Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup
dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi – tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Visi yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai “Indonesia Sehat
2010”,menurut Depkes 1999.

Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan, maka penyelenggaraan upaya


kesehatan perlu memperhatikan kebijakan umum, diantaranya adalah peningkatan upaya
kesehatan melalui pencegahan dan pengurangan angka kesakitan (morbiditas), angka
kematian (mortalitas) dan kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak balita dan
wanita hamil, melahirkan dan masa nifas melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan dan rehabilitasi.

Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-
negara maju,modern dan industri.Keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit
degeneratif,kangker,gangguan jiwa dan kecelakaan (Mardjono dalam Hawari 2001).

Mengingat masalah gangguan jiwa yang meningkat akhir-akhir ini dan terjadinya gempa
dahsyat dengan kekuatan 8.9 Skala Richter pada tanggal 28 Maret 2005 yang melanda
Kepulauan Nias, yang kesemuanya mengakibatkan dampak fisik dan psikologis, maka WHO
memandang perlu program CMHN.

Kegiatan program CMHN merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai dari proses
rekruitmen perawat CMHN yang akan mengikuti pelatihan, pertemuan persiapan yang
melibatkan beberapa sector yang terkait seperti Dinas Kesehatan dan pemerintah daerah
setempat dalam rangka memperoleh dukungan pelaksanan CMHN, kegiatan Pelatihan Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat (Basic Course of Community Mental Health
Nursing (BC-CMHN) berupa pemberian pengetahuan dan keterampilan bagi perawat
Puskesmas, sehingga memiliki kompetensi melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
gangguan jiwa, selanjutnya implementasinya di masyarakat dan kegiatan supervisi.
B.      Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan sehat jiwa, masalah psikososial, dan gangguan jiwa ?

2.      Apa yang dimaksud dengan konsep dasar community mental heart nursing?

3.      Bagaimana konseptual model keperawatan jiwa komunitas?

4.      Bagaimana peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa komunitas?

5.      Bagaimana kompetensi perawatan kesehatan jiwa komunitas (competent of caring)

6.      Bagaimana pelayanan keperawatan jiwa komunitas ?

7.      Apa saja enis Gangguan Jiwa yang ditangani (Anak, Remaja, dan Lansia)

8.      Bagaimana perkembangan keperawatan jiwa komunitas ?

9.      Bagaimana perawatan klien gangguan jiwa ?

C.      Tujuan Penulisan

1.       Tujuan Umum

Untuk mendapatkan informasi tentang ilmu keperawatan khususnya pada bidang


keperawatan kesehatan jiwa komunitas.

2.       Tujuan Khusus

a.  Memperoleh informasi tentang keberadaan CMHN pada ilmu keperawatan saat ini.

b. Mengetahui konseptual model keperawatan kesehatan jiwa masayarakat yang ada.

c.  Memperoleh pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada kesehatan jiwa m


komunitas
BAB II

PEMBAHASAN

A.     Definisi Sehat Jiwa, Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa

1.      Pengertian Sehat jiwa

a.      Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain

b.      Kesehatan jiwa adalah suatu kondiri yang memungkinkan perkembangan optimal
bagi individu secara fisik,intelektual dan emosional sepanjang hal itu tidak bertentangn
dengan kepentingan orang lain (WHO)

c.       Sehat jiwa menurut Dirjen Keswa Depkes RI (1991) adalah kondisi yang
memungkinkan berkembangnya fisik,intelektual dan emosional seseorang secara oftimal
sehingga ia mampu tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungannya secara wajar dengan
harkat martabat manusia

d.      Kesehatan jiwa deselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara oftimal
baik intelektual maupun emosional (pasal 24,UU tentang kesehatan,1992).Upaya
peningkatan kesehatan jiwa dilakukan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara
oftimal,baik intelektual maupun emosional melalui pendekatan peningkatan
kesehatan,pencegahan dan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan,agar
seseorang dapat tetap atau kembali hidup secara harmonis,baik dalam lingkungan
keluarga,lingkungan kerja dan atau dalam lingkungan masyarakat.

e.      Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia.

