Anda di halaman 1dari 15

1

BAB. I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan dalam memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan
kesehatan segala aktivitas dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Secara umum kesehatan terbagi menjadi dua yaitu keseehatan Iisik dan kesehatan mental atau
jiwa. Dua jenis kesehatan ini saling terkait satu dengan yang lainnya. Misalnya orang yang tidak
memiliki keluh kesah Iisik dipandang orang yang sehat secara mental.
Memiliki kesehatan merupakan anugrah tertinggi, Nibbana adalah kebahagiaan
tertingi(M.II.VII.65) Oleh karena itu upaya untuk memelihara kesehatan jasmani maupun mental
diperlukan ilmu pengetahuan tang khusus menangani tentang kesehatan yang dikenal dengan
ilmu kedokteran.
Ilmu pengetahuan termasuk ilmu kedokteran tersusun secara sistematis berdasarkan bukti
yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sehingga terbukti keotentikannya.
Buddha Gotama pernah bersabda seperti yang tertuang dalam Dhammanusatti 'datang lihat dan
buktikkan ehipasiko. Secara implisit Buddha Gotama telah memiliki pemikiran yang sistematis
sebelum pengetahuan berkembang.
Hal ini membuat penulis tertarik untuk mendiskripsikkan agama Buddha dan Ilmu
Pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan.
A. #umusan Masalah
Ilmu kesehatan merupakan masalah yang kompleks dan cukup luas, oleh karena itu
pembahasan dalam makalah ini penulis batasi bagaimanakah hubungan agama Buddha dan ilmu
kesehatan ?

B. Tujuan

Mendeskripsikan hubungan agama Buddha dan ilmu kesehatan.











BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan

Kesehatan merupakan suatu keadaan yang sehat, kebaikan badan jasmani, keadaan sehat
jiwa, masyarakat kesehatan jasmani bagi rakyat (KBBI, 1. 111).Kesehatan merupakan harta
yang sangat berharga yang dimiliki manusia. Konsep kesehatan itu sendiri adalah suatu keadaan
dimana badan jasmani, mental lingkungan dan segala sesuatu yang ada disekitarnya benar-benar
terjadi suatu keharmonisan.
Dalam kehidupannya yang suka mengganggu kehidupan orang lain, suka adu domba,
Iitnah, menyeleweng dan menipu. Gejala tersebut merupakan unsur dari pada kejiwaan yang
tidak sehat, jiwa yang sehat akan menimbulkan jasmani yang sehat pula. Berarti sehat
merupakan suatu konsep dasar yang mudah dirasakan dan diamati keadaannya. Misalnya orang
yang tidak memiliki keluh kesah Iisik dipandang orang yang sehat secara mental. Menurut WHO
(World Health Organization) kesehatan merupakan suatu bentuk yang sangat luas dan keadaan
yang sempurna baik Iisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit, kelemahan
atau merupaka suatu keadaan ideal dari segi biologis, psikologis dan sosial.
Seseorang dikatakan sehat tidak hanya terlepas dari penyakit dan kelemahan, tetapi juga mampu
menjalankan aktivitas kehidupan dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan. Untuk
mencegah berbagai penyakit diperlukan dukungan masyarakat, sumber alam dan Iasilitas yang
memadai. (Mariati Sukarni,1994;14).

B. Konsep Kesehatan Menurut Agama Buddha

Manusia mengenal dirinya pada mulanya dari dimensi biologisnya dan memanIaatkan
anggota tubuhnya untuk memenuhi kebutuhannya, makan minum, dan bekerja. Jadi tidak langka
bila tubuh mengalami gangguan kesehatangnya karena manusia belum merasa puas bila
kebutuhannya belum tercukupi dan tidak pernahmemperdulikan kesehatannya (terlalu bekerja
keras, tidak ingat waktu). Dalam agama Buddha dimensi biologis (jasmani) terbagi menjadi
empat unsur yaitu tanah, air, api dan gas. Ketidakseimbangan dari keempat unsur ini menjadi
salah satu sebab timbulnya gangguan kesehatan.
Status kesehatan seseorang ataupun masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
sekalipun tidak tepat tetapi juga tidak salah, kesehatan lingkungan sering diartikan sebagai
kebersihan lingkungan. Kesehatan lingkungan seharusnya, mencakup pula kebersihan
perorangan, kebiasaan hidup dan semua dampak hubungan timbal balik antara manusia dan
lingkungan pertalian dengan peningkatan derajat kesehatan atau pencegahan penyakit.
Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yang sehat, jadi ini tergantung dari manusia dan
masyarakat dimana menjaga lingkungan yang bersih.

