Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ANTROPOLOGI

PERILAKU SEHAT SAKIT

OLEH:
KELAS 1.5
KELOMPOK 6

1. I Made Yogi Kusuma Pradana (P07120018 158)


2. Ni Komang Novi Kristina Sukanata (P07120018 161)
3. Ni Wayan Eka Suastini (P07120018 166)
4. Ni Kadek Sumalini (P07120018 175)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah Antropologi
yang membahas mengenai “Perilaku Sehat Sakit”. Dalam penyusunan makalah ini
penulis berusaha untuk menyajikan secara ringkas dan mudah untuk dapat
membantu mahasiswa dalam mempelajari kebudaan dan kesehatan. Sumber
informasi penyajian uraian menyeluruh mengenai makalah yang penulis dapatkan
diperoleh dari hasil pencarian di beberapa buku pembelajaran dan jurnal resmi dari
situs internet sehingga sangat mendukung penyelesaian makalah ini.
Penulis sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak
yang terkait, makalah ini tidak akan sesuai dengan harapan. Untuk itu pada
kesempatan yang baik ini tidak lupa disampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada :
1. Ibu Ni Nyoman Hartati,S Kep, Ners,M Bio Med selaku dosen mata kuliah
Antropologi yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan kami
bimbingan dan tuntunan dalam penyelesaian makalah ini.
2. Teman-teman kelompok yang sudah membuat makalah ini dengan sebaik-
baiknya.

Denpasar, 1 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

2.1 Konsep Kesehatan, Sehat, Sakit, Derajat Kesehatan, Dan Status


Kesehatan ............................................................................................................ 3

2.2 Konsep Penyakit Dan Keadaan Sakit ..................................................... 10

2.3 Konsep Perilaku Sehat Dan Perilaku Sakit ............................................ 11

2.4 Hak Dan Kewajiban Individu Yang Sakit .............................................. 14

2.5 Perilaku Sehat-Sakit Masyarakat ............................................................ 16

2.6 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat ........................................................... 17

BAB III ................................................................................................................. 19

PENUTUP ............................................................................................................. 19

3.1 Simpulan ................................................................................................. 19

3.2 Saran ....................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada suatu pepatah yang mengatakan bahwa “Kesehatan bukanlah


segalanya, namun tanpa kesehatan segalanya tidak berarti apa-apa”. Pepatah
tersebut mengandung maksud bahwa hidup bukan semata-mata mengejar
kesehatan, namun hidup tanpa kesehatan tidak punya arti apa-apa. Harta yang
melimpah tidak berarti jika tubuh selalu sakit-sakitan. Sebaliknya, jika tubuh
sehat, harta akan dapat dinikmati.

Salah satu nikmat yang diberikan oleh Tuhan YME adalah nikmat sehat.
Silaturahmi dapat terjalin jika dalam keadaan sehat walafiat. Begitu banyak
orang dapat memahami hakikat sehat ketika dirinya sedang dalam keadaan
sakit karena kesehatan memang mahal harganya. Untuk itu, dengan memahami
konsep sehat-sakit, kesehatan akan selalu dijaga setiap hari.

Pandangan masyarakat tentang sehat dan sakit sangat beragam.


Akibatnya, perilaku masyarakat tentang sehat dan sakit pun juga beragam.
Namun demikian, masyarakat diharapkan dapat mendefinisikan kesehatan,
sehat, sakit, penyakit, keadaan sakit, perilaku sehat, dan perilaku sakit dengan
tepat sehingga dapat mendukung upaya-upaya kesehatan untuk dirinya sendiri
dan masyarakat luas. Perilaku hidup sehat baik pada individu maupun
masyarakat sangat membantu dalam melakukan berbagai macam upaya
kesehatan agar masyarakat sehat secara jasmani, rohani, mental, dan spiritual,
serta mampu produktif dalam kehidupan sosal dan ekonomi.