Ciri-ciri sehat jiwa adalah :

a.      Bersikap positif terhadap diri sendiri

b.      Mampu tumbuh, berkembang dan mencapai aktualisasi diri.

c.       Mampu mengatasi stress atau perubahan pada dirinya

d.      Bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang diambil


e.      Mempunyai persepsi yang realistis dan menghargai perasaan perasaan serta sikap
orang lain

f.        Mampu menyuaikan diri dengan lingkungan

Ciri – ciri individu yang sehat jiwa meliputi menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya,
mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi
kebutuhan hidupnya dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa
yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama orang lain.

2.      Masalah Psikososial

Masalah psikososial yaitu setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang
bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap
berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa, atau (gangguan
kesehatan) secara nyata, atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang berdampak pada
lingkungan sosial.

Ciri-ciri masalah psikososial, yaitu :

a.      Cemas, hawatir berlebihan, takut

b.      Mudah tersinggung

c.       Sulit berkonsentrasi

d.      Bersifat ragu-ragu merasa rendah diri

e.      Merasa kecewa

f.        Pemarah dan agresif

g.      Reaksi fisik seperti jantung berdebar,, otot tegang, sakit kepala

3.      Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi gangguan jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanaan peran.

Ciri-ciri gangguan jiwa, yaitu :

a.      Sedih berkepanjangan

b.      Tidak bersemangat dan cenderung malas


c.       Marah tanpa sebab

d.      Menggantung diri

e.      Tidak mengenali orang

f.        Bicara kacau

g.      Bicara sendiri

h.      Tidak mampu merawat diri

B.      Konsep Dasar Community Mental Healthy Nursing

1.      Pengertian

Pengertian CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan


paripurna, berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stres dan dalam tahap
pemulihan serta pencegahan kekambuhan. Pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanan
menyeluruh pada semua aspek kehidupan manusia yaitu aspek bio-psiko- sosio-cultural dan
spiritual

Tujuan umum Meningkatkan pengetahuan,ketrampilan perawat untuk memberikan


pelayanan keperawatan kesehatan jiwa. Tujuan khusus Menjelaskan konsep
keperawatankeswa komonitas Menjelaskan peran dan fungsi. Bekerjasama dengan tim
kesehatan. Menerapkan konsep pengorganisasian. Memberikan askep pada gangguan jiwa.

Fungsi Upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah


kesehatan jiwa akibat dampak konflik/bencana Contoh seperti : gempa, tsunami maupun
bencana.

Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan yang


komprehensif , holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa ,
rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan
kekambuhan (gangguan jiwa).

Pelayanan keperawatan komprehensif adalah pelayanan yang berfokuskan pada


pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat jiwa, pencegahan sekunder pada
anggota masyarakat yang mengalami masalah psikososial (resiko gangguan jiwa) dan
pencegahan tersier pada pasien gangguan jiwa dengan proses pemulihan.
Pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanan menyeluruh pada semua aspek kehidupan
manusia yaitu aspek bio-psiko-sosio-cultural dan spiritual.

a.      Aspek (bio-fisik)

Dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik seperti kehilangan orang tubuh yag dialami
anggota masyarakat akibat bencana yang memerlukan pelayanan dala rangka adaptasi mereka
terhadap kondisi fisiknya. Demikian pula dengan penyakit fisik lain baik yang akut,kronis
maupun terminal yang memberi dampak pada kesehatan jiwa.

b.      Aspek psikologis

Dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami masyarakat seperti ketakutan,
trauma,kecemasan maupun kondisi yang lebih berat yang memerlukakan pelayanan agar
mereka dapat beradaptasi dengan situasi tersebut.

c.       Aspek sosial

Dikaitkan dengan kehilangan suami/istri/anak , keluarga dekat, kehilangan pekerjaan , tempat


tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan dari berbagai sektor terkait agar mereka
mampu mempertahankan kehidupan sosial yang memuaskan.

d.      Aspek cultural

Dikaitkan dengan tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat digunakan sebagai sistem
pendukung sosial dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ditemukan.

e.      Aspek spiritual

Dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat diperdayakan sebagai
potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan masalah kesehatan yang terjadi.

Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua jenjang pelayanan yaitu dari
pelayanan kesehatan jiwa spesialis , pelayanan kesehatan jiwa integratif dan pelayanan
kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat. Perberdayaan seluruh potensi dan sumber
daya yang ada dimasyarakat diupayakan agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam
memelihara kesehatannya.

