Anda di halaman 1dari 7

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

MUHAMAD ALFA FARKHAN


7121002
INSERT CITATION
Kesehatan Jiwa

BAB 1

A. Pengertian Sehat
Jiwa Kesehatan jiwa bagi manusia berarti terwujudnya keharmonisan fungsi jiwa dan
sanggup menghadapi problem, merasa bahagia dan mampu diri. Orang yang sehat jiwa
berarti mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
masyarakat, dan lingkungan. Manusia terdiri dari bio, psiko, sosial, dan spiritual yang saling
berinteraksi satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi. Sehat (health) adalah konsep
yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan dan diamati keadaannya. Orang
‘gemuk’ dianggap sehat dan orang yang mempunyai keluhan dianggap tidak sehat. Faktor
subjektifitas dan kultural mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep
sehat. World Health Organization (WHO) merumuskan sehat dalam arti kata yang luas, yaitu
keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun social, tidak hanya terbebas dari penyakit
atau kelemahan/cacat. Kesehatan fisik telah lama menjadi perhatian manusia, tetapi jangan
dilupakan bahwa manusia adalah mahluk yang holistic, terdiri tidak hanya fisik tapi juga
mental dan social yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara kesehatan fisik dengan
mental dapat dibuktikan oleh Hall dan Goldberg tahun 1984 (Notosoedirjo, 2005), bahwa
pasien yang sakit secara fisik menunjukkan adanya gangguan mental seperti depresi,
kecemasan, sindroma otak organik, dan lain-lain. Terdapat tiga kemungkinan hubungan
antara sakit secara fisik dan mental, pertama orang yang mengalami sakit mental karena
sakit fisiknya. Karena kondisi fisik tidak sehat, sehingga tertekan dan menimbulkan gangguan
mental. Kedua, sakit fisik yang diderita itu sebenarnya gejala dari adanya gangguan mental.
Ketiga, antara gangguan mental dan fisik saling menopang, artinya orang menderita secara
fisik menimbulkan gangguan secara mental, dan gangguan mental turut memperparah sakit
fisiknya.
B. Kriteria Sehat Jiwa
Ada berbagai pendapat tentang jiwa yang sehat, yaitu karena tidak sakit, tidak jatuh
sakit akibat stressor, sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungan, dan mampu
tumbuh berkembang secara positif (Notosoedirjo dan Latipun, 2005).
1. Sehat jiwa karena tidak mengalami gangguan jiwa Kalangan klinisi klasik
menekankan bahwa orang yang sehat jiwa adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa, dan
terbebas dari gangguan jiwa. Orang yang mengalami neurosa atau psikosa dianggap tidak
sehat jiwa. Vaillant, 1976 dalam Notosoedirjo, 2005 menyatakan bahwa sehat jiwa itu.
Pengertian diatas bersifat dikotomis, bahwa orang itu dalam keadaan sehat jika tidak ada
sedikitpun gangguan psikis, dan sakit jika ada gangguan. Dengan kata lain, sehat dan sakit itu
bersifat nominal.
2. Sehat jiwa jika tidak sakit akibat adanya stressor Clausen memberi batasan yang
berbeda dengan klinisi klasik. Orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat menahan diri
untuk tidak jatuh akibat stressor. Meskipun mengalami tekanan, orang tetap sehat.
Pengertian ini menekankan pada kemampuan individual merespon lingkungannya. Setiap
orang mempunyai kerentanan (susceptibility) yang berbeda terhadap stressor karena factor
genetic, proses belajar, dan budaya. Selain itu terdapat perbedaan intensitas stressor yang
diterima seseorang, sehingga sangat sulit menilai apakah dia tahan terhadap stressor atau
tidak.
3. Sehat jiwa jika sejalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungan
Michael dan Kirk Patrick memandang bahwa individu yang sehat jiwa jika terbebas dari
gejala psikiatris dan berfungsi optimal dalam lingkungan sosialnya. Seseorang yang sehat
jiwanya jika sesuai dengan kapsitas diri sendiri, dan dapat hidup selaras dengan
lingkungannya.
4. Sehat jiwa karena tumbuh dan berkembang secara positif Frank LK
mengemukakan pengertian kesehatan jiwa lebih komprehensif. Orang yang sehat jiwa
mampu tumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya, menerima tanggungjawab,
menemukan penyesuaian dalam berpartisipasi memelihara aturan social dan tindakan dalam
budayanya.

