OLEH:
KELAS 1.5
KELOMPOK 6
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah Antropologi
yang membahas mengenai “Perilaku Sehat Sakit”. Dalam penyusunan makalah ini
penulis berusaha untuk menyajikan secara ringkas dan mudah untuk dapat
membantu mahasiswa dalam mempelajari kebudaan dan kesehatan. Sumber
informasi penyajian uraian menyeluruh mengenai makalah yang penulis dapatkan
diperoleh dari hasil pencarian di beberapa buku pembelajaran dan jurnal resmi dari
situs internet sehingga sangat mendukung penyelesaian makalah ini.
Penulis sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak
yang terkait, makalah ini tidak akan sesuai dengan harapan. Untuk itu pada
kesempatan yang baik ini tidak lupa disampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada :
1. Ibu Ni Nyoman Hartati,S Kep, Ners,M Bio Med selaku dosen mata kuliah
Antropologi yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan kami
bimbingan dan tuntunan dalam penyelesaian makalah ini.
2. Teman-teman kelompok yang sudah membuat makalah ini dengan sebaik-
baiknya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................. 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu nikmat yang diberikan oleh Tuhan YME adalah nikmat sehat.
Silaturahmi dapat terjalin jika dalam keadaan sehat walafiat. Begitu banyak
orang dapat memahami hakikat sehat ketika dirinya sedang dalam keadaan
sakit karena kesehatan memang mahal harganya. Untuk itu, dengan memahami
konsep sehat-sakit, kesehatan akan selalu dijaga setiap hari.
1
memengaruhinya, terutama faktor sosial dan budaya. Masalah sehat dan sakit
merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan
manusia dalam beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis,
maupun sosiobudaya.
1.2.1 Apa yang dimaksud konsep kesehatan, sehat, sakit, derajat kesehatan,
dan status kesehatan ?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan Konsep Penyakit Dan Keadaan Sakit ?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Konsep Perilaku Sehat Dan Perilaku Sakit?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan Hak Dan Kewajiban Individu Yang Sakit?
1.2.5 Apa yang dimaksud Perilaku Sehat-Sakit Masyarakat ?
1.2.6 Apa yang dimaksud Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memahami konsep kesehatan, sehat, sakit, derajat kesehatan, dan
status kesehatan
1.3.2 Untuk memahami Konsep Penyakit Dan Keadaan Sakit
1.3.3 Untuk memahami Konsep Perilaku Sehat Dan Perilaku Sakit.
1.3.4 Untuk memahami Hak Dan Kewajiban Individu Yang Sakit.
1.3.5 Untuk memahami Perilaku Sehat-Sakit Masyarakat.
1.3.6 Untuk memahami Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kesehatan, Sehat, Sakit, Derajat Kesehatan, Dan Status Kesehatan
1. Konsep Kesehatan
a. Aspek fisik
Terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua
organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. Ciri
seseorang yang berpenampilan fisik baik adalah mata bersinar, kulit
bersih, rambut tertata rapi, berpakaian rapi, badan berotot, tidak gemuk,
napas segar, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit, tidak banyak pikiran,
tenang, mudah beradaptasi, dan mampu melaksanakan ibadah dengan
baik.
b. Aspek mental
Mencakup pikiran dan emosional. Sehat mental dan sehat jasmani selalu
dihubungkan satu sama lain, seperti dalam pepatah kuno “jiwa yang sehat
terdapat di dalam tubuh yang kuat” atau “men sana in corpore sano”.
Individu yang memiliki mental yang sehat selalu merasa puas dengan apa
yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap
dirinya, selalu gembira, santai, dan menyenangkan, serta tidak ada tanda-
tanda konflik kejiwaan.
Selain itu, ia dapat bergaul dengan balk dan terbuka menerima kritik, serta
tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi
terhadap kebutuhan emosi orang lain. Ia dapat mengontrol diri dan tidak
mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, dan benci. Ia juga dapat
3
menghadapi dan menyelesaikan masalah secara cerdas dan bijaksana.
Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir, dan rasa emosional yang sehat
dapat dilihat dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya, misalnya takut, gembira, khawatir, sedih, dan marah.
c. Aspek spiritual
Sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian, kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam
agama Islam). Misalnya, sehat spiritual dapat dilihat dari praktik
keagamaan seseorang. Dengan kata lain, sehat spiritual adalah keadaan
ketika seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama
yang dianutnya dan meninggalkan larangan-Nya.
d. Aspek sosial
Terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayan, status sosial, status ekonomi, pandangan politik, serta saling
toleransi dan menghargai. Dengan kata lain, masyarakat hidup tertib dan
selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
e. Aspek ekonomi
Terwujud apabila seseorang sudah dewasa dan mampu produktif, dalam
arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat
menopang kehidupan diri sendiri atau keluarganya secara finansial. Akan
tetapi, bagi mereka yang belum dewasa atau usia lanjut, yang belum atau
tidak produktif, dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab
itu, bagi kelompok tersebut yang berlaku adalah produktif secara sosial,
yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka di masa
mendatang.