2.      Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa

a.  Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat
dengan klien).
b.  Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).

c.  Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).

d. Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam


keperawatan jiwa).

e.  Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam


keperawatan jiwa).

f.  Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam
keperawatan jiwa).

g. Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam


keperawatan jiwa).

h.  Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).

i. Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses


keperawatan: dengan standar- standar perawatan).

j.   Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards


(aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional).

3.      Jenis – jenis CMHN

a.    Basic Course (BC) CMHN

Sasaran : perawat keswamas (puskesmas)

Kegiatan :perawat diberikan pelatihan cara memberikan asuhan keperawatan (7 Dx


Keperawatan) pada klien dan keluarga pasien gangguan jiwa dirumah.

b.      Intermediate Course (IC) CMHN

Sasaran : Kader Keswa dan Perawat Keswa (Puskesmas)

Kegiatan :

1.Membentuk desa siaga sehat jiwa

2. Merekrut dan melatih kader keswa untuk skreening ggn jiwa di masyarakat, masalah
psikososial dan sehat jiwa.
3. Melatih perawat keswa mengintervensi klien dengan masalah psikososial dan
mengembangkan rehabilitasi pasien gangguan jiwa.

c.       Advance Course (AC) CMHN

Sasaran : individu, keluarga, staf puskesmas, kelompok formal dan informal serta
masyarakat luas

Kegiatan :

1. Manajemen keperawatan kesehatan jiwa

2. Kerjasama Lintas sektoral

1.      Psycoanalytical (Freud, Erickson). Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt
terjadi pada seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak
nafsu atau insting). Ketidak mampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk
mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan mendorong
terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral). Faktor penyebab lain gangguan
jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak.
Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara
sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan
untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan
menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa. Proses terapi pada model ini
adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki
traumatic masa lalu.

Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak
berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk
menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang
memerlukan keahlian dan latihan yang khusus. Dengan cara demikian, klien akan
mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk
menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien. Peran perawat adalah berupaya melakukan
assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap
bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan
secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).

2.      Interpersonal ( Sullivan, peplau). Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang
bias muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety).
Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang
lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan
ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. Proses terapi menurut konsep ini adalah
Build Feeling Security (berupaya membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship
and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina
kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai
apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan
orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan
turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal
yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.

3.      Social ( Caplan, Szasz). Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa
atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan yang akan
memicu munculnya stress pada seseorang ( social and environmental factors create stress,
which cause anxiety and symptom). Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep
model ini adalah environment manipulation and social support ( pentingnya modifikasi
lingkungan dan adanya dukungan sosial) Peran perawat dalam memberikan terapi menurut
model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di
masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri.

4.      Existensial ( Ellis, Rogers). Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau
gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.
Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami
gangguan dalam Body imagenya. Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan
individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain
yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in relationship),
memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan
kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima
jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain
(encouraged to accept self and control behavior). Prinsip keperawatannya adalah : klien
dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk
memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi
aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed
back, kritik, saran atau reward & punishment.
5.      Supportive Therapy ( Wermon, Rockland). Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini
adalah: factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi
masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami
banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu,
pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak
disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal
tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa

6.      Medica ( Meyer, Kraeplin). Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul
akibat multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial.
Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi
somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi
dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist
berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose,
dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.

C.      Peran dan Fungsi Perawatan Kesehatan Jiwa Komunitas

Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk


meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi yang terintegrasi
sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat melakukan fungsinya dengan
baik, sanggup menjelaskan tugasnya sehari-hari sebagaimana mestinya.

Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan kesehatan jiwa
sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan
pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,, teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk
mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang mendasari praktik keperawatan.

1.       Pengkajian yg mempertimbangkan budaya

2.       Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan

3.       Berperan serta dalam pengelolaan kasus

4.       Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit


mental - penyuluhan dan konseling

5.       Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan


kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
6.       Memberikan pedoman pelayanan kesehatan

D.     Kompetensi Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas (Competent Of Caring)

1.      Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.

2.      Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.

3.      Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi,


koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.

4.      Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk


menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk
pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.

5.      Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit


mental melalui penyuluhan dan konseling.

6.      Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan
penyakit jiwa dengan masalah fisik.

7.      Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan


klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.