Setiap individu memiliki peranan dalam kehidupan baik dalam keluarga, masyarakat dan
sekolah. Seseorang yang mempunyai jasmani dan mental yang sehat akan meras puas dengan
perannya dalam lingkungannya tersebut, tetapi sebaliknya seseorang tidak memiliki sehat
jasmani dan mental yang sehat tidak merasa terpuaskan dalam peranan-peranan tersebut, dan
memang bila seseorang tidak memiliki badan jasmani dan mental yang kuat tidak bisa
beraktiIitas dengan baik.
Manusia merupakan satu kesatuan dari unsure jasmani dan rohani, mengenai pemahaman
yang benar terhadap tubuh yang rapuh yang merupakan sarang suatu penyakit yang justru akan
mendorong agar manusia memperhatikan perawatan tbuhnya dengan baik. 'Perhatikanlah tubuh
yang indah ini, penuh penyakit, terdiri dari tulang blulang, lemah dan perlu banyak perawatan,
keadaan tidak kekal serta tidak tetap (Dhp. XI. 147). Perilaku yang bersih dan sehat akan
menghasilkan lingkungan yang bersih dan sehat pula, begitu pula sebaliknya lingkungan yang
bersih dan sehatakan mendorong perilaku yang bersih dan sehat pula, walaupun diri sendiri
merupakan Iactor utama dalam menciptakan keadaan yang sehat.
Salah satu hal yang sangat penting dalam pribadi seseorang adalah ksehatan mental, yaitu
kondisi mental yang tidak sakit. Buddha Dhamma berperan besar dalam memecahkan kesulitan
para ahli tentang kesehatan mental, Buddha menunjukkan bahwa setiap orang secara terus-
menerus mendengarkan suatu suara dalam dirinya dan menaIsirkan apa yang sedang
dirasakannya. Tindakan ini merupakan tindakan untuk menenangkan diriterhadap prasangka,
kegelisahan dan ketakutan. 'melenyapkan kegelisahan, dan kekawatiran maka akan terbebas dari
perasaan tegang, dengan pikiran tenang, mensucikan batinnya dari kegelisahan dan kekawatiran.
Ia melenyapkan keragu-raguan, ia hidup bagaikan orang yang telah terbebas dari kekacauan
batin dan batinnya berada dalam kebaikan, ia mensucikan batinnya dari keragu-raguan
(D.III.XIV.5). 'Sehat adalah anugerah tertinggi, nibbana adalah kebahagiaan tertinggi
(M.II.VII.65). nibbana adalah tujuan tertinggi umat Buddha, sedangkan sakit, usia tua, kematian
sebagai ciri dari penderitaan merupakan prosestak terelakkan yang penuh makna dan hikmah
dalam perjalanan mencapai tujuan tertinggi. 'Sungguh bahagia hidup tanpa penyakit diantara
orang-orang yang berpenyakit, diantara orang-orang yang berpenyakit hidup tanpa penyakit
(Dhp. XV.198).
Jadi dalam hal ini tidak bisa dikatakan bahwa tujuan agam adalah sebuah keadaan
kesehatan mental yang sempurna dan kebahagiaan sejati, tetapi selama manusia belum
melenyapkan dukkha dalam dirinya maka kesakitan mental akan berada dalam dirinya bahkan
dapat berkembang dengan cepat dan kedamaian nibbana belum dapat dirasakan. Perlu diketahui
bahwa tujuan dari Buddha mengajarkan dhamma adalahuntuk kebahagiaan umat manusia dan
memperoleh mental yang benar-benar bebas dari penyakit apapun. Bhagava mengajarkan
dhamma agar dhamma dapat melenyapkan dukkha dari orang yang melaksanakannya
(D.III.XIV.4).dukkha merupakan kekacauan-kekacauan dan nibbana adalah keadaan yang
teratur dan sehat, tetapi umat Buddha adalah pengurangan serta pelenyapan dukkha dan
mencapai nibbana yaitu dengan pelaksanaan delapan jalan utama secara sempurna.
Kesehatan terapi buddhis menjadi suatu pedoman yang disebut dengan jalan utama beruas
4

delapan, yang merupakan terapi penolong dan terapi yang sebenarnya, trapi ini mencangkup
perilaku setiap hari dari disiplin mental serta pengenalan terhadap teori IilsaIat Buddha Dhamma,
terapi yang sebenarnya adalah meditasi (Dhyana ) dalam terapi buddhis dalam melenyapkan
kekacauan mentalmemiliki beberapa kesamaan seperti teks wawancara dan diskusi, meditasi
mirip dengan tehnik terapi perilaku karena bagaimanapun terdapat beberapa aspek meditasi yang
merupakan keunggulan dalam terapi buddhis, hal yang penting dalam meditasi adalah perhatian,
sempurna dalam perilaku, suci dalam cara hidup, sempurna dalam sila, terjaga dalam pintu
indriya, memiliki perhatian murni dan pengertian yang jelas. Terapi buddhis mengatakan bahwa
penyebab tubuh ini menjadi sakit dan sehat adalah karena adanya melalui perasaan jasmani (rasa
sakit) dan keadaan pikiran (emosi-emosi) yang mempengaruhinya. Dengan begitu apabila tubuh
ini ingin tetap sehat hendaknya menyadari segala bentuk-bentuk pikiran emosi-emosi yang
timbul dalam diri. Yang dimaksud dengan bentuk pikiran yang menyebabkan penderitaan karena
mempunyai beberapa hal yaitu:
1) Keserakahan,
) Harga diri yang terluka,
) Iri hati,
4) Kebencian,
5) Kekuatiran (#uth walshe, alih bahasa upi. Ksantidewi, terapi secara buddhis).