Misalnya, berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan mampu melakukan
kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan yang
bermanfat bagi masyarakat bagi yang usia lanjut. Perilaku kesehatan
menurut Notoatmodjo (2007) adalah respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.
4
2. Konsep Sehat
5
melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi).
Kesehatan sebagaimana dikemukakan oleh Perkins (1974) adalah suatu
keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh serta
berbagai faktor yang berusaha memengaruhinya.
3. Konsep Sakit
a. Definisi sakit
Definisi sakit menurut Perkins (1974) adalah suatu keadaan yang tidak
menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan
aktivitas sehari-hari, baik dalam aktivitas jasmani, rohani, maupun sosial.
Definisi sakit menurut Parsons (1972) adalah gangguan dalam fungsi normal
individu sebagai totalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem
biologis dan penyesuaian sosialnya.
6
Dari beberapa definisi tersebut, dapat dirumuskan definisi sakit secara
umum, yaitu sakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran
berupa gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas yang
menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi, atau kesukaran terhadap orang
yang dipengaruhinya yang menyebabkan aktivitas kerja atau kegiatannya
terganggu.
b. Tahapan sakit
1) Tahap transisi
Pada tahap ini, individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh, seperti
merasa dirinya tidak sehat atau merasa ada berbagai gejala atau bahaya.
Dalam tahap ini, ada 3 aspek penting, yaitu aspek fisik, kognitif, dan
konsultasi. Dari aspek fisik, individu merasakan adanya nyeri dan panas
tinggi. Kemudian, dari aspek kognitif mencakup interprestasi individu
terhadap gejala, misalnya respons emosi terhadap ketakutan atau
kecamasan. Sementara itu, aspek konsultasi dengan orang terdekat
meliputi gejala perasaan, dan kadang-kadang mencoba pengobatan di
rumah.
2) Tahap asumsi
3) Tahap kontak
7
Dengan pelayanan kesehatan-Pada tahap ini, individu yang sakit meminta
nasihat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri. Ada 3 tipe informasi
yang diperoleh yaitu, validasi keadaan sakit, penjelasan tentang gejala yang
tidak dimengerti, serta keyakinan bahwa mereka akan baik. Jika tidak ada
gejala, individu memersepsikan dirinya sembuh. Sebaliknya, jika gejala
kembali muncul, individu kembali sehat.
4) Tahap ketergantungan
Jika profesi kesehatan menvalidasi bahwa seseorang sakit, individu akan
menjadi pasien yang bergantung pada orang lain untuk memperoleh
bantuan. Setiap orang mempunyai ketergantungan yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan. Perawat mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien
dikaitkan dengan tahap perkembangan dan dukungan terhadap perilaku
pasien yang mengarah pada kemandirian.
5) Tahap penyembuhan
Tahap ketika pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada
kondisi sehat.
4. Derajat Kesehatan
8
Faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor pendukung
mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat, mis., fasilitas pelayanan kesehatan. Sementara itu, faktor
pendorong mencakup pengaruh sikap dan perilaku petugas kesehatan termasuk
tokoh yang dipandang tinggi oleh masyarakat. Misalnya, tokoh masyarakat dan
tokoh agama, termasuk faktor Undang-undang dan peraturan-peraturan yang
terkait dengan kesehatan. Lihat gambar berikut ini.
GENETIK
PERILAKU
5. Status Kesehatan
Status kesehatan individu menurut Notoatmodjo & Sarwono (1986) dibedakan
menjadi 8 golongan, lihat table berikut ini.
Dimensi sehat
Tingkat
Psikologis Medis Sosial
Sejahtera Baik Baik Baik
Pessimistik Sakit Baik Baik
Sakit Sosial Baik Baik Sakit
Hipokondriakal Sakit Baik Sakit
Sakit Medis Baik Sakit Baik
9
Martir Sakit Sakit Baik
Optimistic Baik Sakit Sakit
Sakit serius Sakit Sakit Sakit
10
Notoatmodjo (2007) mendefinisikan bahwa penyakit adalah suatu
bentuk reaksi biologis terhadap suatu organisme, benda asing atau luka.
Kemudian White (2012) mendefinisikan bahwa penyakit adalah entitas atau
kondisi yang menyimpang dari norma spesies sehingga menempatkan
organisme pada posisi yang tidak menguntungkan secara biologis.
2. Kejadian Penyakit
Perilaku sehat dan perilaku sakit bersifat subjektif. Sehat dan sakit
adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan bahasa yang
11
digunakan sehari-hari. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang sering kali
sulit untuk diartikan, meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat
dirasakan dan diamati dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini kemudian akan
memengaruhi pemahaman dan pengertian seseorang terhadap konsep sehat.