E.      Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas

Pelayanan keperawatan jiwa komprehensif adalah pelayanan keperawatan jiwa yang


diberikan pada masyarakat pasca bencana dan konflik, dengan kondisi masyarakat yang
sangat beragam dalam rentang sehat – sakit yag memerlukan pelayanan keperawatan pada
tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa
yang komprehensif mencakup 3 tingkat pencegahan yaitu pencegaha primer , sekunder, dan
tersier.

1.      Pencegahan Primer

Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa ,
mempertahankan dan meningkatkan kesehtan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota
masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak,
remaja, dewasa, dan usia lanjut. Aktivitas pada pencegahan primer adalah program
pendidikan kesehatan , program stimulasi perkembangan, program sosialisasi kesehatan jiwa ,
manajemen stress , persiapan menjadi orang tua. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
a.      Memberikan pendidikan kesehatan pada orangtua antara lain :

1)      Pendidikan menjadi orangtua

2)      Pendidikan tentang perkembangan anak sesuai dengan usia.

3)      Memantau dan menstimulasi perkembangan

4)      Mensosialisasikan anak dengan lingkungan

b.      Pendidikan kesehatan mengatasi stress

1)      Stress pekerjaan

2)      Stress perkawinan

3)      Stress sekolah

4)      Stress pasca bencana

c.       Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu , individu yang kehilangan
pasangan , pekerjaan, kehilangan rumah/ tempat tinggal , yang semuanya ini mungkin terjadi
akibat bencana. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :

1) Memberikan informasi tentang cara mengatasi kehilangan

2) Menggerakkan dukunganmasyarakat seperti menjadi orangtua asuhbagi anak yatim


piatu.

3) Melatih keterampilan sesuai dengan keahlian masing-masing untuk mendapatkan


pekerjaan

4) Mnedapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh tempat tinggal.

d.      Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering digunakan


sebagai koping untuk mengtasi masalah. Kegiatan yang dilakukan:

1) Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stress

2)  Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa menyakiti orang
lain.

3) Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada diri seseorang.

e.      Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara penyelesaian
masalah oleh individu yang mengalami keputus asaan. Oleh karena itu perlu dilakukan
program :
1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tanda-tanda
bunuh diri.

2) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.

3) Melatih keterampilan koping yang adaptif.

2.      Pencegahan Sekunder

Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan penanganan
dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah menurunkan
angka kejadian gangguan jiwa. Target pelayanan adalah anggota masyarakat yang beresiko
atau memperlihatkan tanda-tanda masalah dan gangguan jiwa. Aktivitas pada pencegahan
sekunder adalah :

a.      Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari berbagai
sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain dan penemuan langsung.

b.      Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Melakukan pengkajian 2menit untuk memperoleh data fokus pada semua pasien yang
berobat kepukesmas dengan keluhan fisik.

2) Jika ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi maka
lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.

3) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa (di tempat–
tempat umum)

4) Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan sesuai dengan
standar pendelegasian program pengobatan (bekerja sama dengan dokter) dan
memonitor efek samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan pasien minum obat.

5) Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang dibutuhkan
pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada gangguan fisik yang
memerlukan pengobatan).

6) Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar melaporkan


segera kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-tanda yang tidak biasa, dan
menginformasikan jadwal tindak lanjut.
7)      Menangani kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien ditempat yang aman,
melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping, dan melakukan rujukan jika
mengancam keselamatan jiwa.

8)      Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk membantu
pemulihan pasien seperti terapi aktivitas kelompok , terapi keluarga dan terapi
lingkungan.

9)  Memfasilitasi self-help group (kelompok pasien, kelompok keluarga, atau kelompok


masyarakat pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang mebahas masalah-masalah yang
terkait dengan kesehatan jiwa dan cara penyelesaiannya.

10)  Menyediakan hotline service untuk intervensikrisis yaitu pelayanan dalam 24 pukul
melalu telepon berupa pelayan konseling.

11)  Melakukan tindakkan lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.

3.      Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pelayana keperawatan


adalah : pada peningkatkan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien
gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan akibat
gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat mengalami gangguan jiwa pada
tahap pemulihan. Aktifitas pada pencegahan tersier meliputi :

1.      Program dukungan sosial dengan menggerakan sumber-sumber dimasyarakat seperti :


sumber pendidikan, dukungan masyrakat (tetangga, teman dekat, tokoh masyarakat), dan
pelayan terdekat yang terjangkau masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :

a.      Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat terhadap penerima
pasien gangguan jiwa.

b.      Penjelasan tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam penanganan


pasien yang melayani kekambuhan.

