Anda di halaman 1dari 22

BAB I

Konsep dasar
Kesehatan mental dan teori kepribadian sehat

A. Konsep Kesehatan Mental   


Dalam memahami konsep dari kesehatan, kita tidak bisa mengabaikan dan melepaskan
pengaruh sejaraah dari perkembangan dan kemajuan kebudayaan yang ada. Makna
sehat dan sakit ternyata berkembang sesuai dengan peradaban.  Dari budaya barat dan
timur pada hakekatnya mendefinisikan makna yang berbeda antara pengertian sehat
dan sakit. adanya perbedaan ini akan berefek dan mempengaruhi metode pengobatan
di kebudayaan barat dan timur.
Akan tetapi, kemajuan teknologi dan komunikasi yang semakin berkembang
menyebabkan terjadinya hubungan antar manusia secara mendunia. Kemajuan ini
menimbulkan terjadinya pertemuan kebudayaan di antara keduanya sehingga di masa
sekarang diciptakan beberapa sistem pengobatan yang menggabungkan dua
kebudayaan barat dan timur.
Banyaknya asumsi tentang kesehatan memunculkan teori-teori kesehatan seperti
metode kesehatan barat dan timur. Namun, terdapat model yang beragam karena
terdapat perbedaan budaya di metode-metode kesehatan tersebut. Berikut adalah
metode kesehatan antara lain :
a. Model Biomedis (Freund, 1991)
Model biomedis ini memiliki 5 asumsi yaitu sebagai berikut :
 Adanya perbedaan nyata dan tampak yang terdapat pada tubuh serta jiwa sehingga
penyakit dipercaya menyerang bagian anggota tubuh tertentu
 Penyakit direduksi pada gangguan fungsi tubuh baik secara biokimia maupun
neurofisiologis
 Penyakit disebabkan oleh suatu agen yang dapat teridentifikasi
 Tubuh dilihat sebagai alat mesin
 Tubuh adalah sesuatu yang dapat diatur dan dikontrol

b. Model psikiatris
Model psikiatris merupakan model yang masih berkaitan dengan model biomedis.
Model jenis ini adalah model yang memfokuskan diri terhadap penemuan bukti-bukti
nyata dari berbagai macam penyakir dan metode treatment dari obat-obatan ataupun 
pembedahan untuk meneliti sikap abnormalitas.

c. Model Psikosomatis (Tamm,1993)


Model dalam jenis ini terjadi karena ketidakpuasan yang timbul terhadap adany

model bipmedis. Model ini mengemukakan bahwa tidak ada penyakit somatik tanpa

diakibatkan dari antesenden emosional dan sosial. Dan sebaliknya, tidak ada penyakit

yang berhubungan dengan psikis tanpa diakibatkan dari gangguan somatik.

B. Definisi Kesehatan Mental


Dalam mendefinisikan kesehatan mental, sangat dipengaruhi oleh
kultur dimana seseorang tersebut tinggal. Apa yang boleh dilakukan dalam
suatu budaya tertentu, bisa saja menjadi hal yang aneh dan tidak normal
dalam budaya lain, dan demikian pula sebaliknya (Sias, 2006). Menurut
Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana
seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri,
memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima
kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah
dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta
memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.

Notosoedirjo dan Latipun (2005), mengatakan bahwa terdapat banyak cara


dalam mendefenisikan kesehatan mental (mental hygene) yaitu: (1) karena
tidak mengalami gangguan mental, (2) tidak jatuh sakit akibat stessor, (3)
sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya, dan (4)
tumbuh dan berkembang secara positif.