Pembangunan kesehatan diarahkan demi tercapainya kesadaran,


kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
terwujud derajat kesehatan yang optimal. Akan tetapi, datangnya penyakit
kadang-kadang merupakan hal yang tidak dapat ditolak meskipun dapat
dicegah atau dihindari. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu
mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang

1
memengaruhinya, terutama faktor sosial dan budaya. Masalah sehat dan sakit
merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan
manusia dalam beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis,
maupun sosiobudaya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud konsep kesehatan, sehat, sakit, derajat kesehatan,
dan status kesehatan ?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan Konsep Penyakit Dan Keadaan Sakit ?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Konsep Perilaku Sehat Dan Perilaku Sakit?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan Hak Dan Kewajiban Individu Yang Sakit?
1.2.5 Apa yang dimaksud Perilaku Sehat-Sakit Masyarakat ?
1.2.6 Apa yang dimaksud Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memahami konsep kesehatan, sehat, sakit, derajat kesehatan, dan
status kesehatan
1.3.2 Untuk memahami Konsep Penyakit Dan Keadaan Sakit
1.3.3 Untuk memahami Konsep Perilaku Sehat Dan Perilaku Sakit.
1.3.4 Untuk memahami Hak Dan Kewajiban Individu Yang Sakit.
1.3.5 Untuk memahami Perilaku Sehat-Sakit Masyarakat.
1.3.6 Untuk memahami Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kesehatan, Sehat, Sakit, Derajat Kesehatan, Dan Status Kesehatan
1. Konsep Kesehatan

Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomi. Dalam definisi ini, kesehatan harus dilihat sebagai safu kesatuan
yang integral dan terdiri dari aspek fisik, mental, spiritual, sosial, dan ekonomi.

a. Aspek fisik
Terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua
organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. Ciri
seseorang yang berpenampilan fisik baik adalah mata bersinar, kulit
bersih, rambut tertata rapi, berpakaian rapi, badan berotot, tidak gemuk,
napas segar, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit, tidak banyak pikiran,
tenang, mudah beradaptasi, dan mampu melaksanakan ibadah dengan
baik.
b. Aspek mental
Mencakup pikiran dan emosional. Sehat mental dan sehat jasmani selalu
dihubungkan satu sama lain, seperti dalam pepatah kuno “jiwa yang sehat
terdapat di dalam tubuh yang kuat” atau “men sana in corpore sano”.
Individu yang memiliki mental yang sehat selalu merasa puas dengan apa
yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap
dirinya, selalu gembira, santai, dan menyenangkan, serta tidak ada tanda-
tanda konflik kejiwaan.
Selain itu, ia dapat bergaul dengan balk dan terbuka menerima kritik, serta
tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi
terhadap kebutuhan emosi orang lain. Ia dapat mengontrol diri dan tidak
mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, dan benci. Ia juga dapat

3
menghadapi dan menyelesaikan masalah secara cerdas dan bijaksana.
Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir, dan rasa emosional yang sehat
dapat dilihat dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya, misalnya takut, gembira, khawatir, sedih, dan marah.
c. Aspek spiritual
Sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian, kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam
agama Islam). Misalnya, sehat spiritual dapat dilihat dari praktik
keagamaan seseorang. Dengan kata lain, sehat spiritual adalah keadaan
ketika seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama
yang dianutnya dan meninggalkan larangan-Nya.
d. Aspek sosial
Terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayan, status sosial, status ekonomi, pandangan politik, serta saling
toleransi dan menghargai. Dengan kata lain, masyarakat hidup tertib dan
selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
e. Aspek ekonomi
Terwujud apabila seseorang sudah dewasa dan mampu produktif, dalam
arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat
menopang kehidupan diri sendiri atau keluarganya secara finansial. Akan
tetapi, bagi mereka yang belum dewasa atau usia lanjut, yang belum atau
tidak produktif, dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab
itu, bagi kelompok tersebut yang berlaku adalah produktif secara sosial,
yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka di masa
mendatang.
Misalnya, berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan mampu melakukan
kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan yang
bermanfat bagi masyarakat bagi yang usia lanjut. Perilaku kesehatan
menurut Notoatmodjo (2007) adalah respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.

4
2. Konsep Sehat

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah sehat sering dipakai untuk


menyatakan bahwa sesuatu berfungsi secara normal. Sebagian besar orang
awam mengungkapkan bahwa orang yang dikatakan sehat apabila seseorang
tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Dengan kata
lain, sehat adalah keadaan yang enak, nyaman dan bahagia, dan dapat
melakukan pekerjaan sehari-hari dalam kondisi yang prima. Orang yang sehat
fisik berarti tidak ada keluhan fisik, sedangkan sehat mental berarti tidak ada
keluhan mental atau individu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan.