2.      Program rehabilitas untuk memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri
berfokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga dengan cara :

a.      Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan menyelesaikan


masalah dengan cara yang tepat
b.      Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga dan
masyarakat.

c.       Menyediakan pelatihan dan kemampuan dan potensi yang perlu dikembangkan oleh
pasien, keluarga dan masyarakat agar pasien produktif kembali.

d.      Membantu pasien dan keluarga merencanakan dan mengambil keputusan untuk
dirinya.

3.      Program sosialisasi

a.      Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.

b.      Mengembangkan keterampilan hidup (aktifitas hidup sehari-hari [ADL],mengelola


rumah tangga, mengembangkan hobi

c.       Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat rekreasi.

d.      Kegiatan sosial dan keagamaan (arisan bersama, pengajian bersama, majelis taklim,
kegiatan adat)

4.      Program mencegah stigma. Stigma merupaka anggapan yang keliru dalam masyarakat
terhadap gangguan jiwa, oleh karena itu, perlu diberikan program mencegah stigma untuk
menghindari isolasi dan deskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang
dilakukan, yaitu :

a.      Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang kesehatan jiwa dan
gangguan jiwa, serta tentang sikap dan tindakan menghargai pasien gangguan jiwa.

b.      Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, atau orang yang berpengaruh
dalam rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa.

F.       Jenis Gangguan Jiwa yang ditangani pada (Anak, Remaja dan Lansia)

1.      Jenis gangguan jiwa yang ditangani pada Anak

Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2007, persentase gangguan jiwa mencapai 11,6 %
dari sekitar 19 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun. Hal ini menjadikan masalah
kesehatan jiwa sebagai prioritas bagi Kementerian Kesehatan karena merupakan tantangan
yang besar dengan kompleksitas tinggi di berbagai lapisan dan aspek kehidupan. Anak-anak
dapat menderita gangguan jiwa, sebagai berikut :
a.      Gangguan kecemasan : Anak-anak dengan gangguan kecemasan menanggapi hal-
hal tertentu atau situasi dengan rasa takut dan ketakutan, serta dengan tanda-tanda fisik
dari kecemasan (gugup), seperti detak jantung yang cepat dan berkeringat.

b.      Gangguan perilaku : Anak-anak dengan gangguan ini cenderung untuk menentang
aturan dan sering mengganggu di lingkungan terstruktur, seperti sekolah.

c.       Gangguan perkembangan : Anak-anak dengan gangguan ini biasanya pola


pemikiran mereka memiliki masalah dalam memahami dunia di sekitar mereka.

d.      Gangguan makan : Gangguan makan dapat melibatkan emosi dan sikap, serta
perilaku yang tidak biasa, terkait dengan kondisi tubuh bahkan makanan.

e.      Gangguan Eliminasi : Gangguan ini mempengaruhi perilaku yang terkait dengan
pembuangan limbah tubuh (feses dan urin).

f.        Gangguan Afektif : Gangguan ini melibatkan perasaan sedih terus menerus bahkan
berubahnya suasana hati dengan cepat.

g.      Skizofrenia : Ini adalah gangguan serius yang melibatkan persepsi terdistorsi dan
pikiran.

h.      Gangguan Tic : Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan aktifitas
yang sama serta berulang, gerakan tiba-tiba dan tak terkendali serta sering.

Beberapa penyakit, seperti gangguan kecemasan, gangguan makan, gangguan afektif, dan
skizofrenia, dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak. Sedangkan gangguan
perilaku dan gangguan perkembangan, gangguan eliminasi, gangguan belajar dan komunikasi
dimulai pada masa kanak-kanak saja, meskipun dapat berlanjut terus sampai dewasa. Dalam
kasus yang jarang terjadi, gangguan tic dapat terjadi pada orang dewasa. Tetapi hal yang tidak
biasa bagi seorang anak memiliki lebih dari satu gangguan.

