Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN JIWA

DOSEN: Ns. Sulastri, M.Kep,. Sp.Jiwa

KELOMPOK 1

1. AULIA FITRI R (1814401051)


2. PUTRI FADILAH (1814401052)
3. FERA WATI (1814401053)
4. MAHARANY FERYNDA B (1814401054)
5. SISI FARADINA (1814401099)

POLTEKKES TANJUNG KARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Segalapujibagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan


sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikansyafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan


nikmatsehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Keperawatan Jiwa.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi


penyusun bahasanya maupun segalanya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapatmemperbaiki makalah
kami di kemudian hari.

Bandar lampung, 13 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................1


1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Tujuan ..................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN ...........................................................................................2

2.1 Konsep Dasar Keperawatn Jiwa...........................................................................2

2.2 Proses Keperawatan jiwa .....................................................................................14


2.3 Format pembuatn Laporan Pendahuluan .............................................................22
2.4 Formay Strategi Pelaksana ...................................................................................24

BAB 4 PENUTUP.....................................................................................................27
3.1 KESIMPULAN ...................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan –


keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun
dengan mental. Keabnormalan terbagi dalam dua golongan yaitu :
Gangguan jiwa(Neurosa) dan sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat
dalam berbagai gejala adalah ketegangan(tension), rasa putus asa dan
murung, gelisah, cemas, perbuatan yang terpaksa, hysteria, rasa lemah dan
tidak mampu mencapai tujuan.

Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa dari berbagai


masalah sangatlah penting karena pasien tersebut berbeda dari pasien
biasanya. Dalam melakukan peran dan fungsinya seorang perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan harus memandang manusia sebagai
mahluk biopsikososiospiritual sehingga pemilihan model keperawatan
dalam menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan paradigma
keperawatan jiwa.
Manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual mengandung
pengertian bahwa manusia merupakan makhluk yang utuh dimana
didalamnya terdapat unsur biologis,psikologis, sosial, dan spiritual.Sebagai
makluk biologi, manusia tersusun dari berjuta-juta sel-sel hidup yang akan
membentuk satu jaringan, selanjutnya jaringan akan bersatu dan
membentuk organ serta sistem organ.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar keperawatan jiwa.
2. Mengetahui proses keperawatan jiwa.
3. Mengetahui format pembuatan laporan pendahuluan.
4. Mengetahui format pembuatan strategi pelaksanaan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Jiwa

Untuk menjadi individu yang produktif dan mampu berinteraksi


dengan lingkungan sekitar, kita harus memiliki jiwa yang sehat. Individu
dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental, dan sosial
yang terbebas dari gangguan (penyakit), tidak dalam kondisi tertekan
sehingga dapat mengendalikan stres yang timbul. Kondisi ini akan
memungkinkan individu untuk hidup produktif, dan mampu melakukan
hubungan sosial yang memuaskan. Dalam melakukan peran dan fungsinya
seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus
memandang manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual sehingga
pemilihan model keperawatan dalam menerapkan asuhan keperawatan
sesuai dengan paradigma keperawatan jiwa.

2.1.1 Pengertian Sehat Jiwa

Kesehatan jiwa bagi manusia berarti terwujudnya keharmonisan


fungsi jiwa dan sanggup menghadapi problem, merasa bahagia dan mampu
diri. Orang yang sehat jiwa berarti mempunyai kemampuan menyesuaikan
diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Manusia
terdiri dari bio, psiko, sosial, dan spiritual yang saling berinteraksi satu
dengan yang lain dan saling mempengaruhi.

Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun


dapat kita rasakan dan diamati keadaannya. Orang ‘gemuk’ dianggap sehat
dan orang yang mempunyai keluhan dianggap tidak sehat. Faktor
subjektifitas dan kultural mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang
terhadap konsep sehat. World Health Organization (WHO) merumuskan
sehat dalam arti kata yang luas, yaitu keadaan yang sempurna baik fisik,
mental maupun social, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/cacat.

