Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AGAMA ISLAM

KONSEP SAKIT DAN PENYAKIT DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :

LILIS SUMANTI : 201121030

MUHAMMAD ZAINUDIN : 201121037

NUNUNG NABILA HUSNUL KHATIMAH : 201121039

PUTRI NURJEDAH : 201121042

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN PONTIANAK


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami telah
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Sholawat
dan salam senantiasa kami limpah dan curahkan kepada junjunan Nabi
Muhammad SAW, para sahabatnya, dan semoga kita termasuk umatnya hingga
akhir zaman.

Kemudian kami ucapkan terimakasih kepada orang tua dan dosen pembimbing
studi islam yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada saya.

Makalah ini yang berjudul “Konsep Sehat dan Sakit dalam Islam“ .
Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah studi islam sebagai
syarat terlaksananyanya persentasi kelompok kami.

Makalah ini tentu jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mohon
kritik dan saran yang membangun agar makalah kami selanjutnya terus
berkembang menjadi lebih baik lagi.

Terimakasih.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................2
A. Pengertian Sehat Dan Sakit..............................................................2
B. Konsep Sehat Dan Sakit Dalam Islam.............................................4
C. Relasi Nilai Agama Dalam Dunia Kesehatan..................................7
D. Sakit Sebagai Takdir Yang Menguatkan Iman................................8
E. Kiat Menguatkan Iman Ketika Sakit................................................9
BAB III PENUTUP.....................................................................................12
A. Kesimpulan ....................................................................................12
B. Saran ................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sehat dan sakit merupakan suatu peristiwa dan keadaan yang selalu
menyertai hidup manusia sejak zaman Nabi Adam a.s. kita memahami apapun
yang menimpa manusia adalah takdir dari Allah SWT, sehgat dan sakit pun
merupakan suatu takdir dari Allah SWT. Lantas sehat dan sakit itu merupakan
takdir, mengapa ketika kita sakit harus mencari sehat/ kesembuhan?. Lantas
buat apa dan manfaat berobat?. Dari sinilah kita memahami konsep sehat dan
sakit.
Konsep sehat dan sakit dalam islam merupakan konsep yang bersumber
dari pandangan Al-quran dan hadist, berikut salah satu ayat Al-quran yang
menjelaskan hal tersebut : “(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakanku, maka
Dialah yang memberi petunjuk kepadaku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi
makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang
menyembuhkanku. Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan
menghidupkanku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni
kesalahanku pada hari kiamat”. (QS asy-Syu’arâ’ 26: 78-82). Dari penjelasan
ayat Al-quran diatas tentulah sehat dan sakit merupakan sesuatau yang
diturtunkan oleh Allah SWT dengan bertujuan untuk menguji hamba-Nya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian sehat dan sakit.


2. Konsep sehat dan sakit dalam persfektif Islam.
3. Relasi nilai agama dalam dunia kesehatan.
4. Sakit sebagai takdir yang menguatkan iman.

C. TUJUAN MASALAH

1. Memahami Pengertian sehat dan sakit.


2. Memahami Konsep sehat dan sakit dalam persfektif Islam.
3. Memahami Relasi nilai agama dalam dunia kesehatan.
4. Memahami Sakit sebagai takdir yang menguatkan iman.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SEHAT DAN SAKIT

Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan
merupakan bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat
dan sakit dikenal di semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang
seringkali sulit untuk kita artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang
dapat kita rasakan dan kita amati dalam kehidupan sehari-hari hal ini kemudian
mempengaruhi pemahaman dan pengertian seseorang terhadap konsep sehat
misalnya, orang yang tidak memeiliki keluhan-keluhan fisik dipandang sebagai
orang sehat. Sebagaimana masyarakat yang beranggapan bahwa anak yang gemuk
adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu pada standard gizi kondisinya
berada dalam status gizi lebih atau overweight. Jadi faktor subyektifitas dan
kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian mengenai konsep sehat
yang ada dalam masyarakat.

Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-shihhah”


yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan
kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula:

1. Dalam keadaan baik segenap bada serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit)
dan waras.
2. Mendatangkan kebaikan pada badan.
3. Sembuh dari sakit.

Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shhihah yaitu al-‘afiah yang
berarti ash-shhihah at-tammah (sehat yang sempurna). Kedua kata ash- shihah wa
al-‘afiah yang apabila diIndonesiakan menjadi ‘sehat wal afiat’ dan artinya sehat
secara sempurna.

Kata sehat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/kondisi
seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-
Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 “sehat adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sisoal yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan
ekonomis. Konsep “sehat” World Health Organization (WHO) merumuskan
dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “kedaan yang sempurna baik fisik, mental,
maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau cacat”. Orang yang tidak
berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam
kedaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

Pengertian sehat yang dikemukakan oleh WHO ini merupakan suatu


keadaan ideal, dari sisi biologis, psuologis, dan sosial sehin gga eseorang dapat

2
melakukan aktifita secara optimal. Definisi sehat dikemukakan oleh WHO
mengandung karakteristik yaitu:

1. Mereflekasikan perhatian pada individu sebagai manusia.


2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif. Sehat bukan
merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan bukan
merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud
dengan proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap
fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.

Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental,
maupun sosial. Sedangkan batasan sehat menurut Undang-undang Kesehatan
meliputi fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Sehat fisik yang
dimaksud disini adalah tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit,
semua organ tubuh normal dan berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi
tubuh. Sehat mental (jiwa), mencakup:

1. Sehat pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu berpikir
logis (masuk akal) atau berpikir runtut
2. Sehat spiritual tercermin darai cara seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur, pujian, atau penyembahan terhadap pancipta alam dan seisinya
yang dapat dilihat daro praktek keagamaan dan kepercayaannya serta
perbuatan baik sesuai dengan norma-norma masyarakat.
3. Sehat emusional tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan atau pengendalian diri baik.

Sehat sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain
secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa
membeda-bedakan ras, sukuj, agama, maupun kepercayaan, status sosial,
ekonomi, dan politik.

Dilihat dari aspek ekonomi yeitu mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara
ekonomi. Untuk anak dan remaja ataupun bagi yang sudah tidak bekerja maka
sehat dari aspek ekonomi adalah bagaimana kemampuan seseorang untuk berlaku
produktif secara sosial.

Istilah penyakit (disease) dan kedaan sakit (illness) sering tertukar dalam
penggunaannya sehari-hari padahal keduanya memiliki arti yang berbeda.
Penyakit ialah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi
tubuh yang menghasilkan kekurangan kapasitas. Penyakit terjadi ketika
keseimbangan dalam tubuh tidak dapat dipertahankan. Keadaan sakit terjadi pada
saat sesorang tidak lagi berada dalam kondisi sehat yang normal. Contohnya pada
penyakit asma, ketika tubuhnya mampu beradabtasi dengan penyakitnya maka

3
orang tersebut tidak berada dalam keadaan sakit. Unsur penting dalam konsep
penyakit adalah pengukuran bahwa penyakit tidak melibatakan bentuk
perkembangan bentukkehidupan baru secara lengkap melainkan perluasan dari
proses-proses kehidupan normal pada individu. Dapat dikatakan penyakit
merupakan sejumlah proses fisiologi yang sudah diubah.1

B. KONSEP SEHAT DAN SAKIT DALAM ISLAM

Konsep sehat dan sakit bagi kebanyakan orang masih membingungkan dan
kurang jelas. Sakit dan penyakit merupakan suatu peristiwa yang selalu menyertai
manusia sejak jaman Nabi Adam. Kita memahami apapun yang menimpa adalah
takdir, sakit pun merupakan takdir yang dialami manusia. Meskipun sehat dan
sakit merupakan takdir tetapi menjaga kesehatan dan mencegah agar supaya kita
tidak sakit ataupun mencari pengobatan ketika jatuh sakit harus dilakukan dan
Al-Quran memberikan petunjuk mengenai hal ini.