2.      Jenis Gangguan jiwa yang ditangani pada Remaja

a.      Gangguan Cemas

Cemas (ansietas) adalah perasaan gelisah yang dihubungkan dengan suatu antisipasi
terhadap bahaya, ini berbeda dengan rasa takut, yang merupakan bentuk respon emosional
terhadap bahaya yang obyektif, walaupun manifestasifisiologik yang ditimbulkannya sama
cemas merupakan suatu bentuk pengalamanan yang umum, tapi dapat ditemui dalam bentuk
yang berbeda pada gangguan psikiatrik dan gangguan medis Diagnosis mengenai cemas
ditegakkanapabila gejala cemas mendominasi dan menyebabkan distres (rasa tertekan) atau
gangguan yang nyata.

b.      Gangguan Depresi

Dalam perkembangan normal pun seorang remaja mempunyai kecenderungan untuk


mengalami depresi, oleh karena itu sangatlah penting untuk membedakan secara jelas dan
hati-hati antara depresi yang disebabkan oleh gejolak mood yang normal pada remaja
(adolescent turmoil) dengan depresi yang patologik. Akibat sulitnya membedakan antara
kedua kondisi diatas, membuat depresi pada remaja sering tidak terdiagnosis, bila tidak
ditangani dengan baik, gangguan psikiatrik pada remaja sering kali akan berlanjut sampai
masa dewasa. Menurut Carlson, seperti yang dikutip oleh shafii membagi depresi pada
remaja menjadi tipe primer dan sekunder.

1.      Tipe primer : bila tidak ada gangguan psikiatrik sebelumnya

2.      Tipe sekunder : bila gangguan yang sekarang mempunyai hubungan dengan gangguan
psikiatrik sebelumnya. Pada gangguan depresi yang sekunder biasanya lebih kacau, lebih
agresif, mempunyai lebih banyak kelelahan sometik, dan lebih sering terlihat mudah
tersinggung, putus asa, mempunyai ide bunuh diri, problem tidur, penurunan prestasi sekolah,
harga diri yang rendah , dan tidak patuh.

c.       Gangguan somatoform ( Psikosomatik )

Gangguan ini lebih dikenal di masyarakat umum sebagai gangguan psikosomatik . Ciri
uatama dari gangguan somatoform adalah adanya keluhan gejala fisik yang berulang, yang
disertai dengan dengan permintaan pemeriksaan medis : meskipun sudah berkali-kali terbukti
hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan oleh dokter bahwa tidak ditemukan kelainan fisik
yang menjadi dasar keluhannya. Pasien biasanya menolak adanya kemungkinan penyebab
psikologis, walaupun ditemukan gejala ansietas dan depresi yang nyata.

d.      Gangguan Psikotik

Gangguan psikotik adalah suatu kondisi terdapatnya gangguan yang berat dalam kemampuan
menilai realitas, yang bukan karena retardasi mental atau gangguan penyalahgunaan NAPZA.
Terdapat gejala yaitu waham, halusinasi, perilaku yang sangat kacau,pembicaraan yang
inkoheren ( kacau ) , tingkah laku agitatif dan disorientasi yang termasuk gangguan psikotik
antara lain :

 Skizofrenia
 Gangguan mood / afektif yang disertai dengan gejala psikotik
 Gangguan waham
 Gangguan mental organik dengan gejala psikotik ( yang ditandai oleh adanya antara
lain delirium,demensia )

Skizofrenia pada masa kanak dan remaja didefinisikan sama dengan skizofrenia pada masa
dewasa, dengan gejala psikotik yang khas, seperti adanya defisit pada fungsi adaptasi,
waham, halusinasi, asosiasi yang melonggar atau inkoherensi ( isi pikir yang kacau ),
katatonia, afek yang tumpul atau tidak dapat diraba-rabakan.

e.      Gangguan Penyalahgunaan NAPZA ( Narkotik, Alkohol, Psikotropika, dan zat


Adikiflainnya )
Penyalahgunaan Napza di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat .
faktor risiko yang dapat diidentifikasi pada remaja penyalahgunaan NAPZA :

 Konflik keluarga yang berat


 Kesulitan Akademik
 Adanya komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain, seperti gangguan tingkah laku
dan depresi.
 Penyalahgunaan NAPZA oleh orang –tua dan teman
 Impulsivitas
 Merokok pada usia terlalu muda.

Semakin banyak faktor risiko yang ada, semakin besar kemungkinan seorang remaja akan
menjadi penggunaan NAPZA.

3.      Jenis Gangguan Jiwa yang ditangani pada Lansia

a.    Skizofernia

Skizofrenia Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan
gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih
gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik,
psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari
kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).

