BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan dalam memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan
kesehatan segala aktivitas dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Secara umum kesehatan terbagi menjadi dua yaitu keseehatan Iisik dan kesehatan mental atau
jiwa. Dua jenis kesehatan ini saling terkait satu dengan yang lainnya. Misalnya orang yang tidak
memiliki keluh kesah Iisik dipandang orang yang sehat secara mental.
Memiliki kesehatan merupakan anugrah tertinggi, Nibbana adalah kebahagiaan
tertingi(M.II.VII.65) Oleh karena itu upaya untuk memelihara kesehatan jasmani maupun mental
diperlukan ilmu pengetahuan tang khusus menangani tentang kesehatan yang dikenal dengan
ilmu kedokteran.
Ilmu pengetahuan termasuk ilmu kedokteran tersusun secara sistematis berdasarkan bukti
yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sehingga terbukti keotentikannya.
Buddha Gotama pernah bersabda seperti yang tertuang dalam Dhammanusatti 'datang lihat dan
buktikkan ehipasiko. Secara implisit Buddha Gotama telah memiliki pemikiran yang sistematis
sebelum pengetahuan berkembang.
Hal ini membuat penulis tertarik untuk mendiskripsikkan agama Buddha dan Ilmu
Pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan.
A. #umusan Masalah
Ilmu kesehatan merupakan masalah yang kompleks dan cukup luas, oleh karena itu
pembahasan dalam makalah ini penulis batasi bagaimanakah hubungan agama Buddha dan ilmu
kesehatan ?
B. Tujuan
Mendeskripsikan hubungan agama Buddha dan ilmu kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan
Kesehatan merupakan suatu keadaan yang sehat, kebaikan badan jasmani, keadaan sehat
jiwa, masyarakat kesehatan jasmani bagi rakyat (KBBI, 1. 111).Kesehatan merupakan harta
yang sangat berharga yang dimiliki manusia. Konsep kesehatan itu sendiri adalah suatu keadaan
dimana badan jasmani, mental lingkungan dan segala sesuatu yang ada disekitarnya benar-benar
terjadi suatu keharmonisan.
Dalam kehidupannya yang suka mengganggu kehidupan orang lain, suka adu domba,
Iitnah, menyeleweng dan menipu. Gejala tersebut merupakan unsur dari pada kejiwaan yang
tidak sehat, jiwa yang sehat akan menimbulkan jasmani yang sehat pula. Berarti sehat
merupakan suatu konsep dasar yang mudah dirasakan dan diamati keadaannya. Misalnya orang
yang tidak memiliki keluh kesah Iisik dipandang orang yang sehat secara mental. Menurut WHO
(World Health Organization) kesehatan merupakan suatu bentuk yang sangat luas dan keadaan
yang sempurna baik Iisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit, kelemahan
atau merupaka suatu keadaan ideal dari segi biologis, psikologis dan sosial.
Seseorang dikatakan sehat tidak hanya terlepas dari penyakit dan kelemahan, tetapi juga mampu
menjalankan aktivitas kehidupan dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan. Untuk
mencegah berbagai penyakit diperlukan dukungan masyarakat, sumber alam dan Iasilitas yang
memadai. (Mariati Sukarni,1994;14).
B. Konsep Kesehatan Menurut Agama Buddha
Manusia mengenal dirinya pada mulanya dari dimensi biologisnya dan memanIaatkan
anggota tubuhnya untuk memenuhi kebutuhannya, makan minum, dan bekerja. Jadi tidak langka
bila tubuh mengalami gangguan kesehatangnya karena manusia belum merasa puas bila
kebutuhannya belum tercukupi dan tidak pernahmemperdulikan kesehatannya (terlalu bekerja
keras, tidak ingat waktu). Dalam agama Buddha dimensi biologis (jasmani) terbagi menjadi
empat unsur yaitu tanah, air, api dan gas. Ketidakseimbangan dari keempat unsur ini menjadi
salah satu sebab timbulnya gangguan kesehatan.