Definisi sehat banyak dikemukakan oleh para ahli. Definisi sehat


menurut UU Pokok Kesehatan Nomor 9 Tahun 1960 Bab I Pasal 2 adalah
keadaan yang meliputi kesehatan tubuh (jasmani), rohani (mental), dan sosial,
serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Sementara itu, definisi sehat menurut WHO ( 1981) adalah keadaan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan bukan saja bebas dari
penyakit atau kelemahan.

Batasan kesehatan menurut WHO mencakup tiga aspek, yakni fisik,


mental, dan sosial. Dalam definisi ini, sehat bukan sekadar terbebas dari
penyakit atau kelemahan. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum
tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik
fisik, mental, maupun sosial. Definisi WHO tentang sehat mempunyai
karakteristik yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman &
Mandle, 1994), yaitu memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang
menyeluruh, memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal
dan eksternal serta penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam
hidup.

Sehat menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 adalah suatu


keadaan sejahtera dari tubuh, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sehat menurut Pender,
Murdaugh, dan Parsons (2006) adalah perwujudan individu yang diperoleh

5
melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi).
Kesehatan sebagaimana dikemukakan oleh Perkins (1974) adalah suatu
keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh serta
berbagai faktor yang berusaha memengaruhinya.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat dirumuskan definisi sehat secara


umum. Sehat merupakan keadaan yang sempurna dari individu, tidak hanya
terbebas dari penyakit, cacat dan kelemahan, tetapi juga meliputi seluruh
aspek kehidupan baik aspek fisik, mental, maupun spiritual, yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

3. Konsep Sakit

Orang awam mendefinisikan sakit sebagai keadaan tubuh yang


mengalami gangguan fisik sehingga timbul rasa dan perasaan yang tidak
mengenakkan tidak nyaman, dan tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-
hari. Konsep sakit ini mengakar pada masyarakat luas dan berlaku bagi
berbagai status ataupun strata di masyarakat.

a. Definisi sakit

Definisi sakit menurut Perkins (1974) adalah suatu keadaan yang tidak
menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan
aktivitas sehari-hari, baik dalam aktivitas jasmani, rohani, maupun sosial.
Definisi sakit menurut Parsons (1972) adalah gangguan dalam fungsi normal
individu sebagai totalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem
biologis dan penyesuaian sosialnya.

Definisi sakit menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah seseorang


dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis) atau
gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja atau kegiatannya
terganggu. Walaupun seseorang sakit (mis., masuk angin atau pilek) dan
masih dapat melaksanakan kegiatannya, ia dianggap tidak sakit. Definisi sakit
menurut Parsons (1972) adalah gangguan dalam fungsi normal individu
sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan
penyesuaian sosialnya.

6
Dari beberapa definisi tersebut, dapat dirumuskan definisi sakit secara
umum, yaitu sakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran
berupa gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas yang
menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi, atau kesukaran terhadap orang
yang dipengaruhinya yang menyebabkan aktivitas kerja atau kegiatannya
terganggu.

b. Tahapan sakit

Tahapan sakit menurut Suchman (1951) dalam Notoatmodjo (2007) terbagi


menjadi 5 tahap yaitu, transisi, asumsi, kontak dengan pelayanan kesehatan,
ketergantungan, dan penyembuhan.

1) Tahap transisi

Pada tahap ini, individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh, seperti
merasa dirinya tidak sehat atau merasa ada berbagai gejala atau bahaya.
Dalam tahap ini, ada 3 aspek penting, yaitu aspek fisik, kognitif, dan
konsultasi. Dari aspek fisik, individu merasakan adanya nyeri dan panas
tinggi. Kemudian, dari aspek kognitif mencakup interprestasi individu
terhadap gejala, misalnya respons emosi terhadap ketakutan atau
kecamasan. Sementara itu, aspek konsultasi dengan orang terdekat
meliputi gejala perasaan, dan kadang-kadang mencoba pengobatan di
rumah.

2) Tahap asumsi

Terhadap peran sakit-Individu menerima sakitnya, kemudian individu


mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman sehingga menghasilkan
peran sakit dan mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain,
mengobati sendiri, mengikuti nasihat teman/keluarga. Akhir dari tahap ini
dapat ditentukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih buruk.
Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Rencana
pengobatan dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman.

