Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tinjauan Kepustakaan yang berjudul
“KONSEP SEHAT DAN SAKIT DALAM PELAYANAN SYARIAH” ini tepat
waktu. Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah falsafah dan teori
meperawatan. Dalam penyusunan Tinjauan Kepustakaan ini, penulis mendapat
bimbingan, saran, serta masukan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa responsi kasus ini masih jauh dari sempurna,
sehingga saran dan kritik yang membangun, sangat penulis harapkan. Semoga
Tinjauan Kepustakaan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDU
L................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A. Konsep Sehat Sakit Dalam Pelayanan Syariah.........................................6
B. Amalan-amalan Bagi Pasien Selama Perawatan di Rumah Sakit.............9
C. Perilaku Dalam Pemberian Amalan Bagi Pasien Selama Perawatan......12
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pasti akan merasakan sakit, baik sakit itu dikarenakan
kelalaian dalam menjaga kesehatan, makan dan minuman yang tidak sehat,
ataupun karena sebab lain, semisal tertimpa kecelakaan. Pada umumnya tidak
ada orang yang suka tertimpa penyakit. Siapa pun pasti menghendaki agar
senantiasa dalam keadaan sehat. Karena kegembiraan hati ketika sehat adalah
sunnatullah (al-Ju’aisin, 2003: 1).
Sebenarnya sehat dan sakit itu sama. Sebagaimana halnya susah dan
sedih, gembira dan bahagia, kaya dan miskin; semuanya merupakan ujian dari
Allah swt bagi orang yang menerimanya. Karena, pada dasarnya manusia akan
selalu diuji dalam hal yang ia sukai atau yang tidak disukainya. Allah swt.
menjelaskan hal ini dalam firmanNya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-
benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan”. (Q.S. al-
Anbiya [21]: 35).
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep sehat sakit dalam pelayanan syariah?
2. Apa amalan-amalan bagi pasien selama perawatan di rumah sakit?
3. Bagaimana perilaku dalam pemberian amalan bagi pasien selama
perawatan di rumah sakit?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep sehat sakit dalam pelayanan syariah.
2. Untuk mengetahui amalan-amalan bagi pasien selama perawatan di rumah
sakit.
3. Untuk mengetahui perilaku dalam pemberian amalan di rumah sakit.
4.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
8
4. Fase akut (pada fase ini penyakit mencapai intensitas penuh dan
kemungkinan menimbulkan komplikasi, fase ini disebut juga sebagai fase
akut subklinis)
5. Remisi (fase laten kedua ini terjadi pada sebagian penyakit dan biasanya
akan diikuti oleh fase akut lain)
6. Konvalesensi (keadaan pasien berlanjut ke arah kesembuhan sesudah
perjalanan berhenti)
7. Kesembuhan (recovery) pada kondisi ini pasien kembali sehat dan
tubuhnya sudah berfungsi normal kembali serta tidak terlihat tanda atau
gejala penyakit yang tersisa.
9
4) Peningkatan kualitas ibadah
Ibadah bukan hanya shalat, zakat, puasa, haji, tetapi semua
perbuatan yang ditunjukkan untuk mendekatkan diri kepada Allah
dan semua bentuk bentuk perbuatan baik yang berguna bagi
kepentingan orang banyak. Ada beberapa upaya yang dapat
dilaksanakan agar ibadah itu semakin berkualitas:
a) Ibadah dengan kesadaran, bahwa ibadah yang dilaksanakan
tidak ada unsur paksaan, dan juga bias berate bahwa terhadap
apa yang dilaksanakan.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga
kamu menegrti apa yang kamu katakana.” (QS. An-
Nisa: 43).
b) Ibadah dengan kecintaan, beribadah tanpa kerinduan dan
kecintaan tidak akan merasakan kenikmatan dam beribadah,
seperti orang yang sedang sakit tidak dapat merasakan lezatnya
makanan.
“Barang siapa yang cinta karena Allah, benci karena
Allah, memberi karena Allah, menahan karena Allah
sesungguhnya orang itu mendapat kesempurnaan
iman.” (HR. Abu Dawud).
c) Ibadah dengan ikhlas, nilai ikhlas dalam beribadah bukan
diperoleh secara tiba-tiba akan tetapi memerlukan upaya dan
perjuangan secara terus-menerus. Seperti kewajiban
menjalankan shalat lima waktu pada awalnya terasa berat dan
bias jadi akan menjadi beban bahkan menjadi penghalang
setiap aktifitas.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepanya-Nya (menjalankan) agama yang lurus.” (QS.
Al-Bayyinah: 5).
10
d) Ibadah dengan kekhusukan, khusuk merupakan kondisi
kejiwaan yang sedang terpaut kepada Allah, menyadari dan
merasakan keagungan Allah SWT. Jalan untuk meraih
kekhusukan yaitu dengan merasakan kehadiran Allah,
sebagaimana seorang mukhsin yang selalu dalam pengawasan
Allah.
:Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau
melihat-Nya, dan apanila engkau tidak dapat melihat-
Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR.
Muslim).
e) Ibadah secara sembunyi, merupakan totalitas ibadah dan
melepaskan penghambaan diri kepada Tuhan selain Allah,
sehingga ibada bukan untuk memperoleh pujian dari orang lain,
penghargaan dari atasan, sanjungan dari bawahan.
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku
adalah kepunyaan Allah yang menguasaisekalian
alam.” (HR. Muslim)
11
shalat, zakat, puasa, haji, dan ibadah lain yang ditetapkan oleh
hokum syara’.
3) Memiliki optimisme dalam menata kehidupan
Seseorang yang memiliki sikap optimis akan mudah
bangkit kembali dan memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan.
Skap optimis membuat kita fokus pada pencapaian diri di masa
sekarang dan masa depan, tidak terjebak pada kesalahan masa lalu.
4) Peningkatan taqqarub kepada Allah
Agama islam telah mewajibkan pemeluknya untuk menjalankan
ritual ibadah wajib yaitu shalat, puasa, zakat, dan haji bagi yang
ritual ibadah wajib yaitu shalat, puasa, zakat, dan haji bagi yang
mampu. Untuk semakin mendekat diri kepada Allah SWT juga
dianjurkan untuk menunaikan ibadah Sunnah, seperti shalat Dhuha,
Tahajud, Puasa sunnah serta berzikir.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan
merupakan bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah
sehat dan sakit dikenal di semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu
kondisi yang seringkali sulit untuk kita artikan meskipun keadaan ini adalah
suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita amati dalam kehidupan sehari-
hari hal ini kemudian akan mempengaruhi pemahaman dan pengertian
seseorang terhadap konsep sehat misalnya, orang tidak memiliki keluhan-
keluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga
beranggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat meskipun jika
mengacu pada standard gizi kondisinya berada dalam status gizi lebih atau
overweight. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi
pemahaman dan pengertian mengenai konsep sehat yang berlaku dalam
masyarakat.
13
DAFTAR PUSTAKA
14