Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


KONSEP SEHAT DAN SAKIT

KELOMPOK 2
Disusun oleh :

1. MUHAMMAD FAJAR 21-018

2. RIZKI DINDA LARASATI 21-014

3. SONYA AZZAHRA 21-024

4. DWI PURNAMA RITA 21-021

Dosen Pengampu : Dewi Oktavia, SKM, M.kes

PROGRAM STUDI REKAM MEDIS AKADEMIK


PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN (APIKES) IRIS
PADANG,2022
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konsep Sehat dan sakit" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang “Konsep Sehat Dan Sakit bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi Oktavia, SKM, M.Kes
selaku pembimbing Mata Kuliah Anatomi Fisiologi. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang,6 September 2022


DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
I.2 Latar Belakang.............................................................................................................................4
I.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
2.1 Konsep Sehat Dan Sakit..............................................................................................................5
2.2 Hubungan Sehat-Sakit.................................................................................................................8
2.3 Dimensi Kesehatan Prima............................................................................................................8
2,4 Determinan Kesehatan Pengaruh Terhadap Kesehatan..............................................................11
2.5 Indikator Derajat Kesehatan Masyarakat...................................................................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................14
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................14
3.2 SARAN.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................15
BAB I PENDAHULUAN
I.2 Latar Belakang
Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan bahasa kita
sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan sakit dikenal di semua
kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk kita artikan
meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita amati dalam
kehidupan sehari-hari hal ini kemudian akan mempengaruhi pemahaman dan pengertian
seseorang terhadap konsep sehat misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluahan fisik
dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa anak
yang gemuk adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu pada standard gizi
kondisinya berada dalam status gizi lebih atau overweight. Jadi faktor subyektifitas dan
kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian mengenai konsep sehat yang
berlaku dalam masyarakat.
Istilah penyakit (disease) dan keadaan sakit (illness) sering tertukar dalam
penggunaannya sehari-hari padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Penyakit
adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang
menghasilkan berkurangnya kapasitas. Penyakit terjadi ketika keseimbangan dalam tubuh
tidak dapat dipertahankan. Keadaan sakit terjadi pada saat seseorang tidak lagi berada
dalam kondisi sehat yang normal. Contohnya pada penderita penyakit asma, ketika
tubuhnya mampu beradaptasi dengan penyakitnya maka orang tersebut tidak berada
dalam keadaan sakit. Unsur penting dalam konsep penyakit adalah pengukuran bahwa
penyakit tidak melibatkan bentuk perkembangan bentuk kehidupan baru secara lengkap
melainkan perluasan dari proses-proses kehidupan normal pada individu. Dapat dikatakan
bahwa penyakit merupakan sejumlah proses fisiologi yang sudah diubah.

I.2 Rumusan Masalah


1.Konsep Sehat Dan Sakit
2.Hubungan Sehat-Sakit
3.Dimensi Kesehatan Prima
4.Determinan Kesehatan Pengaruh Terhadap Kesehatan
5.Indikator Derajat Kesehatan Masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Sehat Dan Sakit

Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-shihhah” yang berarti sembuh,
sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat
diartikan pula: (1) dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari
sakit), waras, (2) mendatangkan kebaikan pada badan, (3) sembuh dari sakit.
Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shihhah yaitu al-‘afiah yang berarti ash-
shihhah at-tammah (sehat yang sempurna ). Kedua kata ash-shihah dan al-afiah sering
digabung digabung menjadi satu yaitu ash-shihhah wa al’afiah, yang apabila diIndonesiakan
menjadi ‘sehat wal afiat’ dan artinya sehat secara sempurna.

Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/ kondisi seluruh
badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan
No 23 tahun 1992 sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis. konsep “sehat”, World
Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan
yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat.
Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya
dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan ideal, dari
sisi biologis, psiologis, dan sosial sehingga seseorang dapat melakukan aktifitas secara
optimal. Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO mengandung 3 karakteristik yaitu :
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan bukan
merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud dengan proses
disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap
lingkungan sosialnya.

Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental, dan sosial

Sedangkan batasan sehat menurut Undang-undang Kesehatan meliputi fisik (badan), mental
(jiwa), sosial dan ekonomi. Sehat fisik yang dimaksud disini adalah tidak merasa sakit dan
memang secara klinis tidak sakit, semua organ tubuh normal dan berfungsi normal dan tidak
ada gangguan fungsi tubuh. Sehat mental (jiwa), mencakup:

- Sehat Pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu berpikir secara
logis (masuk akal) atau berpikir runtut

- Sehat Spiritual tercerimin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian, atau penyembahan terhadap pencinta alam dan seisinya yang dapat dilihat dari
praktek keagamaan dan kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai dengan
norma-norma masyarakat.

- Sehat Emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan


emosinya atau pengendalian diri yang baik.

Sehat Sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain secara baik
atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras,
suku, agama, atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik.

Sehat dari aspek ekonomi yaitu mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi.
Untuk anak dan remaja ataupun bagi yang sudah tidak bekerja maka sehat dari aspek
ekonomi adalah bagaimana kemampuan seseorang untuk berlaku produktif secara sosial.
Istilah penyakit (disease) dan keadaan sakit (illness) sering tertukar dalam penggunaannya
sehari-hari padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Penyakit adalah istilah medis yang
digambarkansebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya
kapasitas. Penyakit terjadi ketika keseimbangan dalam tubuh tidak dapat dipertahankan.
Keadaan sakit terjadi pada saat seseorang tidak lagi berada dalam kondisi sehat yang normal.
Contohnya pada penderita penyakit asma, ketika tubuhnya mampu beradaptasi dengan
penyakitnya maka orang tersebut tidak berada dalam keadaan sakit. Unsur penting dalam
konsep penyakit adalah pengukuran bahwa penyakit tidak melibatkan bentuk perkembangan
bentuk kehidupan baru secara lengkap melainkan perluasan dari proses-proses kehidupan
normal pada individu. Dapat dikatakan bahwa penyakit merupakan sejumlah proses fisiologi
yang sudah diubah.
Proses perkembangan penyakit disebut patogenesis. Bila tidak diketahui dan tidak berhasil
ditangani dengan baik, sebagian besar penyakit akan berlanjut menurut pola gejalanya yang
khas. Sebagian penyakit akan sembuh sendiri (self limiting) atau dapat sembuh cepat dengan
sedikit intervensi atau tanpa intervensi sebagian lainnya menjadi kronis dan tidak pernah
benar-benar sembuh.

Pada umumnya penyakit terdeteksi ketika sudah menimbulkan perubahan pada metabolisme
atau mengakibatkan pembelahan sel yang menyebabkan munculnya tanda dan gejala.
Manifestasi penyakit dapat meliputi hipofungsi (seperti konstipasi), hiperfungsi (seperti
peningkatan produksi lendir) atau peningkatan fungsi mekanis (seperti kejang)

Secara khas perjalanan penyakit terjadi melalui beberapa tahap :

- Pajanan atau cedera yang terjadi pada jaringan sasaran

- Masa latensi atau masa inkubasi (pada stadium ini tidak terlihat tanda atau gejala

- Masa prodormal (tanda dan gejala biasanya tidak khas)

- Fase akut (pada fase ini penyakit mencapai intensitas penuh dan kemungkinan
menimbulkan komplikasi, fase ini disebut juga sebagai fase akut subklinis)
- Remisi (fase laten kedua ini terjadi pada sebagian penyakit dan biasanya akan diikuti
oleh fase akut lain)

- Konvalesensi (keadaan pasien berlanjut ke arah kesembuhan sesudah perjalanan


berhenti)
- Kesembuhan (recovery) pada kondisi ini pasien kembali sehat dan tubuhnya sudah
berfungsi normal kembali serta tidak terlihat tanda atau gejala penyakit yang tersisa.