1. Karena tidak mengalami gangguan mental


Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa
atau terbebas dari sakit dan gangguan jiwa. Vaillaint (dalam Notosoedirjo
& Latipun, 2005), mengatakan bahwa kesehatan mental atau psikologis itu
“as the presence of successfull adjustmet or the absence of
psychopatology” dan yang dikemukakan oleh Kazdin yang menyatakan
kesehatan mental ”as a state in which there is an absence of dysfunction in
psychological, emotional, behavioral, and sosial spheres”.
Pengertian ini bersifat dikotomis, bahwa orang berada dalam keadaan sakit
atau sehat psikisnya. Sehat jika tidak terdapat sedikitpun gangguan
psikisnya, dan jika ada gangguan psikis maka diklasifikasikan sebagai
orang sakit. Dengan kata lain sehat dan sakit itu mental itu bersifat
nominal ytang dapat dibedakan kelompok-kelompoknya. Sehat dengan
pengertian ”terbebas dari gangguan”, berarti jika ada gangguan sekialipun
sedikit adanya, seseorang itu diangganb tidak sehat.
2. Tidak sakit akibat adanya stressor
Notosoedirjo dan Latipun (2005), mengatakan bahwa orang yang sehat
mentalnya adalah orang yang dapat menahan diri untuk tidak jatuh sakit
akibat stressor (sumber stres). Seseorang yang tidak sakit meskipun
mengalami tekanantekanan maka menurut pengertian ini adalah orang
yang sehat. Pengertian ini sangat menekankan pada kemampuan individual
merespon lingkungannya.
3. Sejalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya
Michael dan Kirk Patrick (dalam Notosudirjo & Latipun, 2005)
memandang bahwa individu yang sehat mentalnya jika terbebas dari gejala
psikiatris dan individu itu berfungsi secara optimal dalam lingkungan
sosialnya. Pengertian ini terdapat aspek individu dan aspek lingkungan.
Seseorang yang sehat mental itu jika sesuai dengan kapasitasnya diri
sendiri, dan hidup tepat yang selaras dengan lingkungannya.
4. Tumbuh dan berkembang secara positif
Frank, L. K. (dalam Notosudirjo & Latipun, 2005) merumuskan
pengertian kesehatan mental secara lebih komprehensif dan melihat
kesehatan mental secara ”positif”. Dia mengemukakan bahwa kesehatan
mental adalah orang yang terus menerus tumbuh, berkembang dan matang
dalam hidupnya, menerima tanggung jawab, menemukan penyesuaian
(tanpa membayar terlalu tinggi biayanya sendiri atau oleh masyarakat)
dalam berpartisipasi dalam memelihara aturan sosial dan tindakan dalam
budayanya.
Dari berbagai pengertian yang ada, (Johada dalam Notosoedirjo dan
Latipun, 2005), merangkum pengertian kesehatan mental dengan mengemukakan
tiga ciri pokok mental yang sehat:
a) Seseorang melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan atau
melakukan usaha untuk menguasai, dan mengontrol lingkungannya,
sehingga tidak pasif menerima begitu saja kondisi sosialnya.

b) Seseorang menunjukkan kutuhan kepribadiaanya – mempertahankan


integrasi kepribadian yang stabil yang diperoleh sebagai akibat dari
pengaturan yang aktif.

c) Seseorang mempersepsikan “dunia” dan dirinya dengan benar,


independent dalam hal kebutuhan pribadi.

Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health)


merumuskan pengertian kesehatan mental sebagai berikut. (1) Kesehatan mental
sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik
secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan keadaan
orang lain. (2) Sebuah masyarakat yang baik adalah masyarakat yang
membolehkan perkembangan ini pada anggota masyarakatnya selain pada saat
yang sama menjamin dirinya berkembang dan toleran terhadap masyarakat yang
lain. Dalam konteks Federasi Kesehatan Mental Dunia ini jelas bahwa kesehatan
mental itu tidak cukup dalam pandangan individual belaka tetapi sekaligus
mendapatkan dukungan dari masyarakatnya untuk berekembang secara optimal.

Dengan demikian, pengertian kesehatan mental beragam, namun demikian


merumuskan pengertian kesehatan mental secara komprehensif adalah bukan
suatu hal yang mudah dilakukan. Untuk membantu memahami makna kesehatan
mental, terdapat prinsip-prinsip yang dapat dijadikan sebagai pegangan bagi kita.
Prinsip-prinsip pengertian kesehatan mental adalah sebagai berikut:

1) Kesehatan mental adalah lebih dari tiadanya perilaku abnormal. Prinsip ini
menegaskan bahwa yang dikatakan sehat mentalnya tidak cukup kalau
dikatakan sebagai orang yang tidak megalami abnormalitas atau orang yang
normal. Karena pendekatan statistik memberikan kelemahan pemahaman
normalitas itu. Konsep kesehatan mental lebih bermakna positif daripada
makna keadaan umum atau normalitas sebagaimana konsep statistik.
2) Kesehatan mental adalah konsep yang ideal. Prinsip ini menegaskan bahwa
kesehatan mental menjadi tujuan yang amat tinggi bagi seseorang. Apalagi
disadari bahwa kesehatan mental itu bersifat kontinum. Jadi sedapat mungkin
orang mendapatkan kondisi sehat yang paling optimal dan berusaha terus
untuk mencapai kondisi sehat yang setingi-tingginya.

