Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan generasi muda pada usianya yang masih

membutuhkan perhatian orang dewasa. Pada masa ini, anak sedang menjalani

proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga

membutuhkan stimulasi yang intensif dari orang di sekelilingnya agar

mempunyai kepribadian yang berkualitas dalam masa mendatang (Muscari,

2015). Anak usia prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam

potensi yang dapat dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut

berkembang secara optimal. Terlambat atau tertundanya pengembangan potensi

itu akan mengakibatkan timbulnya masalah (Rifdiastuti, 2015).

Perkembangan anak usia pra sekolah dapat dikembangkan dalam

pembelajaran meliputi nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, sosial emosional,

dan fisik. Anak-anak dalam belajar keterampilan motorik, memerlukan

pengalaman keterampilan dasar yaitu gerak lokomotor, nonlokomotor dan

manipulatif. Keterampilan motorik terdiri dari motorik kasar dan motorik halus.

Kegiatan motorik menjadi sangat penting bagi anak dan harus mendapat

perhatian khusus, sehingga anak lebih mudah menyesuaikan diri pada lingkungan

sekitar, sedangkan anak yang mengalami kesulitan dan keterlambatan dalam


2

keterampilan motorik dapat mempengaruhi kemandirian dan rasa percaya diri

anak (Susilaningsih, 2015).

WHO (World Health Organitation) melaporkan bahwa 5-25% dari

anak-anak usia prasekolah menderita disfungsi otak minor, termasuk gangguan

perkembangan motorik halus (Maghfuroh, 2018). Kemenkes RI (2016)

mengeluarkan data jumlah anak dengan interval umur 1-4 tahun berjumlah

19.388.791 jiwa. Sekitar 16% dari anak usia dibawah lima tahun (balita)

mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat.

5–10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan namun

penyebab keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti dan

diperkirakan sekitar 1–3% khusus pada anak dibawah usia 5 tahun mengalami

keterlambatan perkembangan umum yang meliputi perkembangan motorik,

bahasa, sosio–emosional, dan kognitif. Gangguan perkembangan pada anak usia

3-5 tahun tertinggi di Sumatera Barat, yaitu gangguan perkembangan motorik

halus (57%) (Kemenkes RI, 2016).

Perkembangan motorik halus adalah meningkatnya keordinasian gerak

tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil dan detail (Carman.

2014). Motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan

otot-otot halus seperti menulis, meremas, menggambar, menggenggam,

menyusun balok dan memasukkan kalereng (Afifah, 2014).

Kebanyakan orang tua mengira bahwa keterlambatan keterampilan

motorik akan meyebabkan kekakuan pada aspek motorik anak, tetapi lebih dari

itu ada bahaya yang di timbulkan, diantaranya keterlambatan perkembangan


3

motorik akan berdampak pada perkembangan konsep diri anak, sehingga akan

menimbulkan masalah perilaku dan emosi. Kedua keterlambatan perkembangan

motorik tidak akan dapat menyediakan landasan bagi ketrampilan motorik

(Hurlock, 2012)

DDST II (Denver Development Skrinning Test) atau Denver II adalah

salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan bayi atau anak

usia 0-6 tahun yang dilakukan secara berkala dengan 125 tugas perkembangan.

Adapun stimulasi yang tepat diberikan terhadap perkembangan motorik halus

pada anak usia 48-60 bulan yaitu ajari anak bermain puzzle, menggambar,

menghitung dan menggelompokkan, memotong dan menempel gambar

(Kemenkes RI, 2012).

Stimulasi motorik halus anak meliputi bermain menggunting dan

menempel (termasuk menempel stiker). Menempatkan kepingan puzzel pada

tempatnya (umumnya puzzel sederhana berbentuk geometris). Mencocokkan

gambar, menarik garis dan membentuk lingkaran bermain menggambar dekoratif

(menggambar/melukis dengan jari-jemari) (Sulistyawati, 2014). Menggambar

atau mewarnai gambar juga dapat memberikan rasa senang, karena pada

dasarnya anak usia pra sekolah sudah sangat aktif dan imajinatif. Selain itu anak

masih tetap dapat melanjutkan perkembangan kemampuan motorik halus dengan

kegiatan menggambar, motorik halus anak dilatih dan sangat berguna ketika anak

mulai belajar menulis di usia sekolah (Purwasih, 2012).

Menggambar dekoratif adalah kegiatan menggambar yang memberikan

hiasan atau tambahan pada kertas gambar dan sudah terdapat sketsa untuk
4

memudahkan kegiatan menggambar bebas (Arisyadewi (2015). Permainan

melukis dengan kuas dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan

merupakan kegiatan yang mengasyikkan, sehingga kecerdasan sensoris motorik

anak akan berkembang dengan baik dan pengembangan motorik halus anak

meningkat (Marliza, 2012).