.Pengaruh Perkembangan Ilmu Kedokteran Terhadap Pola Hidup Manusia

Kehidupan manusia yang semakin maju baik dalam ilmu tekhnologi maupun kedokteran
mempunyai pengaruh yang dapat mengembangkan pola hidup manusuia yaitu :
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dibidang kesehatan, meningkatkan
mutu pemeriksaan yang terjamin terhadap penyakit-penyakit yang diderita, sehingga
terbukti dan dapat dipertanggung jawabkan hasil pemeriksaannya.
Dengan banyaknya peralatan dan Iasilitas yang digunakan maka akan meningkatkan pula
mutu dari tenaga medis (Fahrul rasyid, tempo tahun 199:76, murniyati, rangkuman
agama buddha dan disiplin ilmu I dan II )
Semakin banyaknya penilitian-penelitian media yang dilakukan secara intensiI maka
akan mendorong didirikannya labolatorium kesehatan dengan peralatan dan Iasilitas yang
lebih lengkap.
Perkembangan ilmu kedokteran dapat meningkatkan mutu manusia secara Iisik (ilmu
bedah dapat membantu manusia menutupi cacat Iisik yang ada pada dirinya) (medika,
199: 59, murniyati, #angkuman Agama buddha dan disiplin ilmu I dan II )





5

D. Penyalahgunaan Narkoba dan Psikotropika



1. Pengertian Narkotika dan Psikoterapi
Narkotika adalah suatu zat atau bahan yang mempunyai eIek kerja tertentu serta
menimbulkan gejala-gejala Iisik dan psikis bagi pemakai dan lama- kelamaan akan menimbulkan
ketergantungan bagi pemakai kepada bahan narkotika tersebut sehingga pemakai akan selalu
membutuhkannya. Menurut UU No. Tahun 1997 Pasal 1, Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis ataupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Menurut UU No. 5 Tahun 1997 Pasal1, Psikoterapi adalah zat atau obat, baik alamaiah
atau sintesis bukan narkotika, yang bersiIat psikoaktiI melalui pengaruh selektiI pada susunan
syaraI pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku.

. Penggolongan Narkotika dan Psikoterapi
Berdasarkan UU No. Tahun 1997 tentang narkotika, ada tiga golongan berdasarkan
tinggi rendahnya potensi yang dapat menimbulkan ketergantungan, yaitu:
a. Narkotika golongan 1 yaitu narkotika yang dapat digunakan untuk tujuan perkembangan
ilmu pengetahuan, bukan untuk digunakan dalam terapi karena potensinya sangat tinggi
dan mengakibatkan ketergantungan. Diantaranya: Opium mentah, Opium masak,
tanaman koka (Geneus Erythroxloncoca) dan ganja.
b. Narkotika golongan II yaitu narkotika yang digunakan untuk pengobatan, namun
merupakan pemilihan terakhir, bisa digunakan untuk terapi atau bertujuan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan memiliki potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Diantaranya: MorIin (berasal dari tanaman papaversomiIerum L, morIin
berupa serbuk putih yang bisa digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri sepewri pada
penderita kanker atau pada operasi), Ientanil, egonina, petinida dan berikut garam-
garamnya.
c. Narkotika golongan III yaitu narkotika yang digunakan untuk pengobatan atau terapidan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Diantaranya: Kodein (sintesa dari morIin, namun bersiIat lebih ringan)
Etil morIin, Dihidrokodlin dan berikut garam-garamnya.
Berdasarkan UU. No. 5 Tahun 1997 tentang psikoterapika, ada empat penggolongan
psikoterapika, yaitu:
a) Psikoterapi golongan I yaitu psiloterapi yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengatuhuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat kuat
mengakibatkan ketergantungan. Diantaranya: BrolamIetamina, etisiklinida, etriptamina
dan katinona.
b) Psikoterapika golongan II yaitu Psikoterapika yang berkhasiat untuk pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
6

potensi kuat mengakibatakan ketergantungan. Diantaranya: AmIetamina, Ienetilina,


rasemat, metamIetamina dan zipepprol.
c) Psikoterapika golongan III yaitu psikoterapika yang berkhasiat untuk pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan ketergantungan. Diantaranya: Amobarbital, buprenorIina,
butalbital dan katina.
d) Psikoterapi golongan IV yaitu psikoterapika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan. Diantaranya: Alprazolam, amIepramona,
aminorex, barbital dan etinamat.

Selain psikoterapika golongan I, II, III dan IV masih terdapat psikoterapika lainnya yang
tidak mempunyai potensi ketergantungan tetapi digolongankan sebagai obat keras. Oleh karena
itu pengaturan, pembinaan dan pengawasannya tunduk pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang obat keras.