3) Kesehatan mental sebagai bagian dan karakteristik kualitas hidup. Prinsip ini
menegaskan bahwa kualitas hidup seseorang salah satunya ditunjukkan oleh
kesehatan mentalnya. Tidak mungkin membiarkan kesehatan mental
seseorang untuk mencapai kualitas hidupnya, atau sebaliknya kualitas hidup
seseorang dapat dikatakan meningkat jika juga terjadi peningkatan kesehatan
mentalnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah


Suatu kondisi dimana kepribadian, emosional, intelektual dan fisik seseorang
tersebut dapat berfungsi secara optimal, dapat beradaptasi terhadap tuntutan
lingkungan dan stressor, menjalankan kapasitasnya selaras dengan lingkungannya,
menguasai lingkungan, merasa nyaman dengan diri sendiri, menemukan
penyesuaian diri yang baik terhadap tuntutan sosial dalam budayanya, terus
menerus bertumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya, dapat menerima
kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam
hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki
kebahagiaan dalam hidupnya.

C. Pengertian kesehatan dan sakit

Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan
bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan
sakit dikenal di semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang
seringkali sulit untuk kita artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi
yang dapat kita rasakan dan kita amati dalam kehidupan sehari-hari hal ini
kemudian akan mempengaruhi pemahaman dan pengertian seseorang
terhadap konsep sehat misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluahan fisik
dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan
bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu pada
standard gizi kondisinya berada dalam status gizi lebih atau overweight. Jadi
faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan
pengertian mengenai konsep sehat yang berlaku dalam masyarakat.

       Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-shihhah”


yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan
kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula: (1) dalam keadaan baik segenap
badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras, (2) mendatangkan
kebaikan pada badan, (3) sembuh dari sakit.
Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shihhah yaitu al-‘afiah
yang berarti ash-shihhah at-tammah (sehat yang sempurna ). Kedua kata ash-
shihah dan al-afiah  sering digabung digabung menjadi satu yaitu ash-shihhah
wa al’afiah, yang apabila diIndonesiakan menjadi ‘sehat wal afiat’ dan 
artinya sehat secara sempurna.

       Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/
kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu
pada Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 sehat adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang dapat
hidup secara sosial dan ekonomis. konsep “sehat”, World Health
Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu
“keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya
terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan
sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun
tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

       Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau
keadaan ideal, dari sisi biologis, psiologis, dan sosial sehingga seseorang
dapat melakukan aktifitas secara optimal. Definisi sehat yang dikemukakan
oleh WHO mengandung 3 karakteristik yaitu :

1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia


2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan
bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang
dimaksud dengan proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya
terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.

Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik,
mental, dan sosial

Sedangkan batasan sehat menurut Undang-undang Kesehatan meliputi fisik


(badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Sehat fisik  yang dimaksud disini
adalah tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit, semua organ
tubuh normal dan berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh.
Sehat mental (jiwa), mencakup:

 Sehat Pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu


berpikir secara logis (masuk akal) atau berpikir runtut
 Sehat Spiritual tercerimin dari cara seseorang dalam mengekspresikan
rasa syukur, pujian, atau penyembahan terhadap pencinta alam dan
seisinya yang dapat dilihat dari praktek keagamaan dan kepercayaannya
serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.

 Sehat Emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk


mengekspresikan emosinya atau pengendalian diri yang baik.

Sehat Sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang


lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain
tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, atau kepercayaan, status sosial,
ekonomi, politik.

Sehat dari aspek ekonomi yaitu mempunyai pekerjaan atau menghasilkan


secara ekonomi. Untuk anak dan remaja ataupun bagi yang sudah tidak
bekerja maka sehat dari aspek ekonomi adalah bagaimana kemampuan
seseorang untuk berlaku produktif secara sosial.

Istilah penyakit (disease) dan keadaan sakit (illness) sering tertukar dalam


penggunaannya sehari-hari padahal keduanya memiliki arti yang berbeda.
Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam
fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas. Penyakit terjadi
ketika keseimbangan dalam tubuh tidak dapat dipertahankan. Keadaan sakit
terjadi pada saat  seseorang tidak lagi berada dalam kondisi sehat yang
normal. Contohnya pada penderita penyakit asma, ketika tubuhnya mampu
beradaptasi dengan penyakitnya maka orang tersebut tidak berada dalam
keadaan sakit. Unsur penting dalam konsep penyakit adalah pengukuran
bahwa penyakit tidak melibatkan bentuk perkembangan bentuk kehidupan
baru secara lengkap melainkan perluasan dari proses-proses kehidupan
normal pada individu. Dapat dikatakan bahwa penyakit merupakan sejumlah
proses fisiologi yang sudah diubah.

Proses perkembangan penyakit disebut patogenesis. Bila tidak diketahui dan


tidak berhasil ditangani dengan baik, sebagian besar penyakit akan berlanjut
menurut pola gejalanya yang khas. Sebagian penyakit akan sembuh sendiri
(self limiting) atau dapat sembuh cepat dengan sedikit intervensi atau tanpa
intervensi sebagian lainnya menjadi kronis dan tidak pernah benar-benar
sembuh.