3) Tahap kontak

7
Dengan pelayanan kesehatan-Pada tahap ini, individu yang sakit meminta
nasihat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri. Ada 3 tipe informasi
yang diperoleh yaitu, validasi keadaan sakit, penjelasan tentang gejala yang
tidak dimengerti, serta keyakinan bahwa mereka akan baik. Jika tidak ada
gejala, individu memersepsikan dirinya sembuh. Sebaliknya, jika gejala
kembali muncul, individu kembali sehat.
4) Tahap ketergantungan
Jika profesi kesehatan menvalidasi bahwa seseorang sakit, individu akan
menjadi pasien yang bergantung pada orang lain untuk memperoleh
bantuan. Setiap orang mempunyai ketergantungan yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan. Perawat mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien
dikaitkan dengan tahap perkembangan dan dukungan terhadap perilaku
pasien yang mengarah pada kemandirian.
5) Tahap penyembuhan
Tahap ketika pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada
kondisi sehat.
4. Derajat Kesehatan

Menurut Blum (1974), derajat kesehatan meliputi 4 faktor, yaitu


keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku, dan lingkungan. Keturunan
dipengaruhi oleh populasi dan distribusi penduduk. Pelayanan kesehatan
berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif. Dari keempat faktor tersebut, lingkungan dan perilaku merupakan
faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi dan
rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

Blum (1974) dalam Notoadmodjo (2007) mengungkapkan bahwa faktor


lingkungan merupakan faktor utama, kemudian faktor perilaku merupakan
faktor kedua terbesar yang memengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau
masyarakat. Menurut Notoadmodjo & Sarwono (1986) yang mengikuti teori
Green (1980), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu faktor
predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong.

8
Faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor pendukung
mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat, mis., fasilitas pelayanan kesehatan. Sementara itu, faktor
pendorong mencakup pengaruh sikap dan perilaku petugas kesehatan termasuk
tokoh yang dipandang tinggi oleh masyarakat. Misalnya, tokoh masyarakat dan
tokoh agama, termasuk faktor Undang-undang dan peraturan-peraturan yang
terkait dengan kesehatan. Lihat gambar berikut ini.

GENETIK

LINGKUNGAN DERAJAT PELAYANAN


KESEHATAN KESEHATAN

PERILAKU

5. Status Kesehatan
Status kesehatan individu menurut Notoatmodjo & Sarwono (1986) dibedakan
menjadi 8 golongan, lihat table berikut ini.

Dimensi sehat
Tingkat
Psikologis Medis Sosial
Sejahtera Baik Baik Baik
Pessimistik Sakit Baik Baik
Sakit Sosial Baik Baik Sakit
Hipokondriakal Sakit Baik Sakit
Sakit Medis Baik Sakit Baik

9
Martir Sakit Sakit Baik
Optimistic Baik Sakit Sakit
Sakit serius Sakit Sakit Sakit

Tabel tersebut menunjukkan bahwa kriteria medis bukanlah satu-satunya yang


menentukan tingkat kesehatan individu. Misalnya, individu dapat melakukan
fungsi sosialnya secara normal, namun secara medis dia menderita penyakit.
Demikian pula halnya pada individu yang terganggu secara social-psikologis,
namun secara medis termasuk sehat. Penilaian individu terhadap status
kesehatannya adalah salah satu faktor yang menentukan perilaku individu
tersebut. Perilaku sehat apabila ia mengganggap dirinya sehat, sedangkan
perilaku sakit bila dirinya merasa sakit. Orang yang berpenyakit belum tentu
orang sakit, dan belum tentu mengakibatkan perubahan perannya dalam
masyarakat.

Dalam kehidupan sosial, individu yang tergolong “sakit medis” dan


“martir” masih mudah diterima dalam pergaulan sosial karena penyakitnya
tidak mengganggu interaksi sosial mereka. Berbeda dengan individu yang
tergolong “hipokondriakal” dan “penyakit sosial”, masyarakat susah menerima
mereka karena perilakunya mengganggu interaksi sosial.

2.2 Konsep Penyakit Dan Keadaan Sakit


1. Definisi Penyakit

Penyakit adalah istilah dalam dunia medis yang digambarkan sebagai


adanya gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya
kapasitas. Istilah penyakit (disease) dan keadaan sakit (illness) sering
tertukar dalam penggunaannya sehari-hari, padahal keduanya memiliki arti
yang berbeda. Menurut Fauzi (2007), penyakit adalah konsepsi medis
menyangkut suatu keadaan tubuh yang tidak normal karena sebab-sebab
tertentu yang dapat diketahui dari tanda-tanda dan gejalanya oleh para ahli.
Sementara itu, keadaan sakit adalah perasaan pribadi seseorang yang merasa
kesehatannya terganggu, yang tampak dari keluhan sékit yang dirasakannya,
seperti tidak enak badan dan sebagainya.