Penyakit akan dicetuskan oleh suatu stressor seperti perubahan dalam kehidupan
seseorang. (stressor dapat terjadi melalui salah satu dari dua mekanisme :

- Adaptasi yang berhasil baik

- Kegagalan beradaptasi

Stressor dapat bersifat fisik natau psikologik. Stressor fisik seperti terkena racun, dapat
menimbulkan respon berbahaya yang menyebabkan terjadinya keadaan sakit atau muncul
kumpulan tanda dan gejala yang dapat dikenali. Stressor psikologik seperti kehilangan orang
yang dicintai ataupun hal lain yang dapat menyebabkan gangguan yang bersifat psikologik
dapat menimbulkan respon maladaptif. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya
kekambuhan dari beberapa penyakit kronik.

2.2 Hubungan Sehat-Sakit


Hubungan antara sehat dan sakit
Pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit
- Hasil intraksi sesorang dengan lingkungan
- Sebagai manifestasi keberhasilan/kegagalan dalam berdaptasi dengan lingkungan
- Gangguan kesehatan : ketidakseimbangan antara factor : Host-Agent-Environment

2.3 Dimensi Kesehatan Prima

Konsep sehat, tidak hanya merujuk kepada sebuah keadaan saja. Ia mengandung beberapa
dimensi. Setidaknya ada lima dimensi kesehatan ini yaitu: dimensi fisik atau jasmani, dimensi
mental intelektual, dimensi emosional, dimensi sosial dan dimensi spiritual.
Baik individu atau masyarakat ketika dilihat dari perspektif kesehatan, maka kelima dimensi
itu berhubungan satu dengan yang lainnya. Berikut adalah dimensi-dimensi kesehatan
sebagaimana disarikan dari buku The Dimensions of Health: Conceptual Models karangan
John R. Hjelm:

1.Dimensi fisik

Dimensi kesehatan fisik mengacu pada aspek jasmani. Ini mengacu pada definisi kesehatan
yang lebih tradisional seperti tidak adanya penyakit dan cedera. Sehat fisik merupakan
dimensi sehat yang paling mudah dikenali karena menyangkut mekanisme dan fungsi tubuh.
Sehat fisik adalah komponen terpenting dari keadaan sehat secara keseluruhan.

Ada banyak elemen kesehatan fisik yang semuanya harus dijaga bersama. Keseluruhan
kesehatan fisik mendorong keseimbangan aktivitas fisik, nutrisi dan kesehatan mental
sehingga tubuh tetap dalam kondisi prima. Kesehatan fisik dapat meningkatkan kemampuan
tubuh agar tetap berfungsi secara optimal.

Kesehatan fisik dapat mempengaruhi dimensi lain dari kesehatan, misalnya penurunan dalam
kesehatan fisik dapat mengakibatkan penurunan dalam dimensi sosial dari kesehatan.
Seseorang yang tiba-tiba terserang flu akan menjadi terisolasi secara sosial untuk tidak
menulari orang lain. Isolasi secara sosial tentu saja menjadi salah satu gejala dari kesehatan
sosial yang kurang optimal.

2.Dimensi mental intelektual

Kesehatan mental intelektual mengacu pada aspek kognitif. Sering kali kesehatan mental
terkait dengan atau termasuk kesehatan emosional. Kesehatan mental lebih mengacu kepada
fungsi otak, sementara kesehatan emosional mengacu pada suasana hati seseorang yang
sering terhubung dengan hormon mereka. Kesehatan mental kemudian mencakup banyak
masalah kesehatan seperti Alzheimer dan Demensia.
Dimensi intelektual mengacu pada kemampuan orang untuk menggunakan otak mereka dan
kemampuan berpikir. Kesehatan ini berhubungan dengan kemampuan memecahkan masalah
atau untuk mengingat informasi, tetapi fokusnya adalah pada aspek kognitif dari orang
bersangkutan. Perawatan kesehatan mental intelektual juga bisa memengaruhi dimensi lain
dari kesehatan.

Peningkatan kesehatan mental intelektual dapat terjadi sebagai akibat dari peningkatan
aktivitas fisik dan upaya-upaya peningkatan kapasitas kemampuan otak. Lemahnya kesehatan
mental intelektual ini bisa dikatakan sebagai kemunduran peran kognitif yang bersangkutan.
Tingkat intelijensi seseroang merupakan salah satu bentuk dari sehat secara mental
intelektual.

3.Dimensi emosional

Sehat secara emosional meliputi keadaan seseorang secara umum dan secara psikologis.
Kesehatan emosional adalah kesehatan tentang suasana hati orang atau keadaan emosional
secara umum. Mood, motivasi, semangat, gembira dan aspek-aspek emosional lainnya
merupakan gambaran yang menunjukkan kesehatan emosional seseorang.

Dimensi ini adalah kemampuan kita untuk mengenali dan mengekspresikan perasaan secara
memadai. Ini berkaitan dengan harga diri serta kemampuan mengendalikan emosi untuk
mempertahankan perspektif yang realistis dalam segala situasi. Seseorang yang secara emosi
tidak sehat akan memberikan pengaruh tidak sehat pula terhadap kesehatan lainnya.

Hubungan antara kesehatan emosional dan mental adalah jelas dan karena itu beberapa
penyakit berhubungan dengan keduanya, seperti: depresi dan kecemasan. Kesehatan
emosional mempengaruhi dimensi lain dari kesehatan seperti misalnya orang dengan harga
diri yang baik lebih percaya diri dalam pengaturan sosial, mudah mendapat teman dan sering
melakukan aktivitas fisik dengan lebih baik.

4,Dimensi sosial
Secara sosial, sehat berarti kemampuan seseorang dalam menjalin dan mempertahankan
hubungan dengan orang lain. Hubungan kunci ini adalah misalnya hubungan dengan teman
dekat, jaringan sosial, teman sekolah, teman kerja atau elemen sosial lainnya. Dimensi ini
juga berkaitan dengan kesehatan yang terjadi karena kondisi-kondisi sosial, politik, ekonomi
dan budaya yang melingkupi kehidupan seseorang.

Adalah tidak mungkin untuk menjadi sehat dalam "masyarakat yang sakit". Masyarakat yang
sakit ini terjadi karena tidak dapat menyediakan sumber untuk pemenuhan kebutuhan dasar.
Dimensi sosial dari kesehatan mengacu pada kemampuan kita untuk membuat dan
mempertahankan hubungan yang bermakna dengan orang lain.

Kesehatan sosial yang baik termasuk tidak hanya memiliki hubungan tetapi berperilaku
dengan tepat di antara mereka dan mempertahankan standar yang dapat diterima secara
sosial. Unit sosial dasar dari hubungan adalah keluarga, dan hubungan-hubungan ini paling
memengaruhi kehidupan seseorang.

Kesehatan sosial memengaruhi dimensi lain dari kesehatan dalam banyak hal. Kehidupan
sosial yang buruk dapat menuntun seseorang untuk mempertanyakan tujuan hidupnya atau
merasa terisolasi dan tidak diinginkan. Perasaan seperti itu dapat menurunkan motivasi orang
dari aktivitas fisik dan menuntun mereka ke arah depresi.

5.Dimensi spiritual

Sehat secara spiritual berkaitan dengan kepercayaan dan praktik spiritual keagamaan,
perbuatan baik secara pribadi, prinsip-prinsip tingkah laku dan cara mencapai kedamaian.
Sehat secara spiritual sering banyak dikaitkan dengan ketaatan kepada Tuhan yang tertuang
di dalam ajaran agama. Sehingga, mereka yang mendambakan sehat secara spiritual,
mendapatkannya dalam keyakinan keagamaan.

Dimensi spiritual menjadi komponen kesehatan yang memberikan konteks untuk semua
dimensi lain. Ini artinya tanpa adanya kesehatan spiritual, maka kesehatan yang lain seolah
menjadi tidak ada artinya. Begitu pentingnya kesehatan spiritual ini karena di dalam
pemahaman spiritual seseorang, aspek kehidupan tidak hanya terbatas kepada hal-hal yang
bersifat material semata, tetapi non material.

2,4 Determinan Kesehatan Pengaruh Terhadap Kesehatan


Kerangka konsep determinan kesehatan yang diterima luas dewasa ini adalah bahwa tingkat
kesehatan individu dan distribusi kesehatan yang adil dalam populasi ditentukan oleh banyak
faktor yang terletak di berbagai level. Dahlgren dan Whitehead (1991) menggambarkan
determinan sosial kesehatan terletak di berbagai level dalam model eko-sosial Kesehatan.
Perhatikan bahwa pelayanan kesehatan bukan satu-satunya determinan kesehatan, melainkan
hanya salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan individu dan populasi.

Dalam teori eko-sosial kesehatan, Dahlgren dan Whitehead (1991) menjelaskan bahwa
kesehatan/ penyakit yang dialami individu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terletak di
berbagai lapisan lingkungan, sebagian besar determinan kesehatan tersebut sesungguhnya
dapat diubah (modifiable factors), yang memeragakan, individu yang kesehatannya ingin
ditingkatkan terletak di pusat, dengan faktor konstitusional (gen), dan sistem lingkungan
mikro pada level sel/ molekul.

Lapisan pertama (level mikro, hilir/ downstream) determinan kesehatan meliputi perilaku dan
gaya hidup individu, yang meningkatkan ataupun merugikan kesehatan, misalnya pilihan
untuk merokok atau tidak merokok. Pada level mikro, faktor konstitusional genetik
berinteraksi dengan paparan lingkungan dan memberikan perbedaan apakah individu lebih
rentan atau lebih kuat menghadapi paparan lingkungan yang merugikan. Perilaku dan
karakteristik individu dipengaruhi oleh pola keluarga, pola pertemanan, dan norma-norma di
dalam komunitas.

Lapisan kedua (level meso) adalah pengaruh sosial dan komunitas, yang meliputi norma
komunitas, nilai-nilai sosial, lembaga komunitas, modal sosial, jejaring sosial, dan
sebagainya. Faktor sosial pada level komunitas dapat memberikan dukungan bagi anggota-
anggota komunitas pada keadaan yang menguntungkan bagi kesehatan. Sebaliknya faktor
yang ada pada level komunitas dapat juga memberikan efek negatif bagi individu dan tidak
memberikan dukungan sosial yang diperlukan bagi kesehatan anggota komunitas.

Lapisan ketiga (level ekso) meliputi faktor-faktor struktural: lingkungan pemukiman/


perumahan/ papan yang baik, ketersediaan pangan, ketersediaan energi, kondisi di tempat
bekerja, kondisi sekolah, penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan, akses terhadap
pelayanan kesehatan yang bermutu, akses terhadap pendidikan yang berkualitas, lapangan
kerja yang layak.

Lapisan terluar (level makro, hulu/ upstream) meliputi kondisi-kondisi dan kebijakan makro
sosial-ekonomi, budaya, dan politik umumnya, serta lingkungan fisik. Termasuk faktor-faktor
makro yang terletak di lapisan luar adalah kebijakan publik, stabilitas sosial, ekonomi, dan
politik, hubungan internasional/ kemitraan global, investasi pembangunan ekonomi,
peperangan/ perdamaian, perubahan iklim dan cuaca, eko-sistem, bencana alam (maupun
bencana buatan manusia/ man-made disaster seperti kebakaran hutan).

Berdasarkan model determinan eko-sosial kesehatan Dahlgren dan Whitehead (1991) dapat
disimpulkan bahwa kesehatan individu, kelompok, dan komunitas yang optimal
membutuhkan realisasi potensi penuh dari individu, baik secara fisik, psikologis, sosial,
spiritual, dan ekonomi, pemenuhan ekspektasi peran seorang dalam keluarga, komunitas,
tempat bekerja, dan realisasi kebijakan makro yang dapat memperbaiki kondisi lingkungan
makro.

Pada tahun 1986, WHO dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan (the Ottawa Charter
for Health Promotion) menegaskan bahwa kesehatan merupakan hak azasi manusia (human
right). Di samping itu, sesuai dengan model kesehatan Dahlgren dan Whitehead (1991),
Piagam Ottawa menegaskan bahwa untuk menciptakan kesehatan individu dan populasi
dibutuhkan sejumlah prasyarat. Prasyarat tersebut meliputi perdamaian, sumberdaya
ekonomi yang cukup, pangan dan papan yang cukup, ekosistem yang stabil, serta penggunaan
suberdaya yang berkelanjutan.

Dengan memahami prasyarat terjadinya kesehatan dapat disimpulkan, kesehatan tidak dapat
dipisahkan hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi, lingkungan fisik, perilaku dan gaya-
hidup individu. Hubungan tersebut memberikan pemahaman yang holistik dan sistemik
tentang kesehatan. Holistik dalam arti kesehatan individu yang ingin ditingkatkan meliputi
aspek biopsikososial. Sistemik dalam arti kesehatan individu dan populasi dipengaruhi oleh
faktor-faktor pada berbagai level, yang tertata dalam suatu sistem di masing-masing level,
dan lintas level, suatu paradigma yang disebut “eko-epidemiologi” (Susser dan Susser, 2001).
Implikasi bagi kebijakan, diperlukan kebijakan publik yang sehat (“healthy public
policy”), yakni kebijakan publik yang secara langsung maupun tidak langsung (melalui
perubahan dan perbaikan determinan kesehatan pada level makro) dapat meningkatkan
kesehatan individu dan kesehatan kolektif komunitas, serta menciptakan distribusi kesehatan

yang adil.

2.5 Indikator Derajat Kesehatan Masyarakat


Untuk mengukur keberhasilan Pembangunan kesehatan diperlukan indikator. Derajat
kesehatan merupakan salah satu kelompok penting indikator Indonesia Sehat atau merupakan
indikator hasil.

Gambaran tentang derajat kesehatan meliputi indikator Mortalitas (kematian), Morbiditas


(kesakitan), dan Status Gizi. Angka mortalitas dapat dilihat dari Angka Kematian Bayi
(AKB) per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 kelahiran
hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup. Angka Morbiditas dilihat
dari angka kesakitan beberapa penyakit balita dan dewasa.

Selain dipengarui oleh faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sumber
daya kesehatan, derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor
ekonomi, pendididkan, lingkungan, sosial serta faktor-faktor lain yang kondisinya indikator
angka kesakitan Malaria per 1000 penduduk, Angka Kesembuhan TB Paru per 1000
penduduk, Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) 2/100.000 usia.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/ kondisi seluruh
badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan
No 23 tahun 1992 sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis. konsep “sehat”, World
Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan
yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/cacat”. Dengan memahami prasyarat terjadinya kesehatan dapat disimpulkan,
kesehatan tidak dapat dipisahkan hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi, lingkungan
fisik, perilaku dan gaya-hidup individu.

Keadaan sakit terjadi pada saat seseorang tidak lagi berada dalam kondisi sehat yang normal.
Contohnya pada penderita penyakit asma, ketika tubuhnya mampu beradaptasi dengan
penyakitnya maka orang tersebut tidak berada dalam keadaan sakit

Dalam teori eko-sosial kesehatan, Dahlgren dan Whitehead (1991) menjelaskan bahwa
kesehatan/ penyakit yang dialami individu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terletak di
berbagai lapisan lingkungan, sebagian besar determinan kesehatan tersebut sesungguhnya
dapat diubah (modifiable factors).

3.2 SARAN

Ada banyak elemen kesehatan yang semuanya harus dijaga bersama. Keseluruhan kesehatan
fisik mendorong keseimbangan aktivitas fisik, nutrisi dan kesehatan mental sehingga tubuh
tetap dalam kondisi prima.

.
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes Kota Serang. (2017, Maret 20). Keadaan Derajat Kesehatan. Serang, banten, Indonesia.

International Conference Of Public Health. (2016, Maret 12). Determinan Kesehatan. Surakarta, Jawa
Tengah, Indonesia.

UMM, F. I. (2011). Konsep Dasar Keperawatan II. Malang: Office App.

Anda mungkin juga menyukai