Meskipun kata sehat wal afiat yang merupakan Indonesiasi dalam bahasa Arab
ash-shhihah dan al’ afiah tetapi tidak satu kata pun didalam Al-Quran
menyebutkan ash-shhihah dan al’fiah, tetapi Al-Quran meneybutkan perkataan
syifa’ berarti sembuh (dari sakit), dan pengobatan (menuju kesembuhan dari
keadaan sakit). Kata syifa’ disebut dalam Al-Quran dimana disebutkan bahwa
disamping sebagai petunjuk Al-Quran juga dinyatakan sebgaai obat yang
menyembuhkan.

Firman Allah di dalam Qs. Al-Israa’ 17: 82. Artinya : “Dan kami turunkan dari
Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian”.

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Al-Quran sebagai penyembuh hanya kepada
orang yang beriman secara islam. Non muslim dikategorikan sebagai orang-orang
lalil, otomatis tidak sehat. Dengan demikian, yang dimaksud sehat atau sakit
dalam ayat ini bersifat rohaniah. Secara fisik orang yang dikatakan sehat. Ukuran
sehat atau sakit terletak pada ‘iman’ secara Islam.2

Karakteristik kesehatan yang demikian ini secraa eksplisit, yaitu penyakit hati kata
lain dari rohani, disebut kembali dalam Qs. Yunus 10 : 57. Artinya : “Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuhan bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang beriman”.

Pandangan mengenai konsep sehat dan sakit dapat pula kita peroleh dari kisah
yang dialami oleh Nabi Ayyub dalam Al-Quran Surah An Anbiyya 21 : 83.
1
http://www.academia.edu.com diakses pada 28 Oktober 2014 pikul 21:00 WIB
2
http://muhsinhar.staff.umy.ac.id diakses pada 4 November 2014 pukul 19:00 WIB

4
Artinya : “Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya
Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan
yang Maha penyayang diantara semua penyayang”. Maka Kami pun
memperkenankan seruannya itu, lalu Kami kembalikan keluarganjya kepadanya,
dan Kami lipat gandakan bilangan mereka sebagai suatu rahmat dari sisi Kami
dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyemgah Allah.

Ayat di atas mengisahkan Nabi Ayyub yang ditimpa penyakit, kehilangan harta
dan anak-anaknya,. Dari seluruh tubuhnya hanya hati dan lidahnya yang tiidak
tertimpa sakit, karena dua organ inilah yang dibiarkan Allah SWT tetap baik dan
digunakan oleh Nabi Ayyub untuk berdzikir dan memohon keridhoan Allah SWT
dan Allah SWT pun mengabuklan doanya, hingga akhirnya Nabi Ayyub sembuh
dan di kembalikan harta dan keluarganya. Dari sini dapat diambil pelajaran agar
manusia tidak berprasangka buruk kepada Allah SWT, tidak berputus asa akan
rahmat Allah SWT serta bersabar dalam menerima takdir Allah SWT. Karena kita
sebagai manusia perlu meyakini bahwa apapun bahwa apabila Allah menaktidrkan
sakit maka kita akan sakit, begitu pula apabila Allah menakdirkan kesembuhan
tiada daya upaya kecuali dengan izin-Nya kita akan sembuh.

Sakit dalam pandangan Islam bukanlah suatu kondisi yang hina atau
memalukan melainkan kedudukan mulia bagi seorang hamba karena dengan
mengalami sakit seorang hamba akan diingatkan untuk selalu bersyukur. Hal ini
karena keselamatan dan kesehatan merupakan nikmat Allah SWT yang terbesar
dan harus diterima dengan rasa syukur.