. Sebab terjadinya penyalahgunaan narkotika dan psikoterapika
Penyalahgunaan narkotika dan psikoterapika yang terjadi sangat relative dan bermacam
alas an. Hal ini lebih banyak terjadi pada kalangan generasi muda. Saat ini banyak pemakai dan
pengedar narkotika dan psikoterapika yang mulai masuk kalangan pelajar dan mahasiswa,
bahkan dikalangan dasar. Padahal penggunaan narkotika dan psikoterapika secara berlebihan
dapat menyebabkan kemerosotan pada diri pemakai.
Generasi muda (remaja) yang masih dalam pertumbuhan dan perkembangan akan merasa
harmonis, gembira, produktiI apabila semua kebutuhan tidak terpenuhi dengan cukup maka
generasi muda akan mengalami kekecewaan, tidak puas dan akan Irustasi yang pada akhirnya
akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan demikian setiap tingkah laku
remaja selalu berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Pemakai pengedar narkotika dan psikoterapika mempunyai beberapa alasan dalam
menggunakan atau mengedarkan narkotika dan psikoterapika. Kalangan pengedar melakukannya
dengan alasan adanya desakan perekonomian yang kurang baik dalam keluarga, sehingga mereka
menggunakan jalan mengendarkan narkotika dan psikoterapika untuk memperoleh keuntungan
yang lebih untuk menutupi kebutuhan keluarga. Pegedar narkotika dan psikotropika termasuk
mata pencaharian yang salah, artinya pekerjaan mengedarkan narkotika dan psikotropika
menyebabkan orang mengkonsumsi barang yang dapat meracuni atau menyebabkan kerusakan
jasmani dan mental.
Buddha mengajarkan kepada para siswanya tentang adanya enam saluran untuk
penghamburan kekayaan yaitu: ketagihan akan minum-minuman keras, sering keluyuran di jalan
pada waktu yang tidak pantas, mengejar tempat-tempat hiburan, gemar berjudi, mempunyai
pergaulan yang tidak baik atau salah dalam memilih teman dan mempunyai kebiasaan
menganggur (D.III.18-19).
7

Dalam Pancasila Buddhis sila ke-tiga telah jelas disebutkan bahwa minum dan atau
makan minuman dan atau makanan yang dapat melemahkan kesadaran merupakan tindakan yang
harus dihindari.

4. Gejala-gejala pada korban narkotika dan psikoterapika
a. Gejala-gejala dini korban ketergantungan narkotika dan psikoterapika antara lain:
Adanya perubahan kebiasaan dan tingkah laku sehari-hari seperti kehilangan minat
bergaul, olah raga, mengendornya disiplin pribadi, suka menyendiri, mudah tersinggung
dan marah, suka berbuat curang dan tidak jujur sering menghindari dari perhatian, orang
banyak, selalu berhubungan dengan orang-orang itu saja.
b. Menurunnya prestasi di sekolah atau kantor
c. Disiplin kerja mulai luntur
d. Ditemukannya barang-barang atau alat-alat obat tertentu, seperti alat penghisap, skuit
injeksi, ipetetes, pipet plastic, alumunium Ioil, amplop-amplop atau bungkusan yang
berisi serbuk (DEPKES, 1996:6)

5. Akibat Dari Penyalahgunaan Narkotika Dan Psikotropika
Beberapa akibat dari penyalahgunaan narkotika dan psikotrapikadapat dilihat dari beberapa
aspek yaitu:
a. aspek jasmani dan mental meliputi kelainan pada otak, rasa panic, merubah pola hidup
individu dan menimbulkan ketidakstabilan emosi.
b. Aspek psikologis meliputi timbulnya halusinasi visual, denyut jantung yang bertambah cepat,
berbicara dan tertawa yang tidak terkontrol, hilangnya persepsi waktu, kesadaran merubah
seakan-akan mimpi, menurunnya Iungsi paru-paru dan akan menyebabkan kematian.
c. Aspek ketahanan dan keamanaqn meliputi banyaknya tindakan tindakan pencurian,
perampokan, kenakalan remaja, kebrutalan serta semua yang berkenaan dengan adanya tindakan
criminal.
d. Aspek sekolah dan keluarga meliputi banyaknya pergaulan yang kurang baik, perkelahian atau
tawuran pelajar, timbulnya pencurian dan kekerasan, kurangnya keharmonisan dalam keluarga,
putusnya hubungan dalam keluarga.
Berkenaan dengan akibat dari penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, sang Buddha telash
mengajarkan kepada siswanya tentang adanya enam akibat buruk darikegemaran akan minum
minuman keras yaitu: kehilangan harta dengan cepat, menambah adanya pertengkaran, mudah
terkena penyakit, memperoleh nama buruk, menunjukkan rasa tidak kenal malu dan dapat
melemahkan daya kecerdasan (D.iii.18-19)

6. Penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
a. Pihak orang tua
Orang tua dan anggota keluarga sangat berperan dalam penanggulangan penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika. Peran orang tua atau keluarga dalam memberikan pendidikan serta
8

membimbing anggota keluarganya dengan, menciptakan suasana nyaman dalam keluarga,


komunikasi yang baik, penjelasan secara terinci mengenai narkotika dan psikotropika.
(DEKDIKNAS,1999:9-4)