2
Kesehatan fisik telah lama menjadi perhatian manusia, tetapi jangan
dilupakan bahwa manusia adalah mahluk yang holistic, terdiri tidak hanya
fisik tapi juga mental dan social yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan
antara kesehatan fisik dengan mental dapat dibuktika noleh Hall dan
Goldberg tahun 1984 (Notosoedirjo, 2005), bahwa pasien yang sakit
secara fisik menunjukkan adanya gangguan mental seperti depresi,
kecemasan, sindroma otak organik,dan lain-lain. Terdapat tiga
kemungkinan hubungan antara sakit secara fisik dan mental,pertama orang
yang mengalami sakit mental karena sakit fisiknya. Karena kondisi fisik
tidaksehat, sehingga tertekan dan menimbulkan gangguan mental. Kedua,
sakit fisik yang di derita itu sebenarnya gejala dari adanya gangguan
mental. Ketiga, antara gangguan mental dan fisik saling menopang, artinya
orang menderita secara fisik menimbulkan gangguan secara mental,dan
gangguan mental turut memperparah sakit fisiknya.

2.1.2 Kriteria Sehat Jiwa

Ada berbagai pendapat tentang jiwa yang sehat, yaitu karena tidak
sakit, tidak jatuhsakit akibat stressor, sesuai dengan kapasitasnya dan
selaras dengan lingkungan, dan mamputumbuh berkembang secara positif
(Notosoedirjo dan Latipun, 2005).

1) Sehat jiwa karena tidak mengalami gangguan jiwa


Kalangan klinisi klasik menekankan bahwa orang yang sehat
jiwa adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa, dan terbebas dari
gangguan jiwa. Orang yang mengala mineurosa atau psikosa dianggap
tidak sehat jiwa. Vaillant, 1976 dalam Notosoedirjo, 2005 menyatakan
bahwa sehat jiwa itu “as the presence of successful adjustment or the
absenceof psychopatology (dysfunction in psychological, emotional,
behavioral, and social spheres)”. Pengertian diatas bersifat dikotomis,
bahwa orang itu dalam keadaan sehat jika tidak ada sedikit pun
gangguan psikis, dan sakit jika ada gangguan. Dengan kata lain,
sehatdan sakit itu bersifat nominal.

3
2) Sehat jiwa jika tidak sakit akibat adanya stressor
Clausen memberi batasan yang berbeda dengan klinisi klasik.
Orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat menahan diri untuk
tidak jatuh akibat stressor. Meskipun mengalami tekanan, orang tetap
sehat. Pengertian ini menekankan pada kemampuan individual
merespon lingkungannya. Setiap orang mempunyai kerentanan
(susceptibility) yang berbeda terhadap stressor karena factor genetic,
proses belajar, dan budaya. Selain itu terdapat perbedaan intensitas
stressor yang diterima seseorang, sehingga sangat sulitmenilai apakah
dia tahan terhadap stressor atau tidak.
3) Sehat jiwa jika sejalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan
lingkungan
Michael dan Kirk Patrick memandang bahwa individu yang
sehat jiwa jika terbebasdari gejala psikiatris dan berfungsi optimal
dalam lingkungan sosialnya. Seseorang yangsehat jiwanya jika sesuai
dengan kapsitas diri sendiri, dan dapat hidup selaras
denganlingkungannya.
4) Sehat jiwa karena tumbuh dan berkembang secara positif
Frank LK mengemukakan pengertian kesehatan jiwa lebih
komprehensif. Orang yangsehat jiwa mampu tumbuh, berkembang
dan matang dalam hidupnya, menerimatanggungjawab, menemukan
penyesuaian dalam berpartisipasi memelihara aturansocial dan
tindakan dalam budayanya.
Seseorang yang sehat mental menurut WHO mempunyai ciri
sebagai berikut:
1) Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan
2) Memperoleh kepuasan dari usahanya
3) Merasa lebih puas memberi daripada menerima
4) Saling tolong menolong dan saling memuaskan
5)Menerima kekecewaan untuk pelajaran yang akan datang
6)Mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif

4
7)Mempunyai kasih sayang.