10
Notoatmodjo (2007) mendefinisikan bahwa penyakit adalah suatu
bentuk reaksi biologis terhadap suatu organisme, benda asing atau luka.
Kemudian White (2012) mendefinisikan bahwa penyakit adalah entitas atau
kondisi yang menyimpang dari norma spesies sehingga menempatkan
organisme pada posisi yang tidak menguntungkan secara biologis.

Berdasarkan persepsi perilaku sakit dan penyakit, kondisi “true health


” adalah kondisi seseorang yang benar-benar sehat, tidak sakit, dan tidak
berpenyakit. Sementara itu, kondisi “hipokondria” adalah kondisi seseorang
yang merasakan sakit-sakitan. Kondisi ini didapat pada penderita, namun
tidak didapatkan penyakit, penyakit ini dinamakan psikosomatik.
Selanjutnya, kondisi “dany’s of illness” adalah suatu kondisi ketika
seseorang berpenyakit, namun tidak merasakan sakit. Keadaan ini biasanya
didapat pada penyakit degeneratif dan penyakit kronis. Kondisi “true sick”
adalah suatu kondisi ketika ada penyakit dan merasa sakit, serta biasanya
didapat pada penyakit akut atau sakit berat.

2. Kejadian Penyakit

Penyakit dapat timbul karena berbagai sebab, misalnya, karena


ketidakseimbangan antara agens, pejamu, dan lingkungan. Karena
ketidakseimbangan tersebut, status kesehatan seseorang dapat terganggu.
Status kesehatan seseorang sendiri dipengaruhi oleh keturunan, pelayanan
kesehatan, perilaku, dan lingkungan sehingga penyakit merupakan suatu
fenomena kompleks yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia.
Perilaku dan cara hidup individu yang tidak baik dapat menyebabkan
bermacam-macam penyakit. Ditinjau dari segi biologis, penyakit
merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia. Sementara itu, dari segi
kemasyarakatan keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku
dari keadaan sosial yang normatif.

2.3 Konsep Perilaku Sehat Dan Perilaku Sakit

Perilaku sehat dan perilaku sakit bersifat subjektif. Sehat dan sakit
adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan bahasa yang

11
digunakan sehari-hari. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang sering kali
sulit untuk diartikan, meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat
dirasakan dan diamati dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini kemudian akan
memengaruhi pemahaman dan pengertian seseorang terhadap konsep sehat.

Individu yang tidak memiliki keluhan fisik dan mental dipandang


sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa
anak yang tubuhnya kurus adalah anak yang sakit dan anak yang tubuhnya
gemuk adalah anak yang sehat. Apabila mengacu pada standar gizi, anak
yang bertubuh gemuk memiliki status kelebihan berat badan sehingga dapat
disebut tidak sehat. Jadi, faktor subjektifltas dan kultural juga memengaruhi
pemahaman, pengetahuan, dan pengertian mengenai konsep sehat yang
berlaku dalam masyarakat.

Konsep sehat menurut masyarakat awam adalah keadaan yang enak,


nyaman, bahagia dan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dalam kondisi
yang prima. Sementara itu, sakit didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang
mengalami gangguan fisik sehingga timbul rasa dan perasaan yang tidak
mengenakkan, tidak nyaman, dan tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-
hari.

1. Konsep Perilaku Sehat

Perilaku sehat menurut Sarwono (2012) adalah tindakan yang


dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya,
termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan
kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi. Perilaku sehat adalah
tindakan seseorang untuk mempertahankan kesehatannya melalui menjaga
kebersihan diri; makan dengan menu seimbang; berperilaku bersih dan
sehat; melakukan upaya pencegahan penyakit, penemuan penyakit secara
dini, penyembuhan penyakit, serta upaya rehabilitasi; dan tidak menularkan
penyakit kepada orang lain.

Sehat adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak terhingga
nilainya dan merupakan salah satu nikmat yang paling berharga di samping

12
nikmat-nikmat yang lain. Sehat pada hakikatnya merupakan kebutuhan
dasar bagi kehidupan manusia, dan tidak dapat dicapai secara instan dan
otomatis. Oleh sebab itu, kesehatan harus dijaga, dipelihara, dan
ditingkatkan agar tidak jatuh sakit. Di dalam masyarakat, individu dikatakan
sehat bila tidak ada gangguan fisik, dan perilaku sehat diperlihatkan oleh
individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu
mereka benar-benar sehat.

2. Konsep Perilaku Sakit

Menurut Sarwono (2012), perilaku sakit diartikan sebagai segala


bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar
memperoleh kesembuhan. Perilaku yang dilakukan dapat berupa mengobati
sendiri, pergi ke dukun, atau tempat pelayanan kesehatan modern.
Selanjutnya, Mechanik (1981) dalam Notoatmodjo & Sarwono (1986)
mengemukakan teori terkait perilaku sakit yang disebut teori respons
bertahan (coping response theory).

Perilaku sakit menurut Mechanik (1981) dalam Notoatmodjo &


Sarwono (1986) adalah reaksi optimal dari individu jika dia terkena suatu
penyakit. Kemudian, Suchman (1951) dalam Notoatmodjo & Sarwono
(1986) memberikan definisi perilaku sakit, yaitu tindakan untuk
menghilangkan rasa tidak enak atau tidak nyaman atau rasa sakit sebagai
akibat dari timbulnya gejala tertentu.

Suchman & Philips (1958) mengemukakan bahwa terdapat lima


macam reaksi individu dalam mencari pengobatan, yaitu shopping,
fragmentation, procrastination, self-medication, dan discontinuity.
Shopping adalah proses mencari alternatif sumber pengobatan guna
menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosis dan pengobatan
sesuai harapan si sakit. Sementara itu, fragmentation adalah proses
pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama.
Misalnya, berobat ke dokter sekaligus ke sinshe dan dukun.

13
Procrastination adalah proses penundaan pencarian pengobatan
meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan. Self-medication adalah
pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat-obatan
yang dinilainya tepat baginya. Discontinuity adalah penghentian proses
pengobatan. Selanjutnya, Suchman (1951) dalam Notoatmodjo & Sarwono
(1986) juga merumuskan lima tindakan individu dalam mengatasi gejala
penyakit yang dirasakan, yaitu (1) tahap pengenalan gejala; (2) tahap asumsi
peranan sakit; (3) tahap kontak dengan pelayanan kesehatan; (4) tahap
ketergantungan si sakit; dan (5) tahap penyembuhan atau rehabilitasi.

Mechanik (1981) dalam Notoatmodjo & Sarwono (1986)


menjelaskan proses yang terjadi dalam diri individu sebelum dia
memutuskan untuk mencari upaya pengobatan (etiologi perilaku sakit).
Banyak faktor yang menyebabkan individu mencari upaya pengobatan,
yaitu (1) individu merasa atau mengenal gejala/tanda yang menyimpang
dari keadaan normal; (2) banyak gejala/tanda yang dianggap serius dan
diperkirakan menimbulkan bahaya; (3) dampak dari gejala/tanda yang
dirasakan memengaruhi hubungan dengan keluarga, hubungan kerja, dan
kegiatan sosial; (4) frekuensi dari gejala dan tanda-tanda terlihat dan terjadi
terus-menerus dan menetap; (5) nilai ambang dari mereka yang terkena
gejala atau kemungkinan individu untuk diserang penyakit; (6) informasi,
pengetahuan, dan asumsi budaya tentang penyakit tersebut; (7) perbedaan
persepsi terhadap gejala yang dikenalnya; dan (8) adanya kebutuhan untuk
bertindak atau berperilaku guna mengatasi gejala tersebut.

Dari hal-hal tersebut, dapat dirumuskan faktor pencetus perilaku


sakit, yaitu faktor persepsi yang dipengaruhi orientasi medis dan sosial-
budaya, faktor intensitas gejala (menghilang atau menetap), faktor motivasi
individu untuk mengatasi gejala yang dirasakan, serta faktor sosial dan
psikologis yang memengaruhi respons sakit.

2.4 Hak Dan Kewajiban Individu Yang Sakit

Hidup sehat bagi individu dapat dipandang sebagai suatu hak dan
kewajiban individu dalam hidup bermasyarakat. Orang yang berperan sebagai

14
individu yang sakit memiliki hak dan kewajiban tertentu dalam kehidupan
sosialnya. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas hak dan kewajiban
individu yang sakit menurut Sarwono (2012).

1. Hak lndividu Sakit

Individu yang sedang sakit memiliki hak dan kewajiban. Hak individu
yang sakit adalah individu yang sakit harus dibebaskan dari tanggung jawab
sosial dan pekerjaan sehari-hari. Hak yang dimiliki individu yang sakit
bergantung pada berat dan ringannya penyakit yang diderita. Apabila penyakit
yang diderita ringan, individu yang sakit diberi sedikit kebebasan dari tanggung
jawab sosial dan pekerjaan sehari-hari. Sebaliknya, apabila penyakit yang
diderita berat, individu tersebut harus dibebaskan dari tanggung jawab sosial
dan pekerjaan sehari-hari. Demikian pula apabila penyakit yang diderita adalah
penyakit menular, individu tersebut dibebaskan dari tanggung jawab sosial dan
pekerjaan sehari-hari karena dapat menularkan penyakit kepada orang lain.

Selain itu, orang yang sedang sakit mempunyai hak untuk menuntut
bantuan atau perawatan dari orang lain. Artinya, orang yang sakit biasanya
memiliki tubuh yang lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa
sehingga memerlukan bantuan dan perawatan dari orang lain, baik anggota
keluarga, perawat, dokter, maupun petugas kesehatan lain. Bahkan, pemerintah
juga bertanggung jawab untuk menanggung biaya perawatan dan
pengobatannya. Individu yang sakit di samping memperoleh dua macam hak
tersebut, mereka juga berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan
pengakuan tentang sakit yang dideritanya.

2. Kewajiban lndividu Sakit

Kewajiban individu sakit meliputi mencapai kesembuhan, mencari


pengakuan dari lingkungannya dan petugas kesehatan, dan tidak menularkan
penyakitnya pada orang lain. Dalam mencapai kesembuhan, individu yang
sakit harus melakukan upaya melalui diri sendiri atau pertolongan orang lain.
Masyarakat juga wajib berperan serta dalam menyembuhkan anggota
masyarakat yang sedang sakit, dan memelihara kesehatannya.

15
Selain itu, individu yang sakit juga berkewajiban mencari pengakuan
dari lingkungannya dan petugas kesehatan agar posisinya selama ia sakit dapat
digantikan orang lain. Pengakuan dalam hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk
izin atau cuti bagi pegawai negeri ataupun swasta, baik secara lisan maupun
tertulis.

2.5 Perilaku Sehat-Sakit Masyarakat

Apabila membahas perilaku sehat-sakit masyarakat, persepsi masyarakat


terhadap sehat-sakit harus diketahui terlebih dahulu. Persepsi masyarakat
tentang konsep sehat dan sakit bersifat sangat subjektif sehingga perbedaan
persepsi antara satu daerah dengan daerah yang lain pasti ditemukan. Di samping
persepsi yang berbeda, pemahaman masyarakat tentang sehat dan sakit juga
dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, serta unsur sosial dan budaya.

Petugas kesehatan tentunya memersepsikan sehat-sakit secara objektif


berdasarkan kriteria medis, yaitu berdasarkan gejala yang dirasakan individu
yang sakit, dan tanda-tanda yang tampak guna menetapkan diagnosis individu.
Adanya perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang
kadang-kadang menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan,
khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Contoh perbedaan persepsi mengenai sehat-sakit antara petugas kesehatan


dan masyarakat adalah individu tidak pergi berobat atau menggunakan sarana
kesehatan yang tersedia karena dia tidak merasa mengidap penyakit, atau
beranggapan bahwa penyakitnya disebabkan oleh makhluk halus. Akibatnya,
individu tersebut akan memilih untuk pergi berobat kepada orang pandai yang
dianggap mampu mengusir makhluk halus dari tubuhnya sehingga penyakitnya
itu akan hilang.

Pada umumnya, masyarakat tradisional memandang seseorang dalam


keadaan sakit apabila orang tersebut kehilangan nafsu makan atau gairah
kerjanya, atau tidak dapat lagi menjalankan tugasnya sehari-hari secara optimal
atau juga kehilangan kekuatan sehingga harus tinggal di tempat tidur. Selama
seseorang masih mampu melaksanakan fungsinya, merasa badannya enak,

16
nyaman dan bahagia, dan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dalam kondisi
yang prima, orang tersebut dikatakan sehat.

Petugas kesehatan pada umumnya sudah mendeteksi kebutuhan


masyarakat akan upaya kesehatan pada tahap yang lebih awal guna mencegah
timbulnya penyakit. Akan tetapi, masyarakat kadang-kadang baru merasa
membutuhkan upaya kesehatan jika mereka telah berada dalam tahap sakit, atau
bahkan sudah dalam keadaan yang parah. Dalam kondisi tersebut, penyakit tidak
mungkin diatasi hanya dengan berobat ke dukun, beristirahat, atau minum jamu.
Hasil penelitian di berbagai negara berkembang atau negara maju menunjukkan
bahwa tindakan pertama pada individu yang merasa sakit untuk mengatasi
penyakitnya adalah berobat sendiri atau self-medication. Di negara Seperti
Indonesia masih banyak dijumpai penderita, sebelum mereka datang ke fasilitas
atau petugas kesehatan, sering terlebih dulu pergi berobat ke dukun atau ahli
pengobatan tradisional lainnya.

Akibat perbedaan persepsi inilah, perilaku sehat dan sakit di masyarakat


berbeda pula. Konsep sehat bagi individu adalah suatu keadaan yang normal,
Wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Seseorang disebut dalam keadaan sakit apabila ia menderita penyakit yang
menahun (kronis), parah, atau mengalami gangguan kesehatan lain yang
menyebabkan aktivitasnya terganggu.

2.6 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

Perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan atas dasar kasadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dalam bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS
adalah salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian
di bidang kesehatan, baik pada masyarakat maupun keluarga. Artinya, harus ada
komunikasi antara kader dengan keluarga/masyarakat dalam memberikan
informasi dan melakukan pendidikan kesehatan.

17
Tujuan umum PHBS adalah meningkatnya rumah tangga yang ber-PHBS
di desa/kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sementara itu, tujuan khusus PHBS
adalah meningkatnya pengetahuan, kemauan, dan kemampuan anggota rumah
tangga untuk melaksanakan PHBS, serta berperan aktif dalam gerakan PHBS di
masyarakat.

Manfaat PHBS bagi rumah tangga adalah setiap rumah tangga meningkat
kesehatannya dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas, produktivitas
kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan anggota
rumah tangga sehingga biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat
diahlikan untuk biaya investasi, seperti biaya pendidikan, dan pemenuhan gizi
keluarga. Sementara itu, manfaat PHBS bagi masyarakat adalah masyarakat
mampu mengupayakan lingkungan sehat; masyarakat mampu mencegah dan
menanggulangi masalah-masalah kesehatan; masyarakat memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada; serta masyarakat mampu mengembangkan Upaya
Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM), seperti posyandu, jaminan
pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), kelompok pemakai air, dan
ambulans desa.

Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga, yaitu


pasangan usia subur, ibu hamil dan ibu menyusui, anak dan remaja, usia lanjut,
dan pengasuh anak. PHBS di rumah tangga yang dilakukan untuk mewujudkan
rumah tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi 10 indikator PHBS
dalam rumah tangga. Akan tetapi, apabila dalam rumah tangga tidak ada ibu yang
melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, pengertian rumah tangga ber-
PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi hanya 7 indikator.

Indikator PHBS di rumah tangga adalah persalinan oleh tenaga kesehatan,


memberi bayi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air
bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat,
memberantas jentik nyamuk di rumah sekali seminggu, makan sayur dan buah
setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam
rumah.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Konsep sehat-sakit menurut antropologi kesehatan dipandang sebagai


suatu disiplin budaya yang memberi perhatian pada aspek biologis dan sosial
budaya dari tingkah laku manusia. Sifat dari perilaku sehat-sakit sendiri adalah
subyektif sehingga tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
meningkatkan mutu kehidupannya dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa
lalu disamping unsur sosial budaya yang dapat mempengaruhi kesehatannya.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang paper diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk saran bias berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bias
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan paper yang telah
dijelaskan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Nova maulana.2014. Buku Ajar Sosiologi & Antropologi Kesehatan. Yogyakarta :


nuha medika
Sunaryo. 2015. Sosiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : bumi medika
Budiono.2016. konsep dasar keperawatan.jakarta selatan : pusdik SDM kesehatan
Mubarak, W. (2009). Sosiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

20

Anda mungkin juga menyukai