b. Pihak instansi pendidikan
Instansi pendidikan dapat menggunakan beberapa cara dalam menangani penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika. Upaya ini dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan
instansi terkait dengan narkotika dan psikotropika atau penegak hukum. Membentuk atau
memIungsikan kembali badan Iundsional yang menangani permasalahan kenakalan siswa.
(DEPDIKNAS,:-).
c. Pihak kepolisian
Pihak kepolisian dalam menaggulangi penyalahgunaan obat obat terlarang menggunakan
berbagai cara antara lain:
1) Banyaknya kegiatan operasi atau razia dijalan-jalan, instansi pemerintah dan tempat
tempat pendidikan.
) Mengadakan penyauluhan tentang bahaya dari penyalahgunaan narkotika dan
psikotrapika.
) Mengadakan operasi pada hotel hotel, tempat tempat hiburan, seperti bar, club malam,
tempat tempat panti pijat dan tempat remang remang.
d. Pihak pemerintah
Berkenaan dengan penggunaan, pengedaran dan penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika maka pemerintah telah berupaya untuk mengatur dan menaggulangi nasalah ini
dengan mengeluarkan Undang Undang. Yaitu UU no. tahun 1997 tentang narkotika dan UU
No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika. Didalam UU ini terdapat berbagai macamcara
penyaluran, pemakaian, dan hukuman hukuman yang akan diberikan baik pidana atau denda bagi
mereka yang melanggar ketentuan yang ada.
Selain larangan larangan serta peraturan peratuaran pemerintah dan UU yang telah ditetapkan
ada beberapa cara penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, seperti adanya
tindakan preventiI dan reprentiI ( pencegahan dan tindakan)
a. Tindakan preventiI
merupakan upaya pencegahan terjadinya penyalahgunaan narkotika, psikotropika, obat keras dan
minum minuman keras. Pencegahan ini melalui beberapajalur seperti jalur pendidikan baik
secara Iormal maupun non Iormal, jalur social.
b. Tindakan reprensiI
tindakan yang dilakukan antara lain tindakan pemberantasan penyelundupan dan mengkonsumsi
serta perawatan dan rehabilitasi terhadap korban narkotika dan psikotropika, mengadakan kerja
sama dengan Negara Negara lain dalam pelaksanaan pemberantasan narkotika dan psikotropika,
mengadakan operasi operasi yang rutin.

9

7. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Dan Psikotropika Menurut Pandangan Agama


Buddha.
Penggunaan dan peredaran obat obatan terlarang memang sangat berbahaya bagi
kelangsungan hidup manusia. Sang Buddha menggolongkan obat obatan terlarang kedalam
bagian makanan atau minuman yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran dan ketagihan.
Didalam pancasila buddhis sudah dijelaskan bahwa umat Buddha bertekad untuk
menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan mabuk dan ketagihan. Selain itu dalam
sigalovada sutta sang buddhamenjelaskan bahwa kekerasan tidak berdiri sendiri namun berkaitan
dengan tindakan kejahatan lainnya.sang Buddha menganjurkan siswanya untuk mematuhi lima
sila, mengingat pelanggaran terhadap satu sila juga akan menyebabkan pelanggaran sila lainnya,
dan tindakan kekerasan biasanya menyertai tindakan pelanggaran sila, pancasila buddhis yang
harus dihindari adalah tidak: 'membunuh, mencuri, berzina, berdusta, makan minum yang
memabukkan (D.iii.18-19).
Sang Buddha juga menyarankan siswa siswanya agar tidak bergaul dengan orang orang
dungu. Seperti yang dijelaskan sang Buddha dalam sutta nipata; 'tidak bergaul dengan si dungu,
bergaul dengan orang yang bijaksana dan menghormati itulah berkah termulia. 'menjauhi dan
tidakmelakukan kejahatan, menghindari minum minuman keras yang memabukkan dan
mengakibatkan ketagihan, tekun mengamalkan dharma itulah berkah yang mulia (Sn.4)
Sehubungan dengan moralitas atau perbuatan yang sesuai dengan sila, sang Buddha
memberikan nasihat kepada rahula yang juga merupakan nasihat sang Buddha bagi umat Buddha
dimanapun dan kapanpun berada:
'Jika ada suatu perbuatan, rahula, yang ingin kamu lakukan, bayangkanlah demikian:
apakah perbuastan ini mengakibatkankerugian saya, maupun orang lain, atau keduanya? Lalu
adakah perbuatan buruk ini membawapenderitaan. Perbuatan semacam ini harus kamu hindari.
' jika ada suatub perbuatan, rahula, yang hendak kamu lakukan, bayangkanlah demikian: apakah
perbuatan ini mengakibatkan kerugian saya maupun orang lain atau keduanya? Lalu adakah
perbuatan ini membawa kebahagiaan. Perbuatan semacam ini harus kamu lakukan berulang
ulang (Sn.ii.11).
Orang tua wajib memberi tahu anak terhadap perbuatan perbuatan tercela yang mesti
dihindari yang mungkin saja sering dilihatnya seperti pembunuhan, pencurian, perzinaan,
berdusta, dan makan minum yang menyebabkan memabukkan (D.iii.18-19). Atau juga sesuatu
yang tidak dibenarkan seperti merangsang hawa naIsu yang menambah belenggu penderitaan,
yang memupuk kekotoran batin, yang menimbulkan ketidak puasan, yang membuat atau bersiIat
malas dan bermewahan (A.vi.). orang tua juga berkewajiban menanamkan nilai nilai buddhis
kepada anak. Misalnya tahu tentang tujuh hal yang membawa kemajuan dan kemuliaan yaitu
memiliki keyakinan, malu berbuat salah, takut hasil perbuatan salah, banyak mendengar dan
belajar, bersemangat, memiliki kesadaran dan memiliki kebijaksanaan (jo priastana, :119-
11).
Dalam sigalovada sutta sang Buddha mengingatkan akan adanya enam jalan yang dapat
menghabiskan harta benda yang pada akhirnya menimbulkan penderitaan berkepanjangan.
1

Keenam jalan tersebut adalah: Ketagihan minuman keras, sering berkeliaran di jalan pada waktu
yang tidak pantas, gemar berjudi, pergaulan yang tidak dan kebiasaan bermalas-malasan
(D.III.18-19) Buddha menjelaskan tentang adanya enam akibat buruk dari kegemaran akan
inum-minuman keras, yaitu: Kehilangan harta dengan cepat, bertambah pertengkaran, mudah
terkena penyakit, memperoleh nama buruk, menunjukkan rasa tidak kenal malu dan dapat
melemahkan daya kesadaran (D.III.18-19)I