Seseorang yang sehat mental menurut WHO mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan
2. Memperoleh kepuasan dari usahanya
3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
4. Saling tolong menolong dan saling memuaskan
5. Menerima kekecewaan untuk pelajaran yang akan datang
6. Mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif
7. Mempunyai kasih sayang.
Kriteria Sehat Jiwa menurut M. Jahoda:
1. Sikap positif terhadap diri Menerima diri apa adanya, sadar diri, obyektif, dan merasa
berarti.
2. Tumbuh, kembang dan aktualisasi Berfungsi optimal dan adaptif
3. Integrasi Keseimbangan antara ekspresi dan represi, ego yang kuat (Stress dan koping) dan
mampu menyeimbangkan konflik dan dorongan.
4. Otonomi Tergantung dan mandiri seimbang, tanggung jawab terhadap diri sendiri,
menghargai otonomi oranglain, persepsi reality, mau berubah sesuai dengan pengetahuan
baru, empati dan menghargai sikap dan perasaan orang lain.
5. Environment Mastery Mampu untuk sukses, adaptif terhadap lingkungan, dan dapat
mengatasi kesepian, agresi dan frustasi. (Akbar, 2016)

Daftar Pustaka
Akbar, L. m. (2016). BUKU AJAR KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
EDNOTE
Retensi bekuan darah adalah kondisi urologi yang umum. Retensi bekuan
darah adalah ketidakmampuan membatalkan pembentukan bekuan darah di
kandung kemih. Jika retensi gumpalan dibiarkan tidak diobati, itu dapat
menyebabkan rasa sakit yang parah, takikardia, hipertensi dan ruptur kandung
kemih (1). Gumpalan yang terbentuk di dalam kandung kemih menumpuk di
sekitar dinding kandung kemih sehingga membatasi kontraksi detrusor.
Kontraksi ini biasanya bertindak untuk menekan pembuluh darah yang
melewatinya. Jika bekuan darah tidak dibersihkan dengan benar dan CBI
dimulai, ada risiko kandung kemih yang berlebihan, membesar, dan berpotensi
pecah. Ini adalah kejadian yang sangat berbahaya dan berpotensi fatal yang
kemungkinan besar tidak dilaporkan dan tidak dikenali (2).
Etiologi gumpalan kandung kemih termasuk penyebab bedah dan penyebab
non-bedah. Dari penyebab bedah, penyebab paling umum adalah pasca-
transurethral reseksi prostat (TURP). Penyebab non-bedah adalah pendarahan
saluran atas, pendarahan yang diinduksi oleh obat, pendarahan pasca-trauma,
dan haematochyluria (3). TURP dianggap sebagai Gold Standart dan perawatan
bedah pilihan untuk gejala klinis benign prostatic hyperplasia (BPH) (4).
Prosedur pembedahan ini dilakukan dengan memasukkan resektoskopi melalui
uretra untuk mengeksisi dan mengkauterisasi atau mereseksi kelenjar prostat
yang mengalami obstruksi (5,6).
Benign prostatic hyperplasia (BPH) merupakan penyakit umum pada pria yang
lebih tua dengan umur lebih dari 50 tahun, ditandai oleh pembesaran prostat dan
secara klinis terkait dengan gejala saluran kemih yang lebih rendah. BPH adalah
diagnosis histologis yang mengacu pada proliferasi sel otot dan epitel dalam
zona transisi prostat (7). Prevalensi histologi BPH meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia 50 % dari pasien BPH berumur antara 50-60 tahun dan
hanya 8% dari pasien BPH yang berumur dibawah 30 tahun (8). BPH
mempengaruhi sekitar 70% pria berusia 61 - 70 tahun dan 90% pria berusia 81-
90 tahun. Diperkirakan pada tahun 2025, BPH kemungkinan akan
mempengaruhi 20% dari total populasi pria, walaupun BPH bukan penyakit
yang mengancam jiwa, namun telah menjadi masalah kesehatan dan secara
signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Bukti histologis peradangan
telah dilaporkan pada sekitar 40% kasus BPH dan dikaitkan dengan peningkatan
risiko retensi urin akut yang signifikan (9).
1

1
M. Alfian Rajab, EVALUASI PENATALAKSANAAN IRIGASI KANDUNG KEMIH KARENA
RETENSI BEKUAN DARAH PADA PASIEN GANGGUAN PERKEMIHAN ( Jurnal Kesehatan
vol 13 no 2 desember 2020 )
MENDELEY

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER

A. Definisi Sistem
Kardiovaskuler Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulasi darah yang
terdiri dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi
memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh
yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sistem kardivaskuler
memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat
merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai darah
agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut,
lebih banyak di arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang
berfungsi memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.
B. Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler
Hanya dalam beberapa hari setelah konsepsi sampai kematian, jantung terus-
menerus berdetak. Jantung berkembang sedemikian dini, dan sangat penting seumur
hidup. Hal ini karena sistem sirkulasi adalah sistem transportasi tubuh. Fungsi ini
akan berfungsi sebagai sistem vital untuk mengangkut bahan-bahan yang mutlak
dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Sistem sirkulasi teridiri dari tiga komponen dasar:
1. Jantung, yang berfungsi sebagai pemompa yang melakukan tekanan terhadap
darah agar dapat mengalir ke jaringan.
2. Pembuluh darah, berfungsi sebagai saluran yang digunakan agar darah dapat
didistribusikan ke seluruh tubuh.
3. Darah, berfungsi sebagai media transportasi segala material yang akan
didistribusikan ke seluruh tubuh.

1. Anatomi Jantung
a. Letak Jantung Jantung adalah organ berotot dengan ukuran sekepalan. Jantung
terletak di rongga toraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum atau tulang
dada di sebelah anterior dan vertebra (tulang punggung) di sebelah posterior
(Sherwood, Lauralee, 2001). Bagian depan dibatasi oleh sternum dan costae 3, 4,
dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung terletak di sebelah kiri garis median
sternum. Jantung terletak di atas diafragma, miring ke depan kiri dan apex cordis
berada paling depan dalam rongga thorax. Apex cordis dapat diraba pada ruang
intercostal 4-5 dekat garis medio-clavicular kiri. Batas cranial jantung dibentuk
oleh aorta ascendens, arteri pulmonalis, dan vena cava superior (Aurum, 2007).
Pada dewasa, rata-rata panjangnya kira-kira 12 cm, dan lebar 9 cm, dengan berat
300 sampai 400 gram
b. Ruang Jantung Jantung dibagi menjadi separuh kanan dan kiri, dan memiliki empat
bilik (ruang), bilik bagian atas dan bawah di kedua belahannya. Bilik-bilik atas, atria
(atrium, tunggal) menerima darah yang kembali ke jantung dan memindahkannya
ke bilik-bilik bawah, ventrikel, yang memompa darah dari jantung. Kedua belahan
jantung dipisahkan oleh septum, suatu partisi otot kontinu yang mencegah
pencampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting, karena
separuh kanan jantung menerima dan memompa darah beroksigen rendah
sementara sisi kiri jantung menerima dan memompa darah beroksigen tinggi.

Anda mungkin juga menyukai