Status kesehatan seseorang ataupun masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
sekalipun tidak tepat tetapi juga tidak salah, kesehatan lingkungan sering diartikan sebagai
kebersihan lingkungan. Kesehatan lingkungan seharusnya, mencakup pula kebersihan
perorangan, kebiasaan hidup dan semua dampak hubungan timbal balik antara manusia dan
lingkungan pertalian dengan peningkatan derajat kesehatan atau pencegahan penyakit.
Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yang sehat, jadi ini tergantung dari manusia dan
masyarakat dimana menjaga lingkungan yang bersih.
Setiap individu memiliki peranan dalam kehidupan baik dalam keluarga, masyarakat dan
sekolah. Seseorang yang mempunyai jasmani dan mental yang sehat akan meras puas dengan
perannya dalam lingkungannya tersebut, tetapi sebaliknya seseorang tidak memiliki sehat
jasmani dan mental yang sehat tidak merasa terpuaskan dalam peranan-peranan tersebut, dan
memang bila seseorang tidak memiliki badan jasmani dan mental yang kuat tidak bisa
beraktiIitas dengan baik.
Manusia merupakan satu kesatuan dari unsure jasmani dan rohani, mengenai pemahaman
yang benar terhadap tubuh yang rapuh yang merupakan sarang suatu penyakit yang justru akan
mendorong agar manusia memperhatikan perawatan tbuhnya dengan baik. 'Perhatikanlah tubuh
yang indah ini, penuh penyakit, terdiri dari tulang blulang, lemah dan perlu banyak perawatan,
keadaan tidak kekal serta tidak tetap (Dhp. XI. 147). Perilaku yang bersih dan sehat akan
menghasilkan lingkungan yang bersih dan sehat pula, begitu pula sebaliknya lingkungan yang
bersih dan sehatakan mendorong perilaku yang bersih dan sehat pula, walaupun diri sendiri
merupakan Iactor utama dalam menciptakan keadaan yang sehat.
Salah satu hal yang sangat penting dalam pribadi seseorang adalah ksehatan mental, yaitu
kondisi mental yang tidak sakit. Buddha Dhamma berperan besar dalam memecahkan kesulitan
para ahli tentang kesehatan mental, Buddha menunjukkan bahwa setiap orang secara terus-
menerus mendengarkan suatu suara dalam dirinya dan menaIsirkan apa yang sedang
dirasakannya. Tindakan ini merupakan tindakan untuk menenangkan diriterhadap prasangka,
kegelisahan dan ketakutan. 'melenyapkan kegelisahan, dan kekawatiran maka akan terbebas dari
perasaan tegang, dengan pikiran tenang, mensucikan batinnya dari kegelisahan dan kekawatiran.
Ia melenyapkan keragu-raguan, ia hidup bagaikan orang yang telah terbebas dari kekacauan
batin dan batinnya berada dalam kebaikan, ia mensucikan batinnya dari keragu-raguan
(D.III.XIV.5). 'Sehat adalah anugerah tertinggi, nibbana adalah kebahagiaan tertinggi
(M.II.VII.65). nibbana adalah tujuan tertinggi umat Buddha, sedangkan sakit, usia tua, kematian
sebagai ciri dari penderitaan merupakan prosestak terelakkan yang penuh makna dan hikmah
dalam perjalanan mencapai tujuan tertinggi. 'Sungguh bahagia hidup tanpa penyakit diantara
orang-orang yang berpenyakit, diantara orang-orang yang berpenyakit hidup tanpa penyakit
(Dhp. XV.198).