       Pada umumnya penyakit terdeteksi ketika sudah menimbulkan perubahan


pada metabolisme atau mengakibatkan pembelahan sel yang menyebabkan
munculnya tanda dan gejala. Manifestasi penyakit dapat meliputi hipofungsi
(seperti konstipasi), hiperfungsi (seperti peningkatan produksi lendir) atau
peningkatan fungsi mekanis (seperti kejang)

Secara khas perjalanan penyakit terjadi melalui beberapa tahap :

 Pajanan atau cedera yang terjadi pada jaringan sasaran

 Masa latensi atau masa inkubasi (pada stadium ini tidak terlihat tanda atau
gejala

 Masa prodormal (tanda dan gejala biasanya tidak khas)

 Fase akut (pada fase ini penyakit mencapai intensitas penuh dan
kemungkinan menimbulkan komplikasi, fase ini disebut juga sebagai fase
akut subklinis)

 Remisi (fase laten kedua ini terjadi pada sebagian penyakit dan biasanya
akan diikuti oleh fase akut lain)

 Konvalesensi (keadaan pasien berlanjut ke arah kesembuhan sesudah


perjalanan berhenti)

 Kesembuhan (recovery)  pada kondisi ini pasien kembali sehat dan


tubuhnya sudah berfungsi normal kembali serta tidak terlihat tanda atau
gejala penyakit yang tersisa.

      Penyakit akan dicetuskan oleh suatu stressor seperti perubahan dalam
kehidupan seseorang. (stressor dapat terjadi melalui salah satu dari dua
mekanisme :

 Adaptasi yang berhasil baik


 Kegagalan beradaptasi)

Stressor dapat bersifat fisik natau psikologik. Stressor fisik seperti terkena
racun, dapat menimbulkan respon berbahaya yang menyebabkan terjadinya
keadaan sakit atau muncul kumpulan tanda dan gejala yang dapat dikenali.
Stressor psikologik seperti kehilangan orang yang dicintai ataupun hal lain
yang dapat menyebabkan gangguan  yang bersifat psikologik dapat
menimbulkan respon maladaptif. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya
kekambuhan dari beberapa penyakit kronik.

Seorang perintis dalam pengkajian tentang stress dan penyakit Hans Selye,
menguraikan stadium adaptasi terhadap kejadian yang menimbulkan stress,
alarm, resistensi dan pemulihan (recovery), atau kelelahan (exhaustion). 
D. Teori Mental yang Sehat
1. Aliran psikoanalisa
Psikoanalisis merupakan suatu bentuk model kepribadian. Teori ini sendri
pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938). Freud pada awalnya
memang mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab
gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan
mengatakan bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil dari
keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan pikiran.
Menurut teori psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah bahwa mereka
bersembunyi dari kesadaran individual. Dan apabila dorongan–dorongan ini tidak
dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga
mengganggu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis. Dengan kata lain,
mereka tidak disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul
dalam perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang tidak disadari” / (unconscious
motivation) menguraikan ide kunci dari psikoanalisa. Psikoanalisis mempunyai
metode untuk membongkar gangguan – gangguan yang terdapat dalam
ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi
bebas.
Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia
terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang
mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis
itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego
(Yunita, 2014)
 Id merupakan bagian paling primitif dalam kepribadian dan dari sinilah nanti
Ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan
dan menghindari yang tidak menyenangkan.
 Ego merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara
rasional berdasarkan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id
secara realistis, yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-
dorongan yang dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
 Super Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang
diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego
merupakan hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilaian apakah
sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada
kesempurnaan (Amanda, 2013).
Freud mengumpamakan pikiran manusia sebagai fenomena gunung es.
Bagian kecil yang tampak diatas permukaan air menggambarkan pengalaman
sadar, bagian yang jauh lebih besar di bawah permukaan air yang menggambarkan
ketidaksadaran aeperti impuls, ingatan. Nafsu dan hal lain yang mempengaruhi
pikiran dan perilaku.
Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai
fungsi,sifat,komponen,prinsip kerja,dinamisme,dan mekanismenya sendiri,namun
mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit(tidak mungkin)untuk
memisah-misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap
tingkah laku manusia.Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi
diantara ketiga sistem tersebut,jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari
kedua sistem lainnya.
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis :
a. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak
menurut pola perkembangan yang ilmiah.
b. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
c. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan
ego.
d. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya.
e. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan

2.  Aliran Behavioristik
Aliran ini timbul di Rusia yang dipelopori oleh Juan Petrovich Pavlov
(1849-1936). Aliran ini menganggap bahwa manusia sebagai mesin layaknya alat
pengatur panas. Maksudnya adalah manusia sebagai sistem konflik yang
bertingkah laku menurut cara yang sesuai hukum. Aliran ini juga menganggap
manusia tidak memiliki sikap diri sendiri. Behaviorisme atau aliran perilaku (juga
disebut perspektif belajar) adalah filososi dalam psikologi yang berdasar pada
proporsi bahwa semua yang dilakukan organisme termasuk tindakan, pikiran atau
perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa
perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa
fisiologis internal atau konstrak hipotesis seperti pikiran. Behaviorisme
beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati secara
pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Teori-teori behavioristik adalah proses belajar serta peranan lingkungan
yang merupakan kondisi lingkungan belajar dalam menjelaskan perilaku. Semua
bentuk tingkah laku manusia adalah hasil belajar yang bersifat mekanistik lewat
proses penguatan. Kepribadian yang sehat menurut behavioristik :
a. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan
lingkungannya.
b. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman.
c. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap
dengan bawaan sendiri.
d. Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode
yang obyektif
Tokoh-tokoh terkenal tentang behavioristik ini menurut Nurawaliyah,
2015 diantaranya adalah:
1. Juan Petrovich Pavlov
2. Edward Lee Thorndike
3. John B. Watson
4. B.F. Skinner

3. Aliran Humanistik
Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari
Psikologi Humanistik. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap psikologi
behavioristik dan psikoanalisis, dan memfokuskan penelitiannya pada manusia
dengan ciri-ciri eksistensinya. Psikologi humanistik dimulai di Amerika Serikat
Pada tahun 1950 dan terus berkembang. Tokoh-tokoh psikologi humanistik
memandang behaviorisme mendahului manusia. Psikologi humanistik
mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan
manusia. Menurut psikologi humanistik manusia adalah mahluk kreatif yang
dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri, bukan oleh kekuatan-
kekuatan ketidaksadaran.
Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya yang dituangkan dalam
bukunya “Motivation and Personality”. Dalam buku tersebut diuraikan bahwa
manusia terdapat 5 macam kebutuhan hierarki.

Aliran humanistik memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang


membedakan menusia dengan binatang, yaitu kebebasan untuk memilih (freedom
for choice) dan kemampuan untuk mengarahkan pekembangannya sendiri (self-
direction). Banyak ahli menyebut teori tersebut sebagai “self-theorities” karena
teori-teori tersebut membahas pengalaman-pengalaman batin, pribadi, yang
berpengaruh terhadap proses pendewasaan diri seseorang, dan pertumbuhan itu
diarahkan pada aktualisasi diri.
Prinsip-prinsip belajar humanistik :
a. Manusia mempunyai belajar alami.
b. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid
mempuyai relevansi dengan maksud tertentu.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
d. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila
ancaman itu kecil.
e. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh
caar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya.
g. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar.
h. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam.
i. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan
untuk mawas diri.
j. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.

Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada


aktualisasi diri :
a. Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi
sepenuhnya.
b. Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak
berbahaya.
c. Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman
ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
d. Jujur ; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
e. Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian
besar orang.
f. Memikul tanggung jawab.
g. Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
h. Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk
menghentikannya.

E. Pengaruh budaya terhadap konsep kesehatan


Budaya adalah salah satu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita. Tak
hanya berpengaruh terhadap kehidupan, ternyata kebudayaan memiliki
pengaruh terhadap terjadinya kesehatan mental seseorang.

Kebanyakan seseorang memandang kebudayaan sebagai sebuah pedoman,


petunjuk atau metode yang memimpin dan mengarahkan cara mereka dalam
memandang dunia, memberikan respon emosional serta bagaimana
berperilaku di dalamnya. Pergeseran yang terjadi pada kebudayaan di suatu
masyarakat akan dibarengi dnegan perubahan perilaku seseorang yang tinggal
di dalamnya sehingga peran kebudayaan sangat sulitdimarginalkan dalam
kehidupan masyarakat umumnya.

Pemahaman yang dimiliki dalam mendang sesuatu adalah modal yang besar
untuk dipengaruhi oleh kebudayaan. Sudut pandang dalam memahami
persoalan lebih banyak dipengaruhi oleh kebudayaan terdapat di dalamnya
baik itu dalam penemuan, pemahaman serta dalam penyelesaian sebuah
masalah. Salah satu hal dalam kehidupan yang banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan adalah kesehatan mental dan upaya kesehatan mental seperti
cara mengatasi anxiety disorder, cara menghilangkan kecemasan, cara
mengatasi psikologis terganggu, cara menghilangkan ketakutan
berlebihan atau cara-cara yang lain.
Terdapat perubahan pandangan terhadap upaya kesehatan mental, dimana
sekarang upaya kesehatan mental lebih memfokuskan pada upaya pencegahan
gangguan kesehatan mental serta adanya peran komunitas dalam
mengupayakan fungsi mentak individ secara optimal. Dalam gangguan
kesehata mental, peran kebudayaan ternyata dianggap sangat penting.
Hubungan yang terjadi antara kesehatan mental dengan faktor budaya
disampaikan oleh Wallace (1963) antara lain :