Sehat dan sakit memang merupakan ketentuan Allah SWT tetapi ketika berada
dalam kondisi sakit manusia tidak seharusnya menjadi pribadi yang lemah dan
berputus asa karena sakit adalah cara Tuhan untuk menghapus dosa manusia, hal
dijelaskan dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Al Bukhari yang
artinya “Tidak ada yang menimpa seorang muslim kepenatan, sakit yang
berkesinambungan (kronis), kebimbangan, ksedihan, penderitaan, kesusahan,
sampai pun duri yang ia tertusuk karenanya, kecuali dengan itu Allah menghapus
dosanya”.

Dari berbagai ayat dan hadist yang berkaitan dengan usaha kesembuhan dapat
disimpulkan bahwa Al-Quran maupaun As-Sunnah menjelaskan bahwa hidup
sehat itu adalah penting dan cara memperoleh kesehatan harus hati-hati, jangan
sampai jatuh kedalam praktik kemusyrikan. Menjaga kesehatan sebagai bagian
cara bersyukur kepada Allah adalah ciri muslim yang baik dan modal untuk
memperoleh kesehatan adalah dengan hidup bersih. Rasulullah saw pernah
bersabda dan amat populer di lingkungan dunia medika Islam “An-Nadaftu min
al-iman” (Bersih itu sebagaiandari iman). Lawan dari brsih dan kotor adalah kotor
dan jorok. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kotor dan jorok itu tidak

5
mengundang kesehatan, melainkan lawannya, yaitu sakit. Jadi kotor kotor atau
jorok mengandung penyakit atau sakit. Dari alur pikir ini dapat di pahami bahwa
independensi (saling tergantung) antara bersih, sehat, dan iman. Bersih
menyebabkan sehat, dan sehat merupakan bagian dari iman. Disisi lain, iman yang
benar menuntut supaya hidup bersih dan buah dari hidup bersih adalah sehat.

Perilaku hidup sehat dan bersih sesungguhnya telah lama diajarkan bagi
pemeluk agama Islam yang salah satu perwujudannya adalah dedngan menjaga
kebersihan pribadi. Hal ini dengan jelas terdapat dalam Al-Quran yang
menekankan kualitas hidup bersih atau suci, baik suci secara lahiriah maupun suci
secara batiniah. Sebagaimana firman Allah dalam Qs, Al-Mudatstsir (74): 4.
Artinya : “Dan pakaianmu bersihkanlah”.

Kesempurnaan fisik merupakan gambaran kesehatan jasmani yang


diartiakan sebagai keserasian yang sempurna antara bermacam-macam fungsi
jasmani, sesuai dengan kemampuan untuk menghadapi kesukaran-kesukaran yang
biasa, yang terdapat dalam lingkungan, disamping secara positif merasa gesit, kuat
dan bersemangat dan islam menghendaki umatnya agar sehat dan kuat baik
jasmani maupun rohani karena jika diperhatikan secara seksama ternyata ada tipe
manusia yang secara rohani sehat yang indikasinya rajin ibadah, perilakunya baik,
berbicara sopan, membaca Al-Quran bagus dan hidupnya sederhana, tetapi secara
jasmani kurang sehat, terlihat lemah, batuk-batuk kecil, raut muka kusut dan
tempat huniannya kurang terawat. Tentu profil ini tidak dikehendaki oleh Islam, ia
mesti juga sehat secara jasmani maupun rohani.

Dengan demikian, anjuran terhadap umat islam dalam menjaga kesehatan


terkait dengan perilaku sehat (health behavior) dan perilaku sakit (illness
behavior). teori-teori yang mengembangkan oleh antropolog kesehatan
mengartikan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyait,
perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran memalui olahraga dan memakan
makanan bergizi. Sedagkan perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk
tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar
memperolehkesembuhan. Dalam konteks masyarakat muslim modern, masalah
kesehatan telah menjadi urusan publik makan terkait dengan kebijakan negara.
Upaya mewujudkan perilaku sehat warga masyarakat dalam perspektif kebijakan
kesehatan antara lain: kebijakan penurunan angka kasakitan dan kematian dari
berbagai sebab dan penyakit, kebijakan peningkatan status gizi masyarakat
berkaitan dengan peningkatan status sosial ekonomi masyarakat, kebijakan
peningkatan upaya kesehatan lingkunganterutama penyediaan sanitasi dasar yang
dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutj
lingkungan hidup, kebijakan dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat
melalui upaya peningkatan pencegahan, penyembuhan penyakit, dan pemulihan

6
kesehatan terutama untuk ibu dan anak, dan kebijakan peningkatan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat.