Jadi dalam hal ini tidak bisa dikatakan bahwa tujuan agam adalah sebuah keadaan
kesehatan mental yang sempurna dan kebahagiaan sejati, tetapi selama manusia belum
melenyapkan dukkha dalam dirinya maka kesakitan mental akan berada dalam dirinya bahkan
dapat berkembang dengan cepat dan kedamaian nibbana belum dapat dirasakan. Perlu diketahui
bahwa tujuan dari Buddha mengajarkan dhamma adalahuntuk kebahagiaan umat manusia dan
memperoleh mental yang benar-benar bebas dari penyakit apapun. Bhagava mengajarkan
dhamma agar dhamma dapat melenyapkan dukkha dari orang yang melaksanakannya
(D.III.XIV.4).dukkha merupakan kekacauan-kekacauan dan nibbana adalah keadaan yang
teratur dan sehat, tetapi umat Buddha adalah pengurangan serta pelenyapan dukkha dan
mencapai nibbana yaitu dengan pelaksanaan delapan jalan utama secara sempurna.
Kesehatan terapi buddhis menjadi suatu pedoman yang disebut dengan jalan utama beruas
4
delapan, yang merupakan terapi penolong dan terapi yang sebenarnya, trapi ini mencangkup
perilaku setiap hari dari disiplin mental serta pengenalan terhadap teori IilsaIat Buddha Dhamma,
terapi yang sebenarnya adalah meditasi (Dhyana ) dalam terapi buddhis dalam melenyapkan
kekacauan mentalmemiliki beberapa kesamaan seperti teks wawancara dan diskusi, meditasi
mirip dengan tehnik terapi perilaku karena bagaimanapun terdapat beberapa aspek meditasi yang
merupakan keunggulan dalam terapi buddhis, hal yang penting dalam meditasi adalah perhatian,
sempurna dalam perilaku, suci dalam cara hidup, sempurna dalam sila, terjaga dalam pintu
indriya, memiliki perhatian murni dan pengertian yang jelas. Terapi buddhis mengatakan bahwa
penyebab tubuh ini menjadi sakit dan sehat adalah karena adanya melalui perasaan jasmani (rasa
sakit) dan keadaan pikiran (emosi-emosi) yang mempengaruhinya. Dengan begitu apabila tubuh
ini ingin tetap sehat hendaknya menyadari segala bentuk-bentuk pikiran emosi-emosi yang
timbul dalam diri. Yang dimaksud dengan bentuk pikiran yang menyebabkan penderitaan karena
mempunyai beberapa hal yaitu:
1) Keserakahan,
) Harga diri yang terluka,
) Iri hati,
4) Kebencian,
5) Kekuatiran (#uth walshe, alih bahasa upi. Ksantidewi, terapi secara buddhis).
.Pengaruh Perkembangan Ilmu Kedokteran Terhadap Pola Hidup Manusia
Kehidupan manusia yang semakin maju baik dalam ilmu tekhnologi maupun kedokteran
mempunyai pengaruh yang dapat mengembangkan pola hidup manusuia yaitu :
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dibidang kesehatan, meningkatkan
mutu pemeriksaan yang terjamin terhadap penyakit-penyakit yang diderita, sehingga
terbukti dan dapat dipertanggung jawabkan hasil pemeriksaannya.
Dengan banyaknya peralatan dan Iasilitas yang digunakan maka akan meningkatkan pula
mutu dari tenaga medis (Fahrul rasyid, tempo tahun 199:76, murniyati, rangkuman
agama buddha dan disiplin ilmu I dan II )
Semakin banyaknya penilitian-penelitian media yang dilakukan secara intensiI maka
akan mendorong didirikannya labolatorium kesehatan dengan peralatan dan Iasilitas yang
lebih lengkap.
Perkembangan ilmu kedokteran dapat meningkatkan mutu manusia secara Iisik (ilmu
bedah dapat membantu manusia menutupi cacat Iisik yang ada pada dirinya) (medika,
199: 59, murniyati, #angkuman Agama buddha dan disiplin ilmu I dan II )
5
Dalam Pancasila Buddhis sila ke-tiga telah jelas disebutkan bahwa minum dan atau
makan minuman dan atau makanan yang dapat melemahkan kesadaran merupakan tindakan yang
harus dihindari.