Gangguan skizofrenia pada lanjut usia (lansia) ditandai oleh gangguan pada alam
pikiran sehingga pasien memiliki pikiran yang kacau. Hal tersebut juga menyebabkan
gangguan emosi sehingga emosi menjadi labil misalnya cemas, bingung, mudah marah,
mudah salah faham dan sebagainya. Terjadi juga gangguan perilaku, yang disertai halusinasi,
waham dan gangguan kemampuan dalam menilai realita, sehingga penderita menjadi tak tahu
waktu, tempat maupun orang.

b.      Parafrenia

Parafrenia merupakan gangguan jiwa yang gawat yang pertama kali timbul pada lanjut
usia (lansia), (misalnya pada waktu menopause pada wanita). Gangguan ini sering dianggap
sebagai kondisi diantara Skizofrenia paranoid di satu pihak dan gangguan depresif di pihak
lain. Lebih sering terjadi pada wanita dengan kepribadian pramorbidnya (keadaan sebelum
sakit) dengan ciri-ciri paranoid (curiga, bermusuhan) dan skizoid (aneh, bizar). Mereka
biasanya tidak menikah atau hidup perkawinan dan sexual yang kurang bahagia, jika punya
sedikit itupun sulit mengasuhnya sehingga anaknyapun tak bahagia dan biasanya secara
khronik terdapat gangguan pendengaran. Umumnya banyak terjadi pada wanita dari kelas
sosial rendah atau lebih rendah.

c.       Gangguan Jiwa Afektif

Gangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya gangguan
emosi (afektif) sehingga segala perilaku diwarnai oleh ketergangguan keadan emosi.
Gangguan afektif ini antara lain:

1)      Gangguan Afektif tipe Depresif

2)      Gangguan Afektif tipe Manik

d.      Neurosis

Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lanjut usia (lansia). Sering sukar
untuk mengenali gangguan ini pada lanjut usia (lansia) karena disangka sebagai gejala
ketuaan. Hampir separuhnya merupakan gangguan yang ada sejak masa mudanya, sedangkan
separuhnya lagi adalah gangguan yang didapatkannya pada masa memasuki lanjut usia
(lansia). Gangguan neurosis pada lanjut usia (lansia) berhubungan erat dengan masalah
psikososial dalam memasuki tahap lanjut usia (lansia). Secara umum gangguan neurosis dapat
dikategorikan sebagai berikut:

1)      Neurosis cemas dan panic

2)      Neurosis obsesif kompulsif

3)      Neurosis fobik

4)      Neurosis histerik (konversi)


5)      Gangguan somatoform

6)      Hipokondriasis

G.     PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS

Menangani klien yang memiliki masalah sikap, perasaan dan konflik

Pencegahan primer

Penanganan multidisiplin

Spesialisasi keperawatan jiwa

1.      DULU :
Pasien Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dipasung

2.      SEKARANG :

a.      Meningkatkan Iptek

b.      Pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat

c.       Perlu pemahaman tentang human right

d.      Penting meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan konsumen.

H.     Perawatan Klien Gangguan Jiwa

1.      Perawatan di Rumah Sakit Jiwa.

Rencana keperawatan klien di rumah sakit jiwa meliputi:

a.      Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan selama klien dirawat: Pada awal klien
di rawat,perawat hendaknya melakukan kontrak hubungan dengan klien dan
keluarga.Keluarga mengetahui peran dan tanggung jawabnya dalam proses keperawatan
yang direncanakan melalui kontrak yang telah disepakati.Hubungan saling percaya
antara perawat dan klien merupakan dasar utama untuk membantu klien
mengungkapkan dan mengenal perasaannya,mengidentifikasi kebutuhan dan
masalahnya,mencari alternative pemecahan masalah,melaksanakan alternative yang
dipilih serta mengevaluasi hasilnya.Tindakan keperawatan terhadap keluarga antara
lain:

1)     Menyertakan keluarga dalam rencana perawatan klien

2)     Menjelaskan pola perilaku klien dan cara penanganannya

3)     Membantu keluarga berperilaku terapeutik,yang dapat menolong memecahkan


masalah klien.

4)    Mengadakan pertemuan antar keluarga klien:diskusi,membagi pengalaman,mengatasi


masalah klien.