C. RELASI NILAI AGAMA DALAM DUNIA KESEHATAN

Banyak permaslahan yang dialami manusia termasuk dalam bidang


kesehatan. Bertambahnya permasalahan dalam bidang kesehatan ini tidak
seimbang dengan penyelesaian dari permasalahan sebelumnya. Masalah ini terjadi
karena faktor kurang pekanya diri kita terhjadap kebersihan diri dan lingkungan
kita. Masalah tersebut terus bertambah dan bertambah, hal tersebut dikarenakan
banyaknya orang yang masih mengandalkan pemikirannya tersendiri tanpa
mengedepankan ajaran agama islam yang tepat dan memadai. Padahal islam telah
menjelaskan tentang berbagai aspek permasalahan yang bersumber dari Al-Quran,
hadist, ijmak, dan qiyas yang kebenarannya tidak perlu di ragukan lagi.

Bisa kita lihat keadaan kesehatan masyarakat Indonesia ini banyak orang
yang mengalami masalah kesehatannya. Ada yang terjangkit penyakit menular,
karena kurang hati-hati terhadap orang lain, seperti malaria, HIV/aids, hepatitis,
dan lain-lain. Selain itu juga banyak permasalahn kesehatan karena faktor diri kita
sendiri, misalnya busung lapar, obesitas, dan lain-lain. Berbeda jika dibandingkan
dengan negara lain, misalnya Singapura, negara mereka selalu menjaga
kebersihan di berbagai lingkungan sehingga mereka hidup dengan nyaman.

Dari permasalahan di atas kita bisa menganalisis secara mendalam. Hal


tersebut bisa diatasi dengan kesadaran diri kita sendiri melalui pendekataan
keagamaan. Agama kita adalah agama Islam Rahmatan Lil ‘Alamin yang
menjelaskan berbagai ajaran danpraktik segala aspek kehidupan manusia.
Tergantung diri kita masing-masing untuk bisa memanfaatkan ilmu agama dalam
mengatasi masalah tersebut.

Islam merupakan agama universal, yang sellau fleksibel terhadap berbagai


masalah yang terajadi, apapun permasalahaan yang terjadi agama Islamlah yang
patut dijadikan sebagai pedoman, seperti contoh Islam mewajibkan untuk
membayar zakat kepada fakir miskin bagi ornag yang mampu. Hal tersebut
bersinambungan dengan masalah yang terjadi di negara Indonesia ini yaitu
busunga lapar, skit busung lapar telah dialami oleh benyak orang yang mendiami
daerah terpencil, penyakit ini timbul karena si penderita kurang mengasupi
makanan yang bergizi.

Dunia kesehatan dengn nilai-nilai agama Islam sangat berkaitan sekali Allah SWT
mengajarkan kita untuk menjaga kesehatan dan kebersihan fisik. Jika dikaji dalam
ilmu kesehatan nilai agama tersebut sangat berkaitan karena jika kita menjaga
kebersihan kita dapat meminimalisir penyakit-penyakit yang hendak adatang ke
kita.