4. Gejala-gejala pada korban narkotika dan psikoterapika
a. Gejala-gejala dini korban ketergantungan narkotika dan psikoterapika antara lain:
Adanya perubahan kebiasaan dan tingkah laku sehari-hari seperti kehilangan minat
bergaul, olah raga, mengendornya disiplin pribadi, suka menyendiri, mudah tersinggung
dan marah, suka berbuat curang dan tidak jujur sering menghindari dari perhatian, orang
banyak, selalu berhubungan dengan orang-orang itu saja.
b. Menurunnya prestasi di sekolah atau kantor
c. Disiplin kerja mulai luntur
d. Ditemukannya barang-barang atau alat-alat obat tertentu, seperti alat penghisap, skuit
injeksi, ipetetes, pipet plastic, alumunium Ioil, amplop-amplop atau bungkusan yang
berisi serbuk (DEPKES, 1996:6)
5. Akibat Dari Penyalahgunaan Narkotika Dan Psikotropika
Beberapa akibat dari penyalahgunaan narkotika dan psikotrapikadapat dilihat dari beberapa
aspek yaitu:
a. aspek jasmani dan mental meliputi kelainan pada otak, rasa panic, merubah pola hidup
individu dan menimbulkan ketidakstabilan emosi.
b. Aspek psikologis meliputi timbulnya halusinasi visual, denyut jantung yang bertambah cepat,
berbicara dan tertawa yang tidak terkontrol, hilangnya persepsi waktu, kesadaran merubah
seakan-akan mimpi, menurunnya Iungsi paru-paru dan akan menyebabkan kematian.
c. Aspek ketahanan dan keamanaqn meliputi banyaknya tindakan tindakan pencurian,
perampokan, kenakalan remaja, kebrutalan serta semua yang berkenaan dengan adanya tindakan
criminal.
d. Aspek sekolah dan keluarga meliputi banyaknya pergaulan yang kurang baik, perkelahian atau
tawuran pelajar, timbulnya pencurian dan kekerasan, kurangnya keharmonisan dalam keluarga,
putusnya hubungan dalam keluarga.
Berkenaan dengan akibat dari penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, sang Buddha telash
mengajarkan kepada siswanya tentang adanya enam akibat buruk darikegemaran akan minum
minuman keras yaitu: kehilangan harta dengan cepat, menambah adanya pertengkaran, mudah
terkena penyakit, memperoleh nama buruk, menunjukkan rasa tidak kenal malu dan dapat
melemahkan daya kecerdasan (D.iii.18-19)
6. Penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
a. Pihak orang tua
Orang tua dan anggota keluarga sangat berperan dalam penanggulangan penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika. Peran orang tua atau keluarga dalam memberikan pendidikan serta
8
Keenam jalan tersebut adalah: Ketagihan minuman keras, sering berkeliaran di jalan pada waktu
yang tidak pantas, gemar berjudi, pergaulan yang tidak dan kebiasaan bermalas-malasan
(D.III.18-19) Buddha menjelaskan tentang adanya enam akibat buruk dari kegemaran akan
inum-minuman keras, yaitu: Kehilangan harta dengan cepat, bertambah pertengkaran, mudah
terkena penyakit, memperoleh nama buruk, menunjukkan rasa tidak kenal malu dan dapat
melemahkan daya kesadaran (D.III.18-19)I
E. Rekayasa Genetika (cloning)
Kloning berasal dari bahasa Inggris Clone yang berarti proses pengembangbiakan
sekelompok mahkluk hidup yang berasal dari satu induk tanpa hubungan seksual. Teknologi
cloning juga berhubungan dengan teknologi trasgenitik yaitu penyisipan Gen dari makluk yang
sama sekali berbeda. Kelihatannya gagasan cloning bukan barang baru dalam agama Buddha.
Kloning yang dimaksud adalah produk tenaga batin (abbinna). Kemampuan tenaga batin lain
misalnya membuat diri tidak terlihat, menyalin rupa, menciptakan harimau jadi-jadian,
menembus tanah, berjalan diatas air, membaca pikiran orang lain dan mengingat tumimbal lahir
yang terdahulu (D. III. 81).
