Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP KEPERAWATAN HOLISTIK

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2021
NAMA ANGGOTA:

1. I Komang Arya Astawa


2. Imelda Febrianti
3. Jushari Rohman
4. Lina Atika Maysarani
5. M Restu Halipatullah
6. Marlia
7. Muh Ariq Pardani
8. Nani Ermawati
9. Nur Azizah Pitriani
10. Elis Ayu Junita
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa, karena atas limpahan rahmat serta
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “
KONSEP HOLICTIC CARE “ tepat pada waktu yang ditentukan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan.
Dalam mengerjakan tugas kami, kami banyak menemukan ganjalan dan
kesulitan.Tapi berkat bantuan dan dukungan dari dosen pembimbing dan Teman-
temen sekalian, akhirnya kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Karena itukritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca.Akhir kata kami
mengucapkan banyak terima kasih dan kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Demikian harapan kami, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Mataram, 16 September 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................…………


DAFTAR ISI ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................…...………… i
B. Rumusan Masalah............................................................................ iii
C. Tujuan Penulisan................................................................................ iii
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Holistic Care......................………………………….. 1
B. sejarah holistik care.............................................................……….. 2
C. perawatan holistik care…....…...........................…...................…… 2
D. karakteristik pasien di unit perawatan kritis...….......….................... 3
E. perawatan holistik dan model sinergi di unit perawatan kritis….......5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .........................................................…........................ 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 10


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan sedang dan terus mengalami perubahan seiring dengan


perkembangan ilmu dan teknologi dibidang kesehatan serta bertambah
kompleksnya masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat. Lingkungan
pelayanan kesehatan yang terus berubah menjadikan tantangan tersendiri baik
bagi pemberi pelayanan kesehatan maupun klien sebagai konsumen layanan
kesehatan. Kepekaan petugas kesehatan terhadap kecepatan dan ketepatan layanan
dengan mengembangkan berbagai inovasi merupakan kunci bagi tercapainya
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.

Keperawatan kritis merupakan area spesialistik dari keperawatan yang


dikembangkan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan klien dengan masalah
kesehatan akut dan mengancam jiwa yang memerlukan perawatan secara intensif
(Urden, Stacy, & Lough, 2006). Perkembangan teknologi dan intervensi medis
untuk pemulihan pasien-pasien kritis telah berdampak pada meningkatnya
pengakuan akan pentingnya peran keperawatan dalam mengobservasi dan
monitoring pasien-pasien kritis. Bahkan, dokter akan sangat tergantung pada
perawat dalam mengawasi perubahan-perubahan yang terjadi pada pasien kritis
termasuk melakukan penanganan awal ketika dokter tersebut tidak ada di tempat.

Perkembangan dibidang keperawatan kritis yang begitu pesat, terutama


dengan ditemukannya berbagai alat canggih dan tindakan medis yang kompleks,
telah membawa dampak semakin cepat dan akuratnya terapi atau intervensi yang
diberikan untuk pemulihan pasien kritis (Hudak & Gallo, 1994). Namun disisi
lain, hal ini berdampak pula pada terkonsentrasinya sebagian besar perhatian
perawat pada aspek teknis prosedural penggunaan alat-alat canggih tersebut dan
fokus asuhan keperawatan lebih ke aspek fisik/biologis ketimbang memperhatikan
pasien secara utuh sebagai manusia yang multidimensi meliputi fisik, psikologis,
sosial, kultural, dan spiritual (Relf & Kaplow, NA). Hal ini pula yang

i
menyebabkan asuhan keperawatan menjadi terfragmentasi dan terisolasi pada
masalah fisik dan mekanik dan 2 terabaikannya nilai-nilai filosofis keperawatan
yang lebih menekankan pada aspek holistik dan humanistik. Disamping itu,
perawatan menjadi lebih terbatas pada pasien secara individu ketimbang melihat
pasien sebagai satu kesatuan atau bagian yang tak terpisahkan dari keluarga, yang
juga memiliki kebutuhan akan keperawatan.

Keyakinan keperawatan akan nilai-nilai holistik dan humanistik dalam


pelayanan kesehatan sebetulnya sudah ditanamkan sejak masa Florence
Nightingale yang hidup pada tahun 1820 sampai 1910 (Dossey, Keegan, &
Guzzetta, 2000). Florence mengajarkan bahwa fokus keperawatan adalah
keutuhan klien sebagai manusia (unity), kesehatan dan kebaikan (wellness), dan
hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya (Mariano, 2007).
Namun, perkembangan keperawatan setelah masa Florence Nightingale banyak
mengalami pasang surut dan lebih didominasi atau diarahkan oleh perkembangan
kedokteran yang lebih menekankan pada aspek-aspek biomedis. Hal inilah yang
mendorong para pemikir dan ilmuwan keperawatan untuk merevitalisasi
keyakinan keperawatan holistik dan mengimplementasikannya dalam tatanan
praktik keperawatan secara nyata. Upaya-upaya yang ditempuh untuk
mewujudkan hal tersebut, diantaranya melalui penelitian-penelitian untuk
pengembangan teori-teori keperawatan holistik, pengembangan terapi modalitas
keperawatan berbasis keyakinan holistik, aplikasi konsep holistik ke tatanan nyata
praktik keperawatan, serta pengembangan kurikulum pendidikan perawat.

Mengingat pentingnya menggugah kesadaran dan motivasi perawat untuk


merevitalisasi nilai-nilai keperawatan holistik dan menerapkannya diberbagai
tatanan pelayanan keperawatan termasuk di area keperawatan kritis, maka
diperlukan adanya upaya-upaya yang sungguhsungguh untuk menggali,
memahami, dan mengimplementasikan nilai-nilai keperawatan holistik sekaligus
melakukan evaluasi dan refleksi terhadap praktik-praktik layanan keperawatan
yang sudah diberikan, apakah sudah bisa memenuhi kebutuhan klien secara
komprehensif, utuh, dan berkualitas, sehingga kalaupun penyakitnya tidak bisa

ii
disembuhkan, namun klien dan keluarganya merasakan kepuasan akan layanan
keperawatan yang diberikan. Makalah ini bertujuan menyajikan kajian-kajian
tentang konsep dan nilai-nilai keperawatan holistik, serta upaya-upaya yang bisa
dilakukan dalam menerapkan nilai-nilai tersebut ke tatanan praktik keperawatan
khususnya di area keperawatan kritis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian holistik care?
2. Bagaimana sejarah holistik care?
3. Bagaimana perawatan holistik care itu?
4. Bagaimana karakteristik pasien di unit perawatan kritis?
5. Bagaimana perawatan holistik dan model sinergi di unit perawatan kritis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian holistik care
2. Untuk memahami sejarah holistik care
3. Untuk memahami perawatan holistik care
4. Untuk mengetahui karakteristik pasien di unit perawatan kritis
5. Untuk mengetahui perawatan holistik dan model sinergi di unit perawatan
kritis

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A.      HOLISTIC CARE


1. Pengertian Holistic Care
Holistic memiliki arti ’menyeluruh’ yang terdiri dari kata holy and
healthy. Pandangan holistik bermakna membangun manusia yang utuh dan
sehat, dan seimbang terkait dengan seluruh aspek dalam pembelajaran;
seperti spiritual, moral, imajinasi, intelektual, budaya, estetika, emosi, dan
fisik. Jadi healthy yang dimaksud bukan hanya phisically, tetapi lebih pada
aspek sinergitas spiritually. Pengobatan Holistic adalah, Pengobatan
dengan menggunakan Konsep Menyeluruh, yaitu keterpaduan antara Jiwa
dan raga, dengan method Alamiah yang ilmiah, serta ilahia yang mana.
Tubuh manusia merupakan keterpaduan system yang sangat
Kompleks, dan saling berinteraksi satu sama lainnya dengan sangat
kompak dan otomatis terganggunya satu fungsi/ elemen / unsure tubuh
manusia dapat mempengaruhi fungsi yang lainnya.
Keterkaitan antara jiwa dan raga tidak terpisahkan, sebagaimana
dikenal bahwa : Didalam raga yang sehat terdapat jiwa yang sehat, dan
juga sebaliknya jiwa yang sehat dapat membentuk raga yang sehat.., Dan
Pembentukan Jiwa yang sehat adalah dengan berserah diri secara penuh
dan ikhlas kepada Sang Pencipta dan Penguasa Jagat Raya, yang memiliki
segala sesuatu, dan penentu segala sesuatu, Allah SWT. Pengobatan
Holistic terpadu, memiliki perbedaan konsep yang sangat nyata dengan
Konsep Kedokteran (Konvensional), Konsep Konvensional lebih lebih
menekankan kepada tindakan seperti pemberian obat-obat kimiawi, dan
tindakan rekayasa fisik dengan pembedahan/ operasi, dll, sementara
pengobatan holistic lebih menekankan membangkitkan system imun
pasien, dan memperbaiki secara menyeluruh dari factor pencetus penyakit
(akar permasalahan penyakit), sehingga definisi kesembuhan cenderung
Permanen (tidak kambuh lagi), sedangkan yang konnvensional pada

1
umumnya bersifat tindakan sementara (kambuhan) sehinnga sampai ada
istilah Pasien Langgangan Dokter.

2.       Sejarah Holistic Care


Sejarah holistik dimulai sebelum istilah holism diperkenalkan oleh
Jan Christiaan Smuts dalam bukunya “Holism and Evolution”. Holisme
saat ini berkembang dalam istilah holistik, yang mengkombinasikan
penyembuhan, seni, dan ilmu hidup. Holistik populer dengan cepat di
tahun 70-an.
Walaupun istilah holisme diperkenalkan di tahun 1926,
penyembuhan holistik sebenarnya sudah ada jauh di jaman kuno kira-kira
5000 tahun yang lalu. Sejarawan belum bisa memastikan dari bangsa
manakah pertama kali ia dipraktekkan. Kebanyakan sejarawan percaya
bahwa penyembuhan holistik dimulai di India dan atau Cina. Para praktisi
holistik mempraktekkan prinsip hidup sehat lewat menyeimbangkan
tubuh, pikiran, dan roh untuk menyatu atau harmonis dengan alam.Contoh
praktis holistik adalah Socrates, yang hidup 4 abad sebelum kelahiran
Kristus. Ia menganut pandangan ini dan mengajarkan bahwa kita harus
memandang tubuh sebagai keseluruhan, bukannya bagian yang terpisah.

3.       Perawatan Holistic


Semua bentuk praktik keperawatan yang tujuannya adalah
membantu kesembuhan seseorang secara menyeluruh. Perawat melihat
pasien sebagai manusia secara total dimana ada keterkaitan antara tubuh,
pikiran, emosi, sosial/budaya, spirit, relasi, konteks lingkungan.
Asuhan keperawatan yang didasarkan kepada perawatan pasien
secara total yang mempertimbangkan kebutuhan fisik, emosi, sosial,
ekonomi dan spiritual seseorang. Perawat perlu mempertimbangkan
respon pasien terhadap penyakitnya dan mengkaji tingkat kemampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Perawat harus menjadi
teman yang mendukung dan memotivasi pasien, mendorong pasien agar

2
pasien memahami arti kehidupan.
Dimensi hubungan antara bio- psiko- sosial dan spiritual
seseorang. Dimensi pemahaman bahwa seseorang merupakan satu
kesatuan secara utuh tanpa bisa dipisahkan.
- NILAI UTAMA PERAWATAN HOLISTIK
1. Filosofi dan Pendidikan.
    Menekankan bahwa asuhan yang holistik didasarkan pada suatu
kerangka filosofi dan pengetahuan.
2. Holistik Etik, Teori Keperawatan dan Riset.
Menekankan bahwa asuhan yang professional didasarkan pada teori,
diinformasikan oleh penelitian dan didasarkan oleh prinsip etik sebagai
petunjuk praktik yang kompeten.
3. Holistik Nurse Save Care.
Keyakinan bahwa perawat harus terlibat dalam perawatan diri untuk
meningkatkan kesehatan dan kesadaran pribadi sehingga perawat dapat
melayani orang lain sebagai suatu alat sebagai proses penyembuhan
seseorang.
4. Holistic Communication, Therapeutic Environment and Cultural
Competency.
    Menekankan pada perkembangan untuk memanfaatkan penkajian dan
asuhan terapeutik yang mengacu pada pola, masalah dan kebutuhan klien
dan suatu lingkungan yang mendukung proses penyembuhan pasien

4. Karakteristik Pasien di Unit Perawatan Kritis

Seseorang yang masuk ke Unit Perawatan Kritis umumnya merupakan


hal yang tidak diperkirakan sebelumnya. Situasi lingkungan yang asing,
peralatan-peralatan yang kompleks, kondisi pasien kritis lain yang lebih
dahulu dirawat, dan personel yang belum dikenal 4 sebelumnya dapat
merupakan sumber stress bagi pasien dan keluarganya. Pasien kritis adalah
pasien yang beresiko tinggi mengalami masalah kesehatan yang

3
mengancam jiwa baik aktual maupun potensial (Urden, Stacy, & Lough,
2006). Pasien-pasien tersebut memerlukan perawatan yang intensif dan
pengawasan yang ketat dari para perawat dan petugas medis.

Perubahan-perubahan fungsi normal akibat dari perkembangan


penyakit, obat-obat sedatif, alat-alat bantu termasuk ventilator mekanik,
dapat berkontribusi terhadap kemungkinan perubahan status mental pasien
(Urden, Stacy, & Lough, 2006). Gangguan tidur dan rangsangan yang
berlebihan dari lingkungan dapat juga memperberat kemampuan kognitif
pasien untuk memahami informasi, belajar, membuat keputusan, dan
beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Hal ini berdampak pada
ketentuan pengambilan keputusan, misalnya “informed consent”, yang
tidak mungkin dilakukan oleh pasien sendiri, dan biasanya diwakili oleh
keluarga terdekat.

Selain masalah kesehatan fisik yang mendominasi pasien-pasien


kritis, masalah psykososial juga bisa terjadi pada pasien-pasien kritis.
Masalah ini umumnya muncul akibat stressor tinggi dan kemampuan
koping pasien terbatas untuk mengatasi permasalahan tersebut. Walaupun
pengalaman pasien bervariasi dari individu ke individu, pasien dengan
penyakit kritis minimal harus berhadapan dengan salah satu situasi sebagai
berikut (Urden, Stacy, & Lough, 2006):

- Ancaman kematian

- Ancaman bisa bertahan hidup namun dengan masalah sisa atau keterbatasan
akibat penyakit

- Nyeri atau ketidaknyamanan

- Kurang tidur

- Kehilangan kemampuan untuk mengekpresikan diri secara verbal karena


terintubasi

- Keterpisahan dengan keluarga/orang yang dicintai

4
- Kehilangan autonomy/kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari

- Kehilangan control terhadap lingkungan

- Kehilangan peran yang biasa dijalankan

- Kehilangan harga diri

- Kecemasan

- Bosan, frustasi, dan pikiran-pikiran yang negative

- Distress spiritual

Berat ringannya efek stressor tersebut dan respon pasien yang


dimunculkan, akan sangat tergantung pada faktor-faktor:

- Lamanya terpapar stressor (akut atau kronis)

- Efek kumulatif dari stressor yang simultan

- Sekuen/urutan datangnya stressor

- Pengalaman sebelumnya terpapar stressor dan keefektifan strategi


koping

- Besarnya dukungan sosial Stress, apapun bentuknya baik itu fisik,


psikologis, maupun sosial, dapat menimbulkan respon secara fisik.

Beberapa literature mengungkap adanya hubungan antara interaksi


pikiran/jiwa dan badan dengan respon kekebalan tubuh terhadap stress
(Osho, 1994; Urden, Stacy, & Lough, 2006).

5. Perawatan Holistik dan Model Sinergi di Unit Perawatan Kritis

Penerapan perawatan holistik memerlukan pertimbangan dari berbagai


faktor baik individu maupun lingkungan yang mempengaruhi kesehatan
dan kesejahteraan pasien dan kemampuan koping dalam menghadapin
situasi krisis seperti kondisi sakit baik akut maupun kronis. Untuk bisa

5
memenuhi hal tersebut, perawat memerlukan dasar pengetahuan yang
handal tentang anatomi fisiologi, proses penyakit, regimen tindakan,
perilaku, spiritualitas, dan respon manusia. Perawat kritis tidak hanya
mampu bekerja dengan teknologi tinggi, melainkan juga harus “tahu
pasien” dalam artian memahami pasien seutuhnya agar bisa memberikan
asuhan keperawatan yang humanistik, individual, dan holistik.

Nilai “presence” atau menghadirkan diri secara utuh untuk membantu


pasien, merefleksikan salah satu aspek dari caring dalam keperawatan.
Caring juga dapat meliputi mengidentifikasi masalah pasien secara dini,
memutuskan dan melaksanakan intervensi yang tepat yang didasarkan
pada pemahaman terhadap pengalaman pasien sebelumnya, aspek
keyakinan dan budaya pasien, pola perilaku, perasaan, dan kecenderungan
pasien. Penelitian yang dilakukan Jenny dan Logan (1996) mengungkap
perilaku caring perawat menurut pasien adalah diantaranya mengurangi
ketidaknyamanan, pembelaan (advocacy), member dukungan
(encouragement), dan menghormati pasien sebagai individu yang unik.
Seni dari caring memerlukan keterampilan dalam komunikasi dan
hubungan interpersonal, komitment peribadi, dan kemampuan untuk
menjalin hubungan saling percaya.

Keterampilan interpersonal sangatlah diperlukan oleh perawat dalam


mengaplikasikan perawatan holistik. Wysong dan Driver (2009)
melakukan penelitian tentang keterampilan apa saja yang perlu dimiliki
oleh perawat di unit kritis menurut persepsi pasien, hasilnya mengungkap
beberapa atribut kemampuan interpersonal, yaitu:

- Ramah, ceria, senyum,gembira

- Perduli, baik, kasih sayang

- Percaya diri

- Memperlakukan pasien sebagai manusia

6
- Mencintai pekerjaan

- Berjiwa humor

- Memiliki waktu untuk pasien

- Terorganisir

- Memiliki ingatan yang baik

- Rapih penampilan fisik

- Baik dalam bertutur/menggunakan bahasa

- Pendengar yang baik

- Menyenangkan/memberikan kenyamanan

- Kontak emosional

Disamping atribut skill interpersonal, ada atribut berpikir kritis yang


menurut pasien penting dimilki oleh seorang perawat kritis, diantaranya:

- Mampu membuat keputusan klinis yang akurat

- Dapat mengkaji situasi dan mengambil tindakan yang tepat

- Menggunakan akal sehat (logika)

- Memberikan jawaban dan informasi yang jelas

- Menawarkan saran dan arahan

- Memberikan penjelasan tentang prosedur tindakan, kondisi klinis,


dan pengobatan

Sejak tahun 1999, Asosiasi Perawat Kritis Amerika telah


mengembangkan dan menerapkan model yang disebut “Synergy Model”
untuk mengaitkan antara praktik perawat kritis tersertifikasi dengan luaran
pelayanan keperawatan (Relf & Kaplow, NA). Model sinergi menjelaskan
praktik keperawatan berdasar pada kebutuhan dan karakteristik pasien

7
daripada berdasarkan penyakit dan terapi modalitas. Premis atau
keyakinan yang mendasari adalah bahwa kebutuhan dan karakteristik
pasien dan keluarga akan mempengaruhi dan mengarahkan karakteristik
dan kompetensi perawat. Karena setiap pasien memiliki karakteristik unik
dalam situasi klinis tertentu, perawat harus merespon dengan karakteristik
dan kompetensi yang unik pula. Apabila karakteristik pasien cocok dengan
kompetensi yang ditampilkan perawat, maka luaran pasien yang optimal
dan sinergi bisa tercapai. Dua ajaran utama dari model ini, yaitu;
karakteristik pasien merupakan perhatian utama bagi perawat, dan
kompetensi perawat merupakan hal terpenting bagi pasien.

Meskipun setiap pasien dan keluarga memiliki keunikan, namun.


mereka memiliki kesamaan kebutuhan dan pengalaman dalam suatu
rentang continuum dari rendah ke tinggi. Semakin berat gangguan pasien,
semakin kompleks permasalahan yang dialami pasien. Praktik
keperawatan ditentukan oleh kebutuhan pasien dan keluarga. Asuhan
keperawatan merupakan refleksi perpaduan dari pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan keluarga. Model sinergi berfokus pada kontribusi
unik dari keperawatan terhadap asuhan pasien dengan menekankan pada
peran professional perawat. Ada 8 karakteristik pasien dan 8 kompetensi
perawat yang bersinergi dalam suatu rentang continuum dari competent ke
ahli, serta mencerminkan hubungan yang harmonis antara pasien dan
keluarga, dan pasien dan perawat. Model

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pasien kritis yang dirawat di Unit Perawatan Intensif merupakan


sosok manusia yang utuh dan unik yang sedang mengalami
gangguan/masalah kesehatan yang kompleks. Cara pandang perawat
terhadap pasien akan menentukan pola interaksi dan pendekatan ke pasien
secara keseluruhan. Berkembang pesatnya teknologi dibidang perawatan
intensif seyogyanya tidak menggeser pandangan folosofis perawat
terhadap pasien dan keluarga dan mengurangi interaksi caring antara
perawat dan pasien/keluarga. Keyakinan dan nilai-nilai keperawatan
holistik bisa dijadikan landasan penguat untuk menerapkan nilai-nilai
caring yang menjadi inti/ruhnya keperawatan. Model Sinergi, memberikan
ilustrasi konkrit tentang penerapan nilai-nilai caring yang holistic dalam
kontek membangun hubungan interaksi yang harmonis antara perawat dan
pasien/keluarga dalam upaya mencapai tujuan bersama, yaitu kesehatan
dan kesejahteraan bagi pasien dan keluarganya yang merupakan cita-cita
luhur dari profesi keperawatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bell, L.,(2008). AACN Scope and Standards for Acute and Critical
Care Nursing Practice. American Association of Critical-Care Nurses

Dossey,B.M., Keegan, L., & Guzzetta, C.E. (2000). Holistic Nursing:


A Handbook for Practice, 3 rd eds. Gaithersburg: Aspen Publisher

Frisch, N.C. (2009). Standard for holistic nursing practice: A way to


think about our care that includes complementary and alternative
modalities.

Hess, D., Bark, L.A., & Southard, M.E. (2007). White Paper: Holistic
Nurse Coaching. AHNA Holistic Nurse Coach Task Force Members

Hudak, C.M, & Gallo, B.M (1994). Critical care Nursing: A Holistic
Approach. Philadelphia: JB Lippincott Company

10

Anda mungkin juga menyukai