 Terdapat kebudayaan yang saling mempengaruhi dan mencegah


terjadinya kesehatan mental
 Berbagai jenis gangguan mental yang terjadi karena sebab kultural
atau budaya
 Adanya upaya meningkatkan serta mencegah gangguan mental dari
pemahamn budaya

Selain ketiga hal tersebut, budaya juga mempengaruhi bentuk pengobatan


yang ditujukan ke gangguan mental itu sendiri. Marsella (1982) mengatakan
bahwa banyak terdapat penelitian-penelitian dalam ilmu psikiatri dan
psikologi yang bias sebab tidak memperdulikan faktor kebudayaan.
Ia juga mengemukakan bahwa “pengakam sakit” lebih bersifat interpretive
yaitu seseorang yang lebih diarahkan untuk menghadapi keadaan sosial
tertentu melalui berbagai premis-premis di suatu budaya tertentu. Dengan
kata lain, konsep kesehatan mental pada jenis budaya tertentu harus dipahami
nilai-nilainya serta falsafah dari suatu budaya tersebut.

Pengaruh kebudayaan juga berlaku pada kesehatan lansia. Kebanyakan,


masyarakat tradisional yang telah menginjak usia lanjut dianggap dan
diposisikan di kedudukan tertinggi atau paling terhormat yakni sebagai
Pinisepuh dan Ketua Adat dengan memegang tugas sosial sesuai dengan adat
istiadat di suatu daerah tersebut. Hal inilah yang menyebabkan pengaruh
kodusif untuk memelihara kesehatan fisik ataupu mental mereka. Sebaliknya,
pada lingkungan modern sangat sulit untuk menempatkan seseorang yang
berusia lanjut untuk memiliki peran fungsional.

Mereka hanya berposisi pada peran formal sekedarnya serta kehilangan


pengakuan dan kemnadiriannya. Sehingga, hal ini menyebabkan seseorang
dalam  usia lanjut lebih rawan untuk kehilangan perjalanan hidupnya. Dalam
msyarakat Barat, konsep kesehatan mental berfokus pada a sense of
psychological misalnya Abaraham Maslow (Marsella, 1982) yang
mengembangkan kriteria untuk pengobatan kesehatan mental yang lebih
optimal. Kriteria ini terdiri dari kualitas psikologis dan sejumlah perilaku
seperti otonomi, nilai-nilai demokratis, rasa spontanitas, minat sosial dan lain-
lain.

Konsep kesehatan mental Barat pada hakekatnya tidak terlalu memperdulikan


upaya dalam mencari kesamaan antara manusia dengan makro-kromosomnya.
Konsep kesehatan mental bagian barat lebih menganalisa segala sesuatu
secara alamiah. Terdapat penempat an yang jelas antara mind and body.
Sehingga hal ini dapat disimpukan bahwa konsep barat dan timur memiliki
pandanagn berbeda dalam kesehatan mental.
Konsep timur lebih difokuskan pada kekerasan, tidak memisahkan anatra
mind and body seperti konsep barat. Selain it, konsep timur juga tidak
memiliki fragmentarus dan tidak analitis. Namun, kelemahannya sukar ditarik
operasionalisasi dan gambaran konsepnya sehingga hal ini tidka memicu
usaha-usaha psikoterapis.

F. Prinsip Kesehatan Mental


Prinsip kesehatan mental adalah pondasi yang harus ditegakkan orang
dalam dirinya, guna mendapatkan kesehatan mental dan terhindar dari
gangguan kejiwaan. Di antara prinsip-prinsip tersebut yaitu:
1. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri
Memiliki gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri (self
image) merupakan dasar dan syrat utama untuk mendapatkan kesehatan
mental. Orang yang memiliki self image memiliki kemampuan
menyesuaikan diri, dengan dirinya sendiri dan orang lain, alam lingkungan,
serta Tuhan. Self image dapat diperoleh antara lain dengan cara bersedia
menerima diri sendiri dengan apa adanya, serta yakin dan percaya kepada
diri sendiri.

2. Keterpaduan atau integrasi diri


Keterpaduan diri berarti adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan
jiwa dalam diri, kesatuan pandangan (falsafah) dalam hidup, dan
kesanggupan mengatasi stres (ketegangan emosi) orang yang memiliki
keseimbangan diri berarti orang yang seimbang kekuatan id, ego, dan super
egonya.
Orang yang memiliki kesatuan pandangan hidup adalah orang yang
memperoleh makna dan tujuan dari kehidupannya. Sedangkan orang yang
mampu mengatasi stress berate orang yang mapmu atau sanggup memenuhi
kebutuhannya, ketika mendapatkan hambatan mampu menyesuaikan diri,
seta menemukan cara baru dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Perwujudan diri
Perwujudan (aktualisasi) diri sebagai prose kematangan diri dapat berarti
sebagai kemampuan mempergunakan potensi jiwa dan memiliki gambaran,
sikap yang baik terhadap diri sendiri, serta peningkatan motivasi dan
semangat hidup.
Pentingnya aktualisasi diri dalam kesehatan mental antara lain
dilaksanakan oleh Reiff. Menurutnya, orang yang sehat mentalnya ialah
orang yang mampu mengaktualisasikan diri, atau mewujudkan potensi yang
dimilikinyadan memenuhi kebutuhannya dengan cara baik dan memuaskan.
Sebaliknya orang yang tidak sehat mentalnya ialah orang yang tidak
mampu mewujudkan potensi dan kebutuhan dirinya. Ia merasa kehilangan
kekuatan diri hidup dalam alam yang serba terbatas, serta tidak berorientasi
pada masa depan. Kemudian akan berpotensi untuk kehilangan arah dan
tujuan hidupnya.

4. Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan


menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal
Kemampuan menerima orang lain, berarti kesedian menerima
kehadiran, mencintai, mengahargai, menjalin persahabatan dan
memperlaukan orang lain dengan baik. Melakukan aktivitas sosial berarti
bersedia berkerja sama dengan masyarakat dalam melakukan pekerjaan
tersebut yang menggugah hati dan tidak menyendirir dari masyarakat.
Menyesuaikan diri dengan lingkungan berarti usaha untuk mendapatkan
rasa aman, dan bahagia dalam hidup bermasyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya. Manusia yang memiliki kemampuan tersebu berarti manusia
yang sehat mentalnya.

5. Beminat dalam tugas dan pekerjaan


Setiap manusia haruslah berminat dalam tugas dan pekerjaan yang
ditekuninya. Dengan demikian, dia dapat merasakan kebahagian dalam
dirinya dan mengurangi beban penderitaannya. Tanpa adanya minat,
manusia sulit untuk dapat merasakan gembira dan bahagia dalam tugas dan
pekerjaannya. Pribadi yang sehat dan normal adalah orang yang aktif,
produktif, dan berminat dalam tugas dan pekerjaannya.

6. Agama, cita-cita, dan falssafah hidup


Untuk pembinaan dan pengembangan kesehatan mental manusia
membutuhkan agama, seperangkat cita-cita yang konsisten, dan pandangan
hidup yang kukuh. Dengan agama manusia dapat terbantu dalam mengatasi
persoalan hidup yang berada diluar kesanggupan dirinya, sebagai manusia
yang lemah.
Dengan cita-cita, manusia dapat bersemangat dan bergairah dalam
perjuangan hidup yang berotientasi dalam kehidupan secara tertib, dan
mengadakan perwujudan diri yang baik. dengan falsafah hidup manusia
dapan mengahadapi tantangan yang dihadapinya dengan mudah.

7. Pengawasan diri
Mengadakan pengawasan terhadap hawa nafsu atau dorongan dan
keinginan, serta kebutuhan oleh akal pikiran merupakan hal pokok dari
kehidupan manusia dewasa yang bermental sehat mampu mengimbangi
tingkah lakunya.

8. Rasa benar dan tanggung jawab


Rasa benar dan tanggung jawab penting bagi manusia dalam bertingkah
laku, karena sebaga individu selalu ingin bebas dari rasa salah, dosa, dan
kecewa.
Ada tiga langkah yang harus ditempuh seseorang dalam mencapai
kondisi kesehatan mental yang baik, pengobatan (penyembuhan),
pencegahan dan pembinaan. Langkah-langkah ini sama dengan langkah-
langkah yang ditempuh kesehatan jasmani dalam mencapai kesehatannya,
karena antara kesehatan jasmani dan keshatan mental banyak terdapat
persamaan, baik dalam pengertian, maupun dalam metode.
a. Pengobatan (penyembuhan)
Usaha-usaha yang dilakukan untuk menyembuhkan dan merawat
orang yang terganggu dan sakit mentalnya, sehingga ia dapat menjadi
sehat dan wajar kebali.
b. Pencegahan
Metode yang digunakan oleh seseorang dalam menghadapi dirinya
sendiri dan orang lain untuk meniadakan atau mengurangi gangguan
kejiwaan, sehingga ia dapat menjaga dirinya dan orang lain dari
kemungkinan jatuh kepada kegoncangan bhatin dan ketidaktentraman
jiwa. Usaha ini di samping usaha pribadi setiap orang, juga termasuk
usaha pengusaha atau pemerintah untuk memperbaiki dan mempertinggi
sistem kebudayaan dan peradaban.