Kloning yang menjadi isu sekarang adalah suatu teknik membiakkan mahkluk baru
secara seksual atau tanpa pembuahan dengan memakai sel dewasa. Hasilnya berupa sekelompok
organisme yang satu sama lain secara genetic identik. Segi teori tumimbal lahir, reproduksi
semacam ini dimungkinkan terjadi. Apa yang disebut nyawa dalam bahasa konvensional atau
dalam terminology Buddhis adalah Patisandhi Gandhabba dijagat raya ini tidak terhitung
jumlahnya dan akan muncul menjadi mahkluk baru dengan mendapatkan unsure jasmani yang
tepat untuknya. Agama Buddha tidak mengenal kekuatan luar yang menentukan nasib dan
kelahiran seseorang., tetapi karma masing-masing yang menentukan. Tentu saja ada karma
perorangan dan ada karma bersama. Unsur jasmani yang diperlukan oleh suatu makhluk baru
berasal dari orang tua atau induknya (dengan daya tarik dan pertalian karma yang sama).
Kemampuan membelah atau memperbanyak sel dan tumbuh berkembang tidak hanya dimiliki
oleh unsure seks, tetapi juga ditemukan pada unsure jasmani lainnya. Karena itu cara
kelahirannya tidak selalu harus melalui pembuahan.
Bila cloning manusia berhasil dilakukan, maka carapembuahan adalah tidak sesuai
dengan ajaran agama Buddha. Dimana dalam pelaksanaan prosesnya banyak terjadi pembunuhan
embrio yang sudah merupakan makhluk hidup baru dalam Mahatanhasankaya Sutta; Embrio
terjadi karena penggabungan tiga hal, yaitu:
1. Adanya pertemuan ayah dan ibu
. Ibu dalam masa subur
. Adanya makhluk yang siap lahir (M. I. 59)
Adanya manusia itu merupakan keturunan atau hasil perkawinan dari ayah dan ibu.
Kloning manusia dapat merusak tatanan lembaga perkawinan, karena tidak memerlukan ayah
11
dan ibu. Tanpa adanya perkawinan seseorang dapat memiliki anak, tidak peduli orang itu pria
atau wanita. Cinta kasih atau kasih saying ibu dan ayah akan tidak ada lagi atau tatanan keluarga
akan menjadi hilang. Disamping itu pasangan homo maupun lesbian akan mendapat kebebasan
sebab mereka dapat memiliki anak dari mereka sendiri.
Ketika masih embrio bila dideteksi cacat maka mereka mudah diganti oleh embrio yang
baru, maka pembunuhan telah terjadi. Hal ini menunjukkan penyimpangan, merugikan dan
membahayakan manusia. Dengan demikian cloning manusia bertentangan dengan ajaran agama
Buddha, karena dalam proses pelaksanaanya memungkinkan terjadinya suatu pembunuhan
terhadap embrio (makhluk baru) dan hal ini akan bertentangan dengan pancasila Buddhis yakni
sila pertama.
. Eutanasia
Istilah euthanasia berasal dari bahas Yunani 'EU artinya normal atau baik dan
'thanatos yang artinya mati secara baik dan mudah tanpa penderitaan. Jadi Euthanasia adalah
tindakan menghilangkan nyawa seseorang pasien yang tidak mempunyai harapan hidup atau
pasien yang mengalami penderitaan luar biasa dan tidak tertahan lagi.
Latar belakang timbulnya euthanasia yang bervariasi jenis usahanya yang biasa
bermacam-macam mengakibatkan euthanasia dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
1. Voluntary Euthanasia (Euthanasia Sukarela)
Terjadi atas permintaansendiri pasien meminta kepada dokter untuk menghentikan
perawatan yang memperpanjang hidupnya tanpa adanya kemungkinan sembuh. Pada kondisi itu
pasien hanya bisa hidup dengan pertolongan alat-alat kehidupan muktahkir. Jadi ketergantungan
pasien pada alat tersebut, dengan kata lain jika alat tersebut dilepaskan pasien akan meninggal.