Sehat adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak terhingga
nilainya dan merupakan salah satu nikmat yang paling berharga di samping
12
nikmat-nikmat yang lain. Sehat pada hakikatnya merupakan kebutuhan
dasar bagi kehidupan manusia, dan tidak dapat dicapai secara instan dan
otomatis. Oleh sebab itu, kesehatan harus dijaga, dipelihara, dan
ditingkatkan agar tidak jatuh sakit. Di dalam masyarakat, individu dikatakan
sehat bila tidak ada gangguan fisik, dan perilaku sehat diperlihatkan oleh
individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu
mereka benar-benar sehat.
13
Procrastination adalah proses penundaan pencarian pengobatan
meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan. Self-medication adalah
pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat-obatan
yang dinilainya tepat baginya. Discontinuity adalah penghentian proses
pengobatan. Selanjutnya, Suchman (1951) dalam Notoatmodjo & Sarwono
(1986) juga merumuskan lima tindakan individu dalam mengatasi gejala
penyakit yang dirasakan, yaitu (1) tahap pengenalan gejala; (2) tahap asumsi
peranan sakit; (3) tahap kontak dengan pelayanan kesehatan; (4) tahap
ketergantungan si sakit; dan (5) tahap penyembuhan atau rehabilitasi.
Hidup sehat bagi individu dapat dipandang sebagai suatu hak dan
kewajiban individu dalam hidup bermasyarakat. Orang yang berperan sebagai
14
individu yang sakit memiliki hak dan kewajiban tertentu dalam kehidupan
sosialnya. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas hak dan kewajiban
individu yang sakit menurut Sarwono (2012).
Individu yang sedang sakit memiliki hak dan kewajiban. Hak individu
yang sakit adalah individu yang sakit harus dibebaskan dari tanggung jawab
sosial dan pekerjaan sehari-hari. Hak yang dimiliki individu yang sakit
bergantung pada berat dan ringannya penyakit yang diderita. Apabila penyakit
yang diderita ringan, individu yang sakit diberi sedikit kebebasan dari tanggung
jawab sosial dan pekerjaan sehari-hari. Sebaliknya, apabila penyakit yang
diderita berat, individu tersebut harus dibebaskan dari tanggung jawab sosial
dan pekerjaan sehari-hari. Demikian pula apabila penyakit yang diderita adalah
penyakit menular, individu tersebut dibebaskan dari tanggung jawab sosial dan
pekerjaan sehari-hari karena dapat menularkan penyakit kepada orang lain.
Selain itu, orang yang sedang sakit mempunyai hak untuk menuntut
bantuan atau perawatan dari orang lain. Artinya, orang yang sakit biasanya
memiliki tubuh yang lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa
sehingga memerlukan bantuan dan perawatan dari orang lain, baik anggota
keluarga, perawat, dokter, maupun petugas kesehatan lain. Bahkan, pemerintah
juga bertanggung jawab untuk menanggung biaya perawatan dan
pengobatannya. Individu yang sakit di samping memperoleh dua macam hak
tersebut, mereka juga berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan
pengakuan tentang sakit yang dideritanya.
15
Selain itu, individu yang sakit juga berkewajiban mencari pengakuan
dari lingkungannya dan petugas kesehatan agar posisinya selama ia sakit dapat
digantikan orang lain. Pengakuan dalam hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk
izin atau cuti bagi pegawai negeri ataupun swasta, baik secara lisan maupun
tertulis.
16
nyaman dan bahagia, dan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dalam kondisi
yang prima, orang tersebut dikatakan sehat.
Perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan atas dasar kasadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dalam bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS
adalah salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian
di bidang kesehatan, baik pada masyarakat maupun keluarga. Artinya, harus ada
komunikasi antara kader dengan keluarga/masyarakat dalam memberikan
informasi dan melakukan pendidikan kesehatan.
17
Tujuan umum PHBS adalah meningkatnya rumah tangga yang ber-PHBS
di desa/kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sementara itu, tujuan khusus PHBS
adalah meningkatnya pengetahuan, kemauan, dan kemampuan anggota rumah
tangga untuk melaksanakan PHBS, serta berperan aktif dalam gerakan PHBS di
masyarakat.
Manfaat PHBS bagi rumah tangga adalah setiap rumah tangga meningkat
kesehatannya dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas, produktivitas
kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan anggota
rumah tangga sehingga biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat
diahlikan untuk biaya investasi, seperti biaya pendidikan, dan pemenuhan gizi
keluarga. Sementara itu, manfaat PHBS bagi masyarakat adalah masyarakat
mampu mengupayakan lingkungan sehat; masyarakat mampu mencegah dan
menanggulangi masalah-masalah kesehatan; masyarakat memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada; serta masyarakat mampu mengembangkan Upaya
Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM), seperti posyandu, jaminan
pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), kelompok pemakai air, dan
ambulans desa.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang paper diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk saran bias berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bias
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan paper yang telah
dijelaskan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20