7
Dunia kesehatan sebenarnya sudah ada sejak lama, salah satu tokoh ilmuan pada
zaman dahulu adalah Ar-Razi. Beliau merupakan orang yang telah berjasa
terhadap ilmu kedokteran yang telah meneliti masalah dunia kedokteran hingga
beliau mendapat gelar sebagai bapaknya dokter. Aplikasi niali-nilai keislaman
dalam dunia kesehatan adalah semua anggotan badan manusia seperti tangan,
kaki, kepala, sampai hati ini semua pada hakikatnya adalah milik Allah SWT yang
harus kita jaga. Misalnya, islam mengajarkan kita ungtuk tidak marah-marah dan
sellau tetap rendah hati. Hal tersebut bisa dikaji dalam dunia kesehatan, setelah
diteliti memang ada manfaatnya yakni apabila kita marah-matah darah kita akan
naik dan kita dapat terkena penyakit darah tinggi.3

D. SAKIT SEBAGAI TAKDIR YANG MENGUATKAN IMAN

Sesungguhnya ujian atau cobaan paling ringan pada diri seorang muslim
adalah ujian jasmani yang lazzim disebut sakit. Ujian jasmani ini dimaksudkan
Allah untuk menguji kesabaran dan kerelaan seorang hamba dalam menerima
takdir-Nya. Kalau ternyata ia sabar, Allah menetapkan pahala atau menghapus
sebagian dosanya atau mengangkat derajatnya sehingga ujian itu menjadi nikmat
baginya. Sabda Rasulullah saw: “Tidak ada seorang muslim pun yang ditimpa
gangguan semacam tusukan duri yang lebih berat daripadanya melainkan
dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta digugurkan
dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu menggugurkan daun-daunnya”. (HR.
Mustafaq Alaih).
Ditinjau dari dimensi vertikal (anatara hamba dengan al-khaliq), paling tidak ada
tiga manfaat/keutamaan musibah yang ditimpa kepada mukmin.
Pertama, musibah sebagai penebus dosa yang pernah dilakukan manusia
akibat kelalaian dan pelanggrannya terhadap perintah Allah SWT. MakaAllah
memberikan ganjaran di duni secara kontan dan spontan. Hal ini mungkin sebagai
tanda kasih sayang Allah kepada hamba-Nya sehingga si hamba bisa keluar dari
dunia ini dalam keadaan bersih.
Kedua, musibah sebagai pengingat dan penguji kualitas kesabaran
seseorang. Hal ini merupakan takdir Allah kepada hamba-Nya dan kelak diakhirat
akan diganti dengan rahmat dan ridha-Nya. Apabila seorang seorang hamba
menghadapi cobaan dan penderitaan itu dengan ridha, ikhlas, dan terus menerus
berikhtiar mencari jalan keluar dengan cara sebaik-baiknya sesuai dengan
tuntunan syara’, tidak menegluh, mengaduh, apalagi meratap dan merintih, maka
Allah akan menjanjikan akan memepermudah urusan hisabnya dihari kiamat,
maka Allah menjanjikan akan menyegerakan pahalanya, memberkati
kehidupannya sehingga timbangan amalnya berat kearah ketetapan dan pahala,
dan berkesudahan dengan jannatun-na’im.4
Ketiga, musibah sebagai tangga untuk mencapai kualiatas derajat lebih
tinggi di sisi Allah. Kita tentu masih inget bagaimana musibah yang ditimpakan
kepada Nabiyullah Ayyub as, seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Cobaan yang menimpa seorang hamba bertujuan untuk:

3
Mukti Bisri, Pendidikan Agama Bernuansa Kesehatan, (Jakarta: Pilar Media, 2007), 8.
4
Ali Yafie, dkk, Sakit Menguatkan Iman, (Jakarta: Gramedia), 4.

8
1. Menunjukan kemutlakan kekuasaan Allah terhadap manusia bahwa
manusia adalah hamba yang harus senantiasa tunduk dan patuh serta
merendahkan diri di hadapan al-Khaliq.
2. Melihat mana yang mukmin sejati dan mana yang munafik.
3. Menghapus dosa dan mengangkat derajat seorang hamba.
4. Mengungkapan hakikat manusia itu sendiri sehingga tampak jelas
kesabaran dan ketaatannya.
5. Membentuk dan menempa kepribadiannya sehingga benar-benar menjadi
pribadi yang tahan banting dan tahan uji, guna melahirkan umat berbudi
luhur.
6. Melatih dan membiasakan diri yang diuji agar bertambah sabar, kuat cita-
cita, dan tetap pendirian. Serta,
7. Melahirkan sifat dan sikap saling menolong dan mengasihi sesama.

E. KIAT MENGUATKAN IMAN KETIKA SAKIT

1. Berbaik sangka kepada allah (husnudzan billah)


Sudah selayaknya orang yang sakit mengingat luasnya rahmat dan
ampunanAllah, dan berbaik sangka terhadapnya-Nya. Dalam sebuah hadist
di sebutkan: “ Janganlah seseorang meninggal kecuali dalam keadaan
baik sangka kepada allah.”. (HR. Muslim)
Termasuk berbaik sangka bagi si sakit, dengan berharap bahwa
musibah yang menimpanya merupakan pendahuluan dari kebaikan yang
dianugrahkan Allah kepadanya, sebagaimana tercantum dalam sebuah
hadist: “Barang siapa dikehendaki aAllah kebaikan pada dirinya, maka ia
akan di beri cobaan”.(HR. Bukhori Muslim)
2. Bersabar
Sabar adalah menahan diri dan membawanya kea rah yang dituntut
syara’ serta menghindarkan diri dari hal-hal yang diharamkan. Yakinlah
bahwa musibah ini akan menghapuskan sebagian dari dosa-dosa yang
telah kita perbuat, sebagaimana sabda nabi :
“Tidak ada musibah yang menimpa, seperti keletihan, kelesuhan,
sakit, duka, susah, dan gangguan sekedar tusukan duri sekalipun,
melainkan dihapuskan Allah sebagian dari dosa-dosanya.” (HR. Bukhori
Muslim)
Dalam sebuah hadist qudsy allah berfirman : “Jika kubebankan
kemalangan untuk salah seorang hamba-Ku pada badannya, hartanya,
atau anaknya, kemudian ia menerimanya dengan sabar yang sempurna,
aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada hari kiamat
atau membukakan buku catatan amal baginnya.” (HR. al-Qudha’I, ad-
Dailami, dan At-Tirmizdi, dan anas).

Kesabaran terhadap musibah ini ternyata membuahkan hasil yang


menakjubkan, yakni kemudahan menghadapi hisab di hari akhir.

9
3. Banyak bersyukur kepada Allah

Bersyukurlah karena Allah masih memberikan kesempatan bagi


kita untuk bertaubatdan membersihkan diri. Betapa banyak orang yang
menemui ajal pada saat berbuat maksiat atau berlimang dosa.

Terkadang cobaan yang menimpa kita semata-mata pertanda rasa


cinta dan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya, sebagaimana yang
ditunjukkan oleh sebuah hadist : “Sesungguhnya jika Allah mencintai
suatu kaum, maka ditimpakannya cobaan pada kaum itu.” (HR. Bukhori)

Sekiranya Allah SWT menunda hukuman kepada hamba-Nya


sampai hari kiamat, niscaya hukuman yang diterima pasti akan lebih pedih
dan menyakitkan.

Seorang hamba yang senantiasa bersabar dan bersyukur atas


kemalangan yang menimpanya, baginya dituliskan pahala amal yang bisa
dikerjakan semasa sehatnya. Firman Allah kepada para malaikat dalam
hadist Qudsi : “Jika aku menguji salah seorang hamba-Ku yang beriman,
lalu ia memuji-Ku atas ujian itu, maka berilah dai pahala sebagaimana
pahala yang biasa kalian berikan kepadanya.” (HR. Ahmad dan
Thabrani)

4. Memperbanyak Istighfar dan menghisab diri sendiri (Muhasabah lin-


Nafsi)

Aktivitas istighfar dan muhasabah diperbanyak dikala sakit.


Dengan menyadari segala kelemahan dan kekurangan kita sebagai hamba
Allah, insya Allah akan mendekatkan hati kita kepada Allah serta
menjadikan ibadah dan doa kita lebih khusyu’. Kondisi ini akan lebih
mengantarkan kita pada ketenangan batin dan berimplikasi pada jasmani.
Umar bin Khattab dalam pesannya yang masyhur mengingatkan,
“Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab.”

5. Tawakkal kepada Allah

Tawakal adalah perpaduan antara sabar, doa, dan ikhtiar yang


sesuai dengan tuntutan dan tuntunan syara’. Allah SWT telah menjanjikan
dan Allah Maha Benar janji-Nya bahwa setiap penyakit ada obatnya.
Karena itu,berikhtiarlah sesuai dengan tuntunan syara’. Janganlah berobat
dengan cara atau barang yang diharamkan. Perbanyaklah doa dan ikhtiar
serta bersabarlah hingga Allah berkenan memberikan kesembuhan. Sabda
Rasulullah saw : “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan
obat. Dan menjadikan untuk kalian bahwa setiap penyakit ada obatnya.

10
Karena itu, berobatlah, tetapi jangan berobat dengan barang haram.”
(HR. Abu Daud)

11
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Mengikuti jejak Rosulullah Muhammad SAW, merupakan suatu


keharusan bagi umat Islam. Termasuk mewarisi metodologi pengobatan
yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Pengobatan yang dilakukan
Rosulullah menggunakan tiga cara, yaitu melalui do’a atau pengobatan
dengan menggunakan wahyu-wahyu Ilahi yang lebih dikenal dengan
istilah do’a-do’a ma-tsur yang datang dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi
SAW yang shahih. Kedua menggunakan obat-obat tradisional baik dari
tanaman maupun hewan. Dan ketiga adalah menggunakan kombinasi dari
kedua metode tersebut.
Allah berfirman:
”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang
beriman”(QS:Yunus,57).

Kemudian dalam penegasan Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam;


“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian
pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah
kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari
Abud Darda` radhiallahu ‘anhu).

Dalam sebuah hadist disebutkan “Hendaknya kalian menggunakan dua


macam obat yaitu madu dan Al Qur’an”. Dari hadist tersebut madu
merupakan lambang atau perwakilan dari obat-obat tradisional yang ada di
bumi dan kita sebagai manusia yang diberikan akal sehat harus dapat
menggali obat-obat tradisional yang banyak terdapat di muka bumi ini,
bahkan letaknya tidak jauh dari sekitar kehidupan kita.

12
B. SARAN

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Al Ahzab : 21)
Dalam sejarah Rasulullah dikenal sebagai pribadi yang sehat luar biasa,
hampir tidak pernah terganggu sakit yang serius kecuali saat menjelang
ajal beliau. Dengan bekal sehat itulah maka beliau lalu bisa maksimal pula
melakukan kegiatan pribadi, berkeluarga, dan melakukan tugas sosial-
kenegaraan, termasuk berjuang menyebarkan dan membela Agama
Islam. Meneladani Kepribadian Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam
berikut ini beberapa poin prinsip cara hidup Nabi yang secara rasional bisa
menjelaskan mengapa beliau memiliki kesehatan yang begitu luar biasa,

13
DAFTAR PUSTAKA

Ali Yafie, dkk, Sakit Menguatkan Iman, (Jakarta: Gramedia), 4.

Ali Yafie, dkk, Sakit Menguatkan Iman, (Jakarta: Gramedia), 6

diakses pada 28 Oktober 2014 pikul 21:00 WIB http://www.academia.edu.com

diakses pada 4 November 2014 pukul 19:00 WIB http://muhsinhar.staff.umy.ac.id

Mukti Bisri, Pendidikan Agama Bernuansa Kesehatan, (Jakarta: Pilar Media, 2007), 8.

14

Anda mungkin juga menyukai