. Non Voluntary Euthanasia (Euthanasia diandaikan)
Merupakan kematianyang diusulkan, karena pasien tidak sadar. Disini individu
diandaikan akan memilih meninggal, jika ia dapat menyatakan keinginan.
. Ivoluntary Euthanasia (Euthanasia dipaksakan)
Merupakan pembunuhan pada pasien sadar tidak diminta persetujuan terjadi atas inisiatiI
sendiri yang memberikan suntikan dengan dosis mematikan tanpa permintaan pasien.
Euthanasia yang diandaikan maupun dipaksakan tidak dapat dibenarkan dengan alas an-alasan
otonomi. Karena pada kondisi demikian pasien tidak dapat sama sekali menggunakan
otonominya sehingga harus diambil orang lain. Euthanasia versi pertama ini terjadi apabila
pasien masih sadar dan mengerti penjelasan dokter tentang keadaan penyakitnya. Dokter
menjelaskan dengan sejujurnya tentang keadaan penyakit pasien serta keterbatasan dokter untuk
menolongnya. Dokter harus mengaku dengan jujur bahwa dia tidak mampu menyembuhkan
penyakit sang pasien sehingga memperlama perawatan. Sama saja meperpanjang penderitaan
dan membengkaknya biaya perawatan pasien.
Euthanasia versi kedua dan ketiga merupakan inisiatiI dokter mungkin murni tetapi
kemungkinan juga inisiatiI dari keluarga pasien. Umumnya dokter belum berani mengambil
1
inisiatiI sendiri tanpa persetujuan keluarga pasien. Latar belakang dari inisiatiI dari keluarga
pasien ini juga bisabermacam-macam, mungkin juga bisa karena tidak tahan melihat pasien yang
terlalu menderita sedangkan untuk kemungkinan sembuhmenurut dokter sangat sulit dan juga
menghindari membengkaknya biaya perawatan.
Penjelasan di atas dikatakan bahwa euthanasia merupakan tindakan bunuh diri dengan
bantuan dokter untuk mengurangi penderitaan. Euthanasia biasa dibedakan menjadi dua jenis
yaitu euthanasia aktiI dan euthanasia pasiI. Euthanasia aktiI apabila dokter memberikan
pengobatan kepada seorang pasien tanpa persetujuan pasien maupun keluarganya. Sedangkan
euthanasia pasiI adalah menhentikan perawatan yang tidak beguna lagi untuk memperpanjang
kehidupan pasien. Sahepaty (1989) mengemukakan euthanasia pasiI adalah tindakan dokter
melepas pasien atau angkat tangan sehubungan dengan ketidakmampuannya menyembuhkan
jenis penyakit yang di derita pasien, dalam keadaan demikian biasanya pasien di bawa pulang ke
rumah dan meninggal dunia di rumah.
1. Pelaksanaan Euthanasia
Tindakan euthanasia tidak selalu atas inisiatiI dokter, tetapi juga oleh pasien dan keluarga
dekat, karena keadaan penyakit pasien yang benar-benar tidak bisssa disembuhkan lagi serta hal
itu hanya dapat diputuskan oleh dokter ahli penyakit yang diderita pasien.
Boleh tidaknya seorang dokter tergantung pada melakukan atau membiarkan terjadinya
euthanasia tergantung pada hukum di Negara yang bersangkutan ddan tidak melihat assal usul
munculnya tindakan euthanasia tersebut. Contoh kasus euthanasia yang dilakukan oleh seorang
dokter wanita dari negeri Belanda pada tahun 197. Dokter wanita telah mengakhiri hidup
ibunya yang sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya
tersebut dokter itu di ajukan di pengadilan dengan tuduhan melakukan pembunuhan.
Di pengadilan tingkat renddah, dinyatakan terbukti melakukan tindakan pembunuhan,
akan tetapi ssang dokter tidak mau menerima bahwa ia bersalah, karena tindakan tersebut
semata-mata dilakukan karena belas kasihan terhadap ibunya. Di pengadilan banding, wanita itu
akhirnya dibebaskan.