Penelitian Suwandi (2015) tentang pengaruh terapi bermain

menggambar dekoratif terhadap perkembangan motorik halus anak usia 4 – 5

tahun di TK. Dharma Wanita Raci Kabupaten Pati ditemukan hasil motrorik

halus sebelum diberikan menggambar dekoratif terlambat 53,1% dan sesudah

(21,9%). Ada pengaruh terapi bermain menggambar dekoratif terhadap

perkembangan motorik halus anak usia 4 – 5 tahun (p value = 0,000). Penelitian

Sunardi (2017) tentang Pengaruh Menggambar Dekoratif Terhadap Kemampuan

Motorik Halus Pada Anak di PAUD Mutiara Insani Kecamatan Langkapura

Bandar Lampung ditemukan hasil ada pengaruh menggambar dekoratif terhadap

perkembangan motorik halus (p value = 0,000).

Peneliti melakukan survey awal di 3 TK yaitu TK Rayhan, T. Budi

Mulia dan TK Aisyah. Setelah dilakukan survey awal peneliti menemukan TK.

Al Hidayah yang terbanyak anak yang mengalami keterlambatan perkembangan

motorik halus.

Survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 12 Mei 2019, terhadap

6 orang anak TK. Al Hidayah dengan memberikan terapi bermain menggambar

dekoratif, 4 orang anak kurang baik pemberian warna dengan gambar aslinya dan

kerapian mewarnai juga belum baik dan dalam pemegangan alat warna seperti
5

kuas dan krayon juga belum sempurna, 2 orang anak sudah memenuhi syarat

perkembangan motorik dengan hasil mewarnai sesuai dengan aslinya serta dalam

memegang alat kuas sudah sempurna. Survey awal juga dilakukan dengan

menanyakan pada guru yang mengatakan masih banyak muridnya yang

mengalami keterlambatan perkembangan motorik halus.

Survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 12 Mei 2019, terhadap

6 orang anak TK. Al Hidayah Padang dengan memberikan terapi bermain

menggambar dekoratif, 4 orang anak kurang baik pemberian warna dengan

gambar aslinya dan kerapian mewarnai juga belum baik dan dalam pemegangan

alat kuas juga belum sempurna, 2 orang anak sudah memenuhi syarat

perkembangan motorik dengan hasil mewarnai sesuai dengan aslinya serta dalam

memegang alat kuas sudah sempurna. Survey awal juga dilakukan dengan

menanyakan pada guru yang mengatakan masih banyak muridnya yang

mengalami keterlambatan perkembangan motorik halus.

Berdasarkan fenomena dan fakta diatas, maka peneliti telah melakukan

penelitian tentang pengaruh teknik menggambar dekoratif terhadap

perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah di TK. Al Hidayah Padang

tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat

dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut “Apakah ada pengaruh

terapi bermain menggambar dekoratif terhadap perkembangan motorik halus

anak usia pra sekolah di TK. Al Hidayat Padang tahun 2019 ?


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi bermain menggambar dekoratif

terhadap perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah di TK. Al

Hidayah Padang tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya rata-rata perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah

sebelum dan sesudah diberikan terapi menggambar dekoratif dengan

menggunakan kuas di TK. Al Hidayah Padang tahun 2019.

b. Diketahuinya rata-rata perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah

sebelum dan sesudah diberikan terapi menggambar dekoratif dengan

menggunakan krayon di TK. Al Hidayah Padang tahun 2019.

c. Diketahuinya rata-rata perbedaan perkembangan kognitif sebelum dan

sesudah diberikan terapi menggambar dekoratif dengan menggunakan kuas

di TK. Al Hidayah Padang tahun 2019.

d. Diketahuinya rata-rata perbedaan perkembangan kognitif sebelum dan

sesudah diberikan terapi menggambar dekoratif dengan menggunakan

krayon di TK. Al Hidayat Padang tahun 2019.

D. Manfaat penelitian

1. Teoritis

a. Bagi Peneliti
7

Mengetahui seberapa besar pengaruh teknik menggambar

dekoratif terhadap perkembangan motorik halus pada anak pra sekolah

dan mengembangkan konsep-konsep penelitian serta mengaplikasikan

ilmu hasil studi yang telah diperoleh selama perkuliahan.

b. Bagi Peneliti Selainjutnya

Peneliti lain dapat melakukan penelitian selanjutnya dengan

menggunakan teknik atau terapi lain untuk perkembangan motorik halus

pada anak pra sekolah.

2. Praktis

a. Bagi TK. Al Hidayat Padang

Penelitian ini diharapkan dapat membantu anak usia pra sekolah

dalam meningkatkan perkembangan motorik halusnya dan dapat

memberikan masukan pada tenaga pengajar di TK. Al Hidayah Padang.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dengan

memperbanyak membaca referensi tentang perkembangan motorik halus

dan dijadikan bahan referensi untuk melakukan penelitian-penelitian

selanjutnya.

E. Ruang Lingkup

Jenis penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi bermain

menggambar dekoratif terhadap perkembangan motorik halus anak usia pra

sekolah di TK. Al Hidayah Padang tahun 2019. Jenis penelitian quasy

experimental dengan rancangan two group pretest-posttest. Variabel independen


8

(terapi bermain menggambar) dan variabel dependen (perkembangan motorik

halus anak). Populasi pada penelitian ini seluruh murid TK. Al Hidayah Padang

dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian

akan dilaksanakan bulan Januari – Agustus 2019. Penelitian menggunakan uji

statistik paired samples T-test.

Anda mungkin juga menyukai