c. Pembinaan
Usaha pembinaan ini di samping betujuan untuk menjaga kondisi
kesehatan mental yang sudah seimbang dan baik, juga meliputi cara yang
ditempuh untuk meningakatkan kemampuannya untuk mengembangkan
dan memanfaatkan segala potensi yang ada padanya seoptial mungkin,
seperti apa yang dilakukan orang untuk memperkuat ingatan, fantasi,
kemauan, dan kepribadiannya

G. Ruang Lingkup Kesehatan Mental


Kalangan ahli kesehatan mental (mental hygienist) memberikan
batasan bahwa ruang lingkup kesehatan mental adalah (1) pemeliharaan dan
promosi kesehatan mental individu dan masyarakat, dan (2) prevensi dan
perawatan terhadap penyakit dan kerusakan mental. Secara garis besar ruang
lingkup kerja kesehatan mental itu mencakup hal-hal berikut:
1. Promosi kesehatan mental, yaitu usaha-usaha peningkatan kesehatan
mental.  Usaha ini dilakukan berangkat dari pandangan bahwa kesehatan
mental bersifat kualitatif dan kontinum serta dapat ditingkatkan sampai
batas optimal.
2. Prevensi primer, adalah usaha kesehatan mental untuk mencegah
timbulnya gangguan dan sakit mental. Usaha ini dilakukan sebagai
proteksi terhadap kesehatan mental masyarakat agar gangguan dan sakit
mental itu tidak terjadi.
3. Prevensi sekunder, adalah usaha kesehatan mental menemukan kasus dini
(early case detection) dan penyembuhan secara tepat (prompt treatment)
terhadap gangguan dan sakit mental. Usaha ini dilakukan untuk
mengurangi durasi gangguan dan mencegah agar jangan sampai terjadi
cacat pada seseorang atau masyarakat.
4. Prevensi tersier, merupakan usaha rehabilitasi awal yang dapat dilakukan
terhadap orang yang mengalami gangguan kesehatan mental. Usaha ini
dilakukan untuk mencegah drasbilitas atau ketidakmampuan. Jangan
sampai mengalami kecacatan menetap.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ruang
lingkup kesehatan mental tidak hanya berhubungan dengan perawatan
perawatan kesehatan individual (individual health care) saja, tetapi juga
pelayanan kesehatan pada masyarakat (community health care). Dan pada saat
ini, pelayanan kesehatan masayarakat menjadi fokus utama dalam kesehatan
mental.
H. Evaluasi
1. Apa menurut mu tentang kesehatan mental?
2. Apa perbedaan kesehatan dan sakit?
3. Sebutkan tiga langkah yang harus ditempuh seseorang dalam mencapai
kondisi kesehatan mental yang baik!
4. Jelaskan menurutmu tentang prinsip kesehatan mental!
5. Jelaskan Hubungan yang terjadi antara kesehatan mental dengan faktor
budaya disampaikan oleh Wallace (1963)!
DAFTAR PUSTAKA
Amanda. 2013. KESEHATAN MENTAL : Konsep Sehat, Teori Kepribadian
Sehat, Sejarah Perkembangan Mental, dan Pendekatannya, (Online)
http://amanda2609.blogspot.com/2013/04/kesehatan-mental-konsep-
sehat-teori.html. Diakses pada 8 Agustus 2015.
IKIP PGRI Semarang. 2012. Ruang Lingkup Kesehatan Mental. (online),
(http://bk-ikippgri-smg.blogspot.com/2012/09/ruang-lingkup-
kesehatan-mental.html). Diakses pada 1 September 2015
Nurawaliyah, A.R. 2015. Kesehatan Mental : Teori Kepribadian Sehat 1, (Online)
http://ayurositanurawaliyah.blogspot.com/2015/03/kesehatan-mental-teori-
kepribadian.html. Diakses pada 8 Agustus 2015.
Villa, Rio. 2013. Kepribadian yang Sehat (Kesehatan Mental) menurut beberapa
Ahli, (Online) http://riovilla540.blogspot.com/. Diakses pada 8 Agustus
2015.
Yunita, W.A. 2014. Konsep Sehat, Perkembangan Kesehatan Mental, Teori
Kepribadian,(Online)
https://wahyuasriyunita.wordpress.com/2014/03/22/konsep-sehat-
perkembangan-kesehatan-mental-teori-kepribadian/. Diakses pada 8
Agustus 2015.
.

Anda mungkin juga menyukai