5)   Melakukan terapi - keluarga.

6)   Menganjurkan kunjungan keluarga yang teratur.

Persiapan Pulang: Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilajutkan dengan
perawatan di rumah.Untuk itu,selama di rumah sakit perlu dilakukan persiapan
pulang.Persiapan pulang dilakukan segera mungkin setelah dirawat serta diintegrasikan di
dalam proses keperawatan.Persiapan atau rencana pulang bertujuan untuk:

1)   Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik,psikologis dan sosial

2)   Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga.

3)   Melaksanakan rentang perawatan antara rumah sakit dan masyarakat

4)    Melaksanakan proses pulang yang bertahap.

b.      Beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan dalampersiapan pulang adalah:

1)    Pendidikan (edukasi,reedukasi,reorientasi).Youssef menemukan penurunan angka


kambuh pada klien dan keluarga yang mengikuti program pendidikan.Pendidikan
kesehatan ini ditujukan pula untuk mencegah atau menguraikan dampak gangguan jiwa
bagi klien. Program pendidikan yang dapat dilakukan adalah: a) Ketrampilan khusus:
ADL,perilaku adaptif,aturan makan obat,penataan rumah tangga,identifikasi gejala
kambuh,pemecahan masalah. b) Keterampilan umum: komunikasi efektif,ekspresi emosi
yang konstruktif,relaksasi,pengelolaan stress (stress management).

2)    Program pulang bertahap.Setelah klien mempunyai kemampuan dan ktrampilan mandiri
maka klien dapat mengikuti program pulang bertahap.Tujuannya adalah melatih klien
kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat.Klien,keluarga,bahkan kalau perlu
masyarakat dipersiapkan, antara laian apa yang harus dilakukan klien di rumah, apa yang
harus dilakukan keluarga untuk membantu adaptasi.Kegiatan yang dilakukan klien dan
keluarga di rumah dapat dibuat daftar dan dievaluasi keberhasilannya sebagai data untuk
rencana berikut.

3)      Rujukan. Integrasi kesehatan jiwa di Puskesmas sebaiknya mempunyai hubungan


langsung dengan rumah sakit.Perawat komuniti (Puskesmas) sebaiknya mengetahui
perkembangan klien di rumah sakit dan berperan serta dalam membuat rencana pulang.

c.       Rencana Perawatan di rumah.

Setelah klien pulang ke rumah, sebaiknya klien melakukan perawatan lanjutan pada
Puskesmas di wilayahnya yang mempunyai program integrasi kesehatan jiwa.Perawat
komuniti yang menangani klien dapat menganggap rumah klien sebagai “ruang
perawatan”.Perawat,klien dan keluarga bekerja sama untuk membantu proses adaptasi klien
di dalam keluarga dan masyarakat.Perawat dapat membuat kontrak dengan keluarga tentang
jadwal kunjungan rumah dan aftercare di Puskesmas. Perawat membantu klien dan keluarga
menyesuaikan diri dilingkungan keluarga,dalam hal sosialisasi,perawatan mandiri dan
kemampuan memecahkan masalah.

2.      Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Di Puskesmas

Perawat komuniti (Puskesmas) sebaiknya mengetahui perkembangan klien di rumah sakit dan
berperan serta dalam membuat rencana pulang, dan sebaliknya pada klien gangguan jiwa
yang akan dirujuk ke RSJ.
BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

Keperawatan Jiwa adalah pelayan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu


perilaku, Ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respon
psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapetik dan dan terapi
modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa. klien,
(individu, keluarga, kelompok komunitas).

Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk


meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi yang terintegrasi
sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat melakukan fungsinya dengan
baik, sanggup menjelaskan tugasnya sehari-hari sebagaimana mestinya, Dalam
mengembangkan upaya pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat penting untuk
mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami beberapa konsep dasar
yangf berhubungan denga asuhan keperawatan jiwa.

B. Saran

menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepanya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumbber – sumber
yang lebih banyak yang ttertinggal dan masih dapt di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN Basic. Jakarta:
EGC.

Makalah Keperawatanku, Community Mental Health Nursing. Post 14 Maret 2012. Diambil
pada tanggal 15 April 2013, dari
alamathttp://makalahkeperawatanku.blogspot.com/2012/03/community-mental-health-
nursing.html

Anda mungkin juga menyukai