E. Rekayasa Genetika (cloning)

Kloning berasal dari bahasa Inggris Clone yang berarti proses pengembangbiakan
sekelompok mahkluk hidup yang berasal dari satu induk tanpa hubungan seksual. Teknologi
cloning juga berhubungan dengan teknologi trasgenitik yaitu penyisipan Gen dari makluk yang
sama sekali berbeda. Kelihatannya gagasan cloning bukan barang baru dalam agama Buddha.
Kloning yang dimaksud adalah produk tenaga batin (abbinna). Kemampuan tenaga batin lain
misalnya membuat diri tidak terlihat, menyalin rupa, menciptakan harimau jadi-jadian,
menembus tanah, berjalan diatas air, membaca pikiran orang lain dan mengingat tumimbal lahir
yang terdahulu (D. III. 81).
Kloning yang menjadi isu sekarang adalah suatu teknik membiakkan mahkluk baru
secara seksual atau tanpa pembuahan dengan memakai sel dewasa. Hasilnya berupa sekelompok
organisme yang satu sama lain secara genetic identik. Segi teori tumimbal lahir, reproduksi
semacam ini dimungkinkan terjadi. Apa yang disebut nyawa dalam bahasa konvensional atau
dalam terminology Buddhis adalah Patisandhi Gandhabba dijagat raya ini tidak terhitung
jumlahnya dan akan muncul menjadi mahkluk baru dengan mendapatkan unsure jasmani yang
tepat untuknya. Agama Buddha tidak mengenal kekuatan luar yang menentukan nasib dan
kelahiran seseorang., tetapi karma masing-masing yang menentukan. Tentu saja ada karma
perorangan dan ada karma bersama. Unsur jasmani yang diperlukan oleh suatu makhluk baru
berasal dari orang tua atau induknya (dengan daya tarik dan pertalian karma yang sama).
Kemampuan membelah atau memperbanyak sel dan tumbuh berkembang tidak hanya dimiliki
oleh unsure seks, tetapi juga ditemukan pada unsure jasmani lainnya. Karena itu cara
kelahirannya tidak selalu harus melalui pembuahan.
Bila cloning manusia berhasil dilakukan, maka carapembuahan adalah tidak sesuai
dengan ajaran agama Buddha. Dimana dalam pelaksanaan prosesnya banyak terjadi pembunuhan
embrio yang sudah merupakan makhluk hidup baru dalam Mahatanhasankaya Sutta; Embrio
terjadi karena penggabungan tiga hal, yaitu:
1. Adanya pertemuan ayah dan ibu
. Ibu dalam masa subur
. Adanya makhluk yang siap lahir (M. I. 59)
Adanya manusia itu merupakan keturunan atau hasil perkawinan dari ayah dan ibu.
Kloning manusia dapat merusak tatanan lembaga perkawinan, karena tidak memerlukan ayah
11

dan ibu. Tanpa adanya perkawinan seseorang dapat memiliki anak, tidak peduli orang itu pria
atau wanita. Cinta kasih atau kasih saying ibu dan ayah akan tidak ada lagi atau tatanan keluarga
akan menjadi hilang. Disamping itu pasangan homo maupun lesbian akan mendapat kebebasan
sebab mereka dapat memiliki anak dari mereka sendiri.
Ketika masih embrio bila dideteksi cacat maka mereka mudah diganti oleh embrio yang
baru, maka pembunuhan telah terjadi. Hal ini menunjukkan penyimpangan, merugikan dan
membahayakan manusia. Dengan demikian cloning manusia bertentangan dengan ajaran agama
Buddha, karena dalam proses pelaksanaanya memungkinkan terjadinya suatu pembunuhan
terhadap embrio (makhluk baru) dan hal ini akan bertentangan dengan pancasila Buddhis yakni
sila pertama.

. Eutanasia

Istilah euthanasia berasal dari bahas Yunani 'EU artinya normal atau baik dan
'thanatos yang artinya mati secara baik dan mudah tanpa penderitaan. Jadi Euthanasia adalah
tindakan menghilangkan nyawa seseorang pasien yang tidak mempunyai harapan hidup atau
pasien yang mengalami penderitaan luar biasa dan tidak tertahan lagi.
Latar belakang timbulnya euthanasia yang bervariasi jenis usahanya yang biasa
bermacam-macam mengakibatkan euthanasia dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
1. Voluntary Euthanasia (Euthanasia Sukarela)
Terjadi atas permintaansendiri pasien meminta kepada dokter untuk menghentikan
perawatan yang memperpanjang hidupnya tanpa adanya kemungkinan sembuh. Pada kondisi itu
pasien hanya bisa hidup dengan pertolongan alat-alat kehidupan muktahkir. Jadi ketergantungan
pasien pada alat tersebut, dengan kata lain jika alat tersebut dilepaskan pasien akan meninggal.
. Non Voluntary Euthanasia (Euthanasia diandaikan)
Merupakan kematianyang diusulkan, karena pasien tidak sadar. Disini individu
diandaikan akan memilih meninggal, jika ia dapat menyatakan keinginan.
. Ivoluntary Euthanasia (Euthanasia dipaksakan)
Merupakan pembunuhan pada pasien sadar tidak diminta persetujuan terjadi atas inisiatiI
sendiri yang memberikan suntikan dengan dosis mematikan tanpa permintaan pasien.
Euthanasia yang diandaikan maupun dipaksakan tidak dapat dibenarkan dengan alas an-alasan
otonomi. Karena pada kondisi demikian pasien tidak dapat sama sekali menggunakan
otonominya sehingga harus diambil orang lain. Euthanasia versi pertama ini terjadi apabila
pasien masih sadar dan mengerti penjelasan dokter tentang keadaan penyakitnya. Dokter
menjelaskan dengan sejujurnya tentang keadaan penyakit pasien serta keterbatasan dokter untuk
menolongnya. Dokter harus mengaku dengan jujur bahwa dia tidak mampu menyembuhkan
penyakit sang pasien sehingga memperlama perawatan. Sama saja meperpanjang penderitaan
dan membengkaknya biaya perawatan pasien.
Euthanasia versi kedua dan ketiga merupakan inisiatiI dokter mungkin murni tetapi
kemungkinan juga inisiatiI dari keluarga pasien. Umumnya dokter belum berani mengambil
1

