


adanya gejala:( Smelzer, Suzanne C, 2001 )
a. Kecepatan kejadian anemia

b. Durasinya (misal. Kronisitas)

c. Kebutuhan metabolisme pasien

d. Adanya kelainan lain atau kecacatan

e. Komplikasi tertentu atau keadaan penyerta yang


mengakibatkan anemia.

Semakin cepat perkembangan anemia, semakin berat gejalanya.

Pada orang yang normal penurunan hemoglobin, hitung darah

merah, atau hematokirt tanpa gejala yang tampak atau

ketidakmampuan yang jelas secara bertahap biasanya dapat

ditoleransi sampai 50%, sedangkan kehilangan cepat sebanyak 30%

dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada individu yang sama.

Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup


lama dengan kadar hemoglobin antara 9 dan 11 mg/dl, hanya

mengalami sedikit gejala atau tidak ada gejala sama sekali selain

takikardi ringan saat latihan. Dispnea latihan biasanya terjadi hanya

dibawah 7,5 g/dl, kelemahan hanya terjadi dibawah 6 g/dl, dispnea

istirahat dibawah 3 g/dl, dan gagal jantung hanya pada kadar sangat

rendah 2-2,5 g/dl.

Pasien yang biasanya aktif lebih berat mengalami berat

mengalami gejala, dibanding orang yang tenang. Pasien dengan

hipotiroidisme dengan kebutuhan oksigen yang rendah bisa tidak

bergejala sama sekali, tanpa takikardia atau peningkatan curah

jantung, pada kadar hemoglobin dibawah 10 g/dl.

Tanda dan gejala anemia sebenarnya bisa dideteksi . Sebenarnya

kita bisa mengenali tanda anemia itu salah satu cara untuk bisa

menangani semenjak awal anemia ini dan juga memberikan

pengobatan anemia itu sendiri. Tanda anemia bisa berupa :

a) Klien terlihat lemah, letih, lesu, hal ini karena oksigen yang
dibawa keseluruh tubuh berkurang karena media transport
hemoglobin berkurang sehingga tentunya yang membuat energy
berkurang dan dampaknya adalah lemah, letih dan lesu
b) Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan hal
diatas, karena darah yang membawa oksigen berkurang, aliran
darah serta oksigen ke otak berkurang pula dan berdampak pada
indra penglihatan dengan pandangan mata yang berkunang-
kunang
c) Menurunnya daya pikir, akibatnya adalah sulit untuk
berkonsentrasi
d) Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudah terserang
sakit
e) Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka klien bisa
menunjukkan tanda-tanda detak jantung cepat dan bengkak pada
tangan dan kaki.
F. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab
lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. 
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal
≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam
plasma (hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin
bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). 
Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1.
hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah
merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti
yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
G. Kriteria diagnosa
1. gagal jantung,
2. kejang.
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

H. WOC
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015.
I. Pencegahan
Beberapa jenis anemia, seperti anemia pada masa kehamilan dan
anemia akibat kekurangan zat besi, dapat dicegah dengan pola makan
kaya nutrisi, terutama:
Makanan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal,
kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan.
Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta
makanan berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu. Buah-
buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi.
Selain dengan makanan, anemia akibat kekurangan zat besi juga dapat
dicegah dengan mengonsumsi suplemen zat besi secara rutin.
Kadar Hb normal setiap orang berbeda-beda tergantung usia dan jenis
kelaminnya. Berikut ini adalah kisaran nilai Hb normal:
Laki-laki dewasa: 13 g/dL (gram per desiliter)
Wanita dewasa: 12 g/dL
Wanita hamil: 11 g/dL
Bayi: 11 g/dL
Anak usia 1–6 tahun: 11,5 g/dL
Anak dan remaja usia 6–18 tahun: 12 g/dL.
J. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
 Transplantasi sumsum tulang
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin
antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
 Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi
dan asam folat
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan
penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
 Dicari penyebab defisiensi besi
 Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat
ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian
vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi
atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM.
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12
harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita
anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet
dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada
pasien dengan gangguan absorbsi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian keperawatan
a. Riwayat
1) Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas
pasien mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri,
polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Data diambil saat pengkajian berisi tentang perjalanan penyakit
pasien dari sebelum dibawa ke IGD sampai dengan mendapatkan
perawatan di bangsal.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh
pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi berapa kali, dan
dirawat di RS berapa kali.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga , adakah anggota keluarga dari pasien
yang menderita penyakit Diabetes Mellitus karena DM ini
termasuk penyakit yang menurun.
5) Riwayat Psikososial
1. Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
 Kelemahan otot
 Mudah lelah
 Kulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat
 Sakit kepala
 Pusing
 Kunang-kunang
 Peka rangsang
 Proses berpikir lambat
 Penurunan lapang pandang
 Apatis
 Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
 Perfusi perifer buruh
 Kulit lembab dan dingin
 Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
 Peningkatan frekuensi jatung
b. Pemeriksaan Fisik
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
1) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran
pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan  berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman
bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan  berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
6) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau
sakit saat berkemih.
7) Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri
B. Diagnosa keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d Penurunan kosentrasi hemoglobin
2. Defisit nutrisi b.d nafsu mkan menurun
3. Resiko infeksi b.d Penurunan Hb
4. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
5. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
6.  Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
7. Keletihan b.d anemia
C. Intervensi keperawatan
DIANGOSA
N
KEPERAWATA NOC NIC
O
N
1 Perfusi Perifer Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi:
tidak efektif b.d keperawatan selama a. Monitor TTV
b. Monitor tanda-
Penurunan ……… jam perfusi tanda pendarahan
konsentrasi jaringan klien adekuat c. Monitor panas,
kemerahan, nyeri
hemoglobin dengan kriteria : atau bengkak pada
 Membran mukosa merah ektremitas
d. lakukan hidrasi
 Konjungtiva tidak e. Anjurkan berhenti
merokok
anemis
Kolaborasi
 Akral hangat pemberian obat
 Tanda-tanda vital dalam
rentang normal

2 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi :


Nafsu makan keperawatan selama a. Identifikasi status
menurun ………. status nutrisi  nutrisi
b. Identifikasi alergi
Membaik dengan kriteria dan intoleransi
a. Porsi makanan yang makanan
dihabiskan c. Identifikasi
meningkat makanan yang
b. Berat badan disukai
membaik d. Identifikasi
c. IMT membaik kebutuhan kalori
d. Kekuatan e. Monitor asupan
otot makanan
mengunyah f. Monitir berat badan
meningkat g. Kolaborasi dengan
e. Frekuensi makan ahli gizi untuk
membaik menetukan jumlah
f. Nafsu makan kalori dan jenis
membaik nutrien yang
dibutuhkan
3. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan NIC :
penurunan Hb keperawatan selama Pencegahan infeksi,
………. jam tidak ada tindakan :
tanda-tanda infeksi dengan a. Monitor ttv
b. Monitor tanda dan
kriteria
gejala infeksi
a) Klien bebas dari local sistemik
terapeutik
tanda dan gejala
c. batasi jumlah
infeksi pengunjung
d. Monitor tanda-
b) Jumlah leukosit
tanda pendarahan
dalam batas normal e. Monitor intake
output
c) Conjungtiva tidak
anemis
d) Nyeri berkurang
e) kadar sel darah
putih normal
4. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi
b.d keperawatan selama …….. a) Observasi adanya
ketidakseimbangan klien dapat beraktivitas pembatasan klien
suplai dan dengan kriteria dalam beraktifitas.
kebutuhan oksigen -   Peningkatan toleransi b) Kaji kesesuaian
aktivitas aktivitas&istirahat
klien sehari-hari
c) aktivitas secara
bertahap, biarkan
klien berpartisipasi
dapat perubahan
posisi, berpindah &
perawatan diri
d) Pastikan klien
mengubah posisi
secara bertahap.
e) Monitor gejala
intoleransi aktivitas
Kesadaran & tanda
vital
5. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen
pertukaran gas b.d keperawatan selama …….. a) Bersihkan mulut,
ventilasi-perfusi status respirasi : hidung dan secret
pertukaran gas membaik  trakea
dengan kriteria : b) Pertahankan jalan
a) Mendemonstrasikan nafas yang paten
peningkatan ventilasi c) Atur peralatan
dan oksigenasi yang oksigenasi
adekuat d) Monitor aliran
b) Memelihara kebersihan oksigen
paru paru dan bebas e) Pertahankan posisi
dari tanda tanda distress pasien
pernafasan f) Observasi adanya
c) Mendemonstrasikan tanda tanda
batuk efektif dan suara hipoventilasi
nafas yang bersih, tidak g) Monitor adanya
ada sianosis dan kecemasan pasien
dyspneu (mampu terhadap
mengeluarkan sputum, oksigenasi
mampu bernafas
dengan mudah, tidak Vital sign Monitoring
ada pursed lips) a) Monitor Vital
d) Tanda tanda vital dalam sign
rentang normal b) Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
c) Monitor
sianosis perifer
d) Monitor
adanya cushing
triad (tekanan
nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
e) Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
6. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway Management
pola nafas b.d keperawatan selama ……. a) Buka jalan nafas,
… status respirasi klien guanakan teknik
membaik dengan kriteria chin lift atau jaw
a) Mendemonstrasikan thrust bila perlu
batuk efektif dan suara b) Posisikan pasien
nafas yang bersih, untuk
tidak ada sianosis dan memaksimalkan
dyspneu (mampu ventilasi
mengeluarkan sputum, c) Identifikasi pasien
mampu bernafas perlunya
dengan mudah, tidak pemasangan alat
ada pursed lips) jalan nafas buatan
b) Menunjukkan jalan d) Keluarkan sekret
nafas yang paten (klien dengan batuk atau
tidak merasa tercekik, suction
irama nafas, frekuensi e) Auskultasi suara
pernafasan dalam nafas, catat adanya
rentang normal, tidak suara tambahan
ada suara nafas f) Atur intake untuk
abnormal) cairan
Tanda Tanda vital dalam mengoptimalkan
rentang normal (tekanan keseimbangan.
darah, nadi, pernafasan)
8 Keletihan b.d Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen
anemia keperawatan selama …….. a) Monitor respon
.keletihan klien teratasi klien terhadap
dengan kriteria : aktivitas takikardi,
a) Kemampuan aktivitas disritmia, dispneu,
adekuat pucat, dan jumlah
b) Mempertahankan respirasi
nutrisi adekuat b) Monitor dan catat
c) Mengidentifikasi jumlah tidur klien
faktor-faktor fisik dan c) Monitor
psikologis yang ketidaknyamanan
menyebabkan atauu nyeri selama
kelelahan bergerak dan
d) Mempertahankan aktivitas
kemampuan untuk d) Monitor intake
konsentrasi nutrisi
e) Jelakan kepada
klien hubungan
kelelahan dengan
proses penyakit

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan
(Nursallam, 2011).
E. EVALUASI
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis
yaitu:
1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.
2. Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan adalah pernyataan singkat, jelas, dan sistematis dari
keseluruhan hasil analisis, pembahasan, dan pengujian hipotesis dalam
sebuah penelitian. 
4.2. Saran 
adalah usul atau pendapat dari seorang peneliti yang berkaitan dengan
pemecahan masalah yang menjadi objek penelitian ataupun kemungkinan
penelitian lanjutan

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.

Nursalam.(2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.


Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai