Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KETERKAITAN ETIKA HUKUM ISLAM DALAM PENGAMBILAN


KEPUTUSAN TERHADAP KONSEP
SEHAT SAKIT

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas dari Mata Kuliah


Kesehatan Islami II

Disusun
Oleh:
Maulidia : 22181084
Muhammad Haikal : 22181087
Rismaliza : 22181103
Siti Nafrah : 22181099
Cut Silvia : 22181111
Ariska Yuliana : 22181100
Muliana : 22181100

Dosen Pengampu:
Ns. Dr. Reza Kurnia

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena segala
nikmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
dukungan, baik ide maupun materi.Saya berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan bisa menjadi referensi bagi para pembaca. Selain itu,
besar harapan saya agar makalah ini dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-
hari.Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya, tentu masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran yang benar-benar membangun dari para pembaca untuk
menyempurnakan makalah ini.

Lampoh Keude, Oktober 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Pengertian Sehat Sakit..................................................................................2
B. Etika..............................................................................................................6
BAB III PENUTUP.................................................................................................8
A. Kesimpulan...................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang harus dijaga oleh
setiap insan. Syariat Islam telah meletakkan aturan-aturan yang menyangkut
pelayanan dan perawatan kesehatan, termasuk kesehatan masyarakat dan negara
secara luas dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap ilmu
kedokteran modern yang berkembang saat ini. Kebutuhan manusia terhadap
pengobatan untuk menyelamatkan nyawanya merupakan hal mendasar yang
diperlukan oleh setiap makhluk hidup. Dalam kondisi jiwa dan fisik yang lemah,
tidak jarang pasien mempercayakan hidup dan matinya sepenuhnya kepada
dokter. Padahal, dokter hanyalah perantara dan kesembuhan sepenuhnya ada di
tangan Allah. Oleh karena itu, pasien tidak boleh mengabaikan sumber-sumber
pertolongan medis lainnya agar terbebas dari penyakit yang dideritanya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sehat Sakit


Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan
merupakan bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat
dan sakit dikenal di semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang
seringkali sulit untuk kita artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang
dapat kita rasakan dan kita amati dalam kehidupan sehari-hari hal ini kemudian
akan mempengaruhi pemahaman dan pengertian seseorang terhadap konsep sehat
misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluahan fisik dipandang sebagai orang
yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa anak yang gemuk
adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu pada standard gizi kondisinya
berada dalam status gizi lebih atau overweight. Jadi faktor subyektifitas dan
kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian mengenai konsep sehat
yang berlaku dalam masyarakat.
Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-shihhah”
yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan
kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula: (1) dalam keadaan baik segenap badan
serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras, (2) mendatangkan kebaikan pada
badan, (3) sembuh dari sakit.
Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shihhah yaitu al-‘afiah
yang berarti ash-shihhah at-tammah (sehat yang sempurna ). Kedua kata ash-
shihah dan al-afiah sering digabung digabung menjadi satu yaitu ash-shihhah wa
al’afiah, yang apabila diIndonesiakan menjadi ‘sehat wal afiat’ dan artinya sehat
secara sempurna.
Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/
kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada
Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 sehat adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial
dan ekonomis. konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan
dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental

2
maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam
definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang
tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya
dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau
keadaan ideal, dari sisi biologis, psiologis, dan sosial sehingga seseorang dapat
melakukan aktifitas secara optimal. Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO
mengandung 3 karakteristik yaitu :
Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan
bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud
dengan proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik
mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik,
mental, dan sosial
Sedangkan batasan sehat menurut Undang-undang Kesehatan meliputi
fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Sehat fisik yang dimaksud disini
adalah tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit, semua organ
tubuh normal dan berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh. Sehat
mental (jiwa), mencakup:
a. Sehat Pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu
berpikir secara logis (masuk akal) atau berpikir runtut
b. Sehat Spiritual tercerimin dari cara seseorang dalam
mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan terhadap
pencinta alam dan seisinya yang dapat dilihat dari praktek
keagamaan dan kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai
dengan norma-norma masyarakat.
c. Sehat Emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya atau pengendalian diri yang baik.

3
Sehat Sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan
orang lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain
tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, atau kepercayaan, status sosial,
ekonomi, politik.
Sehat dari aspek ekonomi yaitu mempunyai pekerjaan atau menghasilkan
secara ekonomi. Untuk anak dan remaja ataupun bagi yang sudah tidak bekerja
maka sehat dari aspek ekonomi adalah bagaimana kemampuan seseorang untuk
berlaku produktif secara sosial.
Istilah penyakit (disease) dan keadaan sakit (illness) sering tertukar dalam
penggunaannya sehari-hari padahal keduanya memiliki arti yang berbeda.
Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam fungsi
tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas. Penyakit terjadi ketika
keseimbangan dalam tubuh tidak dapat dipertahankan. Keadaan sakit terjadi pada
saat seseorang tidak lagi berada dalam kondisi sehat yang normal. Contohnya
pada penderita penyakit asma, ketika tubuhnya mampu beradaptasi dengan
penyakitnya maka orang tersebut tidak berada dalam keadaan sakit. Unsur penting
dalam konsep penyakit adalah pengukuran bahwa penyakit tidak melibatkan
bentuk perkembangan bentuk kehidupan baru secara lengkap melainkan perluasan
dari proses-proses kehidupan normal pada individu. Dapat dikatakan bahwa
penyakit merupakan sejumlah proses fisiologi yang sudah diubah.
Proses perkembangan penyakit disebut patogenesis. Bila tidak diketahui
dan tidak berhasil ditangani dengan baik, sebagian besar penyakit akan berlanjut
menurut pola gejalanya yang khas. Sebagian penyakit akan sembuh sendiri (self
limiting) atau dapat sembuh cepat dengan sedikit intervensi atau tanpa intervensi
sebagian lainnya menjadi kronis dan tidak pernah benar-benar sembuh.
Pada umumnya penyakit terdeteksi ketika sudah menimbulkan perubahan
pada metabolisme atau mengakibatkan pembelahan sel yang menyebabkan
munculnya tanda dan gejala. Manifestasi penyakit dapat meliputi hipofungsi
(seperti konstipasi), hiperfungsi (seperti peningkatan produksi lendir) atau
peningkatan fungsi mekanis (seperti kejang)
Secara khas perjalanan penyakit terjadi melalui beberapa tahap :
a. Pajanan atau cedera yang terjadi pada jaringan sasaran

4
b. Masa latensi atau masa inkubasi (pada stadium ini tidak terlihat tanda atau
gejala
c. Masa prodormal (tanda dan gejala biasanya tidak khas)
d. Fase akut (pada fase ini penyakit mencapai intensitas penuh dan
kemungkinan menimbulkan komplikasi, fase ini disebut juga sebagai fase
akut subklinis)
e. Remisi (fase laten kedua ini terjadi pada sebagian penyakit dan biasanya
akan diikuti oleh fase akut lain)
f. Konvalesensi (keadaan pasien berlanjut ke arah kesembuhan sesudah
perjalanan berhenti)
g. Kesembuhan (recovery) pada kondisi ini pasien kembali sehat dan
tubuhnya sudah berfungsi normal kembali serta tidak terlihat tanda atau
gejala penyakit yang tersisa.

Penyakit akan dicetuskan oleh suatu stressor seperti perubahan dalam


kehidupan seseorang. (stressor dapat terjadi melalui salah satu dari dua
mekanisme :
a. Adaptasi yang berhasil baik
b. Kegagalan beradaptasi)
Stressor dapat bersifat fisik natau psikologik. Stressor fisik seperti terkena
racun, dapat menimbulkan respon berbahaya yang menyebabkan terjadinya
keadaan sakit atau muncul kumpulan tanda dan gejala yang dapat dikenali.
Stressor psikologik seperti kehilangan orang yang dicintai ataupun hal lain yang
dapat menyebabkan gangguan yang bersifat psikologik dapat menimbulkan
respon maladaptif. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan dari
beberapa penyakit kronik.
Seorang perintis dalam pengkajian tentang stress dan penyakit Hans Selye,
menguraikan stadium adaptasi terhadap kejadian yang menimbulkan stress, alarm,
resistensi dan pemulihan (recovery), atau kelelahan (exhaustion).

5
B. Etika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan buruk serta hak dan kewajiban moral.34Dalam
kaitannya dengan etika tersebut, Bartens35 menjelaskan etika berasal dari bahasa
Yunani kuno yaitu ethos dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaan, adat
istiadat, atau akhlak yang baik. Bentuk jamak dari ethos adalah ta etha artinya adat
kebiasaan. Dari bentuk jamak ini terbentuklah istilah etika yang oleh filusuf
Yunani, Aristoteles sudah dipakai untuk menunjukan filsafat moral. Berdasarkan
kata-kata ini, maka etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan.36 Sementara, dalam agama Islam istilah etika ini adalah
merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak bukanlah sekedar menyangkut
tentang perilaku manusia yang bersifat perbuatan lahiriah saja, akan tetapi
mencakup hal-hal yang lebih luas, yaitu meliputi bidang akidah, ibadah dan
syariah juga menyangkut etos, etis, moral dan estetika.
a. Etos, yang mengatur hubungan seseorang dengan khaliknya, al-ma’bu>d
bi ha>q serta kelengkapan ulu>hiyah dan rubu>biah, seperti terhadap
rasul-rasul Allah, kitab- Nya, dan sebagainya.
b. Etis, yang mengatur sikap seseorang terhadap dirinya dan terhadap
sesamanya dalam kegiatan kehidupan sehari- hari.
c. Moral, yang mengatur hubungan dengan sesamanya tetapi berlainan jenis
dan atau yang menyangkut kehormatan tiap pribadi.
d. Estetika, rasa keindahan yang mendorong seseorang untuk meningkatkan
keadaan dirinya serta lingkungannya agar lebih indah dan menuju
kesempurnaan.

Etika pengobatan dalam literatur Islam dikenal dengan adab. Adab dalam
literatur hadis dan awal pasca-Islam berarti cara yang layak, etika yang baik, dan
tata cara yang benar.38 Banyak karya mengenai etika pengobatan. Buku-buku
tersebut mencoba menanamkan nilai moral yang baik dan praktis disertai dengan
etika profesional dalam bidang masing-masing. Amal yang praktis dan akhlak
yang terpuji ditekankan dalam semua profesi. Kesalehan dan keikhlasan seorang
dokter di kalangan pengobatan Yunani dianggap sebagai penjaga tubuh dan jiwa.

6
Dalam hal ini, literatur Islam menguraikan aspek etika dalam praktik kedokteran
sebagai berikut:
a. Menyangkut tanggung jawab etis seorang dokter terhadap pasien yang
memiliki dua dimensi, yaitu:
1) Hubungan antara dokter dan pasien, keramahan, kesabaran, perhatian
serta keyakinan profesional yang diperlihatkan kepada pasien.
2) Keyakinan kuat bahwa jika dokter itu bukan orang baik dan tidak
beretika, maka pengobatan tidak akan berjalan efektif dan pasien akan
kehilangan kepercayaan kepadanya.
b. Dalam etika Islam, merawat kesehatan harus dilakukan secara utuh, yakni
kesehatan jasmani dan kesehatan rohani/moral.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan
merupakan bahasa kita sehari-hari.
Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-shihhah”
yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan
kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula: (1) dalam keadaan baik segenap badan
serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras, (2) mendatangkan kebaikan pada
badan, (3) sembuh dari sakit.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adji,Oemar Seno.Etika Profesional dan Hukum Pertanggungjawaban Pidana Bagi


Dokter. Jakarta: Erlangga, 1991.
Ameln, Fried. Kapita Selekta Hukum Kedokteran. Jakarta: Grafitakamajaya,
1991.
Chazawi,Adami.Malpraktek Kedokteran; Tinjauan Norma dan Doktrin Hukum.
Malang: Bayumedia Publising, 2007.
Fayumi, Badriyah. Islam dan Masalah Kekerasanterhadap Perempuan, dalam
Amirudin Arani (Ed.) Tubuh, Seksualitas dan Kedaulatan Perempuan\.
Yogyakarta: LKiS, RAHIMA-The Ford Foundation 2002.
Hamzah, Andi. Pengantar dalam Hukum Pidana Indonesia.
Jakarta: Yarsif Watampone, 2010.
Ibnu Bist}a>m, T{ibb \al-A’imma;Ilmu Pengobatan Para Imam. t.tp.: Najaf,
1965.

Anda mungkin juga menyukai