Kriteria Sehat Jiwa menurut M. Jahoda:

1. Sikap positif terhadap diri


Menerima diri apa adanya, sadar diri, obyektif, dan merasa berarti.
2. Tumbuh, kembang dan aktualisasi
Berfungsi optimal dan adaptif
3. Integrasi
Keseimbangan antara ekspresi dan represi, ego yang kuat (Stress
dan koping) dan mampumenyeimbangkan konflik dan dorongan.
4. Otonomi
Tergantung dan mandiri seimbang, tanggung jawab terhadap diri
sendiri, menghargaiotonomi oranglain, persepsi reality, mau
berubah sesuai dengan pengetahuan baru,empati dan menghargai
sikap dan perasaan orang lain.
5. Environment Mastery
Mampu untuk sukses, adaptif terhadap lingkungan, dan dapat
mengatasi kesepian, agresidan frustasi.
Abraham Maslow mengkriteriakan seseorang yang sehat
jiwa memiliki persepsi yangakurat terhadap realitas, serta
menerima diri sendiri, oranglain, dan lingkungan.
Bersikapspontan, sederhana dan wajar (Rasmun, 2001).
Manifestasi jiwa yang sehat menurut Maslowdan Mittlement,
1963; Notosoedirjo, 2005, jika seseorang mampu self-actualization
sebagai puncak kebutuhan dari teori hierarki kebutuhan.

2.1.3 Paradigma Keperawatan Jiwa

Tujuan paradigma keperawatan adalah mengatur hubungan


antaraberbagai teori dan model konseptual keperawatan guna
mengembangkan model konseptual dan teori-teori sebagai kerangka kerja

5
keperawatan. Empat komponen dalam paradigma keperawatan meliputi :
manusia, keperawatan,lingkungan, dan kesehatan.
1. Manusia
- Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak,
berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan.
- Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan
penting.
- Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat.
- Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai
aktualisasi diri.
- Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan
keinginan untuk mengejar tujuan personal.
- Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan
keinginan untuk mengejar tujuan personal.
- Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan.
- Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut
meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
2. Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan
dari dalam dirinya dan lingkungan dari luar, baik keluarga, kelompok,
komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus
mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi.
Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan
perubahan diri individu.
3. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia oleh karena itu
setiap individu memunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama
melalui perawatn yang adekuat.
4. Keperawatan

6
Dalam keperawtan jiwa, perawat memandang manusia secara
holistik dan mengguankan diri sendiri secara terapeutik. Metodelogi
dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri secara terapeutik dan
interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan
dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar
untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya,
sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan memberi
stimulus yang konstruktif pada klien dan membantu klien berespons
secara konstruktif sehigga akhirnya klien belajar cara penanganan
masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi bebagai
masalah kehidupan.

2.1.4 Model Konseptual Dalam Keperawatan

Model konseptual memberikan keteraturan untuk


berfikir,mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan
arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menjawab
fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah (Christensen & Kenny,
2009,hal. 29).
Tujuan dari model konseptual keperawatan (Ali, 2001, hal. 98) :
a. Menjaga konsistensi pemberian asuhan keperawatan.
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.

1.Model Konseptual dalam Keperawatan Jiwa


Berikut ini akan dijelaskan berbagai macam model konseptual yang
dikembangkan oleh beberapa ahli diantaranya menurut:

7
a. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia
dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa anak.Menurut
model psycoanalytical, gangguan jiwa dikarenakan ego tidak berfungsi
dalam mengontrol id, sehingga mendorong terjadinya penyimpangan
perilaku (deviation of Behavioral) dan konflik intrapsikis terutama pada
masa anak-anak. Gejala merupakan symbol dari konflik.
Proses terapi psikoanalisa memakan waktu yang lama. Proses terapi
pada model ini menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi
transferen, bertujuan untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Contoh
proses terapi pada model ini adalah: klien dibuat dalam keadaan tidur yang
sangat dalam. Dalam keadaan tidak berdaya terapis akan menggali alam
bawah sadar klien dengan berbagai pertanyaanpertanyaan tentang
pengalaman traumatic masa lalu.Dengan cara demikian, klien akan
mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist
berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat dalam model psyhcoanalytical Melakukanpengkajian
keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu
misalnya (menjadi korban perilaku kekerasan fisik, sosial, emosional
maupun seksual) dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik.

b. Interpersonal ( Sullivan, Peplau)


Model ini dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan dan Hildegard
Peplau.Teori interpersonal meyakini bahwa perilaku berkembang dari
hubungan interpersonal.Sullivan menekankan besarnya pengaruh
perkembangan masa anak-anak terhadap kesehatan jiwa individu.Menurut
konsep model ini, kelainan jiwa seseorang disebabkan karena adanya
ancaman yangdapat menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas yang
dialami seseorang timbul akibat konflik saat berhubungan dengan orang
lain (interpersonal), dikarenakan adanya ketakutan dan penolakan atau
tidak diterima oleh orang sekitar. Lebih lanjut Sullivan mengatakan
individu memandang orang lain sesuai dengan yang ada pada

