Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ISLAM DISIPLIN ILMU FARMASI

‘’HUBUNGAN ISLAM DENGAN KESEHATAN DAN


PENYAKIT’’

OLEH:

NAMA : NUR IQFA/ 15020200112

MARWA/ 150 2020 0114

KELAS : C7
KELOMPOK : II (DUA)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022

1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga tugas makalah ini yang
berjudul ‘’HUBUNGAN ISLAM DENGAN KESEHATAN DAN PENYAKIT’’
dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Tujuan dari penyusunan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Islam disiplin ilmu farmasi. Di samping itu, tujuan lain
dari penyusunan makalah ini untuk menambah wawasan mengenai materi
yang bersangkutan bagi pembaca, khususnya bagi penulis.
Ucapan terima kasih penulis hanturkan kepada dosen pengampu
mata kuliah ini, dengan adanya tugas ini, penulis dapat menambah
wawasan dalam bidang ilmu yang terkait. Serta seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas ini dalam berbagai referensi ilmu
pengetahuan yang terkait.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, dengan adanya saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan demi perbaikan makalah yang telah penulis susun.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 3 Maret 2023

KELOMPOK II

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 4

I.I Latar belakang .......................................................................... 4-5

II.I Rumusan Masalah ....................................................................... 5

III.I Tujuan .......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 6

II.I Konsep Sehat Dalam Islam........................................................ 6-9

II.II Konsep Penyakit dalam islam…………………………………….9-11

II.III Pemeliharaan Kesehatan Dalam Islam…………………………11-12

BAB III PENUTUP ................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 14

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia, begitu juga dalam mengatur tatanan kehidupan di bumi guna
menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Salah satu penunjang kebahagian
tersebut adalah dengan memiliki tubuh yang sehat, sehingga dengannya
kita dapat beribadah dengan lebih baik kepada Allah. Agama Islam sangat
mengutamakan kesehatan (lahir dan batin) dan menempatkannya sebagai
kenikmatan kedua setelah Iman. Kesehatan merupakan hak asasi manusia
serta sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam
menegaskan perlunya istiqomah serta memantapkan dirinya dengan
menegakkan agama Islam. Maka dari itu, sebagai hamba Allah Swt.
hendaknya kita selalu menjaga kesehatan tubuh kita. Karena dengan tubuh
yang sehat, jiwa menjadi kuat serta pikiran dan hati kita akan selamat dari
godaan syaitan yang dilaknat oleh Allah Swt.
Al-Qur’an diturunkan sebagai syifa’ (penyembuh), bukan obat,
karena cukup banyak obat tetapi tidak menyembuhkan dan setiap
penyembuh dapat dikatakan sebagai obat. Pada dokter ahli sudah mampu
mengetahui berbagai macam virus yang mendatangkan penyakit, namun
penyakit stress yang tidak ada virusnya tak mampu dideteksi oleh medis.
Maka lewat terapi Al-Qur’an penyakit yang tak bervirus itu bisa diketahui.
Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dengan cepat sebagai
konsekunsi dari modernisasi dan globaliasi serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, mempunyai dampak serius dalam
mempengaruhi nilai-nilai kehidupan masyarakat. Tidak semua orang
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang begitu cepat yang pada
gilirannya menimbulkan stresss yang akhirnya menimbulkan penyakit.
Pada hakikatnya manusia terdiri dari dua substansi, yaitu fisik dan
psikis. Substansi fisik sendiri adalah substansi material, tidak berdiri sen-
diri, tidak kekal dan berada dalam alam jasad, sedangkan substansi psikis

4
adalah substansi imaterial, berdiri sendiri tidak berbentuk komposisi,
mempunyai daya mengetahui dan menggerakkan, kekal dan berada di
̣
dunia metafisik. Fisik dan psikis berhubungan ketika al-nutfah memenuhi
syarat dengan jiwa yang kemudian keduanya berpisah bersamaan dengan
datangnya kematian. Dengan begitu kondisi fisik manusia adalah sebuah
media yang menjadikan manusia dapat berhubungan dengan manusia
lainnya di dunia dan juga sebagai modal kebaikan untuk bekal hidup di
akhirat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah yang dapat
diambil, yaitu:
1) Bagaimana Konsep Sehat Dalam Islam?
2) Bagaimana Konsep Penyakit Dalam Islam?
3) Bagaimana Cara Pemeliharaan Kesehatan Dalam Islam?
C. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan islam dengan kesehatan dan penyakit.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP SEHAT DALAM ISLAM

Kesehatan berasal dari kata “sehat” yang ditransfer dari bahasa


Arab suhhah yang artinya sehat, tidak sakit, selamat. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sehat adalah keadaan baik
seluruh badan serta bagian-bagiannya, bebas dari rasa sakit, waras.UU
No. 23 Tahun 1992 menyebutkan bahwa sehat adalah keadaan sejahtera
dari badan (jasmani), jiwa (rohani), dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dari definisi tersebut
dapat dipilah-pilah bahwa sehat fisik adalah suatu keadaan di mana
bentuk fisik dan faalnya tidak mengalami gangguan sehingga
memungkinkan berkembangnya mental atau psikologis dan sosial untuk
dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan normal.
Sehat mental adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkem-
bangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Sehat
sosial adalah perikehidupan dalam masyarakat, di mana perikehidupan ini
harus sedemikian rupa sehingga setiap warga negara mempunyai cukup
kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan sendiri serta
kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkannya be-
kerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada waktunya.
Tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan di atas, para
ahli juga berpendapat dalam mendefinisikan makna kesehatan di anta-
ranya:
1. WHO (Worid Health Oganization, 1947)
Sehat adalah memperbaiki kondisi manusia, baik jasmani, rohani
ataupun akal, sosial dan bukan semata-mata memberantas penyakit.
Dalam konsep sehat WHO tersebut diharapkan adanya keseimbangan
yang serasi dalam interaksi antara manusia dan makhluk hidup lain
dengan lingkungannya. Sebagai konsekuensi dari konsep WHO tersebut,
maka yang dikatakan manusia sehat adalah tidak sakit, tidak cacat, tidak
6
lemah, bahagia secara rohani, sejahtera secara sosial, dan fit secara
jasmani.
2. White (1977)
Sehat adalah keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa
tidak mempunyai keluhan apapun ataupun tidak terdapat tanda-tanda
suatu penyakit dan kelainan.
3. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama
tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah,
rohaniyah, dan sosial‟ yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang
wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunan-Nya, dan memelihara
serta mengembangkannya.
4. Perkins (1983)
Sehat adalah keadaan seimbang dan dinamis antara bentuk dan
fungsi tubuh dan memiliki berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesehatan terbagi menjadi
tiga macam, di antaranya:
1. Kesehatan Jasmani
Yang dimaksud dengan sehat jamani adalah orang yang
berdasarkan pemeriksaan fisik, laboratories dan radiologis, tidak
terserang penyakit atau tidak adanya kelainan-kelainan.
2. Kesehatan Jiwa (psikis)
Kesehatan psikis menurut Zakiah Derajat sebagaimana dikutip oleh
In‟amuzzahidin Masyhudi dan Nurul Wahyu Arvitasari adalah terhindarnya
seseorang dari gangguan-gangguan jiwa dan gejala-gejala penyakit jiwa,
yang mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi kesesuaian fungsi-
fungsi jiwa (tidak ada konflik) dan merasa bahwa dirinya berharga,
berguna dan bahagia, serta dapat menggunakan potensi yang ada
padanya seoptimal mungkin.
3. Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi
masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Kegiatan yang menopang
terwujudnya kesehatan masyarakat antara lain meliputi:
a. Kebersihan pakaian
Seorang muslim hendaknya memiliki pola hidup yang bersih dan
7
menjadi mujahid yang gigih dalam mewujudkan pribadi yang bersih
terutama tentang kebersihan pakaian seperti yang disebutkan dalam Q.S.
al-Muddaṡṡir: 1-7. Bersih dari najis merupakan syarat sah amal terutama
saat salat.
̣
Istilah al-taharah (kesucian) di dalam al-Qur‟an memiliki cakupan
makna yang luas dan mendalam, tidak hanya meliputi kebersihan fisik,
seperti badan, pakaian, rumah ibadah, air makanan, minuman tapi juga
berkaitan dengan kesucian jiwa. Apabila lingkungan hidup menjadi sehat;
semangat dan motivasi kerja menjadi tinggi. Jika kebersihan lingkungan
tersebut dipadukan dengan kebersihan batin maka manusia akan
merasakan kebahagiaan lahir dan batin.
b. Kualitas makanan
Al-Qur‟an menekankan bahwa makanan itu harus memenuhi
kualifikasi ḥalālan tayyiban
̣ (halal dan baik). Makanan haram adalah
makanan yang dilarang oleh agama pemakannya, seperti babi, bangkai,
darah ataupun makanan yang tidak diijinkan oleh pemiliknya untuk
dimakan. Sementara halal adalah kebalikannya. Sementara tayyiban
̣
adalah makanan yang tidak mengandung zat berbahaya dan bisa
mendatangkan dan menjamin kesehatan.
c. Memberi ASI (Air Susu Ibu) yang sempurna pada balita
Al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 233 menganjurkan kepada para ibu
yang mempunyai balita agar memberi ASI secara sempurna kepada si anak
selama dua tahun berturut-turut. Anjuran itu mengandung hikmah bagi
kesehatan si anak sekaligus untuk mengembangkan anak-anak yang
sehat, membina generasi muda yang kuat dan mengembangkan sumber
daya manusia yang berkualitas. ASI merupakan makanan yang terbaik bagi
bayi karena di dalamnya mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi
serta mengandung zat kekebalan yang melindungi bayi dari berbagai
kuman penyakit.
d. Perbaikan kualitas dan sistem sanitasi
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih
dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran
dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini dapat
meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan erat dengan
8
upaya penyehatan lingkungan, pengelolaan limbah, sampah, dan penataan
saluran dan buangan air di lingkungan tempat tinggal.

B. KONSEP PENYAKIT DALAM ISLAM


Dalam konsep ilmu kesehatan jiwa, seseorang dikatakan sakit
apabila ia tidak mampu lagi berfungsi secara wajar dalam kehidupannya
sehari-hari. Dalam praktek di lapangan secara lahiriah, disaksikan oleh
setiap orang berapa banyak pegawai yang tekun, patuh dan disiplin, karena
takut dikatakan tidak loyal kepada atasannya, padahal sebenarnya apa
yang dilakukan tidak sesuai dengan rasa hati nuraninya.
Begitu juga dalam banyak peristiwa lain yang berdampak pada
kejiwaan. Perasaan takut, sedih, kelaparan, kurang harta, kehilangan jiwa
adalah cobaan yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Betapa sedih dan
tegang jiwa seorang ayah dan ibu yang mengetahui anaknya terserang
penyakit yang menakutkan atau terserang oleh zat adiktif yang kini semakin
marak dalam masyarakat.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, Al-Qur’an menawarkan metode
yang tepat. Allah berfirman, yang artinya: “...Katakanlah Al-Qur’an itu
adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman..” (QS.
Fusilat/41: 33), Di ayat lain, Allah menegaskan, yang artinya: “…Dan kami
turunkan sebagian dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman; dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah
manfaat kepada orang- orang zalim selain kerugian..” (QS Al-Isra’/17:82).
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan arti penyakit di
ayat-ayat di atas. Raqhib Isfahany dalam tafsiran al-Makhtut
mengatakan bahwa: “Pada asasnya penyakit itu ada 2 macam; hissy (yang
dapat dirasakan lewat indera) dan nafsi (yang berkaitan dengan kejiwaan).
Kedua-duanya adalah keluar dari keadaan normal. Penyakit yang dapat
diketahui oleh panca indera mudah dikenal. Sdangkan penyakit yang
berkaitan dengan kejiwaan banyak seperti kebodohan, ketakutan,
kekikiran, kehasadan (iri hati), dan penyakit-penyakit hati lainnya. Akhlak-
akhlak yang tercela di atas disebut dengan penyakit karena ia menghalangi
orang-orang yang berakhlak demikian untuk mendapatkan kemuliaan
sebagaimana penyakit menghalangi si sakit dari aktivitasnya sebagaimana
9
biasa. Mungkin juga karena akhlak tercela itu jalan yang menarik
mengambil kehidupan yang sebenarnya sebagaimana firman Allah: “..Dan
sesungguhnya kehidupan di akhirat nanti adalah kehidupan yang sebenar-
benarnya..”.
Mungkin juga penamaan ini dikarenakan jiwa manusia condong
kepada keyakinan terhadap sesuatu sebagaimana condongnya jiwa
seorang yang sakit kepada segala sesuatu yang berbahaya. Sedangkan
firman Allah: “..Penyakit tersebut adalah kemunafikan, keragu-raguan, dan
permusuhan mereka..” Ibnu Mas’ud dan Hasan Basry dan Qutadah
mengatakan penyakit itu adalah keragu-raguan. Sedangkan selain mereka
ada yang mengatakan: “cinta dunia dan mengikuti hawa nafsu”, sedangkan
yang lain mengatakan: “kesedihan, kedengkian, iri hati dan condong
kepada dunia”. semua yang disebutkan di atas termasuk ke dalam apa yang
disebut dengan penyakit.
Firman Allah dalam surat Muhammad 29, yang artinya: “..Atau
apakah orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit mengira
bahwa Allah tidak akan memperlihatkan kedengkian mereka..”.
Pada ayat di atas, jelaslah bahwa maksud dari kata penyakit adalah
kedengkian atau iri hati dan dengki. Pada ayat yang lain Allah juga menyifati
orang-orang yahudi dengan sifat ini. Sebagaimana firman Allah pada surat
berikut, yang artinya: “..Apakah mereka beriri hati kepada orang lain (kaum
Arab) atas apa yang telah Allah berikan kepada mereka dari
keutamaannya..”
Sedangkan maksud penyakit pada surat Al-Ahzab ayat 32: “..Jika
kalian bertaqwa maka janganlah kalian berbicara dengan sikap yang
menimbulkan keberanian orang bertindak tidak baik kepada kalian
sehingga berkeinginan orang-orang yang di dalam hati mereka ada
penyakit...”
Dalam sebuah Hadis, Rasulullah bersabda, yang artinya: Setiap
penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasaran, maka dengan
izin Allah penyakit itu akan sembuh”. (Riwayat Muslim).
Seorang pasien yang mengalami gangguan jiwa, memang harus
segera berobat kepada dokter yang tepat (ahli jiwa) untuk mendapatkan
terapi penyembuhan. Namun harus disadari bahwa yang paling mampu
10
untuk membantunya sewaktu mendapat beban dan musibah adalah Allah
SWT itu hendaknya tidak lupa memohon kepada Allah agar diberikan
kekuatan untuk menghadapi cobaan seberat apapun. Allah mengingatkan,
yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah/2: 153).

C. PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM ISLAM


Islam sangat memperhatikan soal kesehatan dengan cara antara
lain mengajak dan menganjurkan untuk menjaga dan mempertahankan
kesehatan yang telah dimiliki setiap orang. Anjuran menjaga kesehatan itu
bisa dilakukan dengan tindakan preventif (pencegahan) dan represif
(pelenyapan penyakit atau pengobatan). Secara preventif, perhatian Islam
terhadap kesehatan ini bisa dilihat dari anjuran sungguh-sungguh terhadap
pemeliharaan kebersihan.
Rasulullah saw bersabda:
‫قال عنو هللا رضي عباس ابن عن‬: ‫مغبون نعمتان( وسلم عليو هللا صلى هللا رسول قال‬
‫الناس فيهماكثيرمن‬: ‫)والفراغ الصحة‬
Artinya: “Dari Ibnu „Abbās ra berkata bahwa Nabi Muhammad Saw
bersabda:‟Banyak manusia merugi karena dua nikmat; kesehatan dan
waktu luang”. (H.R. Bukhari).
Dalam keterangan hadits yang lain, Rasulullah saw bersabda:
‫ وسلم عليو هللا رسول كان‬: ‫وفجا ٔة عافيتك وت ّحول نعمتك زوال من بك اعوذ ٕانّي اللهم‬
‫سختك وجميع نقمتك‬. ‫مسلم رواه‬
Artinya: “Rasulullah Saw berdo‟a: Ya Allah saya berlindung kepada-Mu dari
kehilangan nikmat karunia-Mu, dari perubahan kesehatan yang telah
Engkau berikan, mendadaknya balasan-Mu, dan dari segala kemurkaan-
Mu". (HR. Muslim)
Berdasarkan pemaparan hadits di atas, terdapat dua kenikmatan
yang telah dikaruniakan Allah Swt kepada hamba-Nya dan sering dilupakan
oleh manusia yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang. Sungguh sangat
merugi seseorang hamba Allah Swt, ketika tidak mensyukuri atas apa yang
telah Allah berikan kepadanya. Maka dari itu, sepatutnyalah kita bersyukur

11
kepada Allah Swt, karena masih diberi nikmat sehat dan nikmat waktu
senggang. Dari hadits ini, kita dapat mengambil mau`idhah untuk
senantiasa menjaga kesehatan kita, sehingga kita dapat melaksanakan
perintah Allah dengan sebaik-baiknya dan menjauhi apa yang dilarang oleh
Allah sesuai dengan ketentuan yang telah Allah tetapka dalam al-Qur‟an
dan al-Hadits. Selain itu, kita juga dituntut untuk selalu memanfaatkan
waktu luang dalam hal kebaikan. Salah satunya dengan selalu berdzikir
kepada Allah dan selalu beristighfar (mohon ampunan) kepada-Nya.
Al-Qur‟an menyebutkan macam-macam penyakit hati yang
menimpa manusia. Selain itu, ia juga telah mengajarkan kepada manusia
agar tetap melestarikan lingkungan dan menjaga kebersihan tempat tinggal
supaya tidak menjadi sarang kuman dan bakteri.
Allah berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya sholat dapat
mencegah dari perbuatan keji dan munkar; dan sesungguhnya mengingat
Allah (dengan sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah
lain). (QS. Al-Ankabut/29: 45).

12
BAB III

PENUTUP

Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka


bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan
manusia dengan Sang Khaliknya (hablum minallah) atau hubungan manusia
dengan manusia (hablum minannas), namun Islam memiliki aturan dan tuntunan
yang bersifat komprehensif, harmonis, jelas, dan logis. Salah satu kelebihan Islam
dalam mengatur kehidupan manusia adalah perihal perspektif Islam dalam
mengajarkan kesehatan bagi individu maupun masyarakat.
Pentingnya sebuah kesehatan bagi manusia dalam melaksanakan
aktifitas sehari-hari termasuk yang paling utama adalah melaksanakan ibadah
lima waktu sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Islam, menempatkan kesehatan
sebagai salah satu kenikmatan yang telah di anugerahkan Allah Swt. Selain
kenikmatan iman dan islam.
Kesimpulannya, bahwa setiap manusia mendambakan sebuah kehidupan
yang sehat. Di mana dalam menjalankan kehidupan sehari-hari mereka dapat
beraktifitas dengan baik sesuai dengan kemampuan masing- masing. Maka dari
itu, penting bagi kita menjaga kesehatan tubuh, kesehatan jiwa, dan kesehatan
soaial kita.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fuadi Husin,2014. Islam Dan Kesehatan. Jakarta : islamunla vol 1 (2)
Al-Qur`an dan Terjemahannya.
H. M. Hasballah Thaib dan H. Zamakhsyari Hasballah, 2007, Tafsir Tematik Al-
Qur’an, Jilid I Medan: Pustaka Bangsa Press.
H.M. Hasballah Thaib dan Iman Jauhari, 2004, Kapita Selekta Hukum Islam, Jilid
I, Medan: Pustaka Bangsa Press.
H.M. Hasballah Thaib, 2006, Pemikiran dan Karya Monomentalnya, Medan:
Walisongo.
Iman Jauhari,2000, Kesehatan Dalam Pandangan Hukum Islam (Health views in
Islamic law).jurnal ilmu hokum no 55
Muhammad ibn Ismail al-Bukhārī , Abu Abdillah. Ṣaḥīḥ Bukhārī . Mesir: Maktabah
Ibad al Rahman, 2008.
Musthafa al-Maraghiy, Ahmad. Tafsir al-Maraghiy jilid 10. Semarang: Toha Putra,
1993.
Qindil, Abdul Mun‟im. al-Qur‟an Obat Paling Dahsyat; Mengungkap Secara
Medis Keajaiban Kesehatan & Pengobatan al-Qur‟an. Pasuruan: Hilal
Pustaka, 1429 H.
Said, M. Hadist Budi Luhur 101. Surabaya: Putra al-Ma‟arif, 2002.
Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Qur‟an. Bandung: Mizan, 1998.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

14

Anda mungkin juga menyukai