Sejak adanya kasus dokter tersebut, berkembanglah pendapat pro dan kontra euthanasia
di Belanda. Akhirnya belakangan ini euthanasia bisa di terima di Belanda dengan persyaratan
yang cukup ketat, yaitu:
a. Pasien tidak bisa disembuhkan secara medis
b. Penderitaan Iisik dan psikis tidak tertahankan lagi oleh pasien
c. Pasien harus membuat pernyataan tertulis bahwa ia lebih menyukai kematian
d. Saat kematian pasien memuat ketentuan medis sebenarnya sudah dalam proses
berlangsung (dibuktikan oleh dokter ahli).
Hukum pasiI di saat ini yang berlaku di Indonesia pelaku euthanasia dapat terkenal passal
8, 4 dan 59 KUHP yang menyatakan bahwa:
a. Mengakhiri kehidupan orang lain atas permintaan yang jelas dan sungguh-sungguh.
b. Membantu orang lain mengakhiri kehidupannya atau menyediakan sarananya.
c. Mendorong orang lain mengakhiri kehidupannya.
1
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
'Perhatikanlah tubuh yang indah ini, penuh penyakit, terdiri dari tulang belulang, lemah
dan perlu banyak perawatan, keadaan tidak kekal serta tidak tetap (Dhp. XI. 147). Dalam agama
Buddha tidak dianjurkan melekati badan jasmani karena pada hakekatnya adalah tidak kekal,
tidak menyenangkan dan tanpa inti yang kekal. Tetapi tubuh perlu mendapatkan perawatan agar
tidak mudah terserang penyakit. Ada enam penyebab penyakit mudak muncul yaitu:
1) suatu ketidak seimbangan dari empat unsur-unsur ( tanah, air, api, dan gas),
) kebiasaan yang berkenaan dengan aturan makan tidak beraturan,
) metoda meditasi yang salah,
4) minuman keras,
5) pemilikan setan, dan
6) kekuatan dari karma yang tidak baik.
Kersehatan meliputi kesehatan jasmani dan mental. Jasmani memerlukan makanan materi
untuk menjaga kesehatan batin memerlukan makanan batin untuk menjaga kesehatan mental atau
jiwa.
B. Saran
Makalah Agama Buddha dan Ilmu Kesehatan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersiIat membangun demi perbaikan pada
makalah selanjurtnya. Semoga makalah ini dapat bermanIaat bagi kita semua.
15
DATAR PUSTAKA
Daradjat Zakiah. 1989. Kesehatan Mental. Jakarta: CV. Haji Mas Agung.
Notosoedirjo Moeljono. 1. Kesehatan Mental Konsep dan Penerapannya. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.
Sasanadhaja Pandita, Widya Surya. 1. Dhammapada. Jakarta:
Yayasan Abdi Dhamma Indonesia.
Tim Penyusun. . Pengetahuan Dharma. Jakarta: CV. Dewi Kayana Abadi
Wijaya Mukti Krisnananda. . Berebut Kerja Berebut Surga. Jakarta:
Yayasan Dharma Pembangunan.
Jo Priastana. . Buddha Dhamma Kontekstual. Jakarta: Yayasan Yasodhara Putri
Lanny Anggawati dan Wena Cintiawati. 1999. Sutta Nipata. Klaten:
Penerbit Vihara Bodhivamsa
.., . UU Narkotika dan Psikoterapika. Jakarta: Surya GraIika
.., 1996. Penyuluhan Penyalahgunaan Obat Dan Narkotika Serta Permasalahan #emaja.
Semarang: Panitia Dhammasanti Waisak
Daradjat zakiah. 1989. kesehatan mental konsep dan penerapannya. Malang:
Universitas Muhammatdiyah malang.
Sasanadhaja pandita, Widya Surya. 1. dhammapada. Jakarta:
yayasan Abdhi dhamma indonesia.
Tim penyusun. . pengetahuan dharma. Jakarta : CV. Dewikarya abadi
Wijayamukti Krisnanda. . berebut kerja berebut surga. Jakarta:
Yayasan Dharma Pembangunan.