8
dirinya.Sullivan mengatakan dalam diri individu terdapat 2 dorongan
yaitu:
1) Dorongan untuk kepuasan, berhubungan dengan kebutuhan dasar
seperti: lapar, tidur, kesepian dan nafsu.
2) Dorongan untuk keamanan, berhubungan dengan kebutuhan budaya
seperti penyesuaian norma sosial, nilai suatu kelompok tertentu.
Proses terapi terbagi atas dua komponen yaitu Build Feeling Security
(berupaya membangun rasa aman pada klien) dan Trusting Relationship
and interpersonaln Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya)
Prinsip dari terapi ini adalah.Mengoreksi pengalaman interpersonal dengan
menjalin hubungan yang sehat.Dengan re edukasi diharapkan, klien belajar
membina hubungan interpersonal yang memuaskan, mengembangkan
hubungan saling percaya.dan membina kepuasan dalam bergaul dengan
orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah
a. Share anxieties
Berbagi pengalaman mengenai apa-apa yang dirasakan klien dan apa
yang menyebabkan kecemasan klien saat berhubungan dengan orang lain
b. Therapist use empathy and relationship
Empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien.
Perawat memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien
dalam berhubungan dengan orang lain.
c. Social ( Caplan, Szasz)
Model ini berfokus pada lingkungan fisik dan situasi sosial yang dapat
menimbulkan stress dan mencetuskan gangguan jiwa(social and
environmental factors create stress, which cause anxiety and
symptom).Menurut Szasz, setiap individu bertanggung jawab terhadap
perilakunya, mampu mengontrol dan menyesuaikan perilaku sesuai dengan
nilai atau budaya yang diharapkan masyarakat.Kaplan, meyakini bahwa,
konsep pencegahan primer, sekunder dan tertier sangat penting untuk
mencegah timbulnya gangguan jiwa. Situasi sosial yang dapat
menimbulkan gangguan jiwa adalah kemiskinan, tingkat pendidikan yang

9
rendah, kurangnya support system dan koping mekanisme yang mal
adaptif.

d. Existensial ( Ellis, Rogers)


Model ekistensial menyatakan bahwa gangguan perilaku atau
gangguan jiwa terjadi apabila individu gagal menemukan jati dirinya dan
tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya.
Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-imagenya
Prinsip terapinya pada model ini adalah mengupayakan individu agar
memiliki pengalaman berinteraksi dengan orang yang menjadi panutan
atau sukses dengan memahami riwayat hidup orang tsb, memperluas
kesadaran diri dengan cara introspeksi diri (self assessment), bergaul
dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), sesrta
mendorong untuk menerima dirinya sendiri dan menerima kritik atau
feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self
and control behavior). Terapi dilakukan melalui kegiatan Terapi aktivitas
kelompok.

e. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)


Wermon dan Rockland meyakini bahwa penyebab gangguan jiwa
adalah faktor biopsikososial dan respos maladaptive saat ini. Contoh aspek
biologis yaitu sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek
psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang
percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek social sepeerti
susah bergaul, menarik diri, tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu
mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi
menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat
ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul
saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapi pada model supportif adalah menguatkan
respon coping adaptif. Terapis membantu klien untuk mengidentifikasi dan
mengenal kekuatan atau kemampuan serta coping yang dimiliki klien,

10
mengevaluasi kemampuan mana yang dapat digunakan untuk alternative
pemecahan masalah. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat
dan empatik dengan klien untuk membantu klien menemukan coping klien
yang adaptif.

f. Medica ( Meyer, Kraeplin)


Menurut konsep ini penyebab gangguan jiwa adalah multifactor yang
kompleks yaitu aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor social. Model
medical meyakini bahwa penyimpangan perilaku merupakan manifestasi
gangguan sistem syaraf pusat (SSP). Dicurigai bahwa depresi dan
schizophrenia dipengaruhi oleh transmisi impuls neural, serta gangguan
synaptic. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui
pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik
interpersonal.
Peran perawat dalam model medical ini adalah melakukankolaborasi
dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka
panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai
dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan
terapi yang digunakan. Medical model terus mengeksplorasi penyebab
gangguan jiwa secara ilmiah.

g. Model Komunikasi
Model perilaku mengatakan bahwa, penyimpangan perilaku terjadijika
pesan yang disampaikan tidak jelas. Penyimpangan komunikasi
menyangkut verbal dan non verbal, posisi tubuh, kecepatan dan volume
suara atau bicara. Proses terapi dalam model ini meliputi:
1) Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah.
2) Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif
3) Memberi alternatif koreksi untuk komunikasi yang tidak efektif.
4) Melakukan analisa proses interaksi.

11
h. Model Perilaku
Dikembangkan oleh H.J. Eysenck, J. Wilpe dan B.F. Skinner. Terapi
modifikasi perilaku dikembangkan dari teori belajar (learning
theory).Belajar terjadi jika ada stimulus dan timbul respon, serta respon
dikuatkan (reinforcement).
Proses terapi:
Terapi pada model perilaku dilakukan dengan cara
1) Desentisasi dan relaksasi, dapat dilakukan bersamaan. Dengan teknik
ini diharapkan tingkat kecenmasan klien menurunkan..
2) Asertif training adalah belajar mengungkapkan sesuatu secara jelas dan
nyata tanpa menyinggung perasaan orang lain.
3) Positif training. Mendorong dan menguatkan perilaku positif yang baru
dipelajari berdasarkan pengalaman yang menyenangkan untuk digunakan
pada perilaku yang akan datang.
4) Self regulasi. Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Pertama melatih serangkaian standart perilaku yang harus dicapai oleh
klien. Selanjutnya klien diminta untuk melakukan self observasi dan self
evaluasi terhadap perilaku yang ditampilkan. Langkah terakhir adalah
klien diminta untuk memberikan reinforcement (penguatan terhadap diri
sendiri) atas perilaku yang sesuai.

i. Model Stress Adaptasi Roy


Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu dan ilmu tersebut menjadi
landasan dalam melaksanakan praktik keperawatan (Roy, 1983). Lebih
spesifik Roy (1986) berpendapat bahwa keperawatan sebagai ilmu dan
praktik berperan dalam meningkatkan adaptasi individu dan kelompok
terhadap kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin positif.
Keperawatan memberi perbaikan pada manusia sebagai sutu kesatuan yang
utuh untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan
dan berespons terhadap stimulus internal yang mempengaruhi
adaptasi.Jika stressor terjadi dan individu tidak dapat menggunakan
“koping” secara efektif maka individu tersebut memerlukan

12
perawatan.Tujuan keperawatan adalah meningkatkan interaksi individu
dengan lingkungan, sehingga adaptasi dalam setiap aspek semakin
meningkat.Komponen-komponen adaptasi mencakup fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran, dan saling ketergantungan. Adaptasi adalah
komponen pusat dalam model keperawatan. Didalamnya menggambarkan
manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi mengambarkan proses koping
terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk
fungsi holistic bertujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif
yang pada akhirnya akan meningkatkan integritas. Proses adaptasi
termasuk didalamnya proses interaksi manusia dengan lingkunganyang
terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan
perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan
sebuah respon. Perubahan tersebut dalam model adaptasi Roy
digambarkan sebagai stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh
factor-faktor konstektual dan residual. Stressor menghasilkan interaksi
yang biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping
yang dirangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif.Produk
adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah
kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi :
kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang
disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik
equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan respon-respon.
Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi yang lain, sehingga
dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak
yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia
sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-
tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi
kemudian disebut sebagai suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan
tingkatan adaptasi

j. Model Keperawatan

13
Pendekatan model keperawatan adalah model konsep yang digunakan
dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan,secaara holistik, bio,psiko,sosial dan spiritual. Fokus
penangganan pada model keperawatan adalah penyimpangan perilaku,
asuhan keperawatan berfokus pada respon individu terhadap masalah
kesehatan yang actual dan potensial, dengan berfokus pada :rentang sehat
sakit berdasarkan teori dasar keperawatan dengan intervensi tindakan
keperawatan spesifik dan melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan.
Model ini mengadopsi

2.2 Proses Keperawatan Jiwa

Proses keperawatan merupakan suatu metode pemberian asuhan


keperawatan pada pasien (individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat)
yang logis, sistematis, dinamis, dan teratur (Depkes, 1998; Keliat, 1999).
Proses ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai
dengan kebutuhan pasien.Proses keperawatan jiwa dimulai dari pengkajian
(termasuk analisis data dan pembuatan pohon masalah), perumusan
diagnosis, pembuatan kriteria hasil, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi (Fortinash, 1995).

2.2.1 Pengkajian
Pengkajian sebagai tahap awal proses keperawatan meliputi
pengumpulan data, analisis data, dan perumusan masalah pasien. Data
yang dikumpulkan adalah data pasien secara holistik, meliputi aspek
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Seorang perawat jiwa diharapkan
memiliki kesadaran atau kemampuan tilik diri (self awareness),
kemampuan mengobservasi dengan akurat, berkomunikasi secara
terapeutik, dan kemampuan berespons secara efektif (Stuart dan Sundeen,
2002) karena hal tersebut menjadi kunci utama dalam menumbuhkan
hubungan saling percaya dengan pasien. Hubungan saling percaya antara
perawat dengan pasien akan memudahkan perawat dalam melaksanakan

14
asuhan keperawatan. Oleh karenanya, dapat membantu pasien
menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Stuart dan Sundeen (2002) menyebutkan bahwa faktor predisposisi,
faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan
kemampuan koping yang dimiliki pasien adalah aspek yang harus digali
selama proses pengkajian.
Secara lebih terstruktur pengkajian kesehatan jiwa meliputi hal
berikut.
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama/alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Aspek fisik/biologis
5. Aspek psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Pengetahuan
11. Aspek medis

Format pengkajian dan petunjuk teknis pengisian format pengkajian


terlampir pada bagian akhir pokok bahasan ini. Data tersebut dapat
dikelompokkan menjadi data objektif dan data subjektif. Data objektif
adalah data yang didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan secara
langsung oleh perawat. Data subjektif adalah data yang disampaikan
secara lisan oleh pasien dan/atau keluarga sebagai hasil wawancara
perawat. Jenis data yang diperoleh dapat sebagai data primer bila didapat
langsung oleh perawat, sedangkan data sekunder bila data didapat dari
hasil pengkajian perawat yang lain atau catatan tim kesehatan lain. Setelah
data terkumpul dan didokumentasikan dalam format pengkajian kesehatan
jiwa, maka seorang perawat harus mampu melakukan analisis data dan

15
menetapkan suatu kesimpulan terhadap masalah yang dialami pasien.
Kesimpulan itu mungkin adalah sebagai berikut.
1. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan.
a. Pasien memerlukan pemeliharaan kesehatan dengan follow up
secara periodik, karena tidak ada masalah serta pasien telah
memiliki pengetahuan untuk antisipasi masalah.
b. Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi
dan promosi sebagai program antisipasi terhadap masalah.
2. Ada masalah dengan kemungkinan.
a. Risiko terjadinya masalah, karena sudah ada faktor yang mungkin
dapat menimbulkan masalah.
b. Aktual terjadi masalah dengan disertai data pendukung.

Hasil kesimpulan tersebut kemudian dirumuskan menjadi masalah


keperawatan. Dalam merumuskan masalah sebaiknya mengacu pada
rumusan pada tabel di bawah ini.

Pernyataan Tujuan Fokus Intervensi


Diagnostik Keperawatan
Aktual Perubahan dalam Mengurangi atau
perilaku pasien menghilangkan masalah.
(beralih ke arah
resolusi diagnosis
atau perbaikan status).
Risiko tinggi Pemeliharaan kondisi Mengurangi faktor-faktor
yang ada. risiko untuk mencegah
terjadinya masalah
aktual.
Mungkin Tidak ditentukan Mengumpulkan data
kecuali masalah tambahan untuk
divalidasi. menguatkan atau
menetapkan tan dan

16
gejala atau faktor risiko.
Masalah kolaboratif Tujuan keperawatan. Menentukan awitan atau
status masalah
penatalaksanaan
perubahan status.

Pasien biasanya memiliki lebih dari satu masalah keperawatan.


Sejumlah masalah pasien akan saling berhubungan dan dapat digambarkan
sebagai pohon masalah (FASID, 1983; INJF, 1996). Untuk membuat
pohon masalah, minimal harus ada tiga masalah yang berkedudukan
sebagai penyebab (causa), masalah utama (core problem), dan akibat
(effect). Meskipun demikian, sebaiknya pohon masalah merupakan sintesis
dari semua masalah keperawatan yang ditemukan dari pasien. Dengan
demikian, pohon masalah merupakan rangkat urutan peristiwa yang
menggambarkan urutan kejadian masalah pada pasien sehingga dapat
mencerminkan psikodimika terjadinya gangguan jiwa.
1. Masalah utama adalah prioritas masalah dari beberapa masalah yang ada
pada pasien. Masalah utama bisa didapatkan dari alasan masuk atau
keluhan utama saat itu (saat pengkajian).
2. Penyebab adalah sal satu dari beberapa masalah yang merupakan
penyebab masalah utama, masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah
satu masalah yang lain, demikian seterusnya.

17
3. Akibat adalah salah satu dari beberapa akibat dari masalah utama. Efek
ini dapatmenyebabkan efek yang lain dan demikian selanjutnya.
Contoh pohon masalah ini menggambarkan proses terjadinya masalah
risiko mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Pada penerapan di
kasus nyata, semua daftar masalah yang ditemukan saat pengkajian
keperawatan harus diidentifikasi dan disusun berdasar urutan
peristiwa sehingga menggambarkan psikodinamika yang
komprehensif.

2.2.2 Diagnosis

Menurut Carpenito (1998), diagnosis keperawatan adalah penilaian


klinis tentang respons aktual atau potensial dari individu, keluarga, atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. Rumusan
diagnosis yaitu Permasalahan (P) berhubungan dengan Etiologi (E) dan
keduanya ada hubungan sebab akibat secara ilmiah. Perumusan diagnosis
keperawatan jiwa mengacu pada pohon masalah yang sudah dibuat.
Misalnya pada pohon masalah di atas, maka dapat dirumuskan diagnosis
sebagai berikut.
1. Sebagai diagnosis utama, yakni masalah utama menjadi etiologi, yaitu
risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
2. Perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran berhubungan
dengan menarik diri.
3. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
kronis.
Pada rumusan diagnosis keperawatan yang menggunakan typology
single diagnosis, maka rumusan diagnosis adalah menggunakan etiologi
saja. Berdasarkan pohon masalah di atas maka rumusan diagnosis sebagai
berikut.
1. Perubahan sensori persepsi: halusinasi.
2. Isolasi sosial: menarik diri.
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis.

18
2.2.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan terdiri atas empat komponen, yaitu


tujuan umum, tujuan khusus, rencana tindakan keperawatan, dan rasional.
Tujuan umum berfokus pada penyelesaian masalah (P). Tujuan ini dapat
dicapai jika tujuan khusus yang ditetapkan telah tercapai. Tujuan khusus
berfokus pada penyelesaian etiologi (E). Tujuan ini merupakan rumusan
kemampuan pasien yang harus dicapai. Pada umumnya kemampuan ini
terdiri atas tiga aspek, yaitu sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 2002).
1. Kemampuan kognitif diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari
diagnosis keperawatan.
2. Kemampuan psikomotor diperlukan agar etiologi dapat selesai.
3. Kemampuan afektif perlu dimiliki agar pasien percaya akan
kemampuan menyelesaikan masalah.

Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang


dapat dilaksanakan untuk mencapai setiap tujuan khusus. Sementara
rasional adalah alasan ilmiah mengapa tindakan diberikan. Alasan ini bisa
didapatkan dari literatur, hasil penelitian, dan pengalaman praktik.
Rencana tindakan yang digunakan di tatanan kesehatan kesehatan jiwa
disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa Indonesia. Standar
keperawatan Amerika menyatakan terdapat empat macam tindakan
keperawatan, yaitu (1) asuhan mandiri, (2) kolaboratif, (3) pendidikan
kesehatan, dan (4) observasi lanjutan.
Tindakan keperawatan harus menggambarkan tindakan keperawatan
yang mandiri, serta kerja sama dengan pasien, keluarga, kelompok, dan
kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa yang lain.
Mengingat sulitnya membuat rencana tindakan pada pasien gangguan
jiwa, mahasiswa disarankan membuat Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan (LPSP), yang berisi tentang proses keperawatan dan strategi
pelaksanaan tindakan yang direncanakan. Proses keperawatan dimaksud
dalam LPSP ini adalah uraian singkat tentang satu masalah yang