inisiatiI sendiri tanpa persetujuan keluarga pasien. Latar belakang dari inisiatiI dari keluarga
pasien ini juga bisabermacam-macam, mungkin juga bisa karena tidak tahan melihat pasien yang
terlalu menderita sedangkan untuk kemungkinan sembuhmenurut dokter sangat sulit dan juga
menghindari membengkaknya biaya perawatan.
Penjelasan di atas dikatakan bahwa euthanasia merupakan tindakan bunuh diri dengan
bantuan dokter untuk mengurangi penderitaan. Euthanasia biasa dibedakan menjadi dua jenis
yaitu euthanasia aktiI dan euthanasia pasiI. Euthanasia aktiI apabila dokter memberikan
pengobatan kepada seorang pasien tanpa persetujuan pasien maupun keluarganya. Sedangkan
euthanasia pasiI adalah menhentikan perawatan yang tidak beguna lagi untuk memperpanjang
kehidupan pasien. Sahepaty (1989) mengemukakan euthanasia pasiI adalah tindakan dokter
melepas pasien atau angkat tangan sehubungan dengan ketidakmampuannya menyembuhkan
jenis penyakit yang di derita pasien, dalam keadaan demikian biasanya pasien di bawa pulang ke
rumah dan meninggal dunia di rumah.
1. Pelaksanaan Euthanasia
Tindakan euthanasia tidak selalu atas inisiatiI dokter, tetapi juga oleh pasien dan keluarga
dekat, karena keadaan penyakit pasien yang benar-benar tidak bisssa disembuhkan lagi serta hal
itu hanya dapat diputuskan oleh dokter ahli penyakit yang diderita pasien.
Boleh tidaknya seorang dokter tergantung pada melakukan atau membiarkan terjadinya
euthanasia tergantung pada hukum di Negara yang bersangkutan ddan tidak melihat assal usul
munculnya tindakan euthanasia tersebut. Contoh kasus euthanasia yang dilakukan oleh seorang
dokter wanita dari negeri Belanda pada tahun 197. Dokter wanita telah mengakhiri hidup
ibunya yang sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya
tersebut dokter itu di ajukan di pengadilan dengan tuduhan melakukan pembunuhan.
Di pengadilan tingkat renddah, dinyatakan terbukti melakukan tindakan pembunuhan,
akan tetapi ssang dokter tidak mau menerima bahwa ia bersalah, karena tindakan tersebut
semata-mata dilakukan karena belas kasihan terhadap ibunya. Di pengadilan banding, wanita itu
akhirnya dibebaskan.
Sejak adanya kasus dokter tersebut, berkembanglah pendapat pro dan kontra euthanasia
di Belanda. Akhirnya belakangan ini euthanasia bisa di terima di Belanda dengan persyaratan
yang cukup ketat, yaitu:
a. Pasien tidak bisa disembuhkan secara medis
b. Penderitaan Iisik dan psikis tidak tertahankan lagi oleh pasien
c. Pasien harus membuat pernyataan tertulis bahwa ia lebih menyukai kematian
d. Saat kematian pasien memuat ketentuan medis sebenarnya sudah dalam proses
berlangsung (dibuktikan oleh dokter ahli).
Hukum pasiI di saat ini yang berlaku di Indonesia pelaku euthanasia dapat terkenal passal
8, 4 dan 59 KUHP yang menyatakan bahwa:
a. Mengakhiri kehidupan orang lain atas permintaan yang jelas dan sungguh-sungguh.
b. Membantu orang lain mengakhiri kehidupannya atau menyediakan sarananya.
c. Mendorong orang lain mengakhiri kehidupannya.
1