19
ditemukan, terdiri atas data subjektif, objektif, penilaian (assessment), dan
perencanaan (planning) (SOAP). Satu tindakan yang direncanakan
dibuatkan strategi pelaksanaan (SP), yang terdiri atas fase orientasi, fase
kerja, dan terminasi.
Fase orientasi menggambarkan situasi pelaksanaan tindakan yang
akan dilakukan, kontrak waktu dan tujuan pertemuan yang diharapkan.
Fase kerja berisi beberapa pertanyaan yang akan diajukan untuk
pengkajian lanjut, pengkajian tambahan, penemuan masalah bersama,
dan/atau penyelesaian tindakan. Fase terminasi merupakan saat untuk
evaluasi tindakan yang telah dilakukan, menilai keberhasilan atau
kegagalan, dan merencanakan untuk kontrak waktu pertemuan berikutnya.

2.2.4 Implementasi Tindakan Keperawatan

Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan perawat perlu


memvalidasi apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai
dengan kondisi pasien saat ini (here and now). Perawat juga perlu
mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai kemampuan interpersonal,
intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan.
Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bisa
diimplementasikan.
Saat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan, perawat
harus membuat kontrak dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan
dikerjakan dan peran serta pasien yang diharapkan. Kemudian penting
untuk diperhatikan terkait dengan standar tindakan yang telah ditentukan
dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah dilaksanakan.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek


dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ada dua macam, yaitu (1)
evaluasi proses atau evaluasi formatif, yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, dan (2) evaluasi hasil atau sumatif, yang

20
dilakukan dengan membandingkan respons pasien pada tujuan khusus dan
umum yang telah ditetapkan.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP, yaitu sebagai berikut.
S : respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data
yang kontradiksi terhadap masalah yang ada.
P : tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons pasien.
Rencana tindak lanjut dapat berupa hal sebagai berikut.
1. Rencana dilanjutkan (jika masalah tidak berubah).
2. Rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksanakan semua
tindakan tetapi hasil belum memuaskan).
3. Rencana dibatalkan (jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang
dengan masalah
yang ada).Rencana selesai jika tujuan sudah tercapai dan perlu
mempertahankan keadaan baru.

21
2.3 Format Pembuatan Laporan Pendahuluan

LAPORAN PENDAHULUAN

(Hari Pertama Praktek)

I. Kasus(masalah utama)

...........................................................................................................
..............................

II. Proses terjadinya masalah

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
.............

III. A. Pohon masalah

b. Data yang perlu dikaji

.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
...................

IV. Diagnosa Keperawatan


a. .....................................................................................................
..............................
b. .....................................................................................................
..............................

22
c. .....................................................................................................
..............................
d. .....................................................................................................
..............................
e. .....................................................................................................
..............................

V. Rencana tindakan keperawatan


...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
.............

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
........................

DAFTAR PUSTAKA

23
2.4 Format Pembuatan Strategi Pelaksana

STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE..................

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

2. Diagnosa keperawatan:
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

3. Tujuan khusus:
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

4. Tindakan keperawatan:
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

24
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
ORIENTASI

1. Salam Terapeutik:
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

2. Evaluasi/ Validasi:
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

3. Kontrak: Topik, waktu, dan tempat


...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

KERJA: Langkah-Langkah Tindakan keperawatan

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

25
TERMINASI:

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan:


Subyektif:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

Obyektif:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan):
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

3. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat):

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Keseimpulan

Keperawatan jiwa memandang manusia sebagai mahluk kholistik,


yaitu mahluk biopsikososialspiritual.Model konseptual memberikan
keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang
dilihat, memberikan arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan
untuk menjawab fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah.Tujuan
dari model konseptual keperawatan :
a. Menjaga konsistensi pemberian asuhan keperawatan.
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap anggota tim keperawatan.

3.2 Saran

Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya


dalam penanganan masalah kesehatan jiwa dengan memahami masalah
kesehatan jiwa yang ada serta upaya penanganannya dengan baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf. Hanik Endang., dan Nihayati.2015.Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Nurhalima.2016.Keperawatan Jiwa.Jakarta :Pusdik SDM Kesehatan

Suliswati,dkk.2005.Konsep Dasar Keperawatan Jiwa.Jakarta: EGC.

https://tubuh1.blogspot.com/2018/03/makalah-perawat-memberikan-rasa-
aman.html

28

Anda mungkin juga menyukai