. Euthanasia Dalam Pandangan Agama Buddha


Secara umum dan etika, euthanasia tidak diperbolehkan, begitu pula menurut ajaran sang
Buddha. Bagaimanapun penderitaan yang di alami pasien karena penyakitnya, menginginkan
euthanasia dan apapun alasannya tindakan seorang dokter untuk melakukan euthanasia demi
pasiennya tetap melanggar sila pertama pancasila Buddhis, yaitu tekad untuk menghindari
pembunuhan makhluk hidup 'manusia seharudnya tidak menghancurkan kehidupan (Sn. II.
4). Agama Buddha ssangat menghargai kehidupan hal ini menyatakan dalam Karaniyametta
sutta 'yang telah lahir ataupun yang dilahirkan harus kita kasihi dan kita bertekad untuk
menghindari segala bentuk pembunuhan.
Tindakan untuk menghentikan rasa sakit dengan cara mempercepat datangnya kematian
itu adalah pembunuhan, maka tindakan mempercepat proses kematian dari seorang pasien juga
dapat dikatakan sebagai suatu tindakan pembunuhan. Meletakkan segala kekerasan, berhenti
membunuh makhluk hidup apapun, berhenti menyebabkan orang lain membunuh makhluk
apapun, inilah arti dBrahmana (Sn. II. 969). Buddha mengatakan kematian tidaklah mengakhiri
penderitaan, kematian justru merupakan salah satu bentuk penderitaan, karena kematian akan
berlanjut dengan kelahiran kembali, suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai pembunuhan
apabila apabila memenuhi lima syarat, yaitu:
a. Adanya makhluk hidup
b. Mengetahui bahwa makhluk itu hidup
c. Ada kehendak untuk melakukan pembunuhan
Pada dasarnya setiap orang yang akan meninggal selalu menginginkan suatu yang damai
dalam hatinya, oleh karena itu da beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seseorang agar tidak
menghadapi kematian dengan tenang, yaitu:
1. Melakukan perenungan terhadap kematian
. Melepaskan kemelekatan
. Meyakini hukum karma
4. Memiliki bekal karma baik (Mettadewi. 1: 19-)
Buddha mengajarkan kepada kita tentang cinta kasih yang hendaknya kita pancarkan
kepada semua makhluk hidup demikian juga dengan pasien yang selalu menderita karena
penyakit yang di deritanya. Hendaknya juga harus dirawat dengan tindakan cinta kasih dan
diberikan suatu dorongan semangat sehingga dalam hatinya tidak akan muncul suatu ketakutan
'Perbuatan jasmani yang sesuai dhamma yaitu seseorang meninggalkan pembunuhan makhluk
hidup, dengan membuang tongkat dan senapan, lemah lembut dan penyayang ia hidup dengan
cinta kasih terhadap semua makhluk (M. I. 41)






14

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
'Perhatikanlah tubuh yang indah ini, penuh penyakit, terdiri dari tulang belulang, lemah
dan perlu banyak perawatan, keadaan tidak kekal serta tidak tetap (Dhp. XI. 147). Dalam agama
Buddha tidak dianjurkan melekati badan jasmani karena pada hakekatnya adalah tidak kekal,
tidak menyenangkan dan tanpa inti yang kekal. Tetapi tubuh perlu mendapatkan perawatan agar
tidak mudah terserang penyakit. Ada enam penyebab penyakit mudak muncul yaitu:
1) suatu ketidak seimbangan dari empat unsur-unsur ( tanah, air, api, dan gas),
) kebiasaan yang berkenaan dengan aturan makan tidak beraturan,
) metoda meditasi yang salah,
4) minuman keras,
5) pemilikan setan, dan
6) kekuatan dari karma yang tidak baik.
Kersehatan meliputi kesehatan jasmani dan mental. Jasmani memerlukan makanan materi
untuk menjaga kesehatan batin memerlukan makanan batin untuk menjaga kesehatan mental atau
jiwa.

B. Saran
Makalah Agama Buddha dan Ilmu Kesehatan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersiIat membangun demi perbaikan pada
makalah selanjurtnya. Semoga makalah ini dapat bermanIaat bagi kita semua.


















15

DATAR PUSTAKA

Daradjat Zakiah. 1989. Kesehatan Mental. Jakarta: CV. Haji Mas Agung.
Notosoedirjo Moeljono. 1. Kesehatan Mental Konsep dan Penerapannya. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.
Sasanadhaja Pandita, Widya Surya. 1. Dhammapada. Jakarta:
Yayasan Abdi Dhamma Indonesia.
Tim Penyusun. . Pengetahuan Dharma. Jakarta: CV. Dewi Kayana Abadi
Wijaya Mukti Krisnananda. . Berebut Kerja Berebut Surga. Jakarta:
Yayasan Dharma Pembangunan.
Jo Priastana. . Buddha Dhamma Kontekstual. Jakarta: Yayasan Yasodhara Putri
Lanny Anggawati dan Wena Cintiawati. 1999. Sutta Nipata. Klaten:
Penerbit Vihara Bodhivamsa
.., . UU Narkotika dan Psikoterapika. Jakarta: Surya GraIika
.., 1996. Penyuluhan Penyalahgunaan Obat Dan Narkotika Serta Permasalahan #emaja.
Semarang: Panitia Dhammasanti Waisak
Daradjat zakiah. 1989. kesehatan mental konsep dan penerapannya. Malang:
Universitas Muhammatdiyah malang.
Sasanadhaja pandita, Widya Surya. 1. dhammapada. Jakarta:
yayasan Abdhi dhamma indonesia.
Tim penyusun. . pengetahuan dharma. Jakarta : CV. Dewikarya abadi
Wijayamukti Krisnanda. . berebut kerja berebut surga. Jakarta:
